PROGRAM STUDI
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata kuliah
gizi reproduksi yang membahas tentang “Gizi Seimbang Bagi Wanita Hamil” dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan referensi yang berkaitan dengan judul
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna dan masih banyak
kesalahan yang perlu kami perbaiki dan kami pelajari lebih lanjut. Untuk itu diharapkan untuk
diberikan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami. Akhir
kata, sekian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat membawa manfaat dan berguna
bagi pembaca.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
KESIMPULAN ......................................................................................................................... 23
SARAN ..................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang dikandungnya.
Angka kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) lebih tinggi dinegara-negara yang sedang
berkembang daripada di negara-negara yang sudah maju.Hal ini disebabkan oleh keadaan
sosial ekonomi yang rendah mempengaruhi diet ibu.Gizi ibu yang baik diperlukan agar
pertumbuhan janin berjalan pesat dan tidak mengalami hambatan. Dimulai dari satu sel telur
yang setelah dibuahi tumbuh dengan pesat, sehingga diperkirakan pertumbuhan janin sejak
konsepsi hingga lahir (Soetjiningsih,1995)
Gizi dan nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi selama kehamilan
berlangsung. Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan sangat membantu ibu hamil dan janin
tetap sehat. Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
hubungan dan masukan nutrisi. Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang harus
dikonsumsi selama kehamilan yaitudengan porsi dua kali makan orang yang tidak hamil.
1
4. Apa saja kebutuhan gizi ibu hamil ?
5. Bagaimana status gizi ibu hamil ?
6. Bagaimana pengaruh status gizi terhadap kehamilan ?
7. Apa saja yang menjadi masalah gizi ibu hamil ?
8. Bagaimana prinsip gizi pada kehamilan bermasalah (hiperemisis, konstipasi, hipertensi,
pre/eklamsia, DM, anemia, obesitas) ?
9. Bagaimana menyusun menu seimbang bagi ibu hamil normal dan bermasalah ?
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini :
1. Menjelaskan pengertian gizi
2. Mengetahui prinsip gizi bagi wanita hamil
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi ibu hamil
4. Mengetahui kebutuhan gizi ibu hamil
5. Mengetahui status gizi ibu hamil
6. Memahami pengaruh status gizi terhadap kehamilan
7. Memahami masalah gizi pada pada ibu hamil
8. Menjelaskan prinsip gizi pada kehamilan bermasalah (hiperemisis, konstipasi, hipertensi,
pre/eklamsia, DM, anemia, obesitas)
9. Menjelaskan bagaimana menyusun menu seimbang bagi ibu hamil normal dan bermasalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Gizi adalah persediaan bahan-bahan atau makanan yang dibutuhkan organisme maupun
sel-sel untuk bertahan hidup. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan dan medis, gizi dapat
merujuk pada ilmu atau praktik konsumsi serta penggunaan makanan.
Tak hanya tentang metabolisme, gizi pun berbicara mengenai bagaimana penyakit yang
dapat dicegah atau diminimalkan dengan makanan yang sehat. Dengan demikian, pengertian
gizi juga berfokus pada bagaimana cara kita mengenali proses munculnya penyakit yang
disebabkan oleh faktor bahan pangan. Mulai dari pola makan yang buruk, intoleransi terhadap
makanan, hingga alergi makanan.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat
menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan
sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan,
tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta
hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan seseorang
3
2.2 Prinsip Gizi Untuk Wanita Hamil
Makanan ibu hamil harus disesuaikan dengan kebutuhan yaitu makanan yang seimbang
dengan perkembangan masa kehamilan. Pertumbuhan janin pada trimester I masih lambat
sehingga kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin belum begitu besar, tetapi ibu mengalami
ketidaknyamanan, seperti mual, muntah, dan ngidam. Pertumbuhan janin pada trimester II dan
III berlangsung dengan cepat sehingga perlu memperhatikan kebutuhan gizinya.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan tentang makanan sehat bagi ibu hamil :
1. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan
pertumbuhan bayi
2. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral)
3. Dapat menghindarkan pengaruh buruh bagi bayi
4. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar gula darah,
dan tekanan darah (Marmi, 2013)
Faktor yang memengaruhi gizi ibu hamil diantaranya (Proverawati 2009), yaitu:
Ibu hamil biasanya lebih memperhatikan zat gizi untuk keluarganya padahal ibu hamil
harus lebih serius pada dirinya dalam penambahan zat gizi demi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
2. Status ekonomi
Ekonomi seseorang memengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari
-harinya. Seorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kebutuhan gizi yang
dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin
terpantau.
4
Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu akan memengaruhi dalam pengambilan
keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan pengetahuan yang
baik, kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya.
4. Status kesehatan
Status kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap nafsu makannya. Seorang ibu
yang dalam keadaan sakit otomatis aan memiliki nafsu makan yang berbeda dengan ibu
yang dalam keadaan sehat.
5. Aktifitas
Seseorang dengan gerak yang aktif memerlukan energi yang lebih besar daripada mereka
yang hanya duduk diam. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak
aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.
6. Berat badan
Berat badan seorang ibu yang sedang hamil akan menentukan zat makanan yang diberikan
agar kehamilannya dapat berjalan lancar. Pada trimester I harus ada penambahan berat
badan meskipun ibu hamil dalam kondisi mual dan muntah yang tidak karuan.
7. Umur
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak
karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus
berbagi dengan janin yang dikandung
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan
kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus),
payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan
yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan
sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya.
5
Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu memperhatikan makanan yang
dikonsumsi selama kehamilannya. Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh dan janin yang dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi bukan
untuk dirinya sendiri tetapi ada individu lain yang ikut mengkonsumsi makanan yang
dimakan. Penambahan kebutuhan gizi selama hamil meliputi:
1. Energi
Menurut RISKESDAS 2007 Rerata nasional Konsumsi Energi per Kapita per Hari adalah
1.735,5 kkal.
2. Protein
Kebutuhan protein pada trimester I hingga trimester II kurang dari 6 gram tiap harinya,
sedangkan pada trimester III sekitar 10 gram tiap harinya. Menurut Widyakarya Pangan
dan Gizi VI 2004 menganjurkan penambahan 17 gram tiap hari. Protein digunakan untuk:
pembentukan jaringan baru baik plasenta dan janin, pertumbuhan dan diferensiasi sel,
pembentukan cadangan darah dan Persiapan masa menyusui.
3. Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Selain itu,
lemak disimpan untuk persiapan ibu sewaktu menyusui. Kadar lemak akan meningkat pada
kehamilan tirmester III.
4. Karbohidrat
Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral serta meningkatkan asupan serat
untuk mencegah terjadinya konstipasi.
5. Vitamin, seperti: Asam folat, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E
dan Vitamin K.
6. Mineral mencakup zat besi, zat seng, kalsium, yodium, fosfor, flour dan natrium.
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. (Supariasa,
dkk 2012). Dalam buku Prinsip Dasar Ilmu Gizi, status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ibu hamil adalah suatu
6
keadaan fisik yang merupakan hasil dari konsumsi, absorpsi dan utilisasi berbagai macam zat
gizi baik makro maupun mikro (Almatsier, 2009).
Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh ibu hamil sebagai
akibat pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh
untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh. Status gizi ibu
hamil dapat diketahui dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran
LILA cukup representatif, dimana ukuran LILA ibu hamil erat dengan IMT ibu hamil yaitu
semakin tinggi LILA ibu hamil diikuti pula dengan semakin tinggi IMT ibu. (Hidayati, 2012).
Ibu hamil merupakan golongan yang termasuk rawan terhadap masalah gizi. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil di antaranya, umur, berat badan,
suhu lingkungan, aktifitas, status kesehatan, pengetahuan zat gizi dalam makanan, kebiasaan
dan pandangan wanita terhadap makanan dan status ekonomi. (Faath dkk, 2004).
Gizi atau makanan tidak saja diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan fisik dan mental
serta kesehatan, tetapi diperlukan juga untuk fertilitas atau kesuburan seseorang agar
mendapatkan keturunan yang selalu didambakan dalam kehidupan keluarga (Faath, 2005).
Pada saat pasangan suami istri memutuskan untuk mempunyai anak, perlu segera
mempersiapkan diri diantaranya mengatur asupan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan
fungsi reproduksi sehingga dapat menunjang fertilitas atau kesuburan (Wendy, 1995).Seorang
ibu yang hamil harus memperhatikan status gizinya, karena status gizi ibu sebelum dan selama
hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu
normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang
sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.
Dengan kata lain, kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami
masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi
(Depkes RI, 1996). Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 % ibu hamil menderita KEK
7
dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).
1. Gizi pra hamil (Prenatal): Gizi yang baik akan membuat kehamilan minim komplikasi dan
sedikit bayi prematur.
2. Gizi Pranatal: Kurangnya gizi mempengaruhi terjadinya bayi premature, gangguan
kongenital, bayi lahir mati.
1. Perubahan berat badan selama kehamilan berlangsung. Pada akhir kehamilan kenaikan
berat badan hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk berat badan
ideal cukup 10-12 kg dan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg.
2. Hemoglobin merupakan parameter untuk prevelensi anemia.
3. Lingkar Lengan Atas (LILA) dilakukan untuk menegtahui resiko kekurangan energi
protein. Ambang Batas LILA adalah 23,5 cm, yang artinya wanita tersebut beresiko
melahirkan bayi BBLR.
4. Relative Body Weight (RBW) yaitu standar penilaian kecukupan kalori.
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang
sedang dikandung. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat
8
kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu
hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti anemia gizi (Waryana,
2010). Menurut Depkes RI (2000) anemi merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
(Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal menurut kelompok orang tertentu.
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi yang berasal dari
makanan yang dimakan setiap hari dan diperlukan untuk pembentukan hemoglobin sehingga
disebut “anemia kekurangan besi” (Waryana, 2010).
Dampak dari anemia pada masa kehamilan menurut Proverawati dan Asfuah (2009) adalah
abortus, persalinan prematur, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, berat badan bayi lahir
rendah, mudah terkena infeksi, janin lahir dengan anemia, ibu cepat lelah, luka susah sembuh.
Secara umum, ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu kehilangan darah secara
kronis sebagai dampak pendarahan kronis, seperti penyakit ulkus peptikum dan hemoroid,
asupan zat besi tidak cukup untuk penyerapan dan tidak adekuat serta peningkatan kebutuhan
akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada pertumbuhan
bayi, masa pubertas, masa kehamilan, dan menyusui (Arisman, 2010). Pada wanita, terjadi
kehilangan darah secara alamiah setiap bulan akibat peristiwa menstruasi. Jika banyak darah
yang keluar selama menstruasi banyak maka akan terjadi anemia defisiensi zat besi. Jumlah
darah yang hilang selama satu periode haid berkisar antara 20-25 cc, jumlah ini menyiratkan
kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan atau 0,4-0,6 mg sehari, bila ditambah dengan
kehilangan basal maka jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg.
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari
daging hewan. Selain itu, serapan zat besi dari sumber tersebut sebesar 20-30% (Arisman,
2010). Namun biasanya ibu hamil enggan makan daging, ikan, hati atau pangan hewani lainnya
dengan alasan yang tidak rasional. Selain karena adanya pantangan terhadap makanan hewani,
tidak semua masyarakat dapat mengonsumsi lauk hewani dalam setiap kali makan
(Wirakusumah dalam Waryana, 2010). Kekurangan besi dalam tubuh disebabkan karena
kekurangan konsumsi makanan kaya besi, terutama yang berasal dari sumber hewani,
kekurangan besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan. (Waryana, 2010).
Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defieisensi zat besi, yaitu pemberian
tablet atau suntikan besi, pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan
zat besi melalui makanan, pengawasan penyakit infeksi, dan fortifikasi makanan pokok dengan
9
zat besi (Arisman, 2010). Pencegahan anemia melalui suplementasi tablet besi diprioritaskan
salah satunya kepada ibu hamil, pada awal kehamilan morning sickness dapat mengurangi
keefektifan obat. Namun cara ini dapat berhasil bila dilakukan pengawasan secara ketat.
Konsumsi tablet besi dapat menimbulkan efek yang mengganggu sehingga orang cenderung
menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut bersumber dari ketidaktahuan mereka bahwa
kehamilan memerlukan tambahan zat besi. Maka ibu hamil harus diberi pendidikan mengenai
bahaya yang timbul akibat anemia dan meyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah
defisiensi zat besi. Asupan zat besi dapat ditingkatkan melalui meningkatkan ketersediaan
hayati zat besi yang dimakan dengan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan
menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi, seperti tanin yang terdapat
dalam teh.
Pengobatan yang efektif dapat mengurangi dampak gizi yang diinginkan, pelayanan
pengobatan yang tepat telah terbukti dapat mengurangi lama, serta beratnya infeksi. Selama
penyakit infeksi berlangsung, tindakan yang penting dilakukan adalah mendidik keluarga
penderita mengenai cara makan yang sehat selama dan setelah sakit. Pengawasan penyakit
infeksi memerlukan upaya pencegahan kesehatan masyarakat seperti penyediaan air bersih,
perbaikan sanitasi lingkungan, dan kebersihan perorangan. Fortifikasi makanan merupakan ini
pengawasan anemia, terutama makanan yang banyak dikonsumsi. Proses ini ditargetkan untuk
merangkul beberapa atau seluruh kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat yang dijadikan
target harus dilatih membiasakan mengonsumsi makanan fortifikasi itu dan memiliki
kemampuan untuk mendapatkannya.
Kemudian ada masalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil,timbulnya KEK pada
ibu hamil disebabkan karena dalam jangka waktu yang lama asupan energi (karbohidrat dan
lemak) tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Penapisan ibu hamil risiko KEK dilakukan dengan
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA). Apabila LiLA < 23,5 cm maka ibu hamil berisiko
KEK. Untuk memastikan KEK pada ibu hamil digunakan
Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Trimester I. Jika IMT pada Trimester I < 18,5 maka ibu
hamil didiagnosa KEK. Apabila IMT trimester I tidak diketahui karena ibu hamil melakukan
ANC di Trimester II atau III, serta diketahui data BB dan TB sebelum hamil dapat digunakan
IMT Pra hamil. Ibu hamil KEK, akan mengalami risiko keguguran, perdarahan pasca
10
persalinan, kematian ibu, kenaikan BB ibu hamil terganggu, tidak sesuai dengan standar, malas
tidak suka beraktivitas, payudara dan perut kurang membesar, pergerakan janin terganggu,
mudah terkena penyakit infeksi, persalinan akan sulit dan lama.
Ibu hamil KEK akan berdampak pada janin, dan anak yang akan berlanjut sampai pada
usia dewasa, yaitu seperti gangguan pertumbuhan janin (Intrauterine Growth Retardation),
risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), risiko bayi lahir dengan kelainan
kongenital (Defect Neural Tube, bibir sumbing, celah langit-langit dll), risiko bayi lahir stunting
sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM) pada usia dewasa
seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, dan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sel otak yang akan berpengaruh pada kecerdasan anak.
11
6) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan
malam dan selingan malam
7) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan gizi pasien
c. Macam-macam Diet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum,yaitu:
1) Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus
dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan
dalam waktu lama.
2) Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara
berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan
makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali
kebutuhan energi.
4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
• Roti panggang, biskuit, crackers
• Buah segar dan sari buah
• Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
12
5) Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III
Makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan
makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan
(pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.
• Konstipasi
Dengan memperhitungkan masa kehamilan yang hanya 280 hari, rata rata
penambahan kalori yang sebenarnya dibutuhkan oleh bumil hanya sebesar 300 kcal
(85.000/280). Jumlah ekstra kalori tersebut tak lebih dari pengkonsumsian sebuah
13
yoghurt 250-300 gr dengan kadar lemak 3,5%!. Itupun sebenarnya ekstra kalori
benar-benar dibutuhkan khususnya sejak 5 bulan kehamilan. Penambahan
kebutuhan protein sebenarnya hanya sebesar 0,9-1,0 gr per kg BB per hari.
Meningkatkan konsumsi sumber protein sebanyak mungkin dengan alasan “hamil”
juga sebenarnya bukan merupakan tindakan bijaksana. Jumlah protein yang
ditambah sendiri biasanya hanya dianjurkan bila asupan energi juga cukup. Bila
kondisi tersebut tidak dipenuhi, asam amino akan digunakan terlebih dahulu untuk
produksi energi.
14
diperlukan. Kalsium berperan penting dalam mekanisme pengaturan selama masa
kehamilan dan menyusui. Ia juga akan meningkatkan absorbsi intestinal yang
terjadi. Biasanya, setelah masa 6-12 bulan sang ibu melewati masa menyusui, depot
kalsium di tubuhnya akan kembali terisi. Seorang bumil yang mengkonsumsi
kalsium minimal 1000 mg Ca/hari akan kecil memiliki risiko terkena PIH
(Pregnancy Induced Hypertension). Kekurangan magnesium biasanya dialami oleh
5-30% bumil dengan ditandai adanya keluhan kram (Nocturnal Systremma).
Suplementasi
Seorang bumil idealnya harus memiliki persediaan iodium yang mencukupi agar
transfer iodium ke fetus yang dikandungnya dapat mencukupi. Asupan iodium yang
• Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, terutama apabila terjadi pada wanita yang
sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bagi bayi yang akan
15
dilahirkan, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Hipertensi
dalam kehamilan, kejadian ini persentasenya 12% dari kematian ibu di seluruh dunia yang
menyatakan bahwa hipertensi meningkatkan angka kematian dan kesakitan pada ibu
hamil.(4) Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia
kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif, tekanan darah mencapai nilai
140/90 mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg
di atas nilai normal.
Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat
dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut, primigravida, primipaternitas,
hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus, hidrops
fetalis, bayi besar, umur yang ekstrim, riwayat keluarga perna preeklamsia/eklamsia,
penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, status gizi,
kecemasan, obesitas.
• Pre/eklamsia
16
Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau
sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi
protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada
diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih
dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat
gizi dan energi.
• DM (Diabetes Melitus)
Strategi utama dalam mengontrol kadar gula darah pada penderita GDM sama halnya
dengan diabetes pada umumnya yaitu dengan terapi diet atau pola makan yang ideal.
Adapun tujuan terapi diet adalah :
5. Mengurangi atau mencegah komplikasi Asupan kalori yang direkomendasikan untuk ibu
hamil sebagai berikut:
BBI adalah Berat Badan Ideal, dengan rumus BBI = (TB-100) - (10% (TB-100) Kebutuhan
gizi ibu hamil dengan GDM:
17
3. Kebutuhan karbohidrat 60-70% dari kebutuhan energi total.
4. Apabila kadar gula darah tinggi, penggunaan gula murni tidak diperbolehkan.
Jika kadar gula darah sudah terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni
sampai 5% dari kebutuhan energi total.
Contoh :
= 1735 kkal/hari
• Anemia
18
hubungan status gizi dengan kejadian anemia dengan P-value (0.012<0.05), dengan OR
sebesar 6.500 dengan 95% CI pada 1.316-32.097. Selain itu, status gizi memberikan
kontribusi sebesar 30.6% dalam mempengaruhi terjadinya kejadian anemia. Terdapat
hubungan status gizi dengan kejadian anemia, dimana ibu hamil dengan status gizi baik
cenderung berisiko tidak anemia sebanyak 6.500 kali dibandingkan status gizi kurang.
• Obesitas
Secara umum, para wanita dianjurkan untuk menaikkan berat badan saat hamil.
Namun, bagaimana jika ibu mengalami obesitas saat mengandung? Apakah Ibu hamil
harus menurunkan berat badan dengan melakukan diet saat hamil? Tidak jarang obesitas
dikaitkan dengan beberapa dampak buruk bagi kesehatan Ibu dan janin. Cara terbaik yang
dapat Ibu lakukan untuk mengatasinya adalah dengan memahami diet Ibu hamil dengan
obesitas sebaik mungkin. Ibu hamil memerlukan asupan makanan bergizi yang lebih bila
dibandingkan saat belum hamil. Asupan tersebut dapat mendukung tumbuh kembang janin
dalam kandungan. Dengan kata lain, meski Ibu mengalami obesitas saat hamil,
menurunkan berat badan sebaiknya dihindari, terlebih jika harus memangkas kebutuhan
asupan harian.
Secara medis, menurunkan berat badan saat hamil memiliki kemungkinan yang
tidak aman bagi kesehatan, tak terkecuali Ibu yang mengalami obesitas. Di samping itu,
tidak ada bukti yang menyatakan bahwa dengan mengurangi bobot tubuh mampu
menurunkan sejumlah resiko dari kondisi obesitas saat hamil itu sendiri. Ibu, justru tetap
harus menaikkan berat badan saat hamil. Dokter pasti akan memberitahukan bobot yang
harus Ibu hamil capai yang nantinya disesuaikan dengan berat badan awal. Para ahli
memberikan rekomendasi pertambahan berat badan Ibu hamil yang berkisar di antara 5
sampai 9 kg atau 11 sampai 19 kg apabila mengandung anak kembar. Pada beberapa kasus,
dokter mungkin merekomendasikan Ibu agar menjaga berat badan tidak naik atau turun.
Diet Ibu hamil dengan obesitas perlu dilakukan dengan langkah berikut ini.
19
Mengatur jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh dapat dilakukan dengan cara
memakan makanan yang dikonsumsi secara disiplin. Ibu perlu menyiapkan menu makanan
sehat dengan diet saat hamil yang seimbang. Adapun diet untuk Ibu hamil yang rendah
gula adalah dengan mengurangi kalori secara efektif mampu mencegah kenaikan berat
badan yang berlebihan selama masa kehamilan.
Pahami kebutuhan kalori yang dibutuhkan. Bagi para Ibu hamil yang memiliki berat badan
normal harus mengkonsumsi 1900 dan 2500 kalori per hari. Jika sebelum kehamilan Ibu
memiliki berat badan yang kurang, kegemukan (obesitas), maka diskusikan dahulu dengan
dokter mengenai jumlah kalori yang dibutuhkan. Mengonsumsi jumlah kalori yang terlalu
banyak dari anjuran dapat mengarah kepada kenaikan berat badan yang tidak sehat.
Penting untuk Ibu ketahui, istilah diet disini bukan berarti mengurangi frekuensi makan
makanan bergizi selama kehamilan. Melainkan menjaga pola makan dengan asupan nutrisi
terbaik untuk kesehatan Ibu serta bayi dalam kandungan. Berikut ini pengaturan berat
badan pada masing-masing kondisi Ibu hamil.
1. Wanita yang mengalami kegemukan atau dalam kondisi obesitas wajib menambah
berat sebanyak 5 hingga 9 kg
2. Wanita dengan berat badan berlebih wajib menambah berat sebanyak 7 hingga 11 kg
3. Wanita dengan berat badan normal wajib menambah berat sebanyak 11 hingga 16 kg
4. Wanita dengan kekurangan berat badan wajib menambah berat sebanyak 13 hingga 18
kg
Ketika menjalankan diet untuk ibu hamil, Ibu disarankan untuk menghindari makanan
maupun minuman dengan kadar gula yang tinggi. Selain itu, makanan ringan yang
mengandung gula tinggi seperti permen, kue, coklat, biskuit, dan lain sebagainya tidak
dibolehkan masuk ke dalam menu diet Ibu hamil.
20
• Sarapan dengan Nutrisi Cukup
Ingatlah untuk selalu sarapan dengan makanan dengan nutrisi yang cukup ketika menjalani
diet saat hamil, melalui cara ini Ibu lebih bisa menghindari keinginan makan lebih banyak
pada siang sampai malam hari. Ibu hamil yang kerap melewatkan sarapan cenderung
mendapat gejala sakit perut, mual, hingga kepala pening sepanjang hari.
Menu diet Ibu hamil dengan obesitas yang paling utama ialah makanan berserat dan rendah
kandungan lemak serta gula. Cobalah untuk mengganti nasi dengan jagung atau gandum.
Konsumsi sayuran hijau seperti bayam, brokoli, selada, wortel, dan labu sebagai tambahan
makanan utama. Disarankan untuk mengonsumsi daging sapi tanpa lemak, ikan, dan
unggas untuk lauk pauk. Konsumsi pula buah segar seperti apel, jeruk, kurma, dan
sebagainya.
Menu diet Ibu hamil dengan obesitas disarankan dengan memperbanyak minum air putih,
setidaknya dua liter per hari, atau sebanyak 8 gelas yang disesuaikan dengan kebutuhan.
2.7 Menyusun Menu Seimbang Bagi Ibu Hamil Normal Dan Bermasalah
Pada masa kehamilan, ibu sebaiknya makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari dengan
susunan makanan yang mengandung nutrisi seimbang yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk,
sayur, dan buah-buahan, dan saat membeli bahan makanan, pilihlah bahan makanan yang masih
segar. Berikut contoh panduan bahan makanan yang dibutuhkan tubuh dalam sehari untuk
memenuhi nutrisi pada masa kehamilan:
21
4. Sayuran sebanyak 300 gram, sekitar 3 mangkuk
5. Buah sebanyak 200 gram, sekitar 2 potong
6. Susu sebanyak 200 gram, sekitar 1 gelas
7. Gula sebanyak 10 gram, sekitar 1 sendok makan
Selain itu selama masa kehamilan, ibu disarankan untuk banyak minum air putih, mengkonsumsi
sumber zat besi agar terhindar dari resiko anemia. Ibu dapat meminum Prenagen 2x sehari untuk
pemenuhan kebutuhan protein, DHA, kolin, dan asam folat.
22
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Makanan dan gizi seimbang merupakan makanan yang cukup mengandung karbohidrat
dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan
mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrisi akan meningkat selama ibu hamil, namun tidak
semua kebutuhan nutrisi meningkat secara profesional. Ibu hamil membutuhkan tambahan energi
dan zat gizi yang seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan janin dengan tetap
mempertahankan kebutuhan zat gizi ibu. Jika ibu hamil mengalami kekurangan gizi akan
menimbulkan masalah baik pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya. Kekurangan gizi
juga akan mengakibatkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan berat janin bayi rendah. Oleh
karena itu, diharapkan kepada pembaca untuk dapat memanfaatkan apa yang telah disampaikan
dalam makalah ini guna untuk meningkatkan makanan dan gizi seimbang untuk ibu hamil agar
dapat mengurangi tingkat kematian pada ibu dan janin yang dikandungnya.
SARAN
Besar harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca karna keterbatasan
pengetahuan dan referensi, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.
23
DAFTAR PUSTAKA
24