Kelompok 2:
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga makalah tentang “Anemia pada Ibu Hamil” ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini dibuat guna menunjukkan partisipasi kami dalam menyelesaikan tugas
pembuatan makalah sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah Promosi Kesehatan. Tak
lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada mahasiswa
prodi Kesehatan Masyarakat sebagai bekal pengalaman nyata. Dan tentunya makalah ini
masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen, kami mohon masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 6
D. Manfaat Penulisan........................................................................................... 6
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 17
B. Saran............................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUHAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Data World Health Organization (WHO), diperkirakan sekitar 33% orang
di dunia menderita anemia, dengan kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab
utama, dan anemia menyumbang hampir 9% dari tahun ke tahun dengan masalah
kecacatan. Diperkirakan juga bahwa di seluruh dunia 32 juta wanita hamil mengalami
anemia.
Prevalensi anemia di Indonesia pada ibu hamil menurut SKRT masih cukup tinggi
yaitu 40,1%. Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan 73,2% perempuan usia 15-49
tahun telah mendapatkan tablet tambah darah yang mengandung besi-asam folat.
Meskipun demikian angka kejadian anemia pada ibu hamil masih mencapai 40 - 50%,
artinya 5 dari 10 ibu hamil di Indonesia mengalami anemia (Riskesdas, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam sel
darah merah lebih rendah dari standar yang seharusnya. Ibu hamil dikatakan anemia
apabila kandungan Hb < 11 gr/dl. Klasifikasi anemia dalam kehamilan lainnya
diantaranya adalah anemia megaloblastik, anemia hipoplastik dan anemia hemolitik.
Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia makrositik dimana anemia terjadi karena
kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang
disebabkan karena penghancuran eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat
kehilangan darah akut/ kronis.
Jika sebab-sebab diatas terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan
menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap
inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase
kesembuhan, kecacatan atau kematian.
Manifestasi klinis anemia dapat muncul dalam bentuk gejala dan tanda anemia.
Gejala anemia antara lain adalah: cepat lelah, sering pusing, malaise/ lemas, anoreksia/
kurang nafsu makan, mual dan muntah , berdebar-debar, pucat pada kulit dan mukosa.
Sedangkan tanda-tanda klinis anemia antara lain adalah takikardi, hipotensi, pemeriksaan
kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dL.
4
Kemudian tahap patogenesis berakhir pada kesembuhan, kecacatan dan bahkan
kematian. Jika timbul kesakitan atau kecacatan dapat berdampak pada kehamilannya,
janinnya, persalinannya dan bayi nantinya. Yang berdampak pada kehamilan seperti
abortus dan partus imatur, yang berdampak pada janinnya adalah dismaturitas, mikrosomi,
BBLR, gangguan pertumbuhan janin. Yang berdampak pada persalinannya yaitu partus
lama, perdarahan, inertia uteri. Sedangkan, yang berdampak pada bayi nantinya adalah
kelainan/ kecacatan, asfiksia, infeksi.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 88 tahun 2014 menjelaskan program
suplementasi tablet Fe untuk mengatasi kekurangan konsumsi zat besi, yaitu pemerintah
membuat program suplemen tambah darah kepada setiap ibu hamil selama
kehamilan.Pencegahan dapat dilakukan dengan mencukupi kebutuhan nutrisi selama
kehamilan
Dari dampak anemia banyak hal yang dapat timbul diantaranya adalah bahaya
terhadap kehamilan dan janin selama kehamilan berupa abortus, persalinan prematur,
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah mengalami infeksi, resiko terjadi
dekompensasi kordis pada Hb kurang dari 6 gr%, terjadi molahidatiosa, hiperemesis
gravidarum, perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini. (BKKBN, 2014).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah
dalam makalah ini yaitu “Bagaimanakah analisis perilaku kesehatan dan promosi
kesehatan pada kasus anemia pada ibu hamil?”
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menganalisis tentang perilaku
kesehatan dan promosi kesehatan pada kasus anemia pada ibu hamil.
5
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis penyakit anemia pada ibu hamil menurut teori J. Gordon;
D. MANFAAT PENULISAN
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka makalah ini diharapkan mempunyai
manfaat yaitu dapat menambah wawasan yang luas tentang anemia pada ibu hamil.
6
BAB II
PEMBAHASAN
a) Faktor host (pejamu) dalam kasus anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil
yang terdiri dari:
7
3. Pengetahuan ibu hamil tentang anemia rendah
8
5. Riwayat penyakit (KEK)
Riwayat prematur sebelumnya, dan usia kandungan. Ibu dengan riwayat
prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding dengan ibu yang tidak memiliki riwayat
tersebut. Ibu dengan primipara berisiko lebih rendah untuk terjadi anemia daripada ibu
dengan multipara. Kondisi atau riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu hamil
menderita penyakit diabetes, ginjal, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya. Ibu hamil
mempunyai riwayat penyakit kronis tersebut, semakin berisiko terjadinya anemia pada
ibu hamil.
Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi pada ibu hamil yang
disebabkan karena adanya kekurangan asupan makanan bergizi dalam waktu cukup
lama. Umumnya seseorang yang mengalami kondisi KEK ini dapat menjadi tanda
bahwa memiliki status gizi kurang. KEK pada ibu hamil menyebabkan energi tidak bisa
keluar masuk dengan seimbang di dalam tubuh, sehingga memicu gangguan kesehatan.
Beberapa gangguan kesehatan serta dampak negatif yang bisa disebabkan akibat
kekurangan energi kronis (KEK) yaitu: mudah merasa kesemutan, mulai merasa
kelelahan terus-menerus, memicu kemungkinan untuk semakin sulit ketika melahirkan
dan pertumbuhan janin menjadi tidak maksimal selama masa kehamilan hingga dapat
menyebabkan keguguran.
KEK pada ibu hamil yang tidak ditangani dapat meningkatkan angka kesakitan
hingga angka kematian ibu dan anak. Deteksi dini KEK belum tersedia karena
pemerintah daerah (pemda) setempat masih berfokus untuk hal-hal yang bersifat kuratif
(Kemenkes RI, 2015).
b) Agent/ Penyebab Penyakit
Faktor agent atau penyebab penyakit dapat berupa unsur mati atau hidup. Agen
meliputi, agen biologis (Virus, bakteri, Protozoa), Fisika (Cahaya, kelembapan). Agens
atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu: Agent Nutrient dimana
asupan zat besi (Fe) yang rendah/ Penyerapan yang tidak adekuat. Terjadinya anemia
pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B
dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe yang meningkat,
kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.Zat besi sebagai
mineral mikro yang mempunyai fungsi esensial didalam tubuh yaitu sebagai alat
transportasi oksigen dari paru- paru kemudian diedarkan keseluruh tubuh, sebagai alat
transpotasi elektron ke sel- sel tubuh serta sebagai pereaksi enzim dalam tubuh.
Sebagian besar 80% zat besi terdapat di dalam hemoglobin yang terdapat di dalam sel
9
darah merah dan selebihnya di mioglobin yang terdapat didalam otot. WHO
menganjurkan untuk meningkatkan sekitar 50% zat besi selama kehamilan (dari 18 mg
ke 27 mg).
c) Environment/Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
diantaranya yaitu: Ekonomi: Rendahnya kemampuan membeli makanan bergizi/ tinggi
zat besi, Sosial: rendahnya pengetahuan tentang anemia pada kehamilan, Budaya:
kebiasaan hanya makan daging pada hari raya/pesta.
Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap
intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan
kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia.
Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian
anemia kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi
akan mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan
mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang
adekuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap
suseptibel dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan
pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan
memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko.
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, Ahli Gizi dapat berperan
sebagai edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan
makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90
hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil.
Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan.
10
Selain itu, ahli Gizi juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber
berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan. Ahli
Gizi dapat menjadi fasilitator atau penghubung dengan pihak terkait mengenai
penyediaan tablet tambah darah kepada ibu hamil. Selain itu, sebagai fasilitator Ahli
Gizi dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita atau pembentukan posyandu (jika
belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam mempromosikan kesehatan. Ahli
Gizi juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya
secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan memotivasi keluarga ibu
hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu hamil untuk
mencegah terjadinya anemia.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap
pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya
gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat
dilakukan oleh Ahli Gizi diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya
melakukan skirinning (early detection) seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk
mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk
dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan
terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan
melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga,Ahli Gizi dapat
memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut.
Dalam hal ini, perawat dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti,
konselor, edukator, motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu kasus dan
peneliti, Ahli Gizi dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu
hamil di suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka
penanganan terhadap kejadian anemia tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, maka
perawat sebagai care giver dan kolaborator dapat memberikan terapi oral dan
parenteral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk
diberikan transfusi (jika anemia berat).
Sebagai edukator, konselor dan motivator, Ahli Gizi dapat memberikan
pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya supaya tidak berlanjut
pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin. Ahli Gizi juga dapat
memotivasi kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil
di wilayahnya.
11
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah
yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit,
mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu
mempertahankan kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang
secara teratur kadar hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi
yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan
dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini,
Ahli Gizi dapat berperan sebagai care giver, edukator, konselor, motivator.
Pada kejadian anemia pada ibu hamil, bentuk promosi kesehatan berupa penambahan
wawasan berupa pengetahuan (knowledge) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
Secara umum anemia adalah kondisi di mana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari 12 gr/dL. Sedangkan Ibu hamil dikatakan anemia apabila memiliki
kandungan Hb < 11 gr/dL pada trimester I dan trimester III kehamilan atau kadar Hb <
10,5 gr/dL pada trimester II kehamilan.
a) Kurang gizi/malnutrisi
Kekurangan zat gizi dan mineral khususnya zat besi dan asam folat akan
mengganggu produksi sel darah merah dan menyebabkan sel darah merah
memiliki bentuk sel yang tidak normal dan mengandung hemoglobin rendah, Hal
ini akan menyebabkan sel darah merah tidak mampu mengikat oksigen secara
optimal.
12
b) Malabsorpsi
Beberapa penyakit infeksi dan infestasi dapat menyebabkan rusaknya sel darah
merah dan perdarahan sehingga menyebabkan anemia. Beberapa contoh
penyakit-penyakit tersebut adalah malaria, demam beradarah, dan infestasi
kronik cacing tambang.
Ibu hamil yang menderita anemia dapat mengalami gejala-gejala berupa cepat lelah,
sering pusing, malaise/ lemas, anoreksia/ kurang nafsu makan, mual dan muntah ,
berdebar-debar, pucat pada kulit dan mukosa. Sedangkan tanda-tanda klinis anemia
antara lain adalah takikardi, hipotensi, pemeriksaan kadar hemoglobin kurang dari 11
gr/dL.
Kejadian anemia pada ibu hamil perlu diwaspadai, dicegah, dan ditanagni sesegera
mungkin oleh karena anemia dapat menimbulkan kesakitan dan kematian pada ibu dan
janin yang dikandungnya. Kondisi-kondisi yang merupakan akibat dari anemia pada
kehamilan antara lain :
13
a) Trimester I
Berbagai kondisi patologis yang disebabkan oleh gangguan kontraksi otot rahim
seperti atonia uteri, retensio plasenta, dan gangguan involusi uteri.
b) Memberikan informasi untuk mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi bersama
dengan makanan/minuman yang kaya vitamin C seperti buah-buahan oleh karena
vitamin C membantu penyerapan zat besi;
c) Memberikan informasi untuk tidak mengkonsumsi the pada saat makan oleh karena
kandungan tannin dalam the dapat menghambat penyerapan zat besi dari bahan
makanan;
Ibu hamil yang telah menderita anemia perlu mendapatkan pengetahuan cara-cara untuk
mengatasi anemia antara lain segera memeriksakan diri ke dokter/bidan atau fasilitas
kesehatan terdekat, minum tablet tambah darah/ tablet suplementasi besi dan/atau tablet
asam folat sesuai anjuran dokter/bidan, dan memeriksakan kondisi kesehatan dan
14
kehamilannya secara teratur.
Setiap individu memiliki perilakunya sendiri yang berbeda dengan individu lain,
termasuk pada kembar identik sekalipun. Perilaku tidak selalu mengikuti urutan tertentu
sehingga terbentuknya perilaku positif tidak selalu dipengaruhi oleh pengetahuan dan
sikap positif. Green (1980) mengklasifikasikan beberapa faktor penyebab sebuah tindakan
atau perilaku : Perilaku individu atau kolektif termasuk organisasi terkait dengan
lingkungan dipengaruhi oleh tiga kategori yaitu faktor predisposisi (predisposing factors),
faktor pendukung (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors).
a. Pengetahuan seperti pengetahuan ibu hamil tentang jenis makanan kaya zat besi
b. Sikap dengan memilah untuk konsumsi makanan yg kaya akan zat besi
c. Sikap ibu hamil dengan tetap konsisten menjaga asupan makanan yg kaya akan
zat besi, dll.
15
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu atau menungkinkan
suatu motivasi direalisasikan. Diantaranya:
a. Ketersediaan sumber daya yang sehat seperti kemampuan ekonomi untuk membeli
makanan bergizi dan kaya zat bes
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kejadian anemia pada ibu hamil perlu diwaspadai oleh karena dapat menyebabkan
peningkatan resiko kesakitan dan kematian ibu dan janin yang dikandungnya;
2. Kejadian anemia pada ibu hamil perlu dicegah dan diatasi sedini mungkin;
3. Promosi kesehatan berperan penting dalam langkah-langkah pencegahan,dan
penanganan kejadian anemia pada ibu hamil
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Green, Lawrence W., & Kreuter, Marshall W. 1991. Health Promotion Planning An
Educational and Environmental Approach. London: Toronto–Mayfield Publishing
Company
2. Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI
3. Kemenkes, RI. 2015. Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) Pada
Ibu Hamil. Direktorat Bina Gizi. Jakarta
4. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007
5. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka
Cipta. 2010
18