Anda di halaman 1dari 27

GIZI SEIMBANG BAGI WANITA HAMIL

OLEH ANGGOTA KELOMPOK 10 :

NI KOMANG AYU ESA PRATIWI (P07124222004)

NI PUTU TRISNA KURNIA ARTADEWI (P07124222005)

NI KADEK DWIK SRI RAHAYUNI (P07124222027)

PROGRAM STUDI

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata kuliah
gizi reproduksi yang membahas tentang “Gizi Seimbang Bagi Wanita Hamil” dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan referensi yang berkaitan dengan judul
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna dan masih banyak
kesalahan yang perlu kami perbaiki dan kami pelajari lebih lanjut. Untuk itu diharapkan untuk
diberikan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami. Akhir
kata, sekian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat membawa manfaat dan berguna
bagi pembaca.

Denpasar, 25 Januari 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.1 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Gizi...................................................................................................................... 3


2.2 Prinsip Gizi Untuk Wanita Hamil ......................................................................................... 4
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil ............................................................ 4
2.4 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil .................................................................................................... 5
2.5 Status Gizi Ibu Hamil............................................................................................................ 6
2.6 Pengaruh Status Gizi Terhadap Kehamilan .......................................................................... 7
2.7 Masalah Gizi Pada Ibu Hamil ............................................................................................... 8
2.8 Prinsip Gizi Pada Kehamilan Bermasalah (hiperemisis, konstipasi, hipertensi, ............ 11
pre/eklamsia,DM, anemia, obesitas) ......................................................................................... 11
2.7 Menyusun Menu Seimbang Bagi Ibu Hamil Normal Dan Bermasalah .............................. 21
BAB III......................................................................................................................................... 23

KESIMPULAN ......................................................................................................................... 23
SARAN ..................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat.
Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat kurang baik bagi Ibu
dan janin. Sejak dahulu kala makanan wanita hamil telah dianggap sangat penting, sebab orang
percaya bahwa makanan yang benar akan memberi dampak yang baik bagi janin. Sehingga
masyarakat membuat berbagai aturan makanan yang boleh dimakan oleh ibu hamil dan
makanan yang tidak boleh dimakan oleh ibu hamil, yang mana hal tersebut ternyata sama sekali
tidak benar dilihat dari segi kesehatan.Misalnya, ibu hamil tidak boleh makan banyak-banyak
dengan tujuan agar bayinya tidak besar dan mudah dilahirkan. Pendapat tersebut dapat
dibenarkan. (Soetjiningsih,1995)

Gizi ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang dikandungnya.
Angka kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) lebih tinggi dinegara-negara yang sedang
berkembang daripada di negara-negara yang sudah maju.Hal ini disebabkan oleh keadaan
sosial ekonomi yang rendah mempengaruhi diet ibu.Gizi ibu yang baik diperlukan agar
pertumbuhan janin berjalan pesat dan tidak mengalami hambatan. Dimulai dari satu sel telur
yang setelah dibuahi tumbuh dengan pesat, sehingga diperkirakan pertumbuhan janin sejak
konsepsi hingga lahir (Soetjiningsih,1995)

Gizi dan nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi selama kehamilan
berlangsung. Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan sangat membantu ibu hamil dan janin
tetap sehat. Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
hubungan dan masukan nutrisi. Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang harus
dikonsumsi selama kehamilan yaitudengan porsi dua kali makan orang yang tidak hamil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu gizi ?
2. Apa yang menjadi prinsip gizi untuk wanita hamil ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi ibu hamil?

1
4. Apa saja kebutuhan gizi ibu hamil ?
5. Bagaimana status gizi ibu hamil ?
6. Bagaimana pengaruh status gizi terhadap kehamilan ?
7. Apa saja yang menjadi masalah gizi ibu hamil ?
8. Bagaimana prinsip gizi pada kehamilan bermasalah (hiperemisis, konstipasi, hipertensi,
pre/eklamsia, DM, anemia, obesitas) ?
9. Bagaimana menyusun menu seimbang bagi ibu hamil normal dan bermasalah ?

1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini :
1. Menjelaskan pengertian gizi
2. Mengetahui prinsip gizi bagi wanita hamil
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi ibu hamil
4. Mengetahui kebutuhan gizi ibu hamil
5. Mengetahui status gizi ibu hamil
6. Memahami pengaruh status gizi terhadap kehamilan
7. Memahami masalah gizi pada pada ibu hamil
8. Menjelaskan prinsip gizi pada kehamilan bermasalah (hiperemisis, konstipasi, hipertensi,
pre/eklamsia, DM, anemia, obesitas)
9. Menjelaskan bagaimana menyusun menu seimbang bagi ibu hamil normal dan bermasalah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gizi

Gizi adalah persediaan bahan-bahan atau makanan yang dibutuhkan organisme maupun
sel-sel untuk bertahan hidup. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan dan medis, gizi dapat
merujuk pada ilmu atau praktik konsumsi serta penggunaan makanan.

Tak hanya tentang metabolisme, gizi pun berbicara mengenai bagaimana penyakit yang
dapat dicegah atau diminimalkan dengan makanan yang sehat. Dengan demikian, pengertian
gizi juga berfokus pada bagaimana cara kita mengenali proses munculnya penyakit yang
disebabkan oleh faktor bahan pangan. Mulai dari pola makan yang buruk, intoleransi terhadap
makanan, hingga alergi makanan.

Makan-makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang


beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh
baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan
yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi
kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan
dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka
ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.

Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat
menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan
sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan,
tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta
hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan seseorang

3
2.2 Prinsip Gizi Untuk Wanita Hamil

Makanan ibu hamil harus disesuaikan dengan kebutuhan yaitu makanan yang seimbang
dengan perkembangan masa kehamilan. Pertumbuhan janin pada trimester I masih lambat
sehingga kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin belum begitu besar, tetapi ibu mengalami
ketidaknyamanan, seperti mual, muntah, dan ngidam. Pertumbuhan janin pada trimester II dan
III berlangsung dengan cepat sehingga perlu memperhatikan kebutuhan gizinya.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan tentang makanan sehat bagi ibu hamil :

1. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan
pertumbuhan bayi
2. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral)
3. Dapat menghindarkan pengaruh buruh bagi bayi
4. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar gula darah,
dan tekanan darah (Marmi, 2013)

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil

Faktor yang memengaruhi gizi ibu hamil diantaranya (Proverawati 2009), yaitu:

1. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan

Ibu hamil biasanya lebih memperhatikan zat gizi untuk keluarganya padahal ibu hamil
harus lebih serius pada dirinya dalam penambahan zat gizi demi pertumbuhan dan
perkembangan janin.

2. Status ekonomi

Ekonomi seseorang memengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari
-harinya. Seorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kebutuhan gizi yang
dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin
terpantau.

3. Pengetahuan zat gizi dalam makanan

4
Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu akan memengaruhi dalam pengambilan
keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan pengetahuan yang
baik, kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya.

4. Status kesehatan

Status kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap nafsu makannya. Seorang ibu
yang dalam keadaan sakit otomatis aan memiliki nafsu makan yang berbeda dengan ibu
yang dalam keadaan sehat.

5. Aktifitas

Seseorang dengan gerak yang aktif memerlukan energi yang lebih besar daripada mereka
yang hanya duduk diam. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak
aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.

6. Berat badan

Berat badan seorang ibu yang sedang hamil akan menentukan zat makanan yang diberikan
agar kehamilannya dapat berjalan lancar. Pada trimester I harus ada penambahan berat
badan meskipun ibu hamil dalam kondisi mual dan muntah yang tidak karuan.

7. Umur

Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak
karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus
berbagi dengan janin yang dikandung

2.4 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan
kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus),
payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan
yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan
sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya.

5
Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu memperhatikan makanan yang
dikonsumsi selama kehamilannya. Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh dan janin yang dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi bukan
untuk dirinya sendiri tetapi ada individu lain yang ikut mengkonsumsi makanan yang
dimakan. Penambahan kebutuhan gizi selama hamil meliputi:

1. Energi
Menurut RISKESDAS 2007 Rerata nasional Konsumsi Energi per Kapita per Hari adalah
1.735,5 kkal.
2. Protein
Kebutuhan protein pada trimester I hingga trimester II kurang dari 6 gram tiap harinya,
sedangkan pada trimester III sekitar 10 gram tiap harinya. Menurut Widyakarya Pangan
dan Gizi VI 2004 menganjurkan penambahan 17 gram tiap hari. Protein digunakan untuk:
pembentukan jaringan baru baik plasenta dan janin, pertumbuhan dan diferensiasi sel,
pembentukan cadangan darah dan Persiapan masa menyusui.
3. Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Selain itu,
lemak disimpan untuk persiapan ibu sewaktu menyusui. Kadar lemak akan meningkat pada
kehamilan tirmester III.
4. Karbohidrat
Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral serta meningkatkan asupan serat
untuk mencegah terjadinya konstipasi.
5. Vitamin, seperti: Asam folat, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E
dan Vitamin K.
6. Mineral mencakup zat besi, zat seng, kalsium, yodium, fosfor, flour dan natrium.

2.5 Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. (Supariasa,
dkk 2012). Dalam buku Prinsip Dasar Ilmu Gizi, status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ibu hamil adalah suatu

6
keadaan fisik yang merupakan hasil dari konsumsi, absorpsi dan utilisasi berbagai macam zat
gizi baik makro maupun mikro (Almatsier, 2009).

Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh ibu hamil sebagai
akibat pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh
untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh. Status gizi ibu
hamil dapat diketahui dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran
LILA cukup representatif, dimana ukuran LILA ibu hamil erat dengan IMT ibu hamil yaitu
semakin tinggi LILA ibu hamil diikuti pula dengan semakin tinggi IMT ibu. (Hidayati, 2012).

2.6 Pengaruh Status Gizi Terhadap Kehamilan

Ibu hamil merupakan golongan yang termasuk rawan terhadap masalah gizi. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil di antaranya, umur, berat badan,
suhu lingkungan, aktifitas, status kesehatan, pengetahuan zat gizi dalam makanan, kebiasaan
dan pandangan wanita terhadap makanan dan status ekonomi. (Faath dkk, 2004).

Gizi atau makanan tidak saja diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan fisik dan mental
serta kesehatan, tetapi diperlukan juga untuk fertilitas atau kesuburan seseorang agar
mendapatkan keturunan yang selalu didambakan dalam kehidupan keluarga (Faath, 2005).
Pada saat pasangan suami istri memutuskan untuk mempunyai anak, perlu segera
mempersiapkan diri diantaranya mengatur asupan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan
fungsi reproduksi sehingga dapat menunjang fertilitas atau kesuburan (Wendy, 1995).Seorang
ibu yang hamil harus memperhatikan status gizinya, karena status gizi ibu sebelum dan selama
hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu
normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang
sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.

Dengan kata lain, kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami
masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi
(Depkes RI, 1996). Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 % ibu hamil menderita KEK

7
dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).

Pengaruh gizi pada kehamilan mencakup:

1. Gizi pra hamil (Prenatal): Gizi yang baik akan membuat kehamilan minim komplikasi dan
sedikit bayi prematur.
2. Gizi Pranatal: Kurangnya gizi mempengaruhi terjadinya bayi premature, gangguan
kongenital, bayi lahir mati.

Penilaian Status Gizi Ibu Hamil bisa diketahui dengan:

1. Perubahan berat badan selama kehamilan berlangsung. Pada akhir kehamilan kenaikan
berat badan hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk berat badan
ideal cukup 10-12 kg dan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg.
2. Hemoglobin merupakan parameter untuk prevelensi anemia.
3. Lingkar Lengan Atas (LILA) dilakukan untuk menegtahui resiko kekurangan energi
protein. Ambang Batas LILA adalah 23,5 cm, yang artinya wanita tersebut beresiko
melahirkan bayi BBLR.
4. Relative Body Weight (RBW) yaitu standar penilaian kecukupan kalori.

2.7 Masalah Gizi Pada Ibu Hamil

Kehamilan adalah proses pemerliharaan janin dalam kandungan yang disebabkan


pembuahan sel telur oleh sel sperma. Pada saat hamil akan terjadi perubahan fisik dan hormon
yang sangat berubah drastis. Proses kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri atas ovulasi pelepasan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi implantasi
pada rahim, pembentukan plasenta, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai kehamilan
matur/atern (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang
sedang dikandung. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat

8
kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu
hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti anemia gizi (Waryana,
2010). Menurut Depkes RI (2000) anemi merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
(Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal menurut kelompok orang tertentu.
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi yang berasal dari
makanan yang dimakan setiap hari dan diperlukan untuk pembentukan hemoglobin sehingga
disebut “anemia kekurangan besi” (Waryana, 2010).

Dampak dari anemia pada masa kehamilan menurut Proverawati dan Asfuah (2009) adalah
abortus, persalinan prematur, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, berat badan bayi lahir
rendah, mudah terkena infeksi, janin lahir dengan anemia, ibu cepat lelah, luka susah sembuh.
Secara umum, ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu kehilangan darah secara
kronis sebagai dampak pendarahan kronis, seperti penyakit ulkus peptikum dan hemoroid,
asupan zat besi tidak cukup untuk penyerapan dan tidak adekuat serta peningkatan kebutuhan
akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada pertumbuhan
bayi, masa pubertas, masa kehamilan, dan menyusui (Arisman, 2010). Pada wanita, terjadi
kehilangan darah secara alamiah setiap bulan akibat peristiwa menstruasi. Jika banyak darah
yang keluar selama menstruasi banyak maka akan terjadi anemia defisiensi zat besi. Jumlah
darah yang hilang selama satu periode haid berkisar antara 20-25 cc, jumlah ini menyiratkan
kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan atau 0,4-0,6 mg sehari, bila ditambah dengan
kehilangan basal maka jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg.

Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari
daging hewan. Selain itu, serapan zat besi dari sumber tersebut sebesar 20-30% (Arisman,
2010). Namun biasanya ibu hamil enggan makan daging, ikan, hati atau pangan hewani lainnya
dengan alasan yang tidak rasional. Selain karena adanya pantangan terhadap makanan hewani,
tidak semua masyarakat dapat mengonsumsi lauk hewani dalam setiap kali makan
(Wirakusumah dalam Waryana, 2010). Kekurangan besi dalam tubuh disebabkan karena
kekurangan konsumsi makanan kaya besi, terutama yang berasal dari sumber hewani,
kekurangan besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan. (Waryana, 2010).
Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defieisensi zat besi, yaitu pemberian
tablet atau suntikan besi, pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan
zat besi melalui makanan, pengawasan penyakit infeksi, dan fortifikasi makanan pokok dengan
9
zat besi (Arisman, 2010). Pencegahan anemia melalui suplementasi tablet besi diprioritaskan
salah satunya kepada ibu hamil, pada awal kehamilan morning sickness dapat mengurangi
keefektifan obat. Namun cara ini dapat berhasil bila dilakukan pengawasan secara ketat.
Konsumsi tablet besi dapat menimbulkan efek yang mengganggu sehingga orang cenderung
menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut bersumber dari ketidaktahuan mereka bahwa
kehamilan memerlukan tambahan zat besi. Maka ibu hamil harus diberi pendidikan mengenai
bahaya yang timbul akibat anemia dan meyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah
defisiensi zat besi. Asupan zat besi dapat ditingkatkan melalui meningkatkan ketersediaan
hayati zat besi yang dimakan dengan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan
menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi, seperti tanin yang terdapat
dalam teh.

Pengobatan yang efektif dapat mengurangi dampak gizi yang diinginkan, pelayanan
pengobatan yang tepat telah terbukti dapat mengurangi lama, serta beratnya infeksi. Selama
penyakit infeksi berlangsung, tindakan yang penting dilakukan adalah mendidik keluarga
penderita mengenai cara makan yang sehat selama dan setelah sakit. Pengawasan penyakit
infeksi memerlukan upaya pencegahan kesehatan masyarakat seperti penyediaan air bersih,
perbaikan sanitasi lingkungan, dan kebersihan perorangan. Fortifikasi makanan merupakan ini
pengawasan anemia, terutama makanan yang banyak dikonsumsi. Proses ini ditargetkan untuk
merangkul beberapa atau seluruh kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat yang dijadikan
target harus dilatih membiasakan mengonsumsi makanan fortifikasi itu dan memiliki
kemampuan untuk mendapatkannya.

Kemudian ada masalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil,timbulnya KEK pada
ibu hamil disebabkan karena dalam jangka waktu yang lama asupan energi (karbohidrat dan
lemak) tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Penapisan ibu hamil risiko KEK dilakukan dengan
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA). Apabila LiLA < 23,5 cm maka ibu hamil berisiko
KEK. Untuk memastikan KEK pada ibu hamil digunakan

Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Trimester I. Jika IMT pada Trimester I < 18,5 maka ibu
hamil didiagnosa KEK. Apabila IMT trimester I tidak diketahui karena ibu hamil melakukan
ANC di Trimester II atau III, serta diketahui data BB dan TB sebelum hamil dapat digunakan
IMT Pra hamil. Ibu hamil KEK, akan mengalami risiko keguguran, perdarahan pasca

10
persalinan, kematian ibu, kenaikan BB ibu hamil terganggu, tidak sesuai dengan standar, malas
tidak suka beraktivitas, payudara dan perut kurang membesar, pergerakan janin terganggu,
mudah terkena penyakit infeksi, persalinan akan sulit dan lama.

Ibu hamil KEK akan berdampak pada janin, dan anak yang akan berlanjut sampai pada
usia dewasa, yaitu seperti gangguan pertumbuhan janin (Intrauterine Growth Retardation),
risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), risiko bayi lahir dengan kelainan
kongenital (Defect Neural Tube, bibir sumbing, celah langit-langit dll), risiko bayi lahir stunting
sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM) pada usia dewasa
seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, dan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sel otak yang akan berpengaruh pada kecerdasan anak.

2.8 Prinsip Gizi Pada Kehamilan Bermasalah (hiperemisis, konstipasi, hipertensi,


pre/eklamsia,DM, anemia, obesitas)
• Hiperemisis
Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum
a. Tujuan diet pada ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh
dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi
yang cukup.

b. Syarat diet pada ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum


Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranyan adalah:
1) Karbohidrat tinggi
2) Lemak rendah
3) Protein sedang
4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
5) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan
sering dalam porsi kecil

11
6) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan
malam dan selingan malam
7) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan gizi pasien

c. Macam-macam Diet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum,yaitu:
1) Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus
dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan
dalam waktu lama.

2) Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara
berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan
makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali
kebutuhan energi.

3) Diet Hiperemesis III


Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet
diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.

4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
• Roti panggang, biskuit, crackers
• Buah segar dan sari buah
• Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer

12
5) Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III
Makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan
makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan
(pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

• Konstipasi

Diet pada Ibu Hamil dengan Konstipasi

1. Minum air yang cukup


Air 8 gelas sehari. Karena anda membutuhkan cairan yang cukup bagi anda dan
juga bayi. Cairan dibutuhkan untuk membangun sel darah merah dan sirkulasi, serta
mengatur suhu tubuh. Cairan diperlukan tubuh untuk mengatasi konstipasi.

2. Makan makanan berserat, buah-buahan dan sayuran


Perbanyaklah makan makanan yang berserat tinggi, buah-buahan dan sayuran dapat
membantu mengatasi konstipasi selama kehamilan.

3. Kebutuhan energi dan protein

Kondisi kehamilan memang akan menyebabkan kebutuhan energi dan


protein yang bertambah. Namun hal tersebut bukan berarti mentolerir seorang
bumil dapat makan sebanyak banyaknya dengan alasan “makan untuk dua orang”.
Penambahan energi yang direkomendasikan hingga masa akhir kehamilan
berdasarkan hasil penelitian terbaru di bidang maternal tak lainnya hanya sebesar
85.000 kcal. Kcal sebesar 85 ribu ini pun telah mencakup energi yang dibutuhkan
untuk membentuk jaringan baru, supply energi untuk jaringan baru, simpanan
dalam bentuk lemak serta 10% energi yang hilang untuk metabolisme tubuh.

Dengan memperhitungkan masa kehamilan yang hanya 280 hari, rata rata
penambahan kalori yang sebenarnya dibutuhkan oleh bumil hanya sebesar 300 kcal
(85.000/280). Jumlah ekstra kalori tersebut tak lebih dari pengkonsumsian sebuah

13
yoghurt 250-300 gr dengan kadar lemak 3,5%!. Itupun sebenarnya ekstra kalori
benar-benar dibutuhkan khususnya sejak 5 bulan kehamilan. Penambahan
kebutuhan protein sebenarnya hanya sebesar 0,9-1,0 gr per kg BB per hari.
Meningkatkan konsumsi sumber protein sebanyak mungkin dengan alasan “hamil”
juga sebenarnya bukan merupakan tindakan bijaksana. Jumlah protein yang
ditambah sendiri biasanya hanya dianjurkan bila asupan energi juga cukup. Bila
kondisi tersebut tidak dipenuhi, asam amino akan digunakan terlebih dahulu untuk
produksi energi.

4. Kebutuhan Mikronutrisi Asam Folat dan Vitamin A

Tambahan asupan mikronutrisi juga dibutuhkan selama masa kehamilan.


Asam folat, VitaminA, Sodium, Kalsium, Magnesium, Besi, Yodium adalah
beberapa mikronutrisi yang penting dicatat di masa ini. Asam folat amat dibutuhkan
saat terjadinya penambahan jumlah sel di masa awal kehamilan. Kekurangan asam
folat biasanya akan dikaitkan dengan tingginya risiko si bayi mengalami “neural
tube defects”, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan lahir prematur. Vitamin A
dalam bentuk retinol berkontribusi terhadap kualitas pengelihatan si kecil. Pada
daerah dengan masalah defisiensi vitamin A, transfer aktif vitamin A ke fetus akan
tetap terjadi walau sang ibu memiliki serum-vitamin A yang rendah dalam
darahnya. Bahkan di tri semester tiga kehamilan, fetus akan mulai menimbun
vitamin A dalam organ hatinya. Kolostrum yang ibu produksi setelah melahirkan
si kecil merupakan sumber makanan yang kaya akan vitamin A. Namun perlu
diperhatikan bahwa seorang ibu yang mengalami defisiensi vitamin A tidak akan
memiliki kuantitas transfer vitamin A yang cukup melalui plasenta dan ASI.

Ibu menyusui yang berada di daerah endemik defisiensi vitamin A harus


mendapatkan supplementasi vitamin A (200.000 IU) selama masa 8 minggu
pertama setelah melahirkan. Supplementasi vitamin A ini tidak boleh dilakukan
saat si ibu hamil mengingat adanya efek teratogenik yang diamati pada pemberian
dosis tinggi vitamin A pada masa kehamilan. Kebutuhan Sodium, Kalsium,
Magnesium. Pengkonsumsian sodium dan kalsium dengan jumlah “sedang” juga

14
diperlukan. Kalsium berperan penting dalam mekanisme pengaturan selama masa
kehamilan dan menyusui. Ia juga akan meningkatkan absorbsi intestinal yang
terjadi. Biasanya, setelah masa 6-12 bulan sang ibu melewati masa menyusui, depot
kalsium di tubuhnya akan kembali terisi. Seorang bumil yang mengkonsumsi
kalsium minimal 1000 mg Ca/hari akan kecil memiliki risiko terkena PIH
(Pregnancy Induced Hypertension). Kekurangan magnesium biasanya dialami oleh
5-30% bumil dengan ditandai adanya keluhan kram (Nocturnal Systremma).
Suplementasi

5. Kebutuhan Besi dan Iodium

Besi juga merupakan mikronutrisi yang amat diperlukan dalam masa


kehamilan. Anemia saat kehamilan biasanya akan mempertinggi risiko terjadinya
BBLR pada bayi, tingginya insidens kelahiran prematur dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kematian pada ibu saat melahirkan. Perlu diingat, anemia
tidak selalu disebabkan karena kekurangan besi dalam darah. Kebanyakan wanita
menderita anemia yang disebabkan oleh kombinasi kekurangan besi, asam folat,
vitamin B12 dan vitamin A.

Kekurangan iodium saat masa kehamilan sedapat mungkin harus dihindari.

Seorang bumil idealnya harus memiliki persediaan iodium yang mencukupi agar
transfer iodium ke fetus yang dikandungnya dapat mencukupi. Asupan iodium yang

kurang dalam kehamilan dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan


otak fetus, BBLR, kretin dan kongenital yang abnormal. Mengingat pentingnya
fungsi iodium dalam masa ini, bumil dianjurkan untuk mengkonsumsi produk
produk fortifikasi iodium seperti garam ber-iodium dan minyak ber-iodium.

• Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, terutama apabila terjadi pada wanita yang
sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bagi bayi yang akan

15
dilahirkan, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Hipertensi
dalam kehamilan, kejadian ini persentasenya 12% dari kematian ibu di seluruh dunia yang
menyatakan bahwa hipertensi meningkatkan angka kematian dan kesakitan pada ibu
hamil.(4) Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia
kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif, tekanan darah mencapai nilai
140/90 mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg
di atas nilai normal.

Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat
dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut, primigravida, primipaternitas,
hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus, hidrops
fetalis, bayi besar, umur yang ekstrim, riwayat keluarga perna preeklamsia/eklamsia,
penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, status gizi,
kecemasan, obesitas.

• Pre/eklamsia

Diet Pada Pre Eklampsi :

1. Diet Pre eklampsia I


Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan
dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan
paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral.
Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-
2 hari saja.
2. Diet Pre eklampsia II
Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat
atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam
bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini
makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
3. Diet Pre eklampsia III

16
Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau
sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi
protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada
diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih
dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat
gizi dan energi.

• DM (Diabetes Melitus)

Strategi utama dalam mengontrol kadar gula darah pada penderita GDM sama halnya
dengan diabetes pada umumnya yaitu dengan terapi diet atau pola makan yang ideal.
Adapun tujuan terapi diet adalah :

1. Makan sesuai dengan kebutuhan tubuh

2. Mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal/mendekati normal

3. Mempertahankan berat badan dalam batas normal

4. Mencegah terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah)

5. Mengurangi atau mencegah komplikasi Asupan kalori yang direkomendasikan untuk ibu
hamil sebagai berikut:

1. *(25-30 kkal/ kg) + 50 kkal pada trimester pertama

2. *(25-30 kkal/ kg) +250kkal trimester kedua

3. *(25-30kkal/kg) + 450 kkal pada trimester ketiga.

*Keterangan kebutuhan kalori

Total kebutuhan energi total = Kebutuhan kalori x BBI

BBI adalah Berat Badan Ideal, dengan rumus BBI = (TB-100) - (10% (TB-100) Kebutuhan
gizi ibu hamil dengan GDM:

1. Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energi total.

2. Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi total. Kolesterol makanan


maksimal 300 mg/hari.

17
3. Kebutuhan karbohidrat 60-70% dari kebutuhan energi total.

4. Apabila kadar gula darah tinggi, penggunaan gula murni tidak diperbolehkan.
Jika kadar gula darah sudah terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni
sampai 5% dari kebutuhan energi total.

5. Makanan berserat dianjurkan 25 gr/hari

Contoh :

Ibu hamil trimester kedua dengan tinggi badan 155 cm.

Rumus BBI = (TB-100)- (10% (TB-100))

=(155-100)- (10% (155-100))

= 49,5 kg Kebutuhan energi total

= 30 kkal/kg x49,5 kg = 1485 kkal +250 kkal.

= 1735 kkal/hari

• Anemia

Anemia selama kehamilan adalah masalah kesehatan masyarakat utama secara


global dengan berbagai faktor risiko antara lain usia ibu dan status gizi. Selama kehamilan
masalah gizi sangat berdampak pada ibu dan janin, sehingga sangat diperlukan perhatian
khusus. Pola makan yang tidak memadai selama kehamilan dapat menyebabkan ibu hamil
kekurangan gizi yang akan berdampak terjadi anemia. Proporsi anemia pada ibu hamil di
Indonesia dari tahun 2013 sampai tahun 2018 masih mengalami peningkatan signifikan.
Untuk menganalisis hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Tinggede. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan
cross sectional study. Dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tinggede, Kabupaten
Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2018. Populasi penelitian adalah 151 orang,
dengan besar sampel sebanyak 61 orang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik
pengambilan sampel dengan simple random sampling. Instrumen penelitian adalah data
rekam medis ibu hamil yang melakukan kunjungan di Puskesmas Tinggede. Analisis
univariat, bivariat dengan chi square dan koefisien determinan. Hasil menunjukan tidak
ada hubungan usia ibu dengan kejadian anemia P-value (0.613>0.05) dan terdapat

18
hubungan status gizi dengan kejadian anemia dengan P-value (0.012<0.05), dengan OR
sebesar 6.500 dengan 95% CI pada 1.316-32.097. Selain itu, status gizi memberikan
kontribusi sebesar 30.6% dalam mempengaruhi terjadinya kejadian anemia. Terdapat
hubungan status gizi dengan kejadian anemia, dimana ibu hamil dengan status gizi baik
cenderung berisiko tidak anemia sebanyak 6.500 kali dibandingkan status gizi kurang.

• Obesitas

Secara umum, para wanita dianjurkan untuk menaikkan berat badan saat hamil.
Namun, bagaimana jika ibu mengalami obesitas saat mengandung? Apakah Ibu hamil
harus menurunkan berat badan dengan melakukan diet saat hamil? Tidak jarang obesitas
dikaitkan dengan beberapa dampak buruk bagi kesehatan Ibu dan janin. Cara terbaik yang
dapat Ibu lakukan untuk mengatasinya adalah dengan memahami diet Ibu hamil dengan
obesitas sebaik mungkin. Ibu hamil memerlukan asupan makanan bergizi yang lebih bila
dibandingkan saat belum hamil. Asupan tersebut dapat mendukung tumbuh kembang janin
dalam kandungan. Dengan kata lain, meski Ibu mengalami obesitas saat hamil,
menurunkan berat badan sebaiknya dihindari, terlebih jika harus memangkas kebutuhan
asupan harian.

Secara medis, menurunkan berat badan saat hamil memiliki kemungkinan yang
tidak aman bagi kesehatan, tak terkecuali Ibu yang mengalami obesitas. Di samping itu,
tidak ada bukti yang menyatakan bahwa dengan mengurangi bobot tubuh mampu
menurunkan sejumlah resiko dari kondisi obesitas saat hamil itu sendiri. Ibu, justru tetap
harus menaikkan berat badan saat hamil. Dokter pasti akan memberitahukan bobot yang
harus Ibu hamil capai yang nantinya disesuaikan dengan berat badan awal. Para ahli
memberikan rekomendasi pertambahan berat badan Ibu hamil yang berkisar di antara 5
sampai 9 kg atau 11 sampai 19 kg apabila mengandung anak kembar. Pada beberapa kasus,
dokter mungkin merekomendasikan Ibu agar menjaga berat badan tidak naik atau turun.
Diet Ibu hamil dengan obesitas perlu dilakukan dengan langkah berikut ini.

• Mengatur Jumlah Kalori

19
Mengatur jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh dapat dilakukan dengan cara
memakan makanan yang dikonsumsi secara disiplin. Ibu perlu menyiapkan menu makanan
sehat dengan diet saat hamil yang seimbang. Adapun diet untuk Ibu hamil yang rendah
gula adalah dengan mengurangi kalori secara efektif mampu mencegah kenaikan berat
badan yang berlebihan selama masa kehamilan.

Pahami kebutuhan kalori yang dibutuhkan. Bagi para Ibu hamil yang memiliki berat badan
normal harus mengkonsumsi 1900 dan 2500 kalori per hari. Jika sebelum kehamilan Ibu
memiliki berat badan yang kurang, kegemukan (obesitas), maka diskusikan dahulu dengan
dokter mengenai jumlah kalori yang dibutuhkan. Mengonsumsi jumlah kalori yang terlalu
banyak dari anjuran dapat mengarah kepada kenaikan berat badan yang tidak sehat.

• Kebutuhan Diet Ibu Hamil dengan Obesitas

Penting untuk Ibu ketahui, istilah diet disini bukan berarti mengurangi frekuensi makan
makanan bergizi selama kehamilan. Melainkan menjaga pola makan dengan asupan nutrisi
terbaik untuk kesehatan Ibu serta bayi dalam kandungan. Berikut ini pengaturan berat
badan pada masing-masing kondisi Ibu hamil.

1. Wanita yang mengalami kegemukan atau dalam kondisi obesitas wajib menambah
berat sebanyak 5 hingga 9 kg
2. Wanita dengan berat badan berlebih wajib menambah berat sebanyak 7 hingga 11 kg
3. Wanita dengan berat badan normal wajib menambah berat sebanyak 11 hingga 16 kg
4. Wanita dengan kekurangan berat badan wajib menambah berat sebanyak 13 hingga 18
kg

• Hindari Makanan dan Minuman Bergula Tinggi

Ketika menjalankan diet untuk ibu hamil, Ibu disarankan untuk menghindari makanan
maupun minuman dengan kadar gula yang tinggi. Selain itu, makanan ringan yang
mengandung gula tinggi seperti permen, kue, coklat, biskuit, dan lain sebagainya tidak
dibolehkan masuk ke dalam menu diet Ibu hamil.

20
• Sarapan dengan Nutrisi Cukup

Ingatlah untuk selalu sarapan dengan makanan dengan nutrisi yang cukup ketika menjalani
diet saat hamil, melalui cara ini Ibu lebih bisa menghindari keinginan makan lebih banyak
pada siang sampai malam hari. Ibu hamil yang kerap melewatkan sarapan cenderung
mendapat gejala sakit perut, mual, hingga kepala pening sepanjang hari.

• Makan Makanan Berserat

Menu diet Ibu hamil dengan obesitas yang paling utama ialah makanan berserat dan rendah
kandungan lemak serta gula. Cobalah untuk mengganti nasi dengan jagung atau gandum.
Konsumsi sayuran hijau seperti bayam, brokoli, selada, wortel, dan labu sebagai tambahan
makanan utama. Disarankan untuk mengonsumsi daging sapi tanpa lemak, ikan, dan
unggas untuk lauk pauk. Konsumsi pula buah segar seperti apel, jeruk, kurma, dan
sebagainya.

• Perbanyak Minum Air Putih

Menu diet Ibu hamil dengan obesitas disarankan dengan memperbanyak minum air putih,
setidaknya dua liter per hari, atau sebanyak 8 gelas yang disesuaikan dengan kebutuhan.

2.7 Menyusun Menu Seimbang Bagi Ibu Hamil Normal Dan Bermasalah

Pada masa kehamilan, ibu sebaiknya makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari dengan
susunan makanan yang mengandung nutrisi seimbang yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk,
sayur, dan buah-buahan, dan saat membeli bahan makanan, pilihlah bahan makanan yang masih
segar. Berikut contoh panduan bahan makanan yang dibutuhkan tubuh dalam sehari untuk
memenuhi nutrisi pada masa kehamilan:

1. Roti, sereal dan nasi sebanyak 300 gram, sekitar 4 gelas


2. Daging sebanyak 75 gram, sekitar 3 potongan sedang
3. Tempe atau tahu sebanyak 75 gram, sekitar 3 potongan kecil

21
4. Sayuran sebanyak 300 gram, sekitar 3 mangkuk
5. Buah sebanyak 200 gram, sekitar 2 potong
6. Susu sebanyak 200 gram, sekitar 1 gelas
7. Gula sebanyak 10 gram, sekitar 1 sendok makan

Selain itu selama masa kehamilan, ibu disarankan untuk banyak minum air putih, mengkonsumsi
sumber zat besi agar terhindar dari resiko anemia. Ibu dapat meminum Prenagen 2x sehari untuk
pemenuhan kebutuhan protein, DHA, kolin, dan asam folat.

22
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Makanan dan gizi seimbang merupakan makanan yang cukup mengandung karbohidrat
dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan
mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrisi akan meningkat selama ibu hamil, namun tidak
semua kebutuhan nutrisi meningkat secara profesional. Ibu hamil membutuhkan tambahan energi
dan zat gizi yang seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan janin dengan tetap
mempertahankan kebutuhan zat gizi ibu. Jika ibu hamil mengalami kekurangan gizi akan
menimbulkan masalah baik pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya. Kekurangan gizi
juga akan mengakibatkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan berat janin bayi rendah. Oleh
karena itu, diharapkan kepada pembaca untuk dapat memanfaatkan apa yang telah disampaikan
dalam makalah ini guna untuk meningkatkan makanan dan gizi seimbang untuk ibu hamil agar
dapat mengurangi tingkat kematian pada ibu dan janin yang dikandungnya.

SARAN
Besar harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca karna keterbatasan
pengetahuan dan referensi, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alfara, A. (2018, Oktober). Menu Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil.


Jovanka Ris Natalia, R. d. (2020, Oktober). Pengaruh Obesitas Dalam Kehamilan Terhadap Brat
Badan Janin.
Mahfud, M. A. (n.d.). Prinsip Diet Ibu Hamil Dengan Pre Eklamasi.
Mutiarasari, D. (2019). HUBUNGAN STATUS GZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA
IBU HAMIL DI PUSKESMAS TINGGEDE.
Nuruwe, V. (n.d.). Makalah Kelompok 1 Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil.
Puri. (2015, Oktober Selasa). Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Mama Hamil.
RAHMAWATI, M. (n.d.). Prinsip Diet Pada Ibu Hamil Diabetes Melitus.

24

Anda mungkin juga menyukai