Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KAJIAN MAKALAH

KEBUTUHAN GIZI PADA MASA KEHAMILAN

KELOMPOK 2

NAMA MAHASISWA:

DANIELA ETNIATI NIM 11194862111168


NURLAILA NIM 11194862111187
SRI MULIA ANGGERAINI NIM 11194862111198
YUNISA DZUL HIDAYANI NIM 111948621111203

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi ”KEBUTUHAN
GIZI PADA MASA KEHAMILAN”

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak saran dan kritik sehingga makalah ini terselesaikan,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikerenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu , kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
kesehatan.

Banjarmasin, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
C. Manfaat Penulisan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................3
A. Kajian Teoritis...........................................................................................................................3
1. Kehamilan..............................................................................................................................3
2. Masalah Gizi Pada Ibu Hamil..................................................................................................3
3. Kebutuhan Gizi Selama Kehamila..........................................................................................5
4. Peran Zat Gizi Selama Hamil..................................................................................................6
5. Faktor yang Mempengaruhi Gizi pada Ibu Hamil.................................................................12
6. Penanganan Bidan Dalam Masalah Gizi Pada Ibu Hamil......................................................14
7. Program Pemerintah Saat Ini Tentang Penanganan Gizi Pada Ibu Hamil.............................15
BAB III KESIMPULAN...........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi sangat penting untuk di perhatikan karena kualitas gizi dapat
membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas baik, sehingga pemerintah
mengadakan program-program gizi untuk mengatasi masalah gizi yang ada. Program gizi
disamping memberikan manfaat produktivitas secara langsung, memberikan pula
keuntungan-keuntungan yaitu Menurunkan angka kesakitan penduduk, meningkatkan
pendapatan penduduk, meningkatkan kesehatan dan kemampuan ibu-ibu dalam
memelihara anak-anak dan meningkatkan kemampuan kemampuan sumber daya manusia
pada umumnya. Produktivitas SDM yang dibentuk dimasa yang akan datang sangat
ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan. Selama kehamilan masalah gizi
sangat berdampak pada ibu dan janin, sehingga sangat diperlukan perhatian khusus. Pola
makan yang tidak memadai selama kehamilan dapat menyebabkan ibu hamil kekurangan
gizi yang akan berdampak terjadi anemia. Bila status gizi ibu normal selama masa
kehamilan kemungkinan besar melahirkan bayi yang sehat. Dengan kata lain, bahwa
kualitas bayi bergantung pada status gizi ibu sebelum dan selama masa kehamilan. Status
gizi dipengaruhi oleh zat gizi yang di konsumsi sehingga dapat memperlihatkan keadaan
gizi seseorang. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan akan masalah gizi
sehingganya penggunaan zat gizi seperti mikroelemen esensial zat besi yang tidak
optimal selama masa kehamilan dapat mengakibatkan anemia. Dalam penilaian status gizi
dengan pengukuran antropometrik pada ibu hamil ada beberapa pilihan salah satunya
yaitu pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Status gizi normal dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran LILA. Jika LILA lebih atau sama dengan 23,5 cm berarti status
gizi ibu hamil normal. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah
pita, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK. Anemia merupakan kadar
hemoglobin (Hb) dibawah kadar normalnya. Nilai Hb untuk ibu hamil ditetapkan 3
kategori yaitu normal ≥ 11 gr/dl, anemia ringan 8-11 gr/dl dan anemia berat < 8 gr/dl.
KEK dan Anemia selama hamil mempunyai dampak yang serius untuk kesehatan ibu dan
janinnya, sehingga kondisi KEK dan Anemia pada ibu hamil sebaiknya segera di tindak
lanjuti.

1
B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui pentingnya gizi pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui masalah gizi pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui penentuan status gizi pada ibu hamil
4. Untuk mengetahui peran zat gizi pada ibu hamil
5. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi gizi pada ibu hamil
6. Untuk mengetahui penanganan bidan dalam masalah gizi ibu hamil
7. Untuk mengetahui program pemerintah tentang penanganan gizi pada ibu hamil

C. Manfaat Penulisan

Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan dan wawasan menulis
dalam menyusun makalah. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang gizi
pada ibu hamil

2
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teoritis
1. Kehamilan
Kehamilan adalah proses alamiah yang dialami wanita. Kehamilan
merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi
pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm atau cukup bulanuntuk lahir. Masa
kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu) dan terbagi dalam 3
triwulan. Triwulan pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai kehamilan usia 3
bulan. Triwulan kedua dimulai dari bulan ke-4 sampai 6 bulan, sedangkan
triwulan ketiga dimulau dari bulan ke-7 sampai 9 bulan.
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan gizi.
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang paling
mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi.
Oleh sebab itu, penting untuk menyediakan kebutuhan gizi yang baik selama
kehamilan agar ibu hamil dapat memperoleh dan mempertahankan status gizi
yang optimal. Ibu hamil dengan status gizi yang baik dapat menjalani kehamilan
dengan aman. Ibu hamil dapat melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental
yang baik, serta memperoleh energi yang cukup untuk menyusui bayinya
(Ernawati, 2017)

2. Masalah Gizi Pada Ibu Hamil


a. Anemia
Anemia didefinisikan sebagai penurunan kapasitas pembawa oksigen
dalam darah yang disebabkan karena penurunan jumlah sel darah merah,
rendahnya konsentrasi hemoglobin maupun kombinasi keduanya. Ibu hamil
disebut mengalami anemia apabila kadar Hb dalam darah kurang dari 11
mg/dl. Nilai Hb untuk ibu hamil ditetapkan 3 kategori yaitu normal ≥ 11 gr/dl,
anemia ringan 8-11 gr/dl dan anemia berat < 8 gr/dl.

3
Anemia pada kehamilan dapat berpengaruh baik bagi ibu maupun
janin yang dikandung. Pada ibu hamil, anemia dapat menyebabkan beberapa
gejala seperti kesulitan bernafas, pingsan, lelah, lesu, takikardi dan palpitasi.
Selain itu anemia juga dapat menyebabkan penurunan resistensi terhadap
infeksi dan resiko pendarahan sebelum maupun setelah kelahiran. Sedangkan
pada janin, anemia dapat menyebabkan hipoksia intrauterine dan hambatan
pada pertumbuhan.
Penyebab utama anemia pada masa kehamilan adalah karena
defisiensi zat besi, defisiensi folat, pendarahan dan karena kondisi keturunan
seperti sickle cell anemia dan talasemia. Ibu hamil dengan anemia defisiensi
zat besi beresiko melahirkan bayi premature dan juga berat bayi lahir rendah
(BBLR). Selain itudanya defisiensi besi pada kehamilan akan menyebabkan
penurunan simpanan zat besi janin yang sangat berfungsi bagi bayi saat tahun
pertama kehidupan. Kejadian anemia defisiensi besi pada bayi dapat
berpengaruh terdapat pertumbuhan dan perkembangannya.

b. Kekurangan Energi Kronis (KEK)


KEK atau Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil merupakan
suatu kondisi dimana dalam jangka waktu yang lama, pemenuhan kebutuhan
energi baik dari karbohidrat maupun lemak tidak dapat tercukupi. Penentuan
status gizi ibu hamil untuk mendeteksi adanya KEK dapat dilakukan dengan
melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dan dengan IMT.
Pengukuran LILA pada ibu hamil dilakukan pada lengan kiri dengan nilai cut
off apabila nilai LILA kurang dari 23.5 cm maka ibu hamil termasuk KEK.
Sedangkan apabila nilai IMT kurang dari 18.5 maka ibu hamil tergolong
KEK.
Kekurangan Energi Kronis pada masa kehamilan dapat menyebabkan
berbagai macam resiko baik ibu dan janin. KEK akan meningkatkan resiko
keguguran, perdarahan pasca persalinan, kematian ibu, mudah terkena
penyakit infeksi dan persalinan yang sulit dan lama. Tidak hanya pada ibu
hamil, dampak KEK pada janin dan akan akan berlanjut sampai usia dewasa
diantaranya adalah gangguan pertumbuhan janin, bayi beresiko BBLR, bayi
beresiko terkena kelainan kongenital, resiko stunting, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan sel otak yang berpengaruh pada kecerdasan anak.

4
3. Kebutuhan Gizi Selama Kehamilan
Konsumsi makanan ibu hamil harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya
dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu, ibu
hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan
tidak hamil, dengan konsumsi pangannya tetap beranekaragam dan seimbang
dalam jumlah dan proporsinya. Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari
makanan yang dikonsumsi oleh ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada di
dalam tubuh ibunya. Selama hamil, ibu harus menambah jumlah dan jenis
makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil dan janinnya.
Selain itu, gizi juga diperlukan untuk persiapan memproduksi ASI. Bila makanan
ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, maka janin
akan mengambil persediaan yang ada didalam tubuh ibunya, seperti sel lemak
sebagai sumber kalori dan zat besi sebagai sumber zat besi. Oleh karena itu, ibu
hamil harus mempunyai status gizi yang baik sebelum hamil dan mengonsumsi
makanan yang beranekaragam baik proporsi maupun jumlahnya.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 75 Tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia memberi
panduan tentang angka kebutuhan gizi berdasarkan jenis kelamin dan umur.
Kebutuhan zat gizi yang akan meningkat selama kehamilan diantaranya adalah
kebutuhan energi. Pertambahan kebutuhan energi utamanya terjadi pada trimester
II dan III. Penambahan konsumsi energi pada trimester II diperlukan untuk
pertumbuhan jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus
dan payudara, serta penumpukan lemak. Adapun penambahan konsumsi energi
sepanjang trimester III digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Angka
Kecukupan Gizi ibu hamil dan penambahan masing- masing zat gizi di setiap
trimester ditunjukkan dalam Tabel.

5
Tabel 1
Angka Kecukupan Gizi (AKG) Beberapa Zat Gizi untukWanita Tidak Hamil danTambahan Gizi yang
Dibutuhkan Ketika Hamil (per orang per hari)

4. Peran Zat Gizi Selama Hamil

a. Energi
Penambahan energi selama masa kehamilan sangatlah penting untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme ibu hamil dan perkembangan janin. Pada
kehamilan tunggal metabolisme mengalami peningkatan sebesar 15% dan
bervariasi terutama pada trimester ketiga. Berdasarkan AKG 2019
penambahan kebutuhan energi pada kehamilan trimester pertama adalah
sebesar 180 kkal, sedangkan untuk trimester kedua dan ketiga sebesar 300
kkal. Adanya peningkatan kebutuhan energi ini disebabkan oleh beberapa hal
yaitu :
a. Kebutuhan untuk cadangan energi untuk pembentukan jaringan baru yaitu
janin, plasenta dan cairan ketuban
b. Perkembangan jaringan kehamilan seperti payudara dan Rahim
c. Cadangan lemak dalam tubuh
d. Peningkatan kebutuhan energi untuk sintesis jaringan
e. Peningkatan konsumsi oksigen oleh organ kehamilan
f. Pertumbuhan fetus dan plasenta terutama di akhir masa kehamilan

b. Protein
Penambahan kebutuhan protein selama masa kehamilan berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi tahun 2019 adalah sebesar 1 gram untuk trimester
pertama, 10 gram untuk trimester kedua dan 30 gram untuk trimester ketiga.
Penambahan protein ini berfungsi untuk proses sintesis jaringan kehamilan
dan jaringan janin. Jenis protein yang dikonsumsi seperlimanya sebaiknya

6
berasal dari protein hewani seperti daging, ikan, telur, susu, yogurt dan
selebihnya berasal dari protein nabati seperti tahu, tempe, kacang- kacangan
dan lain-lain. Adanya penyesuaian fisiologis pada metabolism protein
menyebabkan adanya pergeseran fungsi yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan janin. Hal ini mengakibatkan penurunan penggunaan
protein untuk energi dan peningkatan sintesis protein (Paramita, 2019).
Peningkatan protein saat kehamilan disebabkan oleh adanya
pertambahan jaringan protein. Sekitar 925 gram protein akan terakumulasi
pada jaringan protein saat kehamilan, 440 gram akan diserap oleh janin, 216
gram digunaan untuk peningkatan darah dan volume cairan eksraseluler dan
100 gam protein terakumulasi padaplasenta. Peningkatan kebutuhan protein
juga dibutuhkan untuk proses perkembangan jaringan. Apabila terjadi
defisiensi protein pada masa kehamilan hal ini dapat berdampak pada
pertumbuhan janin yang terhambat. Dimana protein juga terlibat dalam sintesa
hormone dan neurotransmitter. Inadequate intake protein dan energi biasanya
terjadi secara bersamaan, sehingga sulit untuk menentukan efek kekurangan
energi dan kekurangan protein. Karena itu ada beberapa kelompok yang harus
diperhatikan karena beresiko untuk defisiensi intake protein yaitu pada
vegetarian dan kehamilan kembar.

c. Karbohidrat
Karbohidrat yang dipecah menjadi glukosa merupakan sumber energi
utama bagi pertumbuhan. Janin membutuhkan persediaan glukosa dalam
jumlah yang cukup untuk mendukung pertumbuhannya. Kebutuhan
karbohidrat saat masa kehamilan adalah sekitar 50 – 60% dari total energi.
Jumlah minimal karbohidrat yang disarankan bagi wanita hamil adalah sekitar
175 gram. Sedangkan dalam AKG tahun 2019 penambahan kebutuhan
karbohidrat adalah sebesar 25 gram pada trimester pertama dan 40 gram pada
trimester kedua dan ketiga. Konsumsi karbohidrat yang tidak adekuat pada ibu
hamil beresiko terhadap pertumbuhan janin. Pembatasan ringan karbohidrat
dapat dianjurkan hanya pada ibu hamil yang menderita diabetes. Apabila ibu
hamil mengalami diabetes sebelum kehamilan ataupun saat kehamilan maka
pembatasan karbohidrat akan diperlukan namun harus dipastikan janin tetap
memperoleh glukosa yang cukup untuk pertumbuhan. Bahan makanan yang
7
mengandung serat seperti sayur, buah dan produk whole grain sangatlah
direkomendasikan dikonsumsi oleh ibu hamil. Bahan makanan ini
mengandung antioksidan dan serat bermanfaat untuk mengatasi konstipasi.
Konstipasi yang terjadi pada masa kehamilan yang disebabkan oleh penurunan
motilitas saluran pencernaan. Dengan konsumsi serat 12- 24 gram per hari
diimbangi dengan konsumsi air yang cukup maka akan membantu mengatasi
konstipasi pada kehamilan.

d. Lemak
Penambahan kebutuhan lemak pada masa kehamilan sesuai dengan
AKG 2019 adalah sebesar 2.3 gram pada tiap trimester. Asam lemak esensial
yaitu DHA dan AA sangat direkomendasikan untuk dikonsumsi saat masa
kehamilan. DHA dan AA sangat dibutuhkan untuk pembentukan otak dan
sistem syaraf pada janin terutama di akhir masa kehamilan. Sumber DHA
yang paling baik adalah berasal dari minyak ikan. Terdapat penelitian tentang
konsumsiDHA pada masa kehamilan dan mampu memberikan manfaat dalam
berat badan lahir bayi dan durasi kehamilan.

e. Vitamin dan Mineral


1) Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
saat kehamilan. Vitamin A juga berperan dalam diferensiasi sel,
perkembangan pengelihatan, fungsi imunitas dan perkembangan paru-
paru. Kebutuhan A pada masa kehamilan pengalami peningkatan sebesar
300 RE tiap trimester. Sumber vitamin A dapat diperoleh baik dari produk
hewani maupun non hewani. Makanan sumber vitamin A dapat diperoleh
melalui susu, sayuran berdaun hijau, buah-buahan berwarna orange dan
kuning. Apabila konsumsi vitamin A mengalami kekurangan maka dapat
berhubungan dengan kejadian IUGR (Intra Uterine Growth Restriction)
dan peningkatan mortalitas ibu dan bayi.
2) Thiamin, Riboflavin, Asam Folat
Thiamin atau Vitamin B1 dan Riboflavin atau vitamin B12
berfungsi dalam metabolisme energi. Berdasarkan AKG kebutuhan
thiamin dan riboflavin mengalami peningkatan sebesar 0.3 mg pada tiap
8
trimester. Ibu hamil sangat direkomendasikan untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung riboflavin yang terdapat pada susu dan produk
susu, cereal dan produk cereal, daging dan produk daging, dan sayuran
hijau. Konsumsi suplementasi asam folat sebelum kehamilan juga
direkomendasikan untuk mencegah anemia megaloblastic. Makanan
sumber asam folat dapat diperoleh melalui konsumsi bahan makanan
seperti sayuran hijau, hati, cereal produk, kacang- kacangan dan jeruk.
3) Vitamin C
Tambahan kebutuhan vitamin C saat masa kehamilan adalah sebesar
10 mg per hari. Vitamin C memiliki fungsi untuk meningkatkan
penyerapan zat besi non heme. Karena itu direkomendasikan untuk ibu
hamil mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin
C diimbangi dengan konsumsi makanan sumber zat besi untuk membantu
penyerapannya. Sumber vitamin C berada pada buah – buahan seperti
jeruk, papaya, stoberi dan lain sebagainya.
4) Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk pembentukan dan pertumbuhan
tulang. Vitamin D juga berfungsi untuk membantu penyerapan dan
penggunaan kalsium. Kebutuhan vitamin D pada masa kehamilan tidak
mengalami peningkatan. Konsumsi vitamin D sebesar 600 IU sehari
mampu mencukupi kebutuhan vitamin D pada kehamilan. Beberapa
sumber bahan makanan yang mengandung vitamin D antara lain telur,
ikan, minyak ikan, susu yang difortifikasi vitamin D dan juga pajanan
sinar matahari. Kekurangan vitamin D pada masa kehamilan dapat
menurunkan masa tulang pada anak dan juga mampu meningkatan resiko
osteoporosis pada masa yang akan datang. Kekurangan vitamin D juga
dapat menyebabkan penyakit riket dan resiko patah tulang.
5) Kalsium
Berdasarkan AKG tahun 2019 diketahui bahwa peningkatan
kebutuhan kalsium pada masa kehamilan adalah sebesar 200 mg. Kalsium
diperlukan untuk mineralisasi tulang dan gizi janin. Inadekuat kalsium
intake dapat beresiko terhadap IUGR dan preeklamsi. Kalsium juga
berperan dalam beberapa proses dalam tubuh seperti pembekuan darah,
proteolysis intraseluler, sintesis nitrit oksida dan regulasi kontraksi uterine.
9
Pada masa kehamilan, metabolism kalsium mengalami perubahan.
Penyerapan kalsium menjadi meningkat sedangkan ekskresi kalsium pada
urin menurun. Peningkatan kebutuhan kalsium juga terjadi dengan
pengeluaran kalsium pada tulang. Peningkatan pengeluaran kalsium pada
tulang mampu tergantikan kembali setelah masa kehamilan apabila ibu
mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang cukup.
Konsumsi kalsium dapat dipenuhi melalui konsumsi bahan makanan
sumber kalsium seperti produk susu, ikan dan jus yang sudah difortitikasi
kalsium, bayam, brokoli, sari kedelai, kacang-kacangan.
6) Zat Besi
Zat besi merupakan kelompok trace mineral yang berfungsi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Zat besi pada pertumbuhan dan
perkembangan janin memiliki peran dalam cofactor enzim yang terlibat
proses reaksi oksidasi dan reduksi, yang terjadi pada tingkat sel selama
proses metabolism. Zat besi juga merupakan komponen penting dari
hemoglobin yang membawa oksigen pada sel darah merah keseluruh
tubuh. Kondisi kehamilan menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan
zat besi karena adanya peningkatan volume darah selama masa kehamilan.
Sesuai AKG 2019 diketahui bahwa peningkatan kebutuhan zat besi adalah
sebesar 9 mg pada trimester kedua dan trimester ketiga. Ibu hamil
diharapkan untuk mengkonsumsi tablet tambah darah, namun konsumsi
tablet tambah darah memiliki beberapa efek samping seperti konstipasi
dan mual. Salah satu strategi dalam meredakan efek samping akibat
konsumsi tablet tambah darah adalah dengan mengkonsumsinya sebelum
tidur.
Asupan zat besi dapat ditingkatkan melalui meningkatkan
ketersediaan hayati zat besi yang dimakan dengan mempromosikan
makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa
mereduksi penyerapan zat besi, seperti tanin yang terdapat dalam the
(Prabasivi, 2019). Sumber makanan yang mengandung zat besi antara lain
daging merah, telur, produk ikan, sereal yang di fortifikasi dan
sayuranberwarna hijau. Konsumsi vitamin C dibarengi dengan konsumsi
sumber zat besi yang berasal dari sayuran sangat direkomendasikan untuk
meningkatkan penyerapan zat besi.
10
7) Iodium
Iodium dibutuhkan selama hamil sebesar ± 25 µg/ hari. Mungkin
sebagian orang berpikir mineral ini tidak begitu bermanfaat karena dapat
didapatkan dengan mudah seperti garam dapur yang digunakan sehar-hari.
Akan tetapi, kekurangan iodium selama hamil dapat berakibat fatal yakni
menyebabkan hipotiroid pada ibu dan menganggu tumbuh kembang janin.
Karena fungi iodium adalah membentuk hormon tiroid yang berguna bagi
maurasi dan perkebangan otak janin terutama pada trimester I. Kekurangan
iodium selama kehamilan akan mengganggu perkembangan saraf janin
karena hormon tiroid dibutuhkan untuk migrasi neuronal yang normal dan
mielinisasi otak selama janin dan awal postnatal. Hypothyroxinemia pada
periode kritis ini menyebabkan kerusakan otak irreversible yang ditandai
dengan keterbelakangan mental dan kelainan neurologis. Manifestasi
paling parah kekurangan iodium selama janin adalah kretinisme. Hal ini
terjadi pada kekurangan iodium berat yang ditandai dengan
keterbelakangan mental bersama dengan berbagai tingkat perawakan
pendek, bisu tuli, dan spasticity. Diperkirakan satu dari sepuluh penduduk
pada daerah defisiensi iodium sangat parah menderita kretin. Dalam
memenuhi peningkatan kebutuhan iodium saat hamil sebagai upaya
mencegah terjadinya pembesaran kelenjar gondok, menjaga tingkat serum
T4 bebas, dan T3 tetap stabil diperlukan asupan >100-200 µg iodium per
hari (Mulyantoro, 2017)
8) Zinc
Defisiensi Zn dihubungkan dengan kenaikan resiko kelahiran
prematur. Pada trimester 2 dan 3 diperlukan untuk pertumbuhan bibir dan
palatum, sehingga kalau defisiensi Zn berat maka bayi akan menderita
bibir sumbing (labio/palato szicis). Tambahan kebutuhan zinc ± 5 mg/hari.

f. Air
Air adalah nutrien. Air merupakan bagian sistem transportasi tubuh.
Air mengangkut zat gizi keseluruh tubuh termasuk plasenta dan membawa sisa
makanan ke luar tubuh. Jika ibu hamil mengalami muntah-muntah, maka
disarankan untuk minum cairan sebanyak mungkin, minimal 3 liter/hari.

11
5. Faktor yang Mempengaruhi Gizi pada Ibu Hamil
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting akan terbentuknya tindakan seseorang.

b. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, makin tinggi pendidikan seseorang
makin tinggi pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam upaya
pencegahan kekurangan gizi pada ibu hamil pada masa kehamilannya
Tujuan umum dari pendidikan gizi untuk ibu hamil adalah setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang gizi maka ibu hamil diharapkan
memahami kebutuhan gizi yang harus dikonsumsi selama masa kehamilan.
Sedangkan tujuan khusus pendidikan gizi adalah setelah mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang gizi maka ibu hamil diharapkan mampu:
1) Menjelaskan pengertian ibu hamil
2) Menguraikan manfaat gizi pada ibu hamil
3) Menguraikan hubungan gizi dengan perubahan fisiologis selama hamil
4) pola makan yang baik dan yang tidak baik bagi ibu hamil
5) Menjelaskan kebutuhan gizi pada ibu hamil
6) Menguraikan dampak yang akan terjadi akibat pemenuhan gizi yang
kurang pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
7) Menguraikan cara mengolah makanan bagi ibu hamil

c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari untuk mencari
nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan dapat menggambarkan
tingkat kehidupan seseorang karena dapat mempengaruhi sebagian aspek
kehidupan seseorang termasuk pemeliharaan kesehatan dengan penghasilan
yang didapatkan dari pekerjaan tersebut. Dinyatakan bahwa jenis pekerjaan
dapat berperan dalam pemenuhan zat-zat gizi pada masa kehamilan

12
d. Umur
Umur seorang ibu berkaitan dengan perkembangan alat-alat
reproduksinya. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah 20-35 tahun.
Kehamilan kurang dari 20 tahun secara biologi belum optimal, emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhuan
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilan. Sedangkan kehamilan pada usia
lebih dari 35 tahun terkait dengan kemunduran fungsi organ yang
menyebabkan harus bekerja maksimal sehingga memerlukan tambahan energi
yang cukup selain itu juga terkait penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit(Masturah, 2013).

e. Pendapatan
Pendapatan keluarga yang rendah atau di bawah upah minimum, bila
pendapatan keluarga rendah maka akan sangat berpengaruh terhadap asupan
nutrisi yang dimakan ibu hamil dan pola makan dimana dalam masa
kehamilan salah satu bagian yang penting dalam membantu perkembangan
janin dalam kandungan adalah makanan yang dimakan dan cara makan yang
sehat dan mengandung gizi (Marlina, 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas
Krueng Raya Aceh Besar dijumpai bahwa pendapatan keluarga sangat
bervariasi. Adanya perbedaan ini menyebabkan kemampuan ibu untuk
membeli makan bervariasi dengan gizi yang baik juga berbeda. Sehinggga
informasi yang lebih banyak tentang pengolahan makanan dari sumber/bahan
yang sederhana menjadi sebuah kebutuhan agar status gizi ibu hamil tetap baik
(Asyura and Maulidiyah, 2019)

f. Gaya Hidup
Menurut (Darmadja sobar, 2019) dalam jurnal Pengaruh Layanan Kesehatan
dan Lingkungan Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan Pemenuhan Gizi
Ibu Hamil Wilayah Kerja Puskesmas Tempilang Bangka Barat Tahun 2017,
didapatkan kesimpulan dari keempat variabel (sumber informasi, peran
bidan,peran suami dan gaya hidup) pengambilan keputusan dalam pemenuhan
nutrisi ibu hamil, gaya hidup merupakan variabel yang paling mempengaruhi
13
pengambilan keputusan dalam pemenuhan nutrisi ibu hamil. Karena Gaya
hidup yang sehat dengan aktifitas fisik yang cukup, istirahat dan kebiasaan
makan yang baik dapat mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit.
Sehingga Gaya hidup yang baik dapat meningkatkan pengambilan keputusan
ibu hamil dalam pemenuhan nutrisi.

6. Penanganan Bidan Dalam Masalah Gizi Pada Ibu Hamil


a. Pendidikan Kesehatan
Strategi intervensi yang dilakukan pada tahap penanganan masalah gizi
ibu hamil adalah pendidikan keseharan. Pendidikan kesehatan merupakan
aktivitas secara langsung bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
aktulisasi masyarakat melalui Perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Pendidikan Kesehatan merupakan bagian integral dari peran
bidan di komunitas dalam melakukan promosi kegiatan, pencegahan penyakit
dan mempertahankan kesehatan yang optimal.
Berdasarkan kegiatan pendampingan Ibu hamil dalam upaya
peningatan status gizi yang dilakukan pada ibu hamil di desa Tengguli
Kecamatan Sajat Kabupaten Sambas di bulan September 2019, hasil kegiatan
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan ibu sebanyak 25%
dibandingkan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Hal ini menunjukkan
bahwa pendidikan kesehatan berdampak positif terhadap peningkatan
pengetahuan ibu hamil, selain itu pendidikan kesehatan juga sebagai motivasi,
dorongan dan sebagai bekal ibu dalam mengelola kesehatan dan gizi selama
kehamilan(Nurvembrianti and Purnamasari, 2021).

b. Peran bidan secara mandiri bisa dilakukan dengan konseling dua arah pada ibu
hamil dan suaminya/keluarga, melakukan KIE, mengadakan kelas ibu hamil
serta mengoptimalkan pelayanan Antenatal care difasilitas kesehatan selama
periode kehamilan. Upaya Bidan dalam menanggulangi masalah dan
mencegah dampak dari kurang energi kronis pada ibu hamil yaitu
mengusahakan agar ibu hamil memeriksakan kehamilan secara rutin sejak
hamil muda untuk mendeteksi secara dini kejadian kurang energi kronis, dan
penyuluhan tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil. Bidan dalam

14
memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil, senantiasa
berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan
kehamilan untuk mencegah terjadinya KEK pada Ibu hamil (Tempali and
Sumiaty, 2019).

c. Pendampingan oleh Bidan


Peran bidan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
efektivitas pemberdayaan. Peran yang dapat dimainkan oleh pendamping
bidan dalam melaksanakan fungsi pendampingan adalah peran motivator,
peran fasilitator dan peran katalisator. Peran- peran pendamping tersebut
hanya akan dapat dilaksanakan secara maksimal jika pendamping memahami
kelompok yang didampinginya, karena itu pendamping diupayakan dapat
hadir di tengah mereka, hidup bersama mereka, belajar dari apa yang mereka
miliki, belajar dari apa yang mereka ketahui.
Peran bidan sangat mempengaruhi efektivitas pemberdayaan ibu hamil.
Berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat serta
ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan ibu hamil menangani
permasalahan gizi dalam kehamilan. Peran bidan dipengaruhi oleh
ketersediaan fasilitas dan dukungan dari kepala desa untuk menunjang
keberhasilan pemberdayaan dalam mengatasi KEK pada ibu hamil (Sari,
2021).

d. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain ( Petugas Gizi)


Upaya yang dapat dilakukan bidan berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 369 tahun 2007 tentang standar profesi
bidan mengenai intervensi ibu hamil dengan KEK, yaitu melakukan rujukan
ke petugas tenaga gizi dan berkolaborasi untuk membantu memonitoring serta
mengevaluasi asupan pemberian makanan dan kenaikan berat badan.

7. Program Pemerintah Saat Ini Tentang Penanganan Gizi Pada Ibu Hamil
Salah satu program yang dicanangkan pemerintah dalam dunia kesehatan di
bidang gizi adalah “Gizi 1000 Hari”. Program ini bertujuan untuk menyadarkan
masyarakat akan pentingnya penerapan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan
anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Program ini

15
dimulai dengan memperhatikan status gizi pada ibu hamil, karena kehidupan anak
dimulai sejak dalam kandungan seorang ibu. Asupan gizi yang tidak cukup pada
ibu hamil selain membahayakan kesehatan ibu, juga akan berdampak pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin. Kekurangan gizi dalam
waktu yang lama pada ibu hamil akan menyebabkan ibu hamil mengalami kondisi
yang dinamakan Kekurangan Energi Kronis (KEK).

a. Penanganan Anemia
Program Pemerintah untuk pelayanan kesehatan pada ibu hamil adalah
pemberian tablet tambah darah sebanyak minimal 90 tablet selama kehamilan
untuk pencegahan anemia defisiensi besi dan defisiensi asam folat. Serta
pemeriksaan Hb pada ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu hamil anemi
atau tidak.

b. KEK
Gizi ibu hamil merupakan salah satu fokus perhatian kegiatan
perbaikan gizi masyarakat karena dampaknya yang signifikan terhadap kondisi
janin yang dikandungnya. Masalah gizi yang sering ditemui pada ibu hamil
adalah masalah kurang energi kronik (KEK) persentase ibu hamil dengan
risiko KEK tahun 2020 adalah sebesar 9,7%, sementara target tahun 2020
adalah 16% . Data ini diambil per tanggal 20 Januari 2021. Jika capaian
tersebut dibandingkan dengan ambang batas menurut WHO, maka persentase
bumil KEK di Indonesia termasuk masalah kesehatan masyarakat kategori
ringan (< 10 %).
Beberapa faktor penghambat pencapaian target peningkatan Gizi Ibu Hamil
adalah:
1) Tingkat kepatuhan dalam melaporkan capaian indikator ibu hamil KEK secara
rutin setiap bulan masih rendah. Hal ini terjadi karena proses pelaporan yang
lambat dari mulai tingkat posyandu sampai tingkat provinsi.
2) Ketersediaan dan kualitas SDM 1) Ketidakmerataan distribusi tenaga gizi di satu
kabupaten/kota, dimana satu puskesmas bisa terdapat lebih dari 1 tenaga gizi
dan satu puskesmas lainnya tidak terdapat tenaga gizi.
3) Tenaga gizi di puskesmas kerap kali tidak memiliki latar belakang
Pendidikan gizi, sehingga kondisi ini selain menjadi salah satu kendala
16
dalam menyediakan pelayanan gizi yang berkualitas bagi masyarakat juga
menghambat proses pelaporan capaian kegiatan gizi.
4) Tenaga gizi di puskesmas seringkali merangkap pekerjaan administrasi
dan keuangan, sehingga tidak maksimal dalam mengerjakan pekerjaan
utamanya.
5) Berdasarkan Riskesdas 2018, masih tingginya prevalensi Ibu hamil KEK
pada WUS usia 15–19 tahun dan 20 – 24 tahun (33.5% dan 23.3%).
Kehamilan di usia dini dapat meningkatkan risiko kekurangan gizi
dikarenakan pada usia remaja masih terjadi pertumbuhan fisik.
6) Prevalensi KEK pada Remaja puteri (usia 15 – 19 tahun) sebesar 36,3%.
KEK pada kelompok remaja memiliki risiko tinggi untuk mengalami KEK
pada masa kehamilan. Seperti diketahui bahwa KEK terjadi karena
kurangnya asupan makanan dalam jangka waktu yang lama.
7) Pengetahuan tentang asupan makanan bergizi untuk ibu hamil serta budaya
yang melestarikan pantangan makanan tertentu bagi ibu hamil masih
menjadi kendala. Budaya yang berlaku di beberapa daerah, makanan yang
dipantang adalah makanan yang bergizi tinggi seperti ikan dan telur.
8) memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar (K4) baru mencapai
58,98% dengan target 2020 yaitu 80%.
9) Adanya pandemi COVID-19 sejak awal tahun 2020 hingga saat ini serta kebijakan
PSBB dan sebagainya yang menyebabkan terjadinya perubahan dan penyesuaian pada sistem
pelayanan kesehatan termasuk akses ke pelayanan kesehatan.

Faktor -faktor yang mendukung keberhasilan pencapaian target adalah:

1) Dukungan kebijakan yang responsif terhadap perubahan yang terjadi. Termasuk


situasi pandemi yang melanda dunia termasuk Indonesia pada awal tahun 2020.
a) Surat Edaran Dirjen Kesmas Nomor: HK.02.02/V/393/2020 tentang Pelayanan
Gizi dalam Pandemi COVID-19
b) Direktorat Gizi Masyarakat menyusun Buku Pedoman Pelayanan Gizi pada
Masa Pandemi dan beberapa pedoman pelaksanaan intervensi gizi dalam
konteks situasi pandemi. Pedoman-pedoman tersebut dapat digunakan sebagai
acuan bagi petugas gizi di daerah untuk melakukan modifikasi layanan gizi
pada masa pandemi. Hasil survei cepat Dampak Pandemi terhadap Pelayanan
Gizi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Gizi

17
Masayrakat dan UNICEF menunjukkan bahwa sekitar 56.6% puskesmas yang
menjadi responden (2296 puskesmas) melakukan modifikasi layanan gizi
dengan mengintegrasikan pemberian makanan tambahan ibu hamil dengan
pemberian TTD pada ibu hamil.
2) Penguatan surveilans gizi dengan meningkatkan deteksi dini masalah gizi pada ibu
hamil, sehingga dapat segera ditindaklanjuti dengan pelayanan gizi yang dibutuhkan untuk
memperbaiki kondisi gizi ibu hamil tersebut.
3) Integrasi kegiatan dengan lintas program untuk meningkatkan kualitas dan cakupan
pelayanan gizi pada ibu hamil termasuk ibu hamil pekerja. Gerakan Pekerja Perempuan Sehat
Produktif (GP2SP) adalah upaya pemerintah, masyarakat maupun pengusaha untuk
menggalang dan berperan serta, guna meningkatkan kepedulian dalam upaya memperbaiki
kesehatan dan status gizi pekerja perempuan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas
kerja dan meningkatkan kualitas generasi penerus. Kegiatan utama GP2SP diantaranya
adalah perusahaan menyediakan ruang ASI, mengadakan kelas ibu hamil, cek kesehatan
secara berkala dan memperhatikan gizi pekerja hamil dan menyusui di tempat kerja
4) Dukungan intervensi gizi sensitif seperti Program Keluarga Harapan, yaitu program
bantuan tunai bersyarat dari Kementerian Sosial yang menyasar keluarga yang memiliki ibu
hamil, balita dan anak sekolah. Program ini memasukkan indikator pemeriksaan kehamilan
sebagai salah satu syarat bagi keluarga agar dapat terus menerima bantuan ini.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah:

1) Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil KEK bertujuan untuk menambah
asupan kalori dan protein ibu hamil KEK. Berdasarkan laporan rutin diketahui bahwa
cakupan pemberian makanan tambahan (MT) bagi ibu hamil KEK telah mencapai target di
tahun 2020, yaitu sebesar 86,1% dari target 80%. (Laporan rutin Dit. Gizi Masyarakat). Salah
satu upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan daya terima makanan tambahan ibu
hamil dengan menambah pilihan rasa krim biscuit menjadi 3 rasa (strawberry, nanas, lemon).
2) Penguatan koordinasi pusat dan daerah dalam meningkatkan sinergitas pelaksanaan
program gizi. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan adalah Pertemuan Persiapan
Suplementasi Gizi antara Pusat dan Daerah serta monitoring evaluasi pemberian Makanan
Tambahan di tingkat Puskesmas.
3) Orientasi Proses Asuhan Gizi Puskesmas untuk meningkakan kapasitas tenaga gizi
dalam melakukan asuhan gizi untuk individu maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan gizi di puskesmas tetap dilaksanakan melalui daring

18
4) Peningkatan kapasitas tenaga gizi melalui pelatihan dan orientasi terkait seperti
pelatihan PMBA yang sudah dilaksanakan pada tahun 2019. Pada tahun 2020 telah
direncanakan pelatihan PMBA namun dibatalkan akibat pandemic COVID-19.
5) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan gizi untuk menjaga kualitas dan cakupan
pelayanan kesehatan dan gizi di puskesmas pada masa pandemi melalui serial webinar gizi
berseri. Tahun 2020 Direktorat Gizi Masyarakat telah melaksanakan 10 seri webinar gizi
berseri. Materi webinar mencakup isu-isu gizi dan kaitannya dengan situasi pandemi Covid-
19.

Dengan masih terdapatnya beberapa permasalahan maka alternatif solusi yang


dapat dilakukan adalah:

1) Penguatan kualitas pelayanan dan integrasi program terutama dengan program


kesehatan keluarga, contohnya integrasi konseling dan penyuluhan gizi untuk ibu
hamil pada saat pemeriksaan kehamilan ataupun di kelas ibu hamil.
2) Penyediaan dan peningkatan media edukasi gizi untuk ibu hamil, baik melalui media
visual dan elektronik.
3) Perluasan sasaran edukasi gizi sejak dari hulu (calon ibu), dimulai dari peningkatan
edukasi gizi pada remaja putri dan calon pengantin agar memahami pentingnya gizi
baik pada usia mereka.
4) Peningkatan pemanfaatan pangan lokal untuk Makanan Tambahan ibu
hamil KEK melalui pendidikan gizi yang mengkombinasikan kegaitan
untuk meningkatkan pengetahuan gizi ibu hamil juga meningkatkan
kemampuan ibu hamil agar mengkonsumi makanan bergizi sesuai
kebutuhan pada masa hamil.
5) Penguatan manajemen data rutin mulai dari pengumpulan, analisis, dan
pemanfaatan data/ informasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2021).

19
BAB III

KESIMPULAN

Kebutuhan zat gizi ibu hamil sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin maka dari itu ibu hamil sangatlah harus mencukupi asupan zat gizinya agar janin dapat
berkembang dengan normal, kekurangan zat gizi pada ibu hamil akan mengakibatkan
kekurangan energi kronis (KEK) dan Anemia. Kek itu sendiri disebabkan karena kekurangan
asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan asupan makanan ibu hamil hal ini
mengakibatkan tumbuh kembang janin terhambat. Sedangkan anemia pada kehamilan tidak
dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis yang terjadi selama proses kehamilan, umur
janin, dan kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada saat hamil jumlah darah meningkat sekitar 20-
30 %, sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan besi dan vitamin untuk membuat
hemaglobin. Sehingga ibu hamil apabila kekurangan dalam mengkonsumsi kebutuhan besi
dan vitamin akan mengalami anemia yang akan memberikan dampak tumbuh kembnag janin
terhambat dan terjadi masalah pada Ibu hamil tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Setyowati, VAV dan Eko Hartini. 2019. BUKU AJAR ILMU GIZI KESEHATAN
MASYARAKAT. Sleman : Deepublish.

Asyura, S. and Maulidiyah, M. (2019) ‘Factors That Influence Pregnant Women ’ s


Nutritional Status In The Working Area Of Kruengraya Puskesmas District , Mesjid
Raya District , Aceh Besar District’, Journal of Healthcare Technology and Medicine,
5(1), pp. 186–192. Available at:
http://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/1025.

Darmadja sobar, A. F. (2019) ‘Pengaruh Layanan Kesehatan dan Lingkungan Keluarga


Terhadap Pengambilan Keputusan Pemenuhan Gizi Ibu Hamil’, Jurnal Ilmiah STIKES
Citra Delima Bangka Belitung, 2(2). Available at:
http://jurnalilmiah.stikescitradelima.ac.id/index.php/JI/article/view/37.

Ernawati, A. (2017) ‘Masalah Gizi Pada Ibu Hamil’, Jurnal Litbang: Media Informasi

21
Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, 13(1), pp. 60–69. doi: 10.33658/jl.v13i1.93.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021) ‘Laporan Kinerja Kementrian Kesehatan


Tahun 2020’, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2021, pp. 1–224.

Marlina, Y. (2019) ‘Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil di Puskesmas Leiling,
Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju’, Jurnal Ilmiah Forilkesuit, 1(1), pp. 1–7.

Masturah (2013) ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil pada Masa
Kehamilan yang Berkunjung ke Puskesmas Meutulang Kecamatan Panton Reu
Kabupaten Aceh Barat [skripsi]’, Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar, pp.
1–55.

Mulyantoro, D. K. (2017) ‘Perlukah Wanita Hamil Mendapat Suplementasi Iodium? Iodine


Supplementation for Pregnant Woman : Is It Necessary ?’, Mgmi, 8(2), pp. 137–150.
Available at: https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/mgmi/article/view/
523/481.

Nurvembrianti, I. and Purnamasari, I. (2021) ‘Pendampingan ibu hamil dalam upaya


peningkatan status gizi’, 1(2), pp. 50–55.

Paramita, F. (2019) GIZI PADA KEHAMILAN. Malang: Wineka Media.

Prabasivi, D. M. (2019) ‘Kajian Kasus Anemia pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di
Wilayah Kerja PUSKESMAS Jetis II’, pp. 8–9. Available at:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1009/4/4. Chapter2.pdf.

Sari, A. (2021) ‘Model Efektivitas Pemberdayaan Ibu Hamil dalam Upaya Penanganan’,
Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia, 11(2), pp. 81–89.

Setyowati, VAV dan Eko Hartini. 2019. BUKU AJAR ILMU GIZI KESEHATAN
MASYARAKAT. Sleman : Deepublish.

Tempali, S. R. and Sumiaty, S. (2019) ‘Peranan Edukasi Bidan Dalam Mencegah Kurang
Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Provinsi Sulawesi Tengah’, Jurnal Bidan
Cerdas (JBC), 2(1), p. 34. doi: 10.33860/jbc.v2i1.140.

22

Anda mungkin juga menyukai