Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH

PADA NN. S USIA 16 TAHUN DENGAN ANEMIA


DI PUSKESMAS WONOKERTO
KABUPATEN MALANG

STASE REMAJA

OLEH :

IKE KURNIASARI

NIM 2282B1037

PRODI PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH


PADA NN. S USIA 16 TAHUN DENGAN ANEMIA
DI PUSKESMAS WONOKERTO
KABUPATEN MALANG

Mahasiswa

Odrika Puspa Anggraeni

(2282B1040)

Dan disetujui serta disahkan oleh:

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

Bd. Putri Eka Sejati, S.ST, M.Kes Bd.Sri Wahyuningsih, S.Tr. Keb.,M. Kes
NIDN : 0720129102

Mengetahui Dekan Fakultas Keperawatan

& Kebidanan IIK STRADA INDONESIA

Dr. Agusta Dian Ellina, S.Kep.Ns.,M.Kep


NIDN : 0720088503
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya

yang dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan

Remaja Di Puskesmas Wonokerto. Penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan

komprehensif ini merupakan tugas yang diwajibkan bagi mahasiswa Program

studi Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA yang akan

menyelesaikan pendidikan akhir program.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat

dalam penyusunan Asuhan Kebidanan holistic ini. Untuk itu penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi

peningkatan penyusunan Asuhan Kebidanan holistic selanjutnya.

Malang, Maret 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita sampai lanjut

usia. Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada perempuan

usia ≥ 15 tahun sebesar 22,7%. Anemia adalah suatu kondisi medis di mana suatu

jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin

normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia

biasanya di definisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 g/dL dan pada

wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 g/dL.

Anemia diketahui terkait dengan banyak faktor, seperti status sosial ekonomi

yang buruk, pola makan yang buruk baik kuantitas maupun kualitasnya, kurang

sehat dan kesadaran gizi, dan tingginya tingkat penyakit menular. Timbulnya

anemia terjadi pada masa kanak-kanak, merosot ke masa masa remaja pada anak

perempuan, dan semakin intensif selama masa kehamilan ini adalah gangguan

kekurangan nutrisi yang paling umum terjadi di Indonesia (Ravishankar 2016).

Berdasarkan wilayah regional, World Health Organization (WHO)

melaporkan prevalensi anemia pada ibu hamil yang tertinggi adalah Asia

Tenggara (75%), kemudian Mediterania Timur (55%), Afrika (50%), sertaAnemia

dan KEK merupakan masalah yang sering terjadi pada kelompok usia dewasa

terutama pada wanita hamil. Berdasarkan dari data World Health Organization

(WHO) pada tahun 2008, prevalensi anemia ibu hamil di Negara berkembang
meningkat dari 35% menjadi 75%. Keadaan anemia ditandai dengan penurunan

kadar hemoglobin (Hb), hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai 2 normal

yaitu 25 kg/m2. Faktor lain yang berhubungan dengan masalah gizi pra hamil

adalah rendahnya pengetahuan gizi. Rendahnya pengetahuan gizi dapat

menyebabkan rendahnya pemilihan makanan dan memiliki peran dalam masalah

gizi. Salah satu upaya menanggulangi masalah gizi melalui peningkatan

pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang dengan melakukan penyuluhan gizi.

Penyuluhan gizi merupakan suatu prinsip pemasaran yang bersifat edukatif untuk

memperbaiki kesadaran gizi yang bertujuan sebagai salah satu cara dalam

peningkatan pengetahuan seseorang dalam masalah gizi pra kehamilan. Edukasi

gizi merupakan bagian dari kegiatan pendidikan kesehatan, didefinisikan sebagai

upaya terencana untuk mengubah prilaku individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat dalam bidang kesehatan (Chacigo, 2010).

1.2 Tujuan

1.2.1Tujuan umum

Dapat mengetahui Asuhan Kebidanan yang diberikan pada Nn. S dengan

Anemia di Puskesmas Wonokerto.

1.2.2 Tujuan khusus

Mahasiswa mampu :
1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada
remaja.
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada remaja.
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial
yang mungkin muncul pada remaja
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada remaja.
5. Mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan pada remaja.
6. Mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan pada remaja.
7. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan remaja

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Diharapakan hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi

bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan

kebidanan holistic remaja dan pranikah.

1.3.2 Manfaat Praktis

1. Bagi remaja diharapkan dengan melakukan asuhan kebidanan holistic

ini remaja dan pranikah yang mengalami anemia dapat mempersiapkan

kehamilan tanpa masalah,

2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengetahuan yang telah

didapat dengan mempraktekkan dan menerapkan pada klien atau klien

secara langsung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian dari sumber pustaka

2.1.1 Anemia

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita sampai

lanjut usia. Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada

perempuan usia ≥ 15 tahun sebesar 22,7%. Anemia adalah suatu kondisi

medis di mana suatu jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari

normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan

perempuan. Untuk pria, anemia biasanya di definisikan sebagai kadar

hemoglobin kurang dari 13,5 g/dL dan pada wanita sebagai hemoglobin

kurang dari 12,0 g/dL.

2.1.2 Tanda-tanda Anemia Pada remaja putri yang mengalami anemia akan

timbul tanda tanda anemia sebagai berikut: (15)

a. Lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai (5L)

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak

tangan menjadi pucat

2.1.3 Penyebab Anemia

a. Faktor yang mendukung terjadinya anemia:


1) Makanan yang mengandung zat besi rendah Kebutuhan zat besi

yang meningkat akibat kehilangan darah, misalnya sebagai akibat

cidera, perdarahan ulkus peptikum atau hemorhoid, atau sebagai

akibat epistaksis atau menstruasi yang berlebihan. (18)

2) Gangguan penyerapan zat besi. Gangguan penyerapan zat besi

seperti terjadi pada kelainan traktus alimentarius tertentu.(18)

Penghambat penyerapan zat besi yang lainnya yaitu kafein, tanin,

fitat, zink, kalsium, fosfat dan lain-lain.(17)

b. Faktor pendorong anemia pada remaja putri.

1) Setiap bulan remaja putri mengalami menstruasi. Siklus menstruasi

pada wanita rata-rata sekitar 28 hari selama kurang lebih 7 hari, lama

perdarahannya sekitar 3-5 hari dengan jumlah darah yang

dikeluarkan sekitar 30-40 cc. Puncak perdarahannya hari ke 2-3

yaitu jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah.(19) Banyaknya

darah yang keluar mengakibatkan anemia, karena wanita tidak

mempunyai persediaan Fe yang cukup dan absorpsi Fe ke dalam

tubuh tidak dapat menggantikan hilangnya Fe saat menstruasi.(18)

2) Remaja putri sering kali menjaga penampilan, ingin kurus sehingga

berdiet dan mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan

kebutuhan tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat penting

seperti zat besi. Diet remaja mengandung 6 mg/ 1000 kkal, sehingga

pada gadis umumnya membutuhkan kalori yang lebih rendah akan

kesulitan untuk mencukupi kebutuhan zat besi atau anemia zat besi.

(6)
c. Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan

makanan sumber Fe, sedangkan kebutuhan Fe meningkat karena

kehilangan darah saat menstruasi.(18) Penyebabnya dapat bermacam-

macam, seperti perdarahan hebat, kurangnya kadar zat besi dalam tubuh,

kekurangan asam folat, kekurangan vitamin B12, cacingan leukimia

(kanker darah putih), penyakit kronis dan sebagainya.(6)

d. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar Hb turun pada

remaja yaitu : (17)

1) Penyakit yang kronis, misalnya TBC, Hepatitis, dsb.

2) Pola hidup remaja putri berubah dari yang semula serba teratur

menjadi kurang teratur, misalnya sering terlambat makan atau

kurang tidur.

e. Ketidakseimbangan antara asupan gizi dan aktifitas yang dilakukan.(20)

f. Rendahnya konsentrasi Hemoglobin (Hb) atau hematokrit nilai ambang

batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah

merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis),

atau kehilangan darah yang banyak.(21)

g. Kehilangan zat besi pada orang sehat terjadi melalui feses (0,6 mg/ hari),

getah empedu, serta sel-sel mukosa usus yang mengalami deskuamasi

(lapisan tipis hilangnya), sedikit melalui darah dan sedikit melalui urin,

di samping kehilangan basal wanita juga kehilangan zat besi melalui

darah menstruasi.(1)

2.1.4 Dampak Anemia pada Remaja Putri. Dampak anemia pada remaja putri

diantaranya:
a. Menurunnya kesehatan reproduksi

b. Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan

c. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

d. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai

optimal.

e. Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran

f. Mengakibatkan muka pucat(6)

g. Terhambatnya pertumbuhan, pada masa pertumbuhan tubuh mudah

terinfeksi, kebugaran/ kesegaran tubuh menurun, belajar/ prestasi

menurun, calon ibu yang berisiko saat kehamilan dan melahirkan, saat

melahirkan akan terjadi perdarahan bahkan kematian.(17)

2.1.5 Pentingnya Zat Besi (Fe) bagi Wanita dan Remaja Putri Defisiensi

merupakan limiting faktor untuk pertumbuhan masa remaja, mengakibatkan

tingginya kebutuhan zat besi.(17) Kekurangan Fe dalam makan sehari-hari

dapat menimbulkan kekurangan darah yang dikenal sebagai anemia gizi besi

(AGB). Remaja putri lebih rawan terhadap anemia dibandingkan remaja

lakilaki karena remaja putri mengalami menstruasi/ haid berkala yang

mengeluarkan sejumlah zat besi setiap bulan. Oleh sebab itu remaja putri

lebih membutuhkan zat besi lebih banyak dari pada remaja lakilaki.(6)

2.1.6 Pencegahan Anemia Menurut teori Lawrence Green terdapat 3 faktor yang

mempengaruhi perilaku pencegahan anemia diantaranya:(22)

a. Faktor Predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-niai dan sebagainya.


b. Faktor pendukung (enabling factor) yaitu berupa fisik, tersedia atau

tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,

alat dan sebagainya.

c. Faktor pendorong (renforcing factor) yaitu berupa sikap dan periaku

petugas kesehatan dan petugas yang lain yang merupakan kelompok dari

perilaku masyarakat.

Anemia gizi dari 3 faktor di atas dapat disimpukan bahwa perilaku

pencegahan anemia pada remaja putri di masyarakat ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, petugas fasilitas kesehatan. (22)

terdapat 3 strategi pencegahan penyakit diantaranya:(23)

a. Pencegahan Primer (promosi kesehatan) Promosi yang dilakukan pada

individu atau masyarakat untuk mendorong perilaku yang

meningkatkan kesehatan dengan cara mengurangi faktor risiko dengan

cara perubahan ligkungan untuk menyediakan pilihan makanan

bergizi, disekolah menjual makanan yang bergizi dan mengandung zat

besi seperti berasal dari sayuran dan buah yang segar, informasi gizi di

akses di internet, penjual dan pembeli makanan harus memperhatikan

nilai gizi dan tanggal kadaluarsa.

b. Pencegahan Sekunder (Penilaian dan Pengurangan Resiko)

Pencegahan sekunder ini untuk menekankan deteksi dini dan diagnosa

penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan pemeriksaan

sejak dini ke pelayanan kesehatan untuk mengetahui sejak dini hasil

pemeriksaan/ diagnosa anemia diantaranya:


1) Anamnesa/ keluhan. Dengan anamnesa akan ditemukan keluhan

cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan tanda

anemia lain yang dirasakan.(19)

2) Pemeriksaan fisik Keluhan lemah, kulit pucat, sementara tekanan

darah masih dalam batas normal, pucat pada membran mukosa,

konjungtiva, pucatnya pada kuku dan jari tangan karena kurangnya

sel darah merah.(24)

3) Pemeriksaan darah Pemeriksaan Hb untuk meningkatkan derajat

anemia dapat dilakukan dengan menggunakan alat test meter

MHD-1.(19)

c. Pencegahan Tersier (Pengobatan dan Rehabilitasi) Mencakup

pengobatan dan rehabilitasi untuk mencegah kejadian anemia lebih

lanjut. (23) Anemia pada remaja putri disebabkan dari faktor

kurangnya berbagai macam nutrisi penting dalam pembentukan Hb.

(18) Prinsip dasar dalam pencegahan anemia karena defisiensi zat besi

adalah memastikan konsumsi zat besi secara teratur untuk memenuhi

kebutuhan tubuh dan untuk meningkatkan kandungan serta

bioavailabilitas (ketersediaan hayati) zat besi dalam makanan. Ada

empat pendekatan utama: (25)

1) Penyediaan suplemen zat besi Dosis Tablet Tambah Darah (TTD)

adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Fero

Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.

Mengkonsumsi tablet Fe saat mentruasi dapat membantu

mencegah anemia.(25) Cara paling efektif untuk mengatasi anemia


defisiensi besi segera setelah diketahui adalah dalam bentuk

preparat, terapi juga harus ditujukan kepada keadaan yang

mungkin terdapat dibalik anemia tersebut.(7)

2) Makanan yang mengandung zat besi. Makan makanan yang

banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (heme)

seperti daging, ikan, ayam, hati, telur dan bahan makanan nabati

(non heme) sayursayuran dan buah buahan yang banyak

mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam,

jambu, tomat, jeruk, nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan

penyerapan zat besi dalam usus.(25)

3) Mengurangi yang menghambat penyerapan zat besi yaitu minum

teh, kopi, susu, dan minuman beralkohol.(17)

4) Edukasi gizi. Pendekatan berbasis holtikultur untuk memperbaiki

ketersediaan hayati zat besi pada bahan pangan yang umum.(1)

2.1.7 Tatalaksana Anemia

a. Tatalaksana Umum

Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan

darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah. 25 2. Bila

pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan zat suplementasi

besi dan asam folat. Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas

adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg

asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat

diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan

pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.Apabila setelah 90 hari


pemberian tablet besi dan asam folat kadar hemoglobin tidak meningkat,

rujuk klien ke pusat pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari

penyebab anemia.

b. Tatalaksana khusus

1) Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab

anemia berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan

apus darah tepi.

2) Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan:

a) Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila

ditemukan kadar ferritin < 15 ng/ml, berikan terapi besi dengan

dosis setara 180 mg besi elemental per hari. Apabila kadar

ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC.

b) Thalassemia: Klien dengan kecurigaan thalassemia perlu

dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam

untuk perawatan yang lebih spesifik.

3) Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan:

a) Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi,

mola, kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca persalinan

b) Infeksi kronik

4) Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan:

Defisiensi asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg

dan vitamin B12 1 x 250 – 1000 μg 5.

5) Transfusi untuk anemia dilakukan pada klien dengan kondisi

berikut:
a) Kadar Hb 7 g/dl dengan gejala klinis: pusing, pandangan

berkunangkunang, atau takikardia (frekuensi nadi >100x per

menit).

6) Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan

memantau pertambahan tinggi fundus, melakukan pemeriksaan

USG, dan memeriksa denyut jantung janin secara berkala

(Kemenkes RI 2013: 161)

2.1.8 Asuhan Kebidanan holistic Pada Remaja dan pranikah dengan Anemia

a. Pemberian tablet zat besi . Pemberian suplemen besi merupakan salah

satu cara yang dianggap paling cocok bagi remaja putri untuk

meningkatkan kadar Hb sampai pada tahap yang diinginkan, karena

sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 0.25 asam

folat. Setiap tablet setara dengan 200 mg ferrosulfat.

b. Pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan anemia, pemilihan

makanan tinggi zat besi, asupan zat besi.

c. Pengobatan anemia pada ibu hamil harus ditujukan pada penyebab

anemia dan mungkin termasuk transfusi darah, pemberian kortikosteroid

atau obat-obatan lainnya yang menekan sistem kekebalan tubuh,

pemberian Erythropoietin obat yang membantu sumsum tulang

membuat sel-sel darah merah, dan pemberian suplemen zat besi, vitamin

B12, asam folat, atau vitamin dan mineral lainnya.

2.1.9 Remaja

Remaja pada umunya didefinisikan sebagai orang-orang yang mengalami

masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut WHO,


remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun.

Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial

dan seksual, semua remaja akan melewati tahap berikut:(26)

A. Masa remaja awal atau dini (early adolescence), yaitu umur 11 sampai

13 tahun.

B. Masa remaja pertengahan (middle adolescence), yaitu umur 14 sampai

16 tahun.

C. Masa remaja lanjut (late adolescence), yaitu umur 17 sampai 20 tahun.

2.2 Kajian dari jurnal penelitian

2.2.1 Menurut jurnal “Gambaran kejadian anemia pada remaja putri “ (Noorhayati

Novayanti, Sri Wahyuni Sundari, 2020 )

Dalam jurnal tersebut menjelaskan tentang Anemia dapat menyebabkan

berbagai permasalahan kesehatan pada remaja. Remaja putri yang

mengalami anemia berdampak pada status kesehatan reproduksi. Masa

remaja merupakan masa yang lebih banyak membutuhkan zat gizi.

Tingginya prevalensi anemia pada remaja tidak diikuti dengan pengetahuan

remaja tentang bahaya anemia. Menunjukkan bahwa sebagian besar remaja

putri tidak mengetahui tentang anemia pada remaja.

2.2.2 Menurut jurnal “ Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dan Siklus

Menstruasi Dengan Anemia Pada Remaja Putri “ (Arnoveminisa

Farinendya* , Lailatul Muniroh , Annas Buanasita)

Kurangnya asupan zat besi merupakan penyebab utama terjadinya anemia

pada remaja putri, namun hal ini juga dipengaruhi oleh kemampuan
penyerapan zat besi baik yang memudahkan maupun yang menghambat6 .

Protein dan vitamin C adalah zat gizi yang berperan sebagai enhancer zat

besi. Fitat, tanin, oksalat, dan kalsium adalah zat gizi yang berperan sebagai

inhibitor zat besi7 . Selain kurangnya asupan zat besi, siklus menstruasi juga

mempengaruhi kejadian anemia. Menstruasi adalah perubahan fisiologis

yang dipengaruhi oleh hormon dan terjadi dalam tubuh wanita secara

berkala8 . Siklus menstruasi merupakan jarak seseorang mengalami

menstruasi pada waktu lalu dengan menstruasi berikutnya . Anemia dapat

terjadi pada remaja putri apabila mengalami siklus menstruasi pendek .

2.2.3 Menurut jurnal “ Faktor yang berhubungan dengan anemia pada siswi

menengah atas di pekanbaru “ ( Yusmaharani, Rini Hariani Ratih) Dalam

penelitian ini dari tiga variabel yang diteliti hanya satu variebel

yang berhubungan dengan kejadian anemia yaitu pengetahuan. Namun

secara substansi dua variabel lainnya yaitu penghasilan orang tua dan

jenis makanan merupakan salah satu faktor penyebab kejadian

anemia. Selain faktor tersebut, masih ada beberapa faktor lainnya

yang dapat menyebabkan anemia pada remaja yang tidak di teliti dalam

penelitian ini. Pengetahuan merupakan pengenalan terhadap kenyataan,

kebenaran, prinsip dan kaidah suatu objek dan merupakan hasil

stimulasi informasi untuk terjadinya suatu perubahan perilaku. Prilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan

baik siswi menengah atas maka siswi tersebut akan mengetahui

penyebab anemia.Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa ketika


seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi maka ia akan menjaga

kesehatannya dengan memperbaiki status gizinya, dengan memperhatikan

gizi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, membiasakan

mengkonsumsi zat besi setiap menstruasi, dengan demikian tercipta

pola hidup yang sehat dan terhindar dari anemia.

2.3 Tinjauan manejemen 5 langkah askeb

2.3.1 Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan Manajemen kebidanan

adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode

untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

temuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk

mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien. Proses

manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai

dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi (Jannah 2013

:193) .

2. Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan Proses manajemen terdiri dari 7

langkah asuhan kebidanan yang dimulai dari pengumpulan data dasar

dan diakhiri dengan evaluasi. Tahapan dalam proses asuhan kebidanan

ada 7 langkah, yaitu:

a. Langkah 1 Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua

data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara


lengkap seperti, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan

kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan selanjutnya,

meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil

study (Rukiah: 2013). Data yang diperoleh untuk kasus anemia

dilakukan dengan cara mengumpulkan data lengkap dari klien

dengan menilai keadaan klien melalui anamnese, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang (Laboratorium). Data subjektif yaitu data

yang didapatkan dari ibu seperti ibu mengeluh sering ermasa lelah

dan sering mengantuk, merasa pusing dan lemah, merasa tidak enak

badan, mengeluh sakit kepala. Data objektif yaitu merupakan data

dari hasil pemeriksaan yang dilakukan seperti, tampak kuku pada

tangan pucat, konjungtiva pucat dan hasil pemeriksaan laboratorium

didapatkan kadar Hb < 11 gr%.

b. Langkah 2. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah aktual

Mengidentifikasi data dengan cepat untuk mengidentifikasi diagnosa

atau masalah aktual dengan klien berdasarkan data dasar,

menguraikan bagaimana suatu data pada kasus diinterpretasikan

menjadi suatu diagnosa atau secara teori data apa yang mendukung

untuk timbulnya diagnosa tersebut. Masalah lebih sering

berhubungan dengan bagimana klien menguraikan keadaan yang ia

rasakan, sedangkan diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh bidan

yang difokuskan pada apa yang di alami oleh klien(Rukiah 2013:

190). Dari data subjektif dan objektif yang didapatkan pada saat

pengkajian data maka diagnosa yang ditegakkan yaitu anemia


dengan kadar Hb < 11 gr%. Masalah aktual yang dirasakan remaja

putri adalah sering merasa lelah dan mengantuk, merasa pusing,

sering merasakan sakit kepala dan konjungtiva pucat

c. Langkah 3 Intervensi/ Perencanaan tindakan asuhan kebidanan. Pada

langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manejemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi

atau di antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang

tidak lengkap dapat di lengkapi (Jannah 2013: 209). Tujuan yang

ingin dicapai adalah anemia dapat teratasi. Kriteria dalam mencapai

tujuan yaitu klien dapat mengatasi anemia yang dialaminya.

Tindakan yang akan diambil jika ditemukan anemia pada remaja

yaitu Pemberian suplemen besi merupakan salah satu cara yang

dianggap paling cocok bagi remaja untuk meningkatkan kadar Hb

sampai pada tahap yang diinginkan. Memberikan informasi kepada

klien tentang pentignya gizi pada remaja, istirahat yang

cukup .Sedangkan tindakan segera atau kolaborasi yang akan

dilakukan dengan anemia pada remaja jika dibutuhkan yaitu dengan

melakukan transfusi darah.

d. Langkah 4. Implementasi/ pelaksanaan asuhan Pada langkah ini

rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah empat harus

dilaksanakan secara efesien. Perencanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan

sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika
bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab

untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah

tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan

berkolaborasi denga dokter untuk menangani klien yang mengalami

komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manejemen asuhan bagi

klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana

asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Implementasi yang

diberikan pada ibu adalah hasil pemeriksaan kepada klien dan

jelaskan hal-hal yang di anggap penting, Jelaskan penyebab anemia

agar klien dan tahu cara mengatasi anemianya. Dan anjuran

pemberian tablet Fe untuk meningkatkan kadar Hb klien disamping

intake makanan yang mengandung zat besi, istirahat yang cukup .

e. Langkah 5. Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan

dari asuhan yang sudah diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai denga kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam maslah dan diagnosis.

Rencana tersebut dapat di anggap efektif juka memang benar efektif

dalam pelaksanaanya. Adapun kemungkinan bahwa sebagian

rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif (Jannah

2013). Pada prinsip tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali

terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh

tercapainya rencana yang dilakukan. Untuk menilai ke efektifan

tindakan yang diberikan, bidan dapat menyimpulkan jumlah kadar

Hb dengan melakukan pemeriksaan laboratorium kembali.


BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 24 Maret 2023 Jam pengkajian : 09.30 WIB


Tempat pengkajian : Puskesmas Wonokerto

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Subjektif
1) Identitas pasien
Nama : Nn. S
Usia : 16 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA

Nama ayah : Tn. K Nama ibu : Ny. C


Usia : 48 tahun Usia : 46 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : IRT
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Alamat : Rejoyoso RT 001/ RW 001, Bantur

3.1.2. Alasan kunjungan saat ini


Periksa karena sering pusing

3.1.3. Keluhan utama


Sering Pusing, badan loyo, cepat lelah dan sering mengantuk

3.1.4. Riwayat menstruasi


 Menarche : 12 tahun
 Siklus menstruasi: 28 hari (teratur/tidak teratur)
 Lama : 7-8 hari
 Banyaknya darah : tiap hari ganti softex 3-4x
 Konsistensi : Cair
 Dysmenorhoe : Ya/tidak (sebelum/selama/sesudah menstruasi)
 Flour albus : Ya/tidak (sebelum/selama/sesudah menstruasi)
Warna:.......... Bau:........... Gatal:.............
 HPHT : 20 Maret 2023

3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga


a. Keturunan kembar : Tidak ada
Dari pihak siapa :-
b. Penyakit keturunan : Tidak ada
Dari pihak siapa :
Jenis penyakit :-
c. Penyakit lain dalam keluarga : Tidak ada
Dari pihak siapa :-
Jenis penyakit :-
d. Riwayat kesehatan yang lalu
 Penyakit menahun : Tidak ada
 Penyakit menurun : Tidak ada
 Penyakit menular : Tidak ada
3.1.6. Latar belakang budaya dalam keluarga
 Kebiasaan/upacara adat istiadat :-
 Kebiasaan keluarga yang menghambat :-
 Kebiasaan keluarga yang menunjang :-

3.1.7. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi : Makan tidak teratur
Keluhan yang dirasakan : bila makan terlalu banyak terasa mual
b. Pola Eliminasi : BAB 1x / hari, BAK 3-4x / hari
Keluhan yang dirasakan :-
c. Pola istirahat tidur : tidur 7-8 jam / hari
Keluhan yang dirasakan : sering ngantuk
d. Pola Aktivitas : Sekolah full day dari jam 06.30 s/d 16.00
Keluhan yang dirasakan : Kadang mudah merasa lelah
e. Pola seksualitas :-
Keluhan yang dirasakan :-
f. Perilaku Kesehatan
Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : -
Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : -
g. Personal Hygiene
Mandi, keramas, gosok gigi : 2x / hari
Ganti celana dalam dan pembalut : 3-4 x/ hari
Cara membersihkan genetalia : dibersihkan 3-4x / hari
Keluhan yang dirasakan :-

3.2. DATA OBJEKTIF


3.2.1. Pemeriksaan Umum
 Kesadaran : Composmentis
 TD : 100/70 mm hg
 Suhu : 366 C
 Nadi : 72 x / mnt
 RR : 18 x / mnt
 BB : 53 kg
 TB : 160 cm
 IMT : 21 kg/m2

3.2.2. Pemeriksaan Khusus


a. INSPEKSI
 Kepala : bersih ,distribusi rambut merata
 Muka : wajah tampak lemas
Kelopak mata : simetris
Conjungtiva : anemis
Sklera : tidak ikterik
 Mulut dan gigi :
Bibir : mukosa basah
Lidah : bersih
Gigi : tidak caries
 Hidung : Simetris
Sekret :-
Kebersihan : bersih
 Leher :
Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
 Dada : simetris, tdk tampak retraksi , putting menonjol
 Perut :
Pembesaran : tidak ada
Bekas luka operasi : tidak ada
 Ekstremitas atas dan bawah :
Oedema : -
Varises : -
b. PALPASI
 Leher :
Pembesaran vena jugularis :-
Pembesaran kelenjar thyroid : -
Pembesaran kelenjar getah bening :-
 Dada :
Benjolan/ Tumor :-
Keluaran :-
 Perut :
Pembesaran lien/ liver : -
 Ekstremitas atas dan bawah
Oedema: -
c. AUSKULTASI:
 Dada:..RH (-) WH ( - )
 Perut: Bising Usus ( + )
d. PERKUSI
 Reflek Patela : kanan + , Kiri +
 Perut : -

3.2.3. Pemeriksaan Laboratorium


- Hb : 10 gr/dl
- Golongan darah :-
- Albuminuria :-
- Reduksi Urine :-
3.2.4. Pemeriksaan penunjang : -

3.3. ANALISA/DIAGNOSA:
“ Nn. S Usia 16 tahun dengan Anemia “

3.4. INTERVENSI
Tanggal 24 Maret 2023 Jam 09.40 WIB
1. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya rencana asuhan atau tindakan kepada klien
yaitu agar anemia bisa teratasi
2. Kriteria keberhasilan
3. Rencana tindakan asuhan kebidanan
a. Menyampaikan kepada klien tentang kondisi saat ini
Rasional : dengan menjelaskan mengenai keadaan yang dialaminya
maka klien akan mengerti sehingga klien akan bersifat kooperatif
terhadap tindakan dan anjuran petugas kesehatan.
b. Memberikan KIE tentang:
 Istirahat yang cukup Rasional : dengan istrirahat yang cukup dapat
meringankan beban kerja jantung yang mengalami peningkatan
dengan masa kehamilan dan dapat menghemat energi.
 Gizi pada ibu hamil tentang kebutuhan kalori, protein, zat besi,
asam folat (vitamin B) dan vitmin C Rasional: kebutuhan gizi pada
ibu hamil penting dan lebih dari biasanya karna digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin serta persiapan untuk
laktasi.

4. Penatalaksanaan pemberian vitamin


 SF 1 x 1 tablet/ hari
Rasional : suplemen zat besi direkomendasikan sebagai dasar yang
rutin karena banyak ibu yang tidak mengkomsumsi makanan yang
mengandung zat besi terlebih lagi ibu yang sedang mengalami
anemia.
 Vitamin B kompleks
Rasional : vitamin B kompleks merangsang relaksasi otot-otot
polos dan memperlancar aliran darah sehingga membantu
metabolisme termasuk pencernaan.
 Vitamin C
Rasional : Dapat membantu penyerapan zat besi, memperkuat
pembuluh darah untuk mencegah perdarahan, meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.

3.5 PENATALAKSANAAN
Tanggal : 24 Maret 2023 Jam : 09.45 WIB
1. Menyampaikan kepada klien tentang kondisi saat ini yaitu: keadaan klien
sering pusing, merasa lemas, cepat lelah, dan mengantuk merupakan
akibat dari penurunan Hb dalam darah yang jumlahnya 10 gram%.
Hal ini diatasi dengan komsumsi makanan yang bergizi dan Fe seperti
ikan, daging, tahu, tempe, telur, dan sayur-sayuran yang berwarna hijau
dan buah buahan.
2. Memberikan KIE tentang Gizi pada remaja putri
a) Kebutuhan kalori selama kehamilan meningkat yang diperoleh
misalnya dari kacang-kacangan, buah segar, beras merah, sayur
sayuran.
b) Kebutuhan protein dapat diperoleh dari telur, tahu, tempe, ikan dan
susu.
c) Zat besi yang diperlukan setiap hari dapat diperoleh dari daging, hati,
telur dan kedelai.
d) Kebutuhan asam folat (vitamin B) dan vitamin C dapat diperoleh dari
misalnya jus jeruk, brokoli, dan juga roti
e) Istirahat yang cukup Menganjurkan klien untuk istirahat yang cukup
dan tidak melaksanakan aktifitas yang dapat membuat klien kelelahan.
klien mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang disampaikan.
3. Mendiskusikan tanda-tanda bahaya Anemia
a) Sakit kepala yang hebat
b) Demam
c) Bengkak pada wajah dan kaki
d) Penglihatan kabur
e) Mual muntah berlebihan
f) Nyeri perut yang hebat
g) Keluar darah dari jalan lahir
h) Kejang
4. Penatalaksanaan pemberian vitamin
a) Fe 1 x1 tablet/ hari
b) Vit B Complex 3x 1/ hari
c) Vit C 3 x 1/ hari
Klien mengerti dan akan mengkomsmsi obat-obat yang telah diberikan
sesuai dengan dosis dan aturan minum yang telah dianjurkan.
5. Menganjurkan klien untuk kembali memeriksakan diri tanggal 28 Maret
2023, tetapi bila ada keluhan klien boleh datang kapan saja. Klien
menyatakan bersedia dengan apa yang telah disampaikan.

3.6. EVALUASI
Tanggal 24 Maret 2023 Jam : 09.45 WIB
a. Keadaan Umum Baik.
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 100/ 70 mmHg
2) Nadi : 72 x/ menit
3) Suhu : 36,6 C
4) Pernapasan : 18 x/ menit
c. Keadaan pasien dengan anemia dengan kadar Hb 10 gram% dengan
menggunakan alat untuk mengukur kadar sel darah merah
d. Klien bersedia datang kembali tanggal 28 Maret 2023
BAB IV

PEMBAHASAN

BAB ini akan menguraikan pembahasan tentang pelaksanaan manajemen

asuhan kebidanan holistik pada “ Nn. S dengan Anemia Remaja dan Pranikah “ di

Puskesmas Wonokerto tanggal 24 Maret 2023. Maka saya akan membahas

tentang perbandingan studi kasus pada Nn. S dengan tinjauan teori. Pembahasan

akan diuraikan secara narasi berdasarkan pendekatan manajemen asuhan

kebidanan dengan 7 langkah askeb sebagai berikut.

Langkah I : Pengkajian Data Subjektif

Pengkajian data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang

ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spiritual

(Nurhayati dkk, 2013). Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut saya

dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung dari klien dan keluarganya

serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang/

laboratorium Pengkajian data dasar pada kasus anemia pada remaja dan pranikah

dilakukan pada saat pengamatan pertama kali ketika klien datang puskesmas.

Pengkajian meliputi anamnesis langsung yang diperoleh dari klien, dan keluarga

klien. Pengkajian ini berupa identitas klien, data biologis/fisiologis yang meliputi:

keluhan utama, riwayat keluhan utama, riwayat kehamilan sekarang, riwayat

menstruasi, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan dan penyakit keluarga,

riwayat sosial budaya, dan riwayat fungsi kesehatan. Pengkajian data objektif di

peroleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dan


pemeriksaan fisik serta di tegakkan dengan pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan laboratorium. Pada langkah awal dikumpulkan semua informasi

yang akurat dan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Tanggal 24 Maret 2023 Nn. S Usia 16 tahun, datang ke klinik dengan keluhan

sering pusing merasa badannya loyo, dan sering ngantuk, Klien merasakan

keluhanya sejak tiga hari yang lalu. Klien datang dengan keluhan sering pusing,

badan terasa lemas dan keluhan yang dirasakan klien tersebut mulai dirasakan

sejak tiga hari yang lalu.

Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Klien mengalami haid pertama haid terakhir (HPHT) pada tanggal 20 Maret

2023. Klien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, asma jantung dan

diabetes, dan tidak ada riwayat mengomsumsi obat-obatan. Selama ini nutrisi

klien terpenuhi dengan baik, istirahat cukup, aktivitas klien tetap melakukan

pekerjaan rumah sehari-harinya.

Kunjungan pertama pada tanggal 24 Maret 2023 di Puskesmas Wonokerto,

hasil pemeriksaan dengan berat badan 53 kg, pemeriksaan fisik dengan hasil

kesadaran komposmentis, keadaan umum baik, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi

7 x/menit, pernapasan 18x/menit, dan suhu 36,6°C, dengan ekspresi wajah tampak

lemas, kedua konjungtiva mata tampak sedikit pucat, tidak ikterus, dan sklera

putih, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis,

payudara tampak hiperpigmentasi pada areola mammae. Pemeriksaan abdomen

tidak ada benjolan yang abnormal tidak ada bekas operasi. Pemeriksaan

laboratorium didapatkan hasil kadar hemoglobin 10 gr/dL. Adapun tanda dan


gejala anemia menurut teori yaitu, seperti kelelahan, keletihan iritabilitas, dan

sesak napas saat melakukan aktifitas merupakan gejala yang paling sering

ditemukan. Tanda- tanda orang yang mengalami anemia, pucat pada kulit dan

membran mukosa dapat dilihat, dan mungkin tampak pada tekapak tangan dan

konjungtiva (Purwoastuti 2015). Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu

mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, lidah luka, nafsu

makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah)

dan mual muntah (Erlin 2012). Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi

hemoglobin dalam darah kurang dari 12,5 g/dl pada pria dewasa dan kurang dari

10 g/dl, pada wanita dewasa, untuk wanita hamil apabila Hb kurang dari 10,0 g/dl

(Proverwati 2011). Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan

lemah, pucat dan mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas

normal (Feryanto, Achmad, 2011 : 37).

Sedangkan pada kasus Nn. S setalah dilakukan pengumpulan data dan

pemeriksaan didapatkan keluhan berupa Klien sering pusing dan mengeluh badan

loyo serta sering mengantuk, konjungtiva klien tampak pucat, dan pada

pemeriksaan darah Hb 10 gram%. Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan

antara teori dengan gejala yang timbul pada kasus anemia pada masa remaja putri

dan pranikah. sehingga saya tidak ada hambatan yang berarti karena pada saat

pengumpulan data baik klien maupun keluarga dalam hal ini klien selalu terbuka

untuk memberikan informasi sesuai dengan data yang diperlukan yang

berhubungan dengan keadaan ibu sehingga mempermudah dalam mengumpulkan

data. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dan kasus.


Langkah III : Analisa data Diagnosa/Masalah .

Langkah ketiga dilakukan identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data tersebut

kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah

yang spesifik (Nurhayati dkk, 2013).

Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan

diagnosis terjadi anemia pada kasus Nn. S klien datang dengan keluhan sering

pusing, badan loyo sering mengantuk. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa

kasus anemia ditandai dengan tanda dan gejala antara lain pusing, rasa lemah,

konjuntiva dan kulit pucat, mudah pingsan (Purwoastuti 2015). Berdasarkan

pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada Nn. S ditemukan hasil tampak

konjungtiva ibu tampak pucat. Pucat pada kulit dan membran mukosa dapat

dilihat, dan mungkin tampak pada telapak tangan dan konjungtiva, meskipun

tanda ini bersifat subjektif dan tidak dapat diandalkan (Tarwoto 2013).

Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada Nn. S didapatkan

hasil kadar yaitu 10 gram%. Berdasarkan teori bahwa anemia merupakan suatu

keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit

dibawah nilai normal (Rukiyah 2013: 114). Anemia adalah kondisi dimana

berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah sehingga tidak mampu

memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Anemia pada

ibu hamil dapat didefenisikan bila kadar Hb <11gr/dl (Nugroho: 2014). Adapun

diagnosa/ masalah aktual yang diidentifikasi pada Nn. S yaitu Anemia pada

Remaja , Klien dengan Anemia dengan Hb 10 gr %. Diagnosa pada Nn. S


didasarkan atas data subjektif dan data objektif yang didapat dari hasil pengkajian

dan analisa secara teoritis.

Berdasarkan uraian data diatas masalah aktual adalah anemia. Anemia

pada remaja putri ialah Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah

merah/ hemoglobin (Hb) dalam darah yang kurang dari normal, yaitu pada wanita/

usia remaja (<12gr/ dL).(15) Kekurangan Fe atau zat besi dalam makanan yang

dikonsumsi sehari-hari mengakibatkan anemia defisiensi besi. Zat besi dibutuhkan

untuk membentuk sel darah merah (Hemoglobin) (Nugroho 2014). Pada

anamnesa akan didapatkan keluhan sering pusing, keluhan mual muntah hebat,

dan cepat lelah. Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa

anemia diantaranya dari anamnesa, riwayat nutrisi, gejala dan keluhan pada

penderita, pemeriksaan fisik, meliputi tanda-tanda anemia, serta yang mendasari

penyakit-penyakit tertentu penyebab anemia, pemeriksan laboratorium untuk

pemeriksaan kadar Hb (Aziz 2011). Diagnosis anemia pada remaja putri dapat

dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah,

sering pusing mata berkunang kunang dan keluhan mual muntah lebih hebat pada

remaja putri. Adapun penilaian klinis sehingga dapat dikatakan anemia menurut

(Aziz 2011) yaitu: letih, sering mengantuk, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada

lidah, kulit pucat, membran mukosa pucat (misal konjungtiva), bantalan kuku

pucat, tidak ada nafsu makan, mual dan muntah. Berdasarkan data yang telah

diperoleh dari pengkajian tampak ada persamaan dalam diagnosa aktual yaitu

klien mengalami anemia dengan kadar Hb pada Nn. S yaitu 10 gram%. Dengan

demikian secara garis besar tampak adanya persamaan antar teori dan tidak ada
kesenjangan dengan diagnosis aktual yang ditegakkan sehingga memudahkan

memberikan tindakan selajutnya.

Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Segera

Menurut Mangkuji dkk (2012), perlunya tindakan segera dan kolaborasi

dilakukan jika klien mengalami penyakit atau keluhan yang mengancam maka

dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.

Untuk menangani kasus anemia, tidak ada yang memberikan indikasi adanya

tindakan segera dimana harus menyelamatkan jiwa klien, berupa kolaborasi

dengan kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan keaadan klien ataupun

konsultasi dengan dokter. Berdasarkan tinjauan teori yang dijelaskan menurut

(Kemenkes RI 2013:161) bahwa pada seseorang yang mengalami anemia apabila

kadar Hb < 12 gram% dilakukan tindakan atau tatalaksana secara umum yaitu

pemberian tablet penambah darah, dan apabila kadar Hb< 7 gram% maka dapat

dilakukan tatalaksana khusus seperti melakukan transfusi darah. Berdasarkan

pemeriksaan tanda- tanda vital didapatkan hasil yang menunjukkan ibu baik- baik

saja, dan tidak terdapat kondisi yang memberikan indikasi adanya tindakan segera

atau kolaborasi. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang/ laboratorium pada

kunjungan pertama tanggal 24 Maret 2023 didapatkan hasil kadar Hb klien 10

gram%, Pemantauan ini tidak dilakukan tindakan segera/kolaborasi karena

kondisi klien tidak memerlukan tindakan tersebut.

Langkah V : Intervensi
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebidanan terhadap

diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Suatu rencana

tindakan harus disetujui klien dan bidan agar menjadi efektif. Semua keputusan

yang dibuat dalam merencanakan suatu asuhan yang komprehensif harus

merefleksikan alasan yang benar berlandaskan pengetahuan, teori yang berkaitan

dan terbaru, serta telah divalidasi dengan keinginan atau kebutuhan klien.

Membuat rencana tindakan asuhan kebidanan hendaknya menentukan tujuan

tindakan yang akan dilakukan yang berisi sasaran/target dan hasil yang akan

dicapai dalam penerapan asuhan kebidanan pada Nn. S dengan anemia pada

Remaja putri. Penatalaksanaan anemia secara umum yaitu apabila diagnosis

anemia telah ditegakkan, berikan suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang

saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60

mg besi elemental dan 250 μg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia, tablet

tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia

(Kemenkes RI 2013: 161). Rencana asuhan yang diberikan pada Nn. S yaitu

dengan memberikan pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan anemia,

asupan zat besi, pemberian suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau

vitamin C dan mineral lainnya. Menganjurkan ibu untuk datang kembali sesuai

jadwal yang ditetapkan ataupun bila ada keluhan lain yang dirasakan. Nutrisi yang

baik adalah cara terbaik untuk mecegah terjadinya anemia .Makan makanan yang

tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal,

telur, dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga

pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin

untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat. Pada masa
kehamilan dianjurkan ibu untuk mengkomsumsi vitamin C bersamaan dengan zat

besi, karena vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi. Kandungan dalam

vitamin C yaitu dapat membuat kondisi lambung menjadi asam sehingga kondisi

inilah yang dapat membuat unsur senyawa yang dalam zat besi mudah untuk

diabsorbsi dan larut dalam air yang kemudian diangkut ke tulang sum- sum

belakang untuk pembentukan hemoglobin. Selama mengkomsumsi zat besi tidak

dianjurkan untuk minum teh atau kopi karna terdapat kandungan tannin dalam

minuman tersebut yang dapat mengikat zat besi sehingga menghambat

penyerapan dalam tubuh. Penatalaksanaan dan asuhan anemia pada kehamilan

menurut (Robson, 2011) pada pemeriksaan bidan mengkaji penyebab anemia dari

riwayat diet untuk mengetahui adakah kemungkinan kelainan, kebiasaan

mengidam berlebihan dan mengonsumsi makanan-makanan tertentu dan riwayat

medis yang adekuat dan uji yang tepat. Memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3 kali

sehari.

Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Nn. S didapatkan hasil

pada kunjungan dengan keluhan sering pusing, badan loyo dan sering ngantuk,

pada pemeriksaan fisik terfokus yang dilakukan didapatkan hasil tampak

konjungtiva klien tampak pucat dan tidak icterik, klien dengan keadaan anemia

berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dengan kadar Hemoglobin 10 gram

%. Pada kunjungan kedua dengan hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik,

kesadaran composmentis, pusing yang sering dirasakan sebelumnya telah

berkurang, sakit kepala yang masih sering dirasakan dan ibu merasa lemas dengan

keadaannya. Saat dilakukan pemeriksaan tanda- tanda vital pada ibu dan

diapatkan hasil dengan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 72X/ menit, suhu 36,6
C, dan pernapasan 18x/ menit, berat badan 53 kg, dengan pemeriksaan fisik

terfokus pada konjungtiva klien tampak masih terlihat sedikit pucat, dan skelera

tidak ikterus. Rencana asuhan tindakan pada Nn. S dengan kasus anemia

dilakukan dengan menentukan tujuan asuhan yang akan diberikan. Tujuan

penatalaksanaan tersebut yaitu agar dapat dilakukannya rencana asuhan kepada

ibu agar kehamilan dapat berlangsung normal, keadaan ibu dan janin baik, dan

anemia yang dialami ibu dapat teratasi. Adapun kriteria keberhasilan rencana

asuhan yang akan diberikan yaitu, konjungtiva tidak pucat, keluhan klien

berkurang hilang mengenai rasa pusing dan tidak mudah lelah, sering mengantuk

dapat berkurang.

Berdasarkan uraian di atas, rencana tindakan yang disusun berdasarkan

tujuan yang sesuai kebutuhan klien pada Nn. S dengan kasus anemia pada remaja

yaitu, dilakukan kunjungan untuk evaluasi setelah diberikan terapi pemberian

tablet penambah darah, memberitahu hasil pemeriksaan, pendidikan kesehatan

tentang hygiene yang cukup, mendiskusikan hal tentang tanda bahaya anemia,

Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun berdasarkan diagnosa/masalah

aktual dan potensial, hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori

dengan tinajuan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus di

lahan praktek.

Langkah VI : Implementasi

Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan

rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi

dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan


klienserta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang

telah direncanakan (Mangkuji dkk, 2012). Pada kasus ini Nn. S usia 16 tahun

dengan diagnosa anemia pada remaja dan pranikah. Pada kasus ini, diagnosis

ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Penatalaksanaan asuhan pada studi kasus Nn. S dengan anemia, semua

tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik dan

tidak menemukan hambatan yang berarti karna adanya kerja sama dan penerimaan

yang baik dari klien dan keluarga yang kooperatif serta sarana dan fasilitas yang

mendukung dalam pelaksanaan tindakan di Puskesmas Wonokerto. Dalam

pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan hambatan yang

berarti karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada kebutuhan

klien.

Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan

dimana pada tahap ini ditemukan kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi

masalah yang dihadapi klien. Proses evaluasi merupakan langkah dari proses

manejemen asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan

permasalahan atau kesenjangan pada evaluasi menunjukan masalah teratasi tanpa

adanya komplikasi (Mangkuji, 2013). Hasil evaluasi setelah melakukan asuhan

kebidanan adalah sebagai berikut. Pada pelaksanaan evaluasi tanggal 24 Maret

2023 pada Nn. S demikian hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Nn.

S berhasil dengan melihat klien menyatakan bahwa akan minum obat secara

teratur dan berkunjung ulang sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
BAB V

PENUTUP

Setelah mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek melalui

kasus Nn. S dengan anemia pada remaja dan pranikah di Puskesmas Wonokerto

tanggal 24 Maret 2023, maka pada BAB ini penulis menarik kesimpulan dan

saran.

5.1 KESIMPULAN

1. Telah dilaksanakan pengumpulan data dasar pada Nn. S dengan anemia pada

remaja di Puskesmas Wonokerto.

2. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/ masalah aktual pada Nn. S di

Puskesmas Wonokerto dengan pengumpulan baik dari data subjektif, data

objektif dan pemeriksaan penunjang/ laboratorium sehingga didapatkan

diagnosa kebidanan pada Nn. S dengan anemia pada remaja dan Pranikah.

3. Telah dilaksanakan permusan diagnosa/ masalah potensial pada Nn. S dengan

anemia di Puskesmas Wonokerto dengan hasil tidak ada masalah potesial yang

terjadi pada ibu karna diberikannya penanganan yang tepat.

4. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Nn. S

dengan anemia di Puskesmas Wonokerto dengan hasil bahwa pada kasus ini

tidak dilakukan tindakan kolaborasi karena tidak adanya indikasi dan data

yang menunjang untuk dilakukannya tindakan tersebut.

5. Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Nn. S dengan

anemia di Puskesmas Wonokerto, dengan hasil merencanakan asuhan


berdasarkan diagnosa/ masalah aktual dan masalah potensial yang dapat

terjadi.

6. Telah melaksanakan tindakan asuhan yang telah direncanakan pada Nn. S

dengan anemia di Puskesmas Wonokerto dengan hasil yaitu semua tindakan

yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa

adanya hambatan.

7. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Nn. S dengan

anemia di Puskesmas Wonokerto dengan hasil yaitu asuhan yang telah

diberikan berhasil dengan ditandai klien mau melakukan saran yang diberikan

dan menyepakati jadwal kunjungan berikutnya.

5.2. SARAN

Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus peneliti memberikan sedikit

masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat.

1. Untuk klien

a. Menganjurkan kepada klien agar mengkomsumsi makanan yang bergizi

disamping suplemen zat besi yang diberikan, karna makanan yang

mengandung zat besi akan memenuhi kebutuhan energi.

b. Mengerti dan Melaksanakan setiap anjuran dan pendidikan kesehatan

yang diberikan.

2. Untuk Bidan

a. Dalam melakuakan tugas sebagai bidan untuk memberikan tindakan

perlu diketahui rasional setiap tindakan yang diberikan kepada klien

dan harus dengan persetujuan klien.


b. Sebagai bidan dalam melakukan tindakan perlu membina hubungan

yang baik antara klien ataupun keluarga sehingga tercapai tujuan yang

diinginkan.

c. Profesi bidan harus mampu mengambil suatu keputusan klinik untuk

menghindari keterlambatan merujuk.

3. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan

manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan

dikembangkan, mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam

membina tenaga bidan guna menciptakan tenaga kesehatan yang berpotensi

dan profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Bothamley, Judy. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: penerbit buku

kedokteran EGC. 2013

Dinkes DIY. (2012) Angka Prevalensi Anemia pada Remaja di Yogyakarta.

Yogyakarta.

Fajriah, L. 2015. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Remaja

Putri. Skripsi : Semarang

Gambaran kejadian anemia pada remaja putri (Noorhayati Novayanti, Sri

Wahyuni Sundari, 2020 )

Kalsum dan Halim. (2016). Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan

Kejadian Anemia Pada Remaja. jurnal Penelitian. Jambi.

Nugroho, Taufik. Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Yogyakarta: Naha Medika.

2014.

Rini, Dewi. (2015). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Siswi

SMA. Skripsi. Yogyakarta.

Purwoastuti, Endang. Ilmu Obstetri Dan Ginekologi Sosial bagi Kebidanan.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2015.

Pantikawati, Ika. Asuhan kebidanan 1 kehamilan. Yongyakarta: nuha medika.

2012

Rukiyah, Ai Yeyeh. Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan Jakarta: CV Trans Info

Medika. 2013.

Anda mungkin juga menyukai