Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ANEMIA PADA IBU HAMIL

Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, SKM., M.Com.H

Kelompok 2:

Habibah Kurnia Salam 216070021


Nanda Berliana Tania F 216070015
Rini Hastuti 216070014

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga makalah tentang “Anemia pada Ibu Hamil” ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini dibuat guna menunjukkan partisipasi kami dalam menyelesaikan tugas
pembuatan makalah sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah Promosi Kesehatan. Tak
lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada mahasiswa
prodi Kesehatan Masyarakat sebagai bekal pengalaman nyata. Dan tentunya makalah ini
masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen, kami mohon masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.

Jakarta, 1 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 6

D. Manfaat Penulisan........................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 7

A. Analisis anemia menurut teori J. Gordon ......................................................... 7

B. Upaya pencegahan dan penurunan anemia.........................................................10

C. Promosi Kesehatan untuk masalah anemia ...................................................... 12

D. Analisis perilaku menurut teori Lawrence Green ............................................. 15

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 17

B. Saran............................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUHAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Data World Health Organization (WHO), diperkirakan sekitar 33% orang
di dunia menderita anemia, dengan kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab
utama, dan anemia menyumbang hampir 9% dari tahun ke tahun dengan masalah
kecacatan. Diperkirakan juga bahwa di seluruh dunia 32 juta wanita hamil mengalami
anemia.
Prevalensi anemia di Indonesia pada ibu hamil menurut SKRT masih cukup tinggi
yaitu 40,1%. Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan 73,2% perempuan usia 15-49
tahun telah mendapatkan tablet tambah darah yang mengandung besi-asam folat.
Meskipun demikian angka kejadian anemia pada ibu hamil masih mencapai 40 - 50%,
artinya 5 dari 10 ibu hamil di Indonesia mengalami anemia (Riskesdas, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam sel
darah merah lebih rendah dari standar yang seharusnya. Ibu hamil dikatakan anemia
apabila kandungan Hb < 11 gr/dl. Klasifikasi anemia dalam kehamilan lainnya
diantaranya adalah anemia megaloblastik, anemia hipoplastik dan anemia hemolitik.
Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia makrositik dimana anemia terjadi karena
kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang
disebabkan karena penghancuran eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat
kehilangan darah akut/ kronis.
Jika sebab-sebab diatas terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan
menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap
inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase
kesembuhan, kecacatan atau kematian.
Manifestasi klinis anemia dapat muncul dalam bentuk gejala dan tanda anemia.
Gejala anemia antara lain adalah: cepat lelah, sering pusing, malaise/ lemas, anoreksia/
kurang nafsu makan, mual dan muntah , berdebar-debar, pucat pada kulit dan mukosa.
Sedangkan tanda-tanda klinis anemia antara lain adalah takikardi, hipotensi, pemeriksaan
kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dL.

4
Kemudian tahap patogenesis berakhir pada kesembuhan, kecacatan dan bahkan
kematian. Jika timbul kesakitan atau kecacatan dapat berdampak pada kehamilannya,
janinnya, persalinannya dan bayi nantinya. Yang berdampak pada kehamilan seperti
abortus dan partus imatur, yang berdampak pada janinnya adalah dismaturitas, mikrosomi,
BBLR, gangguan pertumbuhan janin. Yang berdampak pada persalinannya yaitu partus
lama, perdarahan, inertia uteri. Sedangkan, yang berdampak pada bayi nantinya adalah
kelainan/ kecacatan, asfiksia, infeksi.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 88 tahun 2014 menjelaskan program
suplementasi tablet Fe untuk mengatasi kekurangan konsumsi zat besi, yaitu pemerintah
membuat program suplemen tambah darah kepada setiap ibu hamil selama
kehamilan.Pencegahan dapat dilakukan dengan mencukupi kebutuhan nutrisi selama
kehamilan
Dari dampak anemia banyak hal yang dapat timbul diantaranya adalah bahaya
terhadap kehamilan dan janin selama kehamilan berupa abortus, persalinan prematur,
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah mengalami infeksi, resiko terjadi
dekompensasi kordis pada Hb kurang dari 6 gr%, terjadi molahidatiosa, hiperemesis
gravidarum, perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini. (BKKBN, 2014).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah
dalam makalah ini yaitu “Bagaimanakah analisis perilaku kesehatan dan promosi
kesehatan pada kasus anemia pada ibu hamil?”

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menganalisis tentang perilaku
kesehatan dan promosi kesehatan pada kasus anemia pada ibu hamil.

5
2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis penyakit anemia pada ibu hamil menurut teori J. Gordon;

b. Untuk mengidentifikasi perilaku masyarakat meliputi pencegahan dan penurunan


kejadian anemia pada ibu hamil;
c. Untuk memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat tentang anemia ;
d. Untuk menganalisis perilaku ibu hamil dalam memilih, mengolah, dan
mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi untuk mencegah anemia pada
kehamilan menurut teori Lawrence Green.

D. MANFAAT PENULISAN

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka makalah ini diharapkan mempunyai
manfaat yaitu dapat menambah wawasan yang luas tentang anemia pada ibu hamil.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Anemia Pada Ibu Hamil Menurut Teori J. Gordon

Teori J. Gordon mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat


dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (Agent), pejamu (Host), dan
lingkungan (Environment).

a) Faktor host (pejamu) dalam kasus anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil
yang terdiri dari:

1. Usia ibu hamil terlalu muda


Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia.
Hal ini didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu
remaja memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia
20 sampai 35 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih
banyak karena pada masa tersebut remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan,
ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan Fe lebih besar seperti yang sudah
dijelaskan pada riwayat alamiah. Selain itu, faktor usia yang lebih muda
dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang
kurang.

2. Pendidikan ibu hamil rendah


Pendidikan sebagai modal utama dalam memperluas pengetahuan
seseorang dalam mendapatkan peluang pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan
yang diterima, maka pembangungan atau kualitas penduduk suatu daerah akan
meningkat. Orang yang berpendidikan tinggi memiliki akses lebih besar untuk
membiayai kehidupan sehari hari sehingga kualitas hidup lebih baik
dibandingkan dengan pendidikan rendah.
Pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan ibu dalam menentukan
keputusan. Pendidikan yang tinggi akan menciptakan pengetahuan yang baik.
Pendidikan tinggi mencegah adanya anemia dan sebaliknya pendidikan yang
rendah berhubungan dengan anemia. Pendidikan tinggi akan meningkatkan
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah. Begitupun sebaliknya.

7
3. Pengetahuan ibu hamil tentang anemia rendah

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil penginderaan


manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan berhubungan adanya pendidikan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, sehingga menimbulkan kesadaran
dalam mengonsumsi suplementasi besi sebagai upaya untuk memperbaiki kasus
anemia.

Pendidikan yang rendah belum tentu memiliki pengetahuan yang rendah


disebabkan oleh adanya paparan informasi kesehatan yang dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan, pemeriksaan kehamilan secara teratur juga dapat
meningkatkan pengetahuan dalam menjaga perkembangan kehamilannya. Peningkatan
pendidikan dapat dilaksanakan pada saat melakukan kunjungan kehamilan yaitu
petugas kesehatan memberikan konseling terkait dengan peningkatan asupan nutrisi
untuk mengatasi anemia.

4. Ibu hamil tidak makan makanan bergizi/ tinggi zat bezi


Kebiasaan ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil, apakah intake
nutrisinya adekuat atau tidak atau mengandung Fe, asam folat, vitamin B12 ataukah
tidak. Kebutuhan makanan ibu hamil meningkat karena adanya pemenuhan gizi pada
janin, sehingga frekuensi makan yang dibutuhkan sehari 4 sampai 5 kali dengan porsi
1-2 piring atau lebih terbagi atas sarapan, makan siang serta malam. Ibu hamil yang
mempunyai frekuensi makan kurang dari 2 kali per hari akan meningkatkan risiko
anemia sebesar 3,9 kali dibandingkan dengan makan 3 kali sehari.
Variasi makanan dengan susunan seimbang dilihat dari jumlah dan proporsinya
dengan membagi makanan utama dan selingan. Porsi adalah suatu takaran makanan
yang telah dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah makanan yang dikonsumsi
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam masa pertumbuhan/ perkembangan
selama hamil. Kekurangan asupankalori mempengaruhi kejadian anemia.

8
5. Riwayat penyakit (KEK)
Riwayat prematur sebelumnya, dan usia kandungan. Ibu dengan riwayat
prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding dengan ibu yang tidak memiliki riwayat
tersebut. Ibu dengan primipara berisiko lebih rendah untuk terjadi anemia daripada ibu
dengan multipara. Kondisi atau riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu hamil
menderita penyakit diabetes, ginjal, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya. Ibu hamil
mempunyai riwayat penyakit kronis tersebut, semakin berisiko terjadinya anemia pada
ibu hamil.
Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi pada ibu hamil yang
disebabkan karena adanya kekurangan asupan makanan bergizi dalam waktu cukup
lama. Umumnya seseorang yang mengalami kondisi KEK ini dapat menjadi tanda
bahwa memiliki status gizi kurang. KEK pada ibu hamil menyebabkan energi tidak bisa
keluar masuk dengan seimbang di dalam tubuh, sehingga memicu gangguan kesehatan.
Beberapa gangguan kesehatan serta dampak negatif yang bisa disebabkan akibat
kekurangan energi kronis (KEK) yaitu: mudah merasa kesemutan, mulai merasa
kelelahan terus-menerus, memicu kemungkinan untuk semakin sulit ketika melahirkan
dan pertumbuhan janin menjadi tidak maksimal selama masa kehamilan hingga dapat
menyebabkan keguguran.
KEK pada ibu hamil yang tidak ditangani dapat meningkatkan angka kesakitan
hingga angka kematian ibu dan anak. Deteksi dini KEK belum tersedia karena
pemerintah daerah (pemda) setempat masih berfokus untuk hal-hal yang bersifat kuratif
(Kemenkes RI, 2015).
b) Agent/ Penyebab Penyakit
Faktor agent atau penyebab penyakit dapat berupa unsur mati atau hidup. Agen
meliputi, agen biologis (Virus, bakteri, Protozoa), Fisika (Cahaya, kelembapan). Agens
atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu: Agent Nutrient dimana
asupan zat besi (Fe) yang rendah/ Penyerapan yang tidak adekuat. Terjadinya anemia
pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B
dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe yang meningkat,
kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.Zat besi sebagai
mineral mikro yang mempunyai fungsi esensial didalam tubuh yaitu sebagai alat
transportasi oksigen dari paru- paru kemudian diedarkan keseluruh tubuh, sebagai alat
transpotasi elektron ke sel- sel tubuh serta sebagai pereaksi enzim dalam tubuh.
Sebagian besar 80% zat besi terdapat di dalam hemoglobin yang terdapat di dalam sel

9
darah merah dan selebihnya di mioglobin yang terdapat didalam otot. WHO
menganjurkan untuk meningkatkan sekitar 50% zat besi selama kehamilan (dari 18 mg
ke 27 mg).
c) Environment/Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
diantaranya yaitu: Ekonomi: Rendahnya kemampuan membeli makanan bergizi/ tinggi
zat besi, Sosial: rendahnya pengetahuan tentang anemia pada kehamilan, Budaya:
kebiasaan hanya makan daging pada hari raya/pesta.
Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap
intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan
kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia.
Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian
anemia kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi
akan mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan
mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang
adekuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.

B. Upaya Pencegahan dan Penurunan Anemia


Upaya pencegahan dan pengendalian anemia pada ibu hamil meliputi:

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap
suseptibel dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan
pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan
memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko.
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, Ahli Gizi dapat berperan
sebagai edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan
makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90
hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil.
Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan.

10
Selain itu, ahli Gizi juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber
berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan. Ahli
Gizi dapat menjadi fasilitator atau penghubung dengan pihak terkait mengenai
penyediaan tablet tambah darah kepada ibu hamil. Selain itu, sebagai fasilitator Ahli
Gizi dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita atau pembentukan posyandu (jika
belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam mempromosikan kesehatan. Ahli
Gizi juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya
secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan memotivasi keluarga ibu
hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu hamil untuk
mencegah terjadinya anemia.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap
pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya
gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat
dilakukan oleh Ahli Gizi diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya
melakukan skirinning (early detection) seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk
mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk
dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan
terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan
melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga,Ahli Gizi dapat
memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut.
Dalam hal ini, perawat dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti,
konselor, edukator, motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu kasus dan
peneliti, Ahli Gizi dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu
hamil di suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka
penanganan terhadap kejadian anemia tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, maka
perawat sebagai care giver dan kolaborator dapat memberikan terapi oral dan
parenteral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk
diberikan transfusi (jika anemia berat).
Sebagai edukator, konselor dan motivator, Ahli Gizi dapat memberikan
pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya supaya tidak berlanjut
pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin. Ahli Gizi juga dapat
memotivasi kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil
di wilayahnya.

11
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah
yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit,
mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu
mempertahankan kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang
secara teratur kadar hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi
yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan
dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini,
Ahli Gizi dapat berperan sebagai care giver, edukator, konselor, motivator.

C. Promosi Kesehatan Untuk Masalah Anemia

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau


hasil tahu seseorang melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga, hidung, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas dan persepsi terhadap objek.

Pada kejadian anemia pada ibu hamil, bentuk promosi kesehatan berupa penambahan
wawasan berupa pengetahuan (knowledge) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Pengertian anemia pada ibu hamil

Secara umum anemia adalah kondisi di mana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari 12 gr/dL. Sedangkan Ibu hamil dikatakan anemia apabila memiliki
kandungan Hb < 11 gr/dL pada trimester I dan trimester III kehamilan atau kadar Hb <
10,5 gr/dL pada trimester II kehamilan.

2) Penyebab anemia pada ibu hamil

Penyebab anemia secara garis besar adalah:

a) Kurang gizi/malnutrisi

Kekurangan zat gizi dan mineral khususnya zat besi dan asam folat akan
mengganggu produksi sel darah merah dan menyebabkan sel darah merah
memiliki bentuk sel yang tidak normal dan mengandung hemoglobin rendah, Hal
ini akan menyebabkan sel darah merah tidak mampu mengikat oksigen secara
optimal.
12
b) Malabsorpsi

Beberapa penyakit di antaranya adalah pankreatitis kronis, Zollinger-Ellison


Syndrome, Celiac Disease, Inflammatoriy Bowel Disease, Infeksi bakteri
H.pylori, Amyloidosis dapat menyebabkan gangguan penyerapan nurisi pada
saluran pencernaan, termasuk penyerapan zat besi dan asam folat. Apabila
kondisi-kondisi ini berlangsung dalam waktu lama makan dapat menyebabkan
anemia, termasuk pada ibu hamil.

c) Kehilangan darah secara akut atau kronis

Kehilangan darah secara kronik baik melalui kondisi fisiologis seperti


menstruasi dan persalinan sebelumnya dapat menurunkan kadar hemoglobin
sehingga ibu hamil menderita anemia.

d) Penyakit infestasi dan/ atau infestasi

Beberapa penyakit infeksi dan infestasi dapat menyebabkan rusaknya sel darah
merah dan perdarahan sehingga menyebabkan anemia. Beberapa contoh
penyakit-penyakit tersebut adalah malaria, demam beradarah, dan infestasi
kronik cacing tambang.

3) Tanda-tanda/ gejala anemia pada ibu hamil

Ibu hamil yang menderita anemia dapat mengalami gejala-gejala berupa cepat lelah,
sering pusing, malaise/ lemas, anoreksia/ kurang nafsu makan, mual dan muntah ,
berdebar-debar, pucat pada kulit dan mukosa. Sedangkan tanda-tanda klinis anemia
antara lain adalah takikardi, hipotensi, pemeriksaan kadar hemoglobin kurang dari 11
gr/dL.

4) Akibat/ resiko yang ditimbulkan oleh anemia pada ibu hamil

Kejadian anemia pada ibu hamil perlu diwaspadai, dicegah, dan ditanagni sesegera
mungkin oleh karena anemia dapat menimbulkan kesakitan dan kematian pada ibu dan
janin yang dikandungnya. Kondisi-kondisi yang merupakan akibat dari anemia pada
kehamilan antara lain :

13
a) Trimester I

peningkatan resiko keguruan dan kelainan kongenital pada janin

b) Trimester II dan III

persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan, pertumbuhan janin

c) Pada saat persalinan (inpartu) dan setelah persalinan

Berbagai kondisi patologis yang disebabkan oleh gangguan kontraksi otot rahim
seperti atonia uteri, retensio plasenta, dan gangguan involusi uteri.

5) Cara pencegahan anemia pada ibu hamil

Cara pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain adalah:

a) Memberikan informasi kepada ibu hamil untuk memilih, mengolah, dan


mengkonsumsi bahan makanan yang kaya zat besi dan asam folat antara lain
kacang-kacangan dan produk olahannya seperti tahu dan tempe; sayuran berwarna
hijau tua, buah-buahan yang berwarna cerah, telur, daging merah (daging sapi,
daging kambing), hati dan jeroan, ikan khususnya ikan salem/tuna;

b) Memberikan informasi untuk mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi bersama
dengan makanan/minuman yang kaya vitamin C seperti buah-buahan oleh karena
vitamin C membantu penyerapan zat besi;

c) Memberikan informasi untuk tidak mengkonsumsi the pada saat makan oleh karena
kandungan tannin dalam the dapat menghambat penyerapan zat besi dari bahan
makanan;

d) Mencegah infeksi/infestasi yang dapat menyebabkan anemia

Penggunaan kelambu pada daerah endemik malaria, pemberantasan sarang nyamuk


untuk mencegah penyakit demam berdarah, dan penggunaan alas kaki untuk
mencegah infeksi cacing tambang dapat mencegah kejaidan penyakit
infeksi/infestasi penyebab anemia.

6) Cara mengatasi anemia pada ibu hamil

Ibu hamil yang telah menderita anemia perlu mendapatkan pengetahuan cara-cara untuk
mengatasi anemia antara lain segera memeriksakan diri ke dokter/bidan atau fasilitas
kesehatan terdekat, minum tablet tambah darah/ tablet suplementasi besi dan/atau tablet
asam folat sesuai anjuran dokter/bidan, dan memeriksakan kondisi kesehatan dan
14
kehamilannya secara teratur.

D. Analisis Perilaku Menurut Teori Lawrence Green


Lawrence Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor lingkungan (non behavior causes) untuk
mewujudkan suatu perilaku kesehatan diperlukan pengelolaan manajemen program
melalui tahap pengkajian, perencanaan, intervensi sampai penelitian dan evaluasi.
Aspek biologis, Notoatmodjo (2010) menyatakan perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari segi
biologis semua makhluk hidup termasuk binatang dan manusia, mempunyai aktivitas
masing-masing.

Setiap individu memiliki perilakunya sendiri yang berbeda dengan individu lain,
termasuk pada kembar identik sekalipun. Perilaku tidak selalu mengikuti urutan tertentu
sehingga terbentuknya perilaku positif tidak selalu dipengaruhi oleh pengetahuan dan
sikap positif. Green (1980) mengklasifikasikan beberapa faktor penyebab sebuah tindakan
atau perilaku : Perilaku individu atau kolektif termasuk organisasi terkait dengan
lingkungan dipengaruhi oleh tiga kategori yaitu faktor predisposisi (predisposing factors),
faktor pendukung (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors).

Pada perubahan teori perilaku ini, kelompok kami menganalisis perilaku


Memilih, Mengolah, dan Mengkonsumsi Makanan Yang Kaya Zat Besi Untuk Mencegah
Anemia Pada Ibu Hamil:
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predisposisi adalah faktor-faktor pendahuluan akan perilaku yang
memberikan alasan atau motivasi atas perilaku tersebut. faktor yang mempermudah
dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Merupakan anteseden dari perilaku
yang menggambarkan rasional atau motivasi melakukan suatu tindakan, nilai dan
kebutuhan yang dirasakan, berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok
untuk bertindak. Faktor predisposisi dalam penyakit anemia meliputi:

a. Pengetahuan seperti pengetahuan ibu hamil tentang jenis makanan kaya zat besi
b. Sikap dengan memilah untuk konsumsi makanan yg kaya akan zat besi
c. Sikap ibu hamil dengan tetap konsisten menjaga asupan makanan yg kaya akan
zat besi, dll.

15
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu atau menungkinkan
suatu motivasi direalisasikan. Diantaranya:

a. Ketersediaan sumber daya yang sehat seperti kemampuan ekonomi untuk membeli
makanan bergizi dan kaya zat bes

b. Aksesibilitas sumber daya kesehatan dengan mudahnya akses atau transportasi


menuju pelayanan kesehatan

c. Hukum masyarakat/pemerintah, prioritas, komitmen kesehatan tersedianya


fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan anemia

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)


Faktor yang memperkuat (atau kadang-kadang justru dapat memperlunak) untuk
terjadinya perilaku tersebut. Merupakan faktor yang memperkuat suatu perilaku
dengan memberikan penghargaan secara terus menerus pada perilaku dan berperan
pada terjadinya pengulangan. Faktor penguat merupakan konsekuensi dari tindakan
yang menentukan apakah pelaku menerima umpan balik positif dan akan mendapat
dukungan sosial. Kelompok faktor penguat meliputi pendapat, dukungan sosial,
pengaruh teman, kritik baik dari teman-teman sekerja atau lingkungan bahkan juga
saran dan umpan balik dari petugas kesehatan. Faktor ini juga meliputi konsekuensi
fisik dari perilaku, yang mungkin terpisah dari konteks sosial
a. Penyuluhan tentang makanan bergizi dan kaya zat besi
b. Penyuluhan tentang pencegahan anemia pada kehamilan

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kejadian anemia pada ibu hamil perlu diwaspadai oleh karena dapat menyebabkan
peningkatan resiko kesakitan dan kematian ibu dan janin yang dikandungnya;
2. Kejadian anemia pada ibu hamil perlu dicegah dan diatasi sedini mungkin;
3. Promosi kesehatan berperan penting dalam langkah-langkah pencegahan,dan
penanganan kejadian anemia pada ibu hamil

B. Saran

1. Tenaga kesehatan perlu mengadakan kegiatan penyuluhan bagi masyarakat khususnya


remaja putri, ibu hamil dan ibu anak balita terkait upaya untuk memenuhi status gizi
dan meningkatkan status kesehatan.
2. Masyarakat perlu meningkatan asupan makanan terutama sumber bahan makanan
hewani serta memperhatikan pengolahan bahan makanan dengan baik dan benar.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Green, Lawrence W., & Kreuter, Marshall W. 1991. Health Promotion Planning An
Educational and Environmental Approach. London: Toronto–Mayfield Publishing
Company
2. Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI
3. Kemenkes, RI. 2015. Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) Pada
Ibu Hamil. Direktorat Bina Gizi. Jakarta
4. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007
5. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka
Cipta. 2010

18

Anda mungkin juga menyukai