Pembimbing
Oleh
PUSKESMAS SASI
TAHUN 2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Anemia adalah kondisi medis yang ditandai oleh tingkat sel darah merah
atau konsentrasi hemoglobin yang lebih rendah dari normal. Ini terutama
organ dan jaringan. Penyebab anemia meliputi faktor-faktor seperti nutrisi yang
Efek anemia dapat beragam, meliputi berbagai aspek kehidupan. Ini dapat
interaksi sosial yang terganggu, dan kesulitan berkonsentrasi pada tugas. Pada
dewasa, anemia dapat berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup secara
keseluruhan. Selama kehamilan, anemia telah dikaitkan dengan hasil ibu dan bayi
yang buruk, termasuk kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan
Wantia usia produktif (15-49 tahun) merupakan salah satu kelompok usia
yang rentan terhadap anemia. Berdasarkan data WHO tahun 2019, anemia
menjadi masalah pada 30% populasi wanita usia produktif yang tidak hamil (539
juta) dan 37% pada populasi yang hamil (32 Juta). Data WHO juga menunjukan
bahwa setidaknya 31,2% dari seluruh populasi wanita usia produktif di Indonesia
anemia pada remaja itu masih sangat tinggi di atas 20%. Secara rinci, anemia
pada anak usia 5 sampai 14 tahun sebesar 26,8%, usia 15 sampai dengan 24 tahun
mencapai 32%. Data diatas menunjukan bahwa anemia masih merupakan salah
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan fokus dari projek ini. Tidak ada data
spesifik terkait angka anemia, namun berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia
(SSGI) secara kondisi gizi NTT merupakan provinsi dengan prevalensi balita
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, TTU sendiri berada dalam
perempuan usia produktif yang masih berada dalam sekolah menengah pertama
(SMP) maupun atas (SMA). Program yang dimaksud adalah edukasi dan
pembagian fortifikasi dan suplemen besi yang diberikan dalam bentuk tablet
tambah darah. Program ini sangat positif karena sesuai dengan rekomendasi
yang dilaksanakan oleh Puskesmas Sasi. Evaluasi keberhasilan program ini akan
yaitu hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) pada siswi kelas 1, menunjukan
prevalensi anemia yang cukup tinggi dimana sekitar 52% yang diperiksa
program ini, serta menentukan apakah diperlukan perbaikan dalam prosedur yang
2. Identifikasi Masalah
sesudah intervensi dengan edukasi mengenai anemia dan tablet tambah darah
3. Tujuan Kegiatan
Tujuan Umum
2 Kefamenanu.
SMAN 2 Kefamenanu.
4. Manfaat Kegiatan
fortifikasi besi yaitu tablet tambah darah. Program ini tentunya memberikan
data statistik.
2. Memberikan profil hemoglobin dan anemia pada siswi SMAN 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
2.1.1 Definisi dan Klasifikasi
Anemia, adalah kondisi dimana didapatkan konsentrasi hemoglobin yang
refrensi yang memiliki angka yang berbeda, namun umumnya keadaan anemia
ditentukan apabila ditemukan kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 14 g/dl pada
pria dewasa dan kurang dari 12 g/dl pada wanita dewasa. Secara fisiologis angka
normal pada laki-laki berada sekitar 1,5 hingga 2 g/dl lebih tinggi dari
Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis
oleh sumsum tulang, perdarahan, dan proses penghancuran eritrosit dalam tubuh
(hemolisis) yang lebih cepat dari normal. Ini adalah definisi fisiologi anemia.
Anemia umumnya adalah manifestasi dari penyebab primer yang lain dan dapat
2.1.2 Manifestasi
Pucat adalah tanda klinis anemia yang paling penting, tetapi biasanya
tidak terlihat kecuali hemoglobin turun menjadi 7 g/dL hingga 8 g/dL. Anamnesis
bekerja, sesak napas, atau gagal jantung kongestif yang memburuk. Anak-anak
juga dapat berguna dalam menetapkan etiologi anemia. Anemia defisiensi besi
mengganggu produksi sel darah merah dan jaringan lain, di mana kelelahan dan
Kadang-kadang, terlihat pasien yang lebih suka seledri dingin atau sayuran
dingin lainnya sebagai pengganti es. Kram kaki, yang terjadi saat menaiki tangga,
juga sering terjadi pada pasien yang kekurangan zat besi. Sakit kepala kronis
terjadi di luar proporsi derajat anemia dan mungkin karena penipisan protein
pada bibir dan mata, dan dapat terlihat pada warna kulit yang cenderung lebih
1. Umur
Kelompok usia yang berbeda memiliki kebutuhan gizi yang berbeda. Anak balita
yang butuh dipenuhi dengan cepat dalam masa pertumbuhan. Kelompok usia
yang perlu diperhatikan juga adalah remaja perempuan dimana tubuh mengalami
perubahan drastis pada saat pubertas. Perubahan metabolisme pada usia remaja
membutuhkan gizi yang lebih terutama zat besi, sehingga kelompok usia ini
rentan terhadap anemia. Wanita usia subur berusia 21 tahun keatas memiliki
2. Konsumsi Gizi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering dialami dan
berkaitan erat dengan gizi. Konsumsi makanan yang bergizi merupakan salah
satu faktor penting yang mempengaruhi. Hal ini tidak hanya terbatas pada
konsumsi zat besi, tetapi juga mineral dan vitamin lainnya seperti asam folat,
metabolisme besi dan sel darah merah yang dapat berujung pada anemia.
Diketahui juga bahwa perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) yang
kurangn (<18) memiliki angka anemia yang lebih tinggi daripada perempuan
3. Sosioekonomi
Berdasarkan data dari WHO, negara berkembang memiliki angka anemia yang
lebih tinggi. Negara berkembang cendenrung memiliki logisitik yang lebih buruk
sehingga kemampuan untuk mendapat bantuan dan fasilitas ksehatan lebih sulit
4. Edukasi
anemia. Secara data, perempuan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
memiliki angka kecenderungan anemia yang lebih rendah. Hal ini dapat
5. Kehamilan
Pada saat kehamilan, nutrisi ibu akan dibagikan kepada bayi, ini dapat berujung
kepada kebutuhan zat nutrisi yang lebih tinggi. Usia pada saat kehamilan juga
penting, dimana usia diatas 21 tahun lebih ideal untuk hamil dibandingkan saat
remaja karena pada saat remaja, tubuh membutuhkan nutrisi lebih selama proses
angka kejadian anemia yang berujung kepada prognosis kelahiran yang lebih
buruk.16,17
6. Infeksi
anemia. Infeksi cacing dan Helicobacter diketahui menjadi salah satu sumber
1. Kehamilan Berbahaya
Dampak anemia yang paling ditakuti adalah yang dialami saat kehamilan.
Diketahui anemia yang dialami bahkan dari sebelum hamil akan semakin
dan kelahiran, memberikan prognosis yang buruk pada ibu dan bayi seperti
dapat dilahirkan, anemia pada ibu akan berdampak pada gizi bayi yang dapat
2. Gizi Kurang
dapat diabsorbsi dengan baik dengan tubuh, sehingga status gizi tidak dapat
3. Penurunan Produktivitas
Penurunan fungsi tubuh yang menjadi gejala anemia dapat berdampak langsung
pada aktivitas dan produktivitas. Kondisi lemah dan fokus yang menurun
seluruh sel dalam tubuh termasuk sel imun. Penurunan kualitas sel imun akan
kondisi anemia.20
asupan gizi yang dapat meningkatkan zat besi merupakan pencegahan awal
terhadap anemia terutama anemia defisiensi besi. Makanan yang kaya sumber zat
besi dari sumber hewani mencakup hati, ikan, daging, dan unggas, sementara dari
sumber nabati terdapat sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk
jambu.6,7,22
pedoman untuk suplementasi zat besi intermiten dan harian yang secara khusus
dewasa, gadis remaja, dan anak usia sekolah yang sedang menstruasi disarankan
untuk mengonsumsi 30–60 mg unsur besi setiap hari selama tiga bulan berturut-
turut dalam setahun. Di daerah dengan prevalensi anemia ≥20%, wanita dewasa
dan remaja putri menstruasi disarankan untuk mengonsumsi Weekly Iron and
Folic Acid Supplement (WIFAS) yang mengandung 60 mg unsur besi dan 400
mg asam folat seminggu sekali selama tiga bulan berturut-turut, diikuti dengan
periode tiga bulan tanpa suplemen atau sesuai dengan semester sekolah. Program
2. Edukasi
3. Deteksi dini
Deteksi dini anemia dapat dilakuan pada suatu populasi. Seperti program
yang sudah dilancarkan oleh pemerintah, deteksi dini terutama pada populasi
keparahan anemia dan menentukan seberapa besar sumber daya yang harus
Pengobatan anemia dapat berupa terapi untuk keadaan darurat, terapi yang khas
untuk masing-masing anemia, terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang
anemia defisiensi besi, untuk anemia megaloblastik diberikan asam folat atau
dapat diberikan apabila kadar Hb sudah sangat rendah dan apabila jika kurangnya
hemoglobin dan gejala yang muncul pada pasien. Transfusi sel darah
merah/packed red cell (PRC) diindikasikan pada pasien dengan Hb <7 gr/dl atau
dengan Hb 7-9 gr/dl disertai dengan gejala anemia. Jumlah pemberian bag PRC
10 g/dl, Hct = 30% dinilai cukup untuk perfusi jaringan pasien dan perbaikan
METODE KEGIATAN
besi dan asam folat menggunakan tablet tambah darah (TTD) yang diberikan 1
tablet per minggu selama 1 bulan. Program evaluasi ini dilakukan setelah
intervensi, yaitu 1 bulan setelah pemberian tablet tambah darah terakhir. Program
intervensi ini, yaitu untuk menilai apakah adanya peningkatan signifikan kadar
Hb pada siswi yang diberikan intervensi. Berdasarkan data yang didapat dari
29 siswi mengalami anemia ringan, dan 54 siswi lainnya tidak mengalami anemia
dan sumber daya yang dapat dikerahkan, 45 siswi dengan prioritas siswi dengan
perwakilan sekolah yang akan berkoordinasi dengan pihak siswi dan keluarga.
terdapat peningkatan nilai yang signifikan antara kedua test, dapat diasumsikan
penyuluhan tambahan.
Pre and Post without control group. Intervensi yang dimaksud adalah pemberian
edukasi dan pembagian tablet tambah darah. Objek yang dinilai adalah kadar Hb
yang diambil pertama kali dimana data Hb didapatkan, yaitu pada saat edukasi
pertama dan sebelum pemberian tablet tambah darah, kelompok ini adalah
kelompok pre. Kelompok post adalah kelompok dengan hasil Hb 2 bulan setelah
edukasi dan 1 bulan setelah konsumsi tablet tambah darah terakhir. Hal lain yang
program SPSS 22 dengan uji paired t-test untuk menilai signifikansi perubahan.
terhadap program intervensi berupa edukasi dan pembagian tablet tambah darah.
serupa kedepannya dengan cakupan yang lebih luas, dan dievaluasi demi
2. Ringkasan Pelaksanaan
2023. Program ini dilaksanakan dengan partisipasi oleh dokter, perawat, bidan,
admin, dan tenaga medis yang memegang program kesehatan remaja dari
definisi anemia, epidemiologi anemia pada remaja, peran besi dalam tubuh,
pencegahan anemia pada remaja, dan tata laksana anemia pada remaja yang
diakhiri dengan sesi tanya jawab dan survei singkat mengenai evaluasi kegiatan
badan, skrining nilai hemoglobin, dan diakhiri dengan pemberian tablet tambah
darah pada siswi kelas 10. Apabila terdapat siswa dengan anemia berat, akan
ini diikuti oleh 45 siswi yang telah mengikuti kegiatan penyuluhan dan tablet
tambah darah. Kegiatan terdiri dari re-edukasi terkait anemia, dilanjutkan dengan
tambah darah yaitu setidaknya satu kali seminggu selama 1 bulan. Pada akhir
Dari 2 siswi yang tidak dapat mengikuti 1 siswi merupakan partisipan yang
Peneliti bersama Puskesmas Sasi bekerja sama dengan guru penanggung jawab
Hasil pre-test dan post-test setiap siswi kemudian dinilai satu persatu, lalu
diolah untuk dilihat distribusi nilai, dilakukan uji normalitas, dan uji komparasi.
Berdasarkan data yang diberikan dari pihak sekolah, terdapat 114 jumlah siswi
kali selama 1 bulan (4 kali konsumsi). Berdasarkan data yang didapatkan, yang
siswi mengalami anemia sedang (64%) dimana tidak ada siswi yang tidak
mengalami anemia karena tidak disertakan. Pada kelompok posttest pada
dimana mayoritas siswi tidak lagi mengalami anemia (64,4%) sedangkan jumlah
yang mengalami anemia sedang menurun (15,6%) dan tidak ada siswi yang
yang cukup signifikan sesuai dengan jumlah mayoritas siswi yang masuk ke
variabel independent yaitu pemberian edukasi dan tablet tambah darah terhadap
Pasangan Korelasi P
P = <0,05
(mean ± SD)
P = <0,05
Tabel 4. Menunjukan uji korelasi antara kedua antara kelompok pre dan
post, dimana ditemukan adanya hubungan positif antara kedua sampel (P < 0,05),
dan tabel 4. Menunjukan uji bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara
SMAN 2 Kefamenanu.
4.4 Pembahasan
positif dalam perilaku masyarakat dalam mencegah dan mengobati anemia, salah
satu bentuknya adalah meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi besi dalam
diet sehari-hari dan gaya hidup yang mendukung seperti berolahraga. Edukasi
yang diberikan.8,17
tablet tambah darah. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, masih cukup tinggi
angka siswi yang tidak mengkonsumsi tablet tambah darah sesuai anjuran,
tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi tablet tambah darah. Berdasarkan teori,
sampel yang dimiliki tidak terlalu besar karena keterbatasan sumber daya.
Penelitian ini juga tidak ada kelompok pembanding atau kontrol untuk
memberikan tingkat objektifitas yang lebih tinggi. Penelitian ini juga tidak
Beberapa faktor juga tidak dikendalikan dalam penelitian ini yaitu riwayat
dengan mekanisme yang lebih baik. Penelitian lebih lanjut disarankan dengan
responden.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada bab sebelumnya,
Kefamenanu.
5.2 Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan/instansi terkait disarankan untuk terus
dilaksanakan.
2. Bagi Puskesmas disarankan untuk dapat berkoordinasi baik dengan
dengan populasi yang lebih besar dan kelompok kontrol, dapat juga
objektifitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anaemia Fact Sheets [Internet]. WHO. 2023 [cited 2023 Jun 30].
sheets/detail/anaemia
Pusat Statistik NTT. 2022 [cited 2023 Jun 30]. Available from:
https://ntt.bps.go.id/indicator/30/1489/1/jumlah-balita-stunting-
menurut-kabupaten-kota.html
Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Kementrian Kesehatan RI; 2018.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/177094/1/9789241564960_e
ng.pdf?ua=1
10. Hoffbrand A V., Moss PAH. Essential Haematology. 6th ed. London,
98 p.
14. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson essentials of pediatric. 7th ed.
https://emedicine.medscape.com/article/202333-overview
16. Manikam NR. Iron deficiency in Indonesi: known facts. World Nutr J.
2021;5(S1).
20. Cappelini MD, Mussalam KM, Taher AT. Iron Deficiency Anaemia
22. Samson KL, Fischer J, Roche ML. Iron Status, Anemia, and Iron
2022;14(1):224.
23. Makaaron J. Anemia [Internet]. Medscape. 2018 [cited 2019 May 8].
overview#showall
2011;83(6):719–24.
Lampiran I
Kefamenanu
Lampiran II
Pre Post
N 45 45
N Correlation Sig.
Mean Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre - Post -2.0911 1.5600 .2325 -2.5598 -1.6224 -8.992 44 .000
Uji statistik