Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KELOMPOK

KARYA INOVASI PELAYANAN KEBIDANAN

RANCAK BANA
(Remaja Cantik Bebas Anemia)
Dosen Pembimbing : Lutfiana Puspita Sari, S.ST.,M.PH

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA REMAJA,


PRANIKAH, KONTRASEPSI DAN PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT
DAN KEBIDANAN KOMUNITAS

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

Disusun oleh :

1. Aldilia Anggara Putri P27224022208


2. Maurensiana Risca F.S P27224022224
3. Adelia Pratidina W P27224022236
4. Faizzatul Maymunah P27224022216
5. Melisa Trisna Murti P27224022225

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh
remaja putri. Remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan manusia dalam
rentang umur 10-19 tahun (WHO, 2010). Tahap remaja yaitu saat dimana remaja
putri mengalami pubertas dan menstruasi awal, hal ini sering menyebabkan
remaja putri kehilangan cukup darah sehingga rentan mengalami kekurangan
darah atau yang biasa disebut anemia serta terjadi defisiensi zat besi. Anemia
merupakan penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen yang disebabkan
oleh penurunan jumlah sel darah merah atau berkurangnya konsentrasi
haemoglobin dalam sirkulasi darah (Husin, 2013). Resiko Anemia terjadi karena
kurangnya paparan infomasi kesehatan bagi remaja putri serta gaya hidup remaja
putri saat ini yang kurang memperhatikan status gizi, asupan protein, diet yang
tidak sehat, serta kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung inhibitor penyerapan zat besi. Inhibitor penyerapan zat besi seperti
teh dan kopi semakin memperburuk kondisi kesehatan dan meningkatkan risiko
anemia pada remaja putri. (Dwi Priyanto, 2018).
Berdasarkan pada UU No. 4 Tahun 2019 Pasal 51 dimana dalam
menjalankan tugas bidan memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana berdasarkan tugas dan wewenang, sesuai isi pasal tersebut
Bidan diwajibkan memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan salah
satunya pada fase remaja. Ranah kompetensi Bidan dalam kesehatan reproduksi
perempuan mencakup kesehatan remaja putri termasuk remaja putri yang
mengalami anemia.
Penurunan kadar hemoglobin di dalam darah sampai melebihi kadar normal
dapat menyebabkan Anemia. WHO menyebutkan bahwa batas seorang wanita
mengalami anemia yaitu dibawah 12 gm Hb/dl. Sedangkan pada laki laki adalah
di bawah 14 gm Hb/dl atau hematocrit di bawah 34%. Remaja putri lebih sering
terkena anemia daripada laki-laki. Karena remaja putri mengeluarkan darah haid
setiap bulannya. Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri sering
mengakibatkan anemia (Cahyono, 2017).
Kurang darah atau anemia akan menyebabkan tubuh kekurangan sel darah
merah atau menyebabkan sel darah merah tersebut tidak bekerja dengan baik.
Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup
dan tidak berfungsi dengan normal (Hipoksemia) sehingga penderita akan pucat,
mudah lelah, lemas, mudah ngantuk, dan sakit kepala atau mengalami intoleransi
aktivitas. Hal tersebut memperbesar risiko kematian ibu saat melahirkan. Dan juga
mengakibatkan anak yang dilahirkan berisiko mengalami berat bayi lahir rendah
(BBLR) dan juga dapat mengakibatkan bayi lahir dalam keadaan prematur
(Sjahriani & Faridah, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO, 2017), prevalensi anemia dunia
berkisar 40-88%. Menurut WHO, angka kejadian anemia pada remaja putri di
negara-negara berkembang sekitar 53,7% dari semua remaja putri. Anemia dapat
menyerang remaja putri saat remaja tersebut dalam keadaan stress, haid, atau pola
makan yang tidak baik. Anemia dikatakan menjadi suatu masalah kesehatan
masyarakat apabila prevalensinya diatas 20%. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) (Kementerian Kesehatan RI, 2018) di Indonesia prevalensi anemia
defisiensi besi banyak ditemukan pada remaja perempuan sebesar 84,6%,
diantaranya 76,2% remaja perempuan yang mengalami anemia mendapat tablet
tambah darah sebagai salah satu upaya untuk mengatasi anemia dan 23,8% remaja
lainnya tidak mendapat tablet tambah darah.
Dalam rangka memenuhi target komunitas, peneliti melakukan inovasi yaitu
mengkombinasikan antara jus buah naga dengan daun kelor di Pondok Pesantren
Abi Ummi Boyolali. Inovasi ini dilakukan guna mempercepat penyerapan zar besi
pada anak remaja putri. Hal ini sudah sesuai dengan penelitian sebelumnya, yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan kadar
Haemoglobin pada remaja putri yang mengkonsumsi daun kelor dan jus buah
naga.
Menurut Dinkes Provinsi Kalimantan Barat tahun 2022, macam-macam
sayuran yang dapat meningkatkan kadar haemoglobin darah yaitu tofu, edamame,
telur, brokoli, bayam, kacang hijau dan selai kacang. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Lusi, Indriani dkk (2019) yang berjudul Pengaruh Pemberian
Edukasi Gizi dan Kapsul Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera L.) terhadap
Kenaikan Kadar Hemoglobin Remaja Putri di Universitas Pakuan, salah satu
bahan alam yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi anemia serta
mudah didapat dan dibudidayakan adalah daun kelor (Moringa oleiferaL.). Dalam
penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan yang signifikan pada
remaja putri setelah mengkonsumsi bubuk daun kelor dengan hasil rata-rata
kenaikan sebesar 1,76 ± 0,80 g/dL. Dalam proses peningkatan hemoglobin darah,
dibutuhkan media penyerapan zat besi yang lebih efektif salah satunya yaitu
vitamin C.
Salah satu makanan yang banyak mengandung vitamin C dan
mineral yaitu buah naga. Buah naga merupakan tanaman jenis kaktus yang
menurut beberapa ahli buah naga bermanfaat bagi kesehatan manusia karena
memiliki kandungan gizi cukup lengkap (Thamrin, 2016). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mudanira, Usman dkk (2019) dengan judul
Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada
Remaja Putri Yang Mengalami Anemia DI SMAN 4 PANGKEP yang mengatakan
bahwa ada pengaruh antara pemberian jus buah naga terhadap
peningkatan hemoglobin pada remaja putri yang mengalami anemia di
SMAN 4 Pangkep.
Menurut Kemenkes tahun 2018 menyatakan bahwa klasifikasi anemia
berdasarkan umur yaitu anak 12-14 tahun dinyatakan anemia ringan jika Hb darah
berkisar antara 11.0-11.9 g/dL, anemia sedang jika Hb darah 8.0-10.9 g/dL dan
anemia berat jika Hb dara <8.0 g/dL. Pernyataan di atas juga sama dengan
klasifikasi anemia pada perempuan usia lebih dari 15 tahun yang tidak hamil.
Dalam rangka memenuhi target komunitas, peneliti melakukan inovasi yaitu
mengkombinasikan antara jus buah naga dengan daun kelor di Pondok Pesantren
Abi Ummi Boyolali. Inovasi ini dilakukan guna mempercepat penyerapan zar besi
pada anak remaja putri. Hal ini sudah sesuai dengan penelitian sebelumnya, yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan kadar
Haemoglobin pada remaja putri yang mengkonsumsi daun kelor dan jus buah
naga.
Pondok Pesantren Abi Ummi merupakan salah satu pondok pesantren yang
berada di Jl. Tol Semarang - Solo No.35, Keboan, Tanduk, Ampel, Boyolali, Jawa
Tengan dengan jumlah siswi wanita sebanyak 91 siswi. Pondok pesantren Abi
Ummi merupakan salah satu sekolah binaan dari Puskesmas Ampel 1 dan terdapat
16 remaja putri yang mengalami anemia sedang (UKM Gizi Puskesmas Ampel 1,
2023).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis akan menggiatkan gerakan
Rancak Bana “Remaja Cantik Bebas Anemia” di Pondok Pesantren Abi Ummi
yang menjadi salah satu sekolah di wilayah kerja Puskesmas Ampel 1.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah dalam karya
inovasi ini adalah “bagaimana cara mewujudkan inovasi Rancak Bana “Remaja
Cantik Bebas Anemia” di SMPTQ Abi Ummi dan SMATQ Abi Ummi Ampel,
Boyolali ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kelompok mahasiswa mampu membina dan memberikan asuhan yang tepat
dalam program inovasi Rancak Bana untuk mengatasi remaja putri yang
mengalami anemia di SMPTQ Abi Ummi dan SMATQ Abi Ummi Ampel,
Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menganalisa data remaja putri dengan anemia.
b. Mampu merumuskan masalah pada remaja putri dengan anemia.
c. Mampu menentukan asuhan pada remaja putri di SMPTQ Abi Ummi dan
SMATQ Abi Ummi Ampel, Boyolali yang mengalami anemia.

D. Manfaat
1. Manfaat bagi Remaja Putri
Sebagai aplikasi perilaku hidup sehat dan meningkatkan kesehatan remaja putri
di SMPTQ Abi Ummi dan SMATQ Abi Ummi Ampel, Boyolali dalam
mengatasi dan mencegah anemia.
2. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan antara teori yang diperoleh
di akademik dengan praktek – praktek yang dihadapkan
b. Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat khususnya
dalam pengembangan dan pengorganisasian masalah kesehatan dikaitkan
dengan pelayanan manajemen kebidanan komunitas.
3. Manfaat bagi Instansi Kesehatan
Sebagai salah satu program dan inovasi baru untuk mencegah dan mengatasi
anemia pada remaja putri yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ampel 1.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Teori
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Menurut (WHO, 2018) remaja atau dalam bahasa asing disebut
adolescence diartikan tumbuh ke arah menuju kematangan. Remaja adalah
masa dimana tanda – tanda seksual sekunder seseorang sudah berkembang
dan mencapai kematangan seksual. Remaja juga mengalami kematangan
secara fisik, psikologis maupun sosialnya.Remaja merupakan proses
seseorang mengalami perkembangan semua aspek dari masa kanak – kanak
menuju masa dewasa.
Peralihan masa kanak – kanak menuju dewasa sering disebut dengan
masa pubertas. Masa pubertas merupakan asa di mana remaja mengalami
kematangan seksual dan organ reproduksi yang sudah mulai berfungsi.
Masa pematangan fisik pada remaja wanita ditandai dengan mulainya haid,
sedangkan pada masa remaja laki – laki ditandai dengan mengalami mimpi
basah (Sarwono, 2018). Remaja merupakan suatu masa dimana terjadi
perubahan psikologis pada individu guna menemukan identitas diri. Pada
masa transisi dari masa anak – anak menuju remaja, individu mulai
membentuk ciri – ciri abstrak dan konsep diri menjadi berbeda. Remaja
memilki sifat unik yang salah satunya adalah meniru hal yang dilihat kepada
keadaan serta lingkungan disekitarnya (Kusmiran, 2018).
b. Klasifikasi remaja.
Masa remaja merupakan masa transisi dari Kontrol eksternal (paling
sering orangtua) ke kontrol internal. Masa ini merupakan periode yang
sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan pola tingkah laku,
yang meliputi pola makan dan perawatan diri. Sumber-sumber informasi di
luar keluarga seperti media (TV dan radio) dapat menjadi lebih bermakna.
Oleh sebab itu, masa remaja merupakan masa yang tepat untuk intervensi
pendidikan dasar (Kemenkes, 2018).
Seorang remaja dapat mengalami peningkatan resiko defisiensi zat
besi karena kebutuhan yang meningkat sehubungan dengan pertumbuhan.
Remaja putri membutuhkan makanan dengan kandungan zat besi yang
tinggi terlebih yang sudah mengalami haid setiap bulan. Remaja yang
berasal dari sosial ekonomi rendah, sumber makanan yang adekuat tidak
terpenuhi, mempunyai resiko defisiensi zat besi sebelum hamil.
Menurut (Sarwono, 2018) pembagian remaja ada 3 tahap yaitu :
1) Remaja Awal
Remaja awal dikenal juga dengan istilah early adolescence memiliki
rentang usia antara 11- 13 tahun. Pada tahapan ini, remaja masih terhedan
dan belum sepenuhnya mengerti akan perubahan yang terjadi pada
tubuhnya juga dorongan yang mengikuti perubahan tersebut. Remaja
juga mengembangkan pikiran – pikiran baru, mudah tertarik kepada lain
jenis, dan mudah terangsang dengan erotis.
2) Remaja Madya
Istilah asing untuk remaja madya adalah middle adolescence yang
memiliki rentang usia antara 14 – 16 tahun. Tahap perkmbangan ini
sangat membutuhkan temannya. Remaja cenderung memiliki sifat untuk
mencintai diri sendiri (nascistc). Tahap ini juga remaja masih bingung
untuk mengambil sebuah keputusan dan labil dalam bertindak.
3) Remaja Akhir
Remaja akhir dengan istilah asing late adolescence merupakan remaja
dengan rentang usia antara 17 – 20 tahun. Pada masa ini merupakan era
menuju dewasa dengan sifat egois, atau mementingkan diri sendiri dan
mendapatan pengalaman baru. Remaja akhir sudah memiliki identitas
seksualnya, biasanya sudah berfikir secaea matang dan intelek dalam
mengambil sebuah keputusan.

2. Anemia
a. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal. Hemoglobin adalah salah satu
komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen
diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan
oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain
kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas.
Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk
sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari
penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan
penyebabnya (Kemenkes, 2018) .
b. Macam-macam anemia
Menurut (Nufaisah et al., 2019) ada beberapa macam anemia yaitu:
1) Anemia gizi besi
Kekurangan zat gizi besi (Fe) merupakan inti molekul hemoglobin
sebagai unsur utama sel darah merah.Akibat anemia gizi besi terjadi
pengecilan ukuran hemoglobin, kandungan hemoglobin rendah, serta
pengurangan jumlah sel darah merah. Anemia zat besi biasanya ditandai
dengan menurunnya kadar Hb 14 total di bawah nilai normal
(hipokromia) dan ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal
(mikrositosis).
2) Anemia gizi vitamin E
Anemia defisiensi vitamin E dapat mengakibatkan integritas dinding sel
darah merah menjadi lemah dan tidak normal sehingga sangat sensitif
terhadap hemolisis (pecahnya sel darah merah), karena vitamin E adalah
faktor esensial bagi integritas sel darah merah.
3) Anemia gizi asam folat
Anemia gizi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau
makrositik; dalam hal ini keadaan sel darah merah penderita tidak normal
dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum
matang.Penyebabnya adalah kekurangan asam folat dan vitamin B12
padahal kedua zat itu diperlukan dalam pembentukan nukleoprotein
untuk proses pematangan sel darah merah dalam sumsum tulang.
4) Anemia gizi vitamin B12
Anemia ini disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan
anemia gizi asam folat, namun anemia jenis ini disertai gangguan pada
sistem alat pencernaan bagian dalam.Pada jenis yang kronis bisa merusak
sel-sel otak dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada
dinding sel jaringan saraf berubah, dikhawatirkan penderita akan
mengalami gangguan kejiwaan. Gejalanya meliputi kelelahan,
kehilangan nafsu makan, diare, dan murung.
5) Anemia gizi vitamin B6
Anemia ini disebut juga siderotic, keadaannya mirip dengan anemia gizi
besi, namun bila darahnya diuji secara laboratoris, serum besinya normal.
Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan)
hemoglobin.
c. Klasifikasi Anemia
Menurut (Kemenkes, 2018) menyatakan bahwa klasifikasi anemia
berdasarkan umur yaitu anak 12-14 tahun dinyatakan anemia ringan jika Hb
darah berkisar antara 11.0-11.9 g/dL, anemia sedang jika Hb darah 8.0-10.9
g/dL dan anemia berat jika Hb darah <8.0 g/dL pernyataan di atas juga sama
dengan klasifikasi anemia pada perempuan usia lebih dari 15 tahun yang
tidak hamil.

Sumber : Kemenkes, 2018.


d. Dampak Anemia
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada rematri dan
WUS, diantaranya:

1) Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah terkena


penyakit infeksi
2) Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya
oksigen ke sel otot dan sel otak.
3) Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja.
Dampak anemia pada rematri dan WUS akan terbawa hingga dia menjadi
ibu hamil anemia yang dapat mengakibatkan :

1) Meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), prematur,


BBLR, dan gangguan tumbuh kembang anak diantaranya stunting dan
gangguan neurokognitif.
2) Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat mengancam
keselamatan ibu dan bayinya.
3) Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan berlanjut
menderita anemia pada bayi dan usia dini.
4) Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian neonatal dan bayi.
e. Gejala pada Anemia
Menurut (Kemenkes, 2018) gejala anemia yang sering ditemui pada
penderita anemia adalah 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai), disertai
sakit kepala dan pusing (“kepala muter”), mata berkunang-kunang, mudah
mengantuk, cepat capai serta sulit konsentrasi. Secara klinis penderita
anemia ditandai dengan “pucat” pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku
dan telapak tangan.
f. Penyebab terjadinya anemia
Menurut (Kemenkes, 2018) Remaja putri dan WUS sangat mudah menderita
anemia, hal ini terjadi karena beberapa hal. Adapun penyebab remaja putri dan
WUS menderita anemia yaitu :
1) Remaja putri yang memasuki masa pubertas mengalami pertumbuhan
pesat sehingga kebutuhan zat besi juga meningkat untuk meningkatkan
pertumbuhannya.
2) Remaja putri seringkali melakukan diet yang keliru yang bertujuan untuk
menurunkan berat badan, diantaranya mengurangi asupan protein hewani
yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin darah.
3) Remaja putri dan WUS yang mengalami haid akan kehilangan darah
setiap bulan sehingga membutuhkan zat besi dua kali lipat saat haid.
Rematri dan WUS juga terkadang mengalami gangguan haid seperti haid
yang lebih panjang dari biasanya atau darah haid yang keluar lebih
banyak dari biasanya.
g. Pencegahan dan pengobatan Anemia
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan
memberikan asupan zat besi yang cukup untuk meningkatkan pembentukan
hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan oleh (Kemenkes, 2016) yaitu:
1) Pemberian TTD pada remaja putri yaitu 1 tablet/minggu dan 1 tablet/hari
ketika menstruasi (Annisa et al., 2017).
2) Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Peningkatan asupan makanan sumber zat besi sesuai dengan
pedoman gizi seimbang yang terdiri dari aneka ragam makanan dalam
jumlah yang cukup sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG). Makanan
sumber zat besi terutama sumber pangan hewani seperti hati, ikan,
daging, ungas, dan telur kaya akan zat besi (heme) yang mudah
penyerapannya. Selain itu juga perlu dari sumber pangan nabati yang
kaya zat besi (besi non-heme), walaupun penyerapannya lebih rendah
dibanding dengan hewani, seperti sayuran berwarna hijau tua seperti
brokoli, bayam dan daun kelor serta kacang kacangan. Untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati perlu
mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk,
jambu dan buah naga. Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh zat lain,
seperti tanin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.
3) Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat
gizi kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.
Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu
disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan
makanan tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang
sudah difortifikasi di Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyak
goreng, mentega, dan beberapa snack.

3. Inovasi
a. Daun Kelor (Moringa oleifera L)
1) Kandungan Daun Kelor (Moringa Oleifera L)
Tanaman kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman asli
India, tepatnya berasal dari kawasan di kaki bukit Himalaya Asia Selatan.
Namun, pada saat ini tanaman kelor telah banyak dibudidayakan dan
beradaptasi dengan baik di daerah tropis salah satunya di negara
Indonesia (Laras, 2018). Menurut Fahey Jw dalam (Indriani et al., 2019)
mengatakan bahwa daun kelor (moringa oliefera L). mengandung
protein, vitamin C, dan zat besi yang tinggi dibandingkan sayuran sejenis
lainnya. Daun kelor segar mengandung vitamin C tujuh kali lebih banyak
dibandingkan buah jeruk, vitamin A empat kali lebih banyak
dibandingkan wortel, kalsium empat kali lebih banyak dibandingkan
susu, kalium tiga kali lebih banyak dibandingkan pisang, dan protein dua
kali lebih banyak dibandingkan yogurt. Sementara itu, serbuk daun
kelor kering mengandung vitamin A sepuluh kali lebih banyak
dibandingkan wortel, kalsium tujuh belas kali lebih banyak dibandingkan
susu, kalium lima belas kali lebih banyak dibandingkan pisang, zat besi
dua puluh lima kali lebih banyak dibandingkan bayam, dan protein
sembilan kali lebih banyak dibandingkan yogurt. Namun, kandungan
vitamin C lebih rendah yaitu setengah kali dibandingkan dengan jeruk.

Gambar daun kelor


Dalam sistematik (taksonomi) tumbuhan, tanaman kelor (Moringa
Oleifera) diklasifikasikan sebagai berikut :
2) Hubungan Dan Kelor dengan Perubahan Kadar Hemoglobin
Kandungan zat besi dalam daun kelor berperan sebagai nutrisi
utama dalam proses hematopoiesis di sumsum tulang belakang, karena
daun kelor diketahui kaya akan zat besi. Selain itu kandungan protein dan
asam amino pada daun kelor juga berperan sebagai faktor pertumbuhan
hematopoietik.Daun kelor diketahui memiliki kandungan protein dan
asam amino yang tinggi.Kandungan ini memainkan peran penting dalam
mengelola proliferasi dan diferensiasi sel darah. Kandungan vitamin C
dalam ekstrak daun kelor juga meningkatkan penyerapan zat besi dalam
tubuh (Mun’im dkk., 2016).
Daun kelor dan bubuk kelor dapat digunakan sebagai pengganti
tablet zat besi, sehingga sebagai pengobatan anemia.Setiap 1 cup setara
dengan 1 tablet Fe yang menyatakan bahwa 2,5 gram daun kelor
terkandung 28, 29 mg zat besi (setara kandungan 1 tablet Fe (Hastuti &
Sari, 2022)
Kadar Vitamin dan mineral kelor berdasarkan bagian yang dapat
dimakan per 100 gram pada (Winarno, F, 2018) :

Daun Segar Biji Tepung Biji


P (mg) 110,0 70,0 204,0
K(mg) 259,0 259,0 1.324,0
Cu(mg) 3,1 1,1 0,6
Fe (mg) 5,3 7 28,2
S(mg) 137,0 137,0 870,0
Oxalic acid (mg) 10,0 101,0 0,0
Vitamin A-β carotene (mg) 0,1 6,8 16,3
Vitamin B- choline (mg) 423,0 423,0 -
Vitamin B1-thiamin (mg) 0,05 0,21 2,6
Vitamin B2-riboflavin (mg) 0,07 0,05 20,5
Vitamin B3-nicotinic acid (mg) 0,2 0,8 8,2
Vitamin C-ascorbic acid (mg) 120 220,0 17,3
Vitamin E-tocopherol acetate (mg) - - 113,0
Moisture (%) 86,9 75,0 7,5
Calories 26,0 92,0 205,0
Protein (g) 2,5 6,7 27,1
Fat (g) 0,1 1,7 2,3
Carbohydrate(g) 3,7 13,4 38,2
Fiber (g) 4,8 0,9 19,2
Minerals (g) 2,0 2,3 -
Ca (mg) 30,0 440,0 2.003,0
Mg (mg) 24,0 24,0 368,0
P (mg) 110,0 70,0 204,0
Sumber : Winarno F.G (2018)

3) Efek samping daun kelor


Semua bagian tanaman kelor, kecuali akarnya, cukup aman untuk
dikonsumsi (Winarno, F, 2018).
4) Manfaat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Indriani et al., 2019)
yang berjudul Pengaruh Pemberian Edukasi Gizi dan Kapsul Serbuk
Daun Kelor (Moringa oleifera L.) terhadap Kenaikan Kadar Hemoglobin
Remaja Putri di Universitas Pakuan, salah satu bahan alam yang dapat
digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi anemia serta mudah
didapat dan dibudidayakan adalah daun kelor (Moringa oleifera L.).
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan yang
signifikan pada remaja putri setelah mengkonsumsi bubuk daun kelor
dengan hasil rata-rata kenaikan sebesar 1,76 ± 0,80 g/dL. Dapat
disimpulkan bahwa dengan mengkonsumsi daun kelor dapat
meningkatkan kadar Hemoglobin pada remaja putri di Universitas
Pakuan.

b. Buah Naga
1) Kandungan Buah Naga
Menurut (Indriani et al., 2019) buah naga merupakan salah satu
buah-buahan yang mengandung tinggi vitamin dan tinggi mineral. Buah
naga merupakan tanaman jenis kaktus yang menurut beberapa ahli buah
naga bermanfaat bagi kesehatan manusia karena memiliki kandungan
gizi cukup lengkap. Buah naga dihasilkan oleh tanaman sejenis kaktus
sehingga termasuk keluarga Cactaceae dan subfamily Hylocereanea,
dalam subfamili ini terdapat beberapa genus, sedang buah naga ini
termasuk dalam genus Hylocereus. Genus ini pun terdiri dari sekitar 16
spesies, dua di antaranya memiliki buah yang komersial, yaitu
Hylocereus polyrhizus (berdaging merah). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Angelina, Ester 2022 dengan judul Pengaruh Pemberian
Kombinasi Jus Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) dan Bubuk
Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Kadar Hemoglobin Remaja
Putri Di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu
Tahun 2022 klasifikasi buah naga adalah sebagai berikut :

Gambar Buah Naga Merah

2) Hubungan Buah Naga Merah dengan perubahan kadang


Hemoglobin
Kandungan vitamin C yang tinggi pada buah naga sangat
membantu proses penyerapan zat besi non-heme dengan mengubah
bentuk feri menjadi besi sehingga memudahkan tubuh dalam proses
penyerapan zat besi. Kandungan zat besi dan vitamin C yang tinggi pada
buah naga menyebabkan zat besi lebih mudah diserap oleh tubuh 4 kali
lebih cepat dibandingkan tanpa vitamin C (Rahmawati et al., 2019).
Kandungan Fe dalam buah naga berperan dalam proses pematangan sel
eritrosit, sumsum tulang belakang membutuhkan banyak prekursor lain
untuk eritropoiesis yang efektif. Prekursor tersebut antara lain zat besi
(Fe), vitamin C, vitamin E, vitamin B12, tiamin, riboflavin dan oksigen
(O2) yang dibutuhkan oleh hormon eritropoietin (Rahmawati et al.,
2019).
Ada berbagai jenis antioksidan yang ada dalam buah naga merah
salah satunya adalah antosianin (Harahap, 2021). Buah naga merah juga
kaya akan antosianin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kadar
antosianin berkisar 8,8 mg/100gr buah naga. Antosianin merupakan salah
satu jenis flavonoid yang banyak terdapat pada buah naga.Antosianin
memiliki berbagai potensi dan manfaat bagi kesehatan seperti
antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antivirus, menghambat agregasi
platelet, mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, dan
kanker.(Sigarlaki et al., 2016)
3) Manfaat Buah Naga Merah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Usman & Kurnaesih,
2019) dengan judul Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Terhadap
Peningkatan Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia
DI SMAN 4 PANGKEP yang mengatakan bahwa ada pengaruh antara
pemberian jus buah naga terhadap peningkatan hemoglobin pada
remaja putri yang mengalami anemia di SMAN 4 Pangkep. Dalam
penelitian ini didapatkan hasil uji paired t test menunjukkan bahwa pada
kelompok pemberian jus buah naga diperoleh nilai p = 0,000, dimana p <
α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara
pemberian jus buah naga terhadap peningkatan hemoglobin pada remaja
putri yang mengalami anemia di SMAN 4 Pangkep.
c. Jus Kombinasi Daun Kelor dan Buah Naga Merah
1) Pengertian jus
Menurut SNI 01-3719-1995, jus buah adalah minuman ringan yang
dibuat dari buah dan air minum atau tanpa penambahan gula dan bahan
tambahan makanan yang diizinkan. Selain itu, konsistensi yang cair dari
jus memungkinkan zat-zat terlarutnya mudah diserap oleh tubuh. Dengan
dibuat jus, dinding sel selulosa dari buah akan hancur dan larut sehingga
lebih mudah untuk dicerna oleh lambung dan saluran pencernaan
(Wirakusumah, 2013). Jus buah adalah minuman buah segar sejenis
jajanan dengan bahan dasar dari buah-buahan yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat luas karena kandungan gizi dan vitaminnya yang sangat
baik bagi kesehatan.
2) Takaran Saji
Untuk perbandingan antara daun kelor dan buah naga yaitu 1 : 10.
Untuk 1 cup nya berisikan :
 Daun Kelor 2,5 gram
 Buah naga 25 gram
 Air 250 ml
 Madu secukupnya
3) Cara penyajian
 Timbang daun kelor sebanyak 2,5 gram
 Timbang buah naga sebanyak 25 gram
 Masukkan semua bahan yaitu daun kelor, buah naga, air dan madu
kedalam blander.
 Blander semua bahan sampai benar-benar menyatu.
 Saring jus menggunakan saringan
 Jus siap untuk di minum.
BAB III
PELAKSANAAN

A. Profil Pondok Pesantren Abi-Ummi


Pondok Pesantren Abi-Ummi merupakan pondok tahfidz qur’an
yang didirikan tahun 2015 yang merupakan kepemilikan dari yayasan
Abi-Ummi. Fasilitas yang berada di dalamnya yaitu :

1. Asrama
2. Ruang kelas
3. Lab IPA
4. Lab komputer DLL
5. Lab Bahasa
6. Perpustakaan
7. Masjid
8. Sport center
9. Taman hijau
10. Lapangan
11. Gazebo
12. Laundry
13. Dapur
14. Mart
15. Food Court

SK Pendirian dan izin operasional sekolah pada tanggal 24 januari 2022 .


sarana dan prasarana sekolah sebagai berikut :

Data Sarana dan Prasarana sekolah

No Uraian Jumlah

1 Ruang Kelas 14

2 Ruang Lab 1

3 Ruang Perpus 1

TOTAL 16
Jumlah Guru dan tenaga pendidik yaitu 24 orang, perempuan 13 orang
dan laki-laki 11 orang.
Jumlah keseluruhan siswa SMPTQ 381 siswa dan yang siswa kelas VII
peremuan sebanyak 82 siswa, serta jumlah siswa SMATQ keseluruhan
sebanyak 161siswa, dan siswa kelas X perempuan sebanyak 33 siswa.

B. Keadaan Geografis
Pondok pesantren Abi-Ummi berada di jalan Raya Boyolali-Semarang
bertepatan di dukuh tanduk, rt.001 rw.001, desa Sidomulyo, kecamatan Ampel,
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dengan luas tanah 10,056 m2.

C. Visi misi pondok pesantren

1. Visi Pondok Pesantren Abi-Ummi


dirumuskan sebagai berikut :
“AMPEL = Amal Qurani, bersikap Mandiri, Pandai, berjiwa
Enterprenership, peduli Lingkungan”.
Indikator Visi
a. Tertanamnya aqidah Islam yang lurus pada peserta didik.
b. Terwujudnya membelajarkan dan membiasakan peserta didik untuk
berakhlak Qur’an dalam bersosialisasi dengan masyarakat luas.
c. Membekali peserta didik dengan keterampilan dasar untuk
pengembangan potensi diri sebagai bekal kemandirian dimasa depan
maupun bekal pengembangan ketrampilan pada jenjang pendidikan
berikutnya.
d. Membentuk peserta didik menjadi pribadi yang sehat, dihormati dan
berintegritas karena mampu bermanfaat bagi sesama.
e. Memiliki pribadi yang berwawasan luas, mampu mengembangkan diri
dan berprestasi dalam bidang keilmuan yang sesuai dengan minat dan
bakatnya.
f. Membangkitakan jiwa wirausaha dan kompetitif untuk membekali
tantangan kehidupan di masa mendatang.
2. Misi Pondok Pesantren Abi-Ummi
a. Menyelenggarakan pembelajar agama islam yang komprehensif guna
terciptanya aqidah yang lurus sesuai dengan ajaran islam.
b. Menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan semua aspek hasil belajar pada ranah mental spiritual,
sikap sosial, penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
c. Menerapkan kurikulum sebagai sebuah proses sekaligus hasil yang utuh
sehingga menjalin hubungan positif dengan publik untuk ketercapaian
proses pembelajaran yang utuh dan keterlaksanaan tugas partisipatif
pembangunan masyarakat.
d. Mengembangkan lingkungan pendidikan yang berdaya saing sehingga
mampu mewadahi dan mengembangkan kompetensi peserta didik sesuai
bakat dan minatnya.
e. Menyusun program enterprenership guna membangkitkan jiwa wirausaha
yang kompetitif untuk membekali siswa dalam mengembangkan
kompetisi dalam jiwa usaha.

D. Sasaran Kegiatan Pemberian Inovasi


Pemberian jus Kombinasi jus buah naga dan daun kelor diberikan kepada
siswi yang mengalami anemia sedang pada siswi SMPTQ kelas VII yang
berjumlah 8 siswi dan SMATQ kelas X yang berjumlah 8 siswi.

E. Tanggal dan Waktu Pemberian Inovasi


Pemberian inovasi yang berupa jus kombinasi daun kelor dan buah naga
diberikan selama 7 hari yaitu:
Mulai tanggal 27 februari 2023 - 4 maret 2023 serta tanggal 6 maret 2023.
Pemberian jus disaat istirahat sekolah pada jam 12.00 WIB dan para siswa
meminum jus bersama-sama dengan teman-teman yang lain.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
1. Hb sebelum dan sesudah diberikan Jus Kombinasi

No Nama Kelas Hb Sebelum Hb Kenaikan


Sesudah Hb
1 Fauziya X 10,6 mg/dl 15,2 mg/dl 5,4 mg/dl
Hamidah
2 Keisya X 10,7 mg/dl 15,5 mg/dl 4,8 mg/dl
Reyhanna P
3 Niswah Akhsanti X 9,8 mg/dl 14,2 mg/dl 4,4 mg/dl
4 Zahra Farras X 10,4 mg/dl 15,5 mg/dl 5,1 mg/dl
5 Amelia Miftahul X 10,9 mg/dl 13,7 mg/dl 2,8 mg/dl
6 Devina Luna X 10,6 mg/dl 16,2 mg/dl 6,4 mg/dl
7 Jihan Kamilia X 10,7 mg/dl 16,5 mg/dl 5,8 mg/dl
8 Khadijah Nisa X 10,8 mg/dl 15,1 mg/dl 4,3 mg/dl
9 Anastasya Silvi VII 9,7 mg/dl 12,4 mg/dl 2,7 mg/dl
10 Azka Khumayra VII 8,2 mg/dl 12,4 mg/dl 4,2 mg/dl
11 Earlene VII 9,2 mg/dl 14 mg/dl 4,8 mg/dl
Setiawan
12 Maura Ghany VII 10,4 mg/dl 11,8 mg/dl 1,4 mg/dl
13 Zahriyyah VII 10,9 mg/dl 16 mg/dl 5,1 mg/dl
Nurhasna
14 Jasmine VII 10,6 mg/dl 13,7 mg/dl 3,1 mg/dl
Zannuba
15 Rifda Nisrina VII 10,6 mg/dl 15,7 mg/dl 5,1 mg/dl
16 Zalzani VII 10,1 mg/dl 14 mg/dl 3,9 mg/dl
Niswatun
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, rata-rata kadar haemoglobin remaja
putri berada dalam klasifikasi anemia sedang. Setelah diberikan jus kombinasi
buah naga dan daun kelor diperoleh hasil sebagian besar remaja putri dalam
klasiffikasi tidak anemia.
Zat besi merupakan unsur vital untuk pembentukan hemoglobin, zat besi
berfungsi untuk membentuk sel darah merah, sehingga apabila produksi sel
darah merah dalam tubuh sudah cukup maka kadar hemoglobin akan normal,
jika kondisi tubuh kekurangan zat besi maka kemungkinan besar kadar
hemoglobin juga akan rendah (Mawaddah, 2018).
Menurut Aulia dkk tahun 2018, cara yang efektif untuk meningkatkan
penyerapan zat besi yaitu dengan mengonsumsi zat besi dengan sumber yang
kaya asam askorbat (VIT C) dan menghindari konsumsi polifenol dan
penghambat lain dalam makanan. Selain itu, konsumsi protein juga diperlukan
karena berperan sebagai transportasi zat besi dalam tubuh. Transferin yang
merupakan perotein mempunyai peranan sentral dalam metabolisme zat besi
karena mengantarkan zat besi ke dalam sirkulasi yang memerlukan zat besi
misalnya dari usus ke sumsum tulang dan organ lainnya untuk membentuk
hemoglobin yang baru.
Menurut Aulia dkk tahun 2018, besi yang terdapat di dalam bahan
pangan baik dalam bentuk ferri (fe3+) larut dalam asam lambung, kemudian
diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi bentuk yang lebih sederhana ferro
(fe2+) dengan adanya bantuan asam askorbat (vitamin C), didalam usus
ferrodioksidasi menjadi ferri, yang selanjutnya berikatan dengan apoferitin dan
ditransformasi menjadi ferritin, kemudian zat besi dalam bentuk ferro dilepaskan
ke dalam plasma darah. Di dalam plasma darah, ferro kembali dioksidasi
menjadi ferri dan berikatan dengan transferitin.Transferitin kemudian
mengangkut ferro ke dalam sumsum tulang untuk bergabung membentuk
hemoglobin. Transferitin mengangkut ferro ke dalam tempat penyimpanan besi
di dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, dan sistem retikuloendotelial)
kemudian dioksidasi menjadi ferri . Ferri bergabung dengan apoferitin
membentuk ferritin yang kemudian akan disimpan sebagai cadangan.
Hal ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh (Hendra & Rahmad,
2015) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara asupan
protein (p=0,000 dan r=0,7) dan asupan zat besi (p= 0,000 dan r= 0,6) terhadap
kadar hemoglobin pada wanita bekerja di Kecamatan Panteraja karena semakin
meningkatan asupan zat besi dan vitamin C maka kadar hemoglobin padawanita
bekerja semakin meningkat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Aulia dkk., 2018) juga
mengemukakan hal yang serupa, yang menyatakan bahwa peningkatan asupan
protein, zat besi dan vitamin C yang didapatkan dari sari kacang hijau selama 20
hari mampu meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,82 g/dl (Aulia et al.,
2018).
2. Pengaruh pemberian jus kombinasi Buah Naga Merah dan Daun Kelor
Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia
Buah naga merah dan bubuk daun kelor mengandung zat gizi yang
diperlukan untuk mendukung pembentukan hemoglobin dalam darah. Penelitian
yang telah dilakukan oleh (Sonawane, 2017) mengemukakan bahwa dalam 100
gram buah naga terdapat 1,9 mg zat besi dan 20,5 mg vitamin dan berdasarkan
penelitian (Gopalakrishnan dkk., 2016) dalam 100 gram bubuk daun kelor
terdapat 28,2 mg zat besi dan 17,3 mg vitamin C.
Buah naga merah merupakan salah satu buah yang telah banyak diteliti
manfaatnya dalam meningkatkan kadar hemoglobin. Salah satu penelitian yang
telah dilakukan adalah penelitian yang menggunakan jus buah naga sebanyak
200 g selama 3 hari sebagai produk perlakuan mampu meningkatkan kadar
hemoglobin dari 10,7 g/dl menjadi 11,4 g/dl karena zat besi dalam buah naga
dapat membantu dalam pembentukan hemoglobin untuk membawa oksigen ke
seluruh tubuh, vitamin A dalam buah naga merah dapat membantu hemoglobin
untuk mengikat oksigen (Wahyuningsih dkk., 2021).
Penelitian yang dilakukan pada remaja anemia di SMA Negeri 4
Pangkep juga menunjukkan hasil yang serupa dimana terdapat peningkatan
kadar hemoglobin melalui perlakuan jus buah naga merah yang meningkatkan
kadar hemoglobin pada remaja putri anemia dari 8,92 g/dl menjadi 13,14 g/dl
(Usman & Kurnaesih, 2019). Selain banyaknya penelitian mengenai manfaat
buah naga merah terhadap peningkatan kadar hemoglobin, daun kelor juga
merupakan salah satu tanaman herbal yang populer diteliti karena memiliki
kandungan gizi yang membantu meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah.
Salah satu penelitian yang menggunakan daun kelor sebagai produk intervensi
adalah penelitian yang dilakukan oleh (Indriani dkk., 2019), dimana penelitian
tersebut mendapatkan hasil bahwa edukasi gizi serta pemberian bubuk daun
kelor sebanyak 2.100 mg per hari selama 30 hari dapat meningkatkan kadar
hemoglobin 10,65 g/dl menjad 12, 40 g/dl dengan rata-rata kenaikan sebesar
1,76 ± 0,80 g/ dl.
Menurut penelitian Usman, munadira dkk tahun 2019 dengan judul
Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada
Remaja Putri Yang Mengalami Anemia di SMAN 4 PANGKEP yang
menyatakan bahwa Hasil uji paired t test pada kelompok intervensi
menunjukkan bahwa nilai t adalah sebesar -15.911 dengan sig 0,000. Karena sig
<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, artinya rata-
rata kadar hemoglobin siswa setelah diberikan jus buah naga mengalami
peningkatan yang signifikan dalam artian pemberin jus buah naga berpengaruh
terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMAN 4 Pangkep.
Menurut penelitian Indriani, Lusi dkk tahun 2019 dengan judul Pengaruh
Pemberian Edukasi Gizi dan Kapsul Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
terhadap Kenaikan Kadar Hemoglobin Remaja Putri di Universitas Pakuan yang
menyatakan bahwa dari hasil uji t-test terhadap kenaikan kadar Hb pada
kelompok intervensi (1,75 ± 0,80 g/dL) dan kelompok kontrol (0,72 ± 0,97)
diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Artinya terdapat perbedaan yang
bermakna antara kenaikan Hb kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
Hasil ini menunjukkan bahwa kelompok intervensi yang mendapatkan serbuk
daun kelor dan edukasi mengalami kenaikan kadar hemoglobin yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok plasebo yang hanya mendapatkan edukasi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh hasil
bahwa penelitian tersebut sangat efektif untuk diterapkan karena menggunakan
bahan yang mudah di dapat. Hal ini juga diterapkan dalam kegiatan Praktek
Komunitas di wilayah kerja Puskesmas Ampel, salah satu kegiatan dilakukan di
PPTQ Abi-Ummi yaitu melakukan inovasi berupa kombinasi jus buah naga
merah dan daun kelor dengan tema RANCAK BANA (REMAJA CANTIK
BEBAS ANEMIA). Dalam kegiatan pemberian jus kombinasi Buah Naga
Merah (Hylocereus Polyrhizus) dan daun kelor (Morings Oleifera) diperoleh
hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada Hb remaja putri sebelum
mengkonsumsi dan setelah mengkonsumsi jus kombinasi buah naga dan daun
kelor dengan rata-rata kenaikan Hb yaitu 4,33125 mg/dl. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada remaja putri yang
mengalami anemia setelah mengkonsumsi jus kombinasi buah naga merah dan
daun kelor diperoleh hasil dari rata-rata remaja putri yang mengalami anemia
sedang setelah mengkonsumsi jus kombinasi buah naga dan daun kelor dapat
diklasifikasikan menjadi sebagian besar remaja putri tidak anemia.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ester Angelina
(2022) dengan judul Pengaruh Pemberian Kombinasi Jus Buah Naga Merah
(Hylocereus Polyrhizus) dan Bubuk Daun Kelor (Morings Oleifera) Terhadap
Kadar Hemoglobin Remaja Putri Di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Raahmad
Kota Bengkulu Tahun 2022 yang menyatakan bahwa terdapat hasil positif yang
selaras dengan penelitian-penelitian yang terdahulu dimana terdapat pengaruh
dari buah naga merah maupun daun kelor dalam meningkatkan kadar
haemoglobin.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hasil Lab Hb pada darah yang dilakukan pada remaja kelas VII dan X
sebelum dilakukan kegiatan inovasi pemberian jus buah naga dan kelor hasil
nya yaitu rentan 8,2 g/dl – 10,9 g/dl.
2. Hasil Lab Hb pada darah yang dilakukan pada remaja kelas VII dan X setelah
dilakukan kegiatan inovasi pemberian jus buah naga dan kelor hasil nya yaitu
rentan 11,8 g/dl – 16,5 g/dl.
3. Hasil Lab Hb pada darah terdapat rata-rata peningkatan sebesar 4,33 g/dL.
4. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada peningkatan
kadar Hb remaja putri yang mengalami anemia setelah mengkonsumsi jus
kombinasi buah naga merah dan daun kelor.

B. Saran

1. Bagi Pondok pesantren


Inovasi ini bisa di jadikan salah satu referensi menu minuman yang di bagikan
untuk para siswa ketika di pondok pesantren.
2. Bagi Puskesmas
Kegiatan ini bisa di jadikan salah satu upaya awal untuk meningkatkan kadar
hemoglobin pada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Ampel.
3. Bagi Mahasiswa dan Institusi
Kegiatan ini bisa di jadikan salah satu refrensi dalam metode pembelajaran
terapi komplementer untuk menangani anemia pada remaja.
Daftar Pustaka

Aulia, V., Sunarto, & Rahayuni, A. (2018). Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau
(Vigna Radiata) Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Anemia. 6, 53–60.

Mawaddah, S. (2018). Peningkatan Kadar Hb Pada Kejadian Anemia Dengan


Pemberian Sirup Kalakai. 6(2), 1–7.

Sonawane, M. S. (2017). Nutritive And Medicinal Value Of Dragon Fruit. 12(2), 267–
271.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, N., Dodik, B., & C.M, D. (2017). Dukungan Guru Meningkatkan Kepatuhan
Konsumsi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri di Kota Bogor. Jurnal Gizi
Dan Pangan, 12(3). https://doi.org/https://doi.org/10.25182/jgp.2017.12.3.153-160

Cahyono, M. D. (2017). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah


Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.

Dinkes Kalbar (2022) https://dinkes.kalbarprov.go.id/sederet-makanan-penambah-


hemoglobin-yang-aman-dikonsumsi/

Hastuti, A. P., & Sari, A. N. (2022). Pengaruh teh daun kelor (moringa oleifera L)
terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Penderita Anemia. Journal of Health
Research, 5(1), 27–36.

Husin, F. (2013). Asuhan Kehamilan Berbasis bukti. Sagung Seto.

Indriani, L., Zaddana, C., Nurdin, N. M., & Sitinjak, J. S. M. (2019). Pengaruh
Pemberian Edukasi Gizi dan Kapsul Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
terhadap Kenaikan Kadar Hemoglobin Remaja Putri di Universitas Pakuan. MPI
(Media Pharmaceutica Indonesiana), 2(4), 200–207.
https://doi.org/10.24123/mpi.v2i4.2109

Kemenkes. (2016). Pedoman Pencegahan dan Penanggulanngan Anemia pada Remaja


Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Direktorat Gizi Masyarakat.

Kemenkes. (2018). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja


Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Kusmiran. (2018). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika.

Laras. (2018). Efektivitas Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera L.) Dalam
Pengendalian Ulat Krop(Crocidolomia Pavonana F.) Pada Tanaman Kubis
(Brassica Oleracea L. Var. Capitata).

Nufaisah, A., Yuliantini, E., & Darwis, D. (2019). Pengaruh Edukasi Gizi Seimbang
Dengan Permainan Kartu Bergambar Dan Puzzle Terhadap Pengetahuan Anak
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Bengkulu. Journal Of Early Childhood Islamic
Education, 3(1). https://doi.org/: 10.29300/alfitrah.v3i1.2279.

Rahmawati, M., Briawan, D., & Dwiriani, C. . (2019). Potential Effect Of Pitaya Fruit
Juice (Hylocereus Polyrhizus) As An Anti-Anemic Agent For Postpartum Anemia.
Jurnal Gizi, 4(4), 293–299.
https://doi.org/Https://Doi.Org/10.26911/Theijmed.2019.04.04.01

Sarwono. (2018). Psikologi Remaja. Rajagrafindo Persada.

Sjahriani, T., & Faridah, V. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan, 5(2), 106–115.

Usman, M., & Kurnaesih, E. (2019). Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Terhadap
Peningkatan Hemoglobin pada Remaja Putri yang Mengalami Anemia di SMAN 4
Pangkep. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 13 Nomor 6, 643–649.
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/110

WHO. (2018). Global Health Observatory (GHO) data.

Winarno, F, G. (2018). Tanaman kelor (Moringa oleifera) Nilai Gizi, Manfaat, dan
Potensi usaha. Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai