DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah Yang Maha Penyayang atas segala
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ibu Hamil Dengan Anemia”. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami memperoleh banyak
bantuan dari berbagi pihak. Kami menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaanya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat menyumbang sesuatu yang bermanfaat bagi
baca para pembaca, khususnya dosen dan mahasiswa. Hasil makalah ini dapat diharapkan dapat
digunakan sebagai tindak lanjut untuk mempersiapkan pembelajaran yang akan datang, sehingga lebih
baik dan bermanfaat hasilnya dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................................1
C. Manfaat.............................................................................................................................1
2.1.1 Definisi.................................................................................................................2
2.1.2 Etilogi................................................................................................................... 2
2.1.4 Pathway…………………………………………....………………………………5
3.4 Intervensi…………………………………………………………………………………..23
3.5 Implementasi …………………………………………………………………………….25
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….………28
B. Saran …………………………………………………………….……………..28
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nyidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Anemia adalah suatu keadaan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis yang
terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamilsebelumnya. Pada saat hamil,
tubuh akan mengalami perubahan yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh akan meningkat
sekitar 20-30%, sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk
membuat hemoglobin (HB). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah untuk
berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah hingga 30% lebih banyak dari pada sebelum
hamil. Efek anemia pada kehamilan ialah timbul rasa letih, stress meningkat, dan kesulitan
keuangan untuk memenuhi biaya hidupnya setiap hari.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi anemia pada ibu hamil
2. Mengetahui etilogi penyakit anemia pada ibu hamil
3. Mengetahui klasifikasi patofisiologi anemia pada ibu hamil
4. Mengetahui manifestasi anemia pada ibu hamil
5. Mengetahui komplikasi anemia pada ibu hamil
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostic ibu hamil pada anemia
7. Mengetahui asuhan keperawatan tentang ibu hamil pada anemia
C. Manfaat penulisan
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan proses asuhan keperawatan
pada ibu hamil dengan anemia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung
hemoglobinyang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati,
2013dalam Astriana, 2017).Anemia dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat
berbagai perubahananatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu. Perubahan fisiologik ibu hamil
tersebut dapatmenyebabkan ekspansi volume plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih
tinggi danmemicu peningkatan produksi eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai pada
mingguke enam kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi
dapatterus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya volume plasma sekitar
40%lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan dengan perempuan yang tidak
hamil.Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat.
Namun,peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkandengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin(Prawirohardjo, 2010). Menurut Pratami (2010), anemia dalam kehamilan
didefinisikan sebagai suatukondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl
pada trimester I danIII atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II.
2.1.2 Etiologi
3. Kekurangan zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, dan asam folfat
5. Perdarahan kronik
Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan makanansumber Fe,
meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil (perubahan fisiologis) dan kehilanganbanyak darah
(Syafiq, dkk, 2008).
2.1.3 Patofisiologi
Gejala anemia pada kehamilan berupa ibu mengeluh cepat lelah, sering
pusing,palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia),konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah
lebihhebat pada hamil muda, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistemneuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limfe.Gejala anemia
defisiensi zat besi dapat digolongkan menjadi 3 yaitu: gejala umumanemia, gejala khas
akibat defisiensi besi, dan gejala penyakit dasar. Gejala umumanemia berupa badan
lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang- kunang, serta telingaberdenging, simptomatik apabila
hemoglobin <7g/dl dengan pemeriksaan fisik dijumpaipucat terutama pada konjungtiva dan
jaringan di bawah kuku. Gejala khas defisiensi zatbesi, yaitu gejala yang dijumpai pada anemia
defisiensi zat besi dan tidak dijumpai padaanemia jenis lain yaitu koilonychia, atropi papil
lidah, stomatitis angularis, disfagia,atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia,
pica (Wulandari, 2015). Gejalapenyakit dasar seperti pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai
gejalagejala penyakityang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Contohnya pada
anemia akibatcacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit
telapak tanganberwarna kuning seperti jerami (Astuti dan Hutari, 2012)
Berdasarkan penelitian Tanziha dkk (2016) faktor risiko anemia pada ibu hamil yaitu:
1. Usia ibu
Bila wanita hamil dengan umur <20 tahun, maka asupan zat besi akan menjaditerbagi antara
pertumbuhan biologisnya dan janin yang dikandungnya. Wanita yanghamil >35 tahun akan
mengalami fungsi faal tubuh tidak optimal, karena sudahmasuk masa awal degeneratif. Oleh
karena itu, hamil pada usia <20 tahun dan >35tahun merupakan kehamilan yang berisiko yang
dapat menyebabkan anemia jugadapat berdampak pada keguguran (abortus), bayi lahir
dengan berat badan yangrendah (BBLR).
Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilakuhidup sehat.
Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu status gizi, danmortalitas ibu, bayi, dan anak
3. Frekuensi hamil
Cadangan besi akan kurang selama kehamilan, semakin tinggi frekuensi kehamilanmakan
semakin banyak seorang ibu mengalami zat besi, sehingga perlu diperhatikanfrekuensi
kehamilan serta jarak kehamilan. Hal ini dimaksudkan untukmengembalikan cadangan
zat besi ke tingkat normal, dengan syarat bahwa selamamasa tenggang waktu tersebut ibu dalam
kondisi kesehatan dan mutu makanan baik.
4. Jarak kehamilan
Antenatal care merupakan salah satu cara yang dipercaya untuk mengurangikematian
ibu hamil, sehingga akses ibu terhadap pelayanan antenatal menjadiprioritas baik di
negara maju maupun berkembang. Ibu mengalami anemiamemungkinkan terjadinya
partud premature, perdarahan pada saat melahirkan,melahirkan bayi dengan berat badan
rendah, serta dapat meningkatkan kematianperinatal. Dengan melakukan pemeriksaan
secara teratur hal seperti ini dapatdiketahui dan diatas sedini mungkin.
2.1.7 Komplikasia
Komplikasi anemia pada ibu hamilMenurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat
menggangu kesehatan ibu hamilsejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang
terjadi selama masakehamilan dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur,
hambatan tumbuh Kembang janin dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya infeksi,
ancamandekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa,
hiperemisgravidarum, perdarahan ante partum, atau ketuban pecah dini. Anemia juga
dapatmenyebabkan gangguan selama persalinan seperti gangguan his, gangguan
kekuatanmengejan, kala pertama yang berlangsung lama, kala kedua yang lama hingga
dapatmelelahkan ibu dan sering kali mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yangretensi
plasenta dan perdaraan postpartum akibat atonia uterus, atau perdarahanpostpartum
sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.Bahaya yang dapat timbuladalah resiko
terjadinya sub involusi uteri yang mengakibatkan perdarahanpostpartum, resiko
terjadinya dekompensasi jantung segera setelah persalinan, resikoinfeksi selama masa
puerperium, atau peningkatan resiko terjadinya infeksipayudara.b. Komplikasi anemia
pada janinMenurut (Pratami, 2016) anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan
janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan plasenta menurun ke dalamtubuh janin
sehingga dapat timbul pada janin adalah resiko terjadinya kematianintrauteri, resiko
terjadinya abortus, berat badan lahir rendah, resiko terjadinya cacatbawaan, peningkatan resiko
infeksi pada bayi hingga kematian perinatal, atau tingkatintiligensi bayi rendah
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan penyaring
1. Anemia defisiensi besi : serum iron, TBC (total iron binding acapacity),
saturasitranferin, protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor transferin dan
pengecatanbesi pada sumsum tulang.
2. Anemia megaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi deoksiuridindan
tes Schiling.
2.2.1 Pengkajian
1. Perfusi jaringan perifer inefektif b/d penurunan jumlah oksigen dalam tubuh
2. Pola napas inefektif b/d diafragma tertekan oleh janin dan kebutuhan oksigen yangbelum
terpenuhi
PEMABAHASAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Identitas pasien
Nama: Ny. K
Jenis Kelamin: perempuan
Usia: 20 Tahun
Status: Menikah
Agama: Islam
Pendidikan : Sma
Alamat: Swiss
Riwayat kesehatan
Pemeriksaan fisik
Ny. K umur 20 tahun hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan belum pernah
keguguran. ibu mengatakan pusing sudah 7 hari dan hilang setelah ibu beristirahat. Rasa pusing
menetap di kepala belakang, berkeringat, lelah serta pusing seperti berputar-putar saat bangun
dari tempat tidur. pemeriksaan fisik Ny. K TTV:TD:80/60 mmhg, frekuensi nadi 81x/menit,
pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 35,6 derajat celcius, tinggi badan 159 cm, berat badan 50 gr,
hb 7,8gr/dl
1. Perfusi jaringan perifer inefektif b/d penurunan jumlah oksigen dalam tubuh
2. Pola napas inefektif b/d diafragma tertekan oleh janin dan kebutuhan oksigen yangbelum
terpenuhi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis yang
terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamilsebelumnya. Pada saat hamil,
tubuh akan mengalami perubahan yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh akan meningkat
sekitar 20-30%, sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk
membuat hemoglobin (HB). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah untuk
berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah hingga 30% lebih banyak dari pada sebelum
hamil. Efek anemia pada kehamilan ialah timbul rasa letih, stress meningkat, dan kesulitan
keuangan untuk memenuhi biaya hidupnya setiap hari.
B. Saran
Berdasarkankesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa saran, yakni sebagai
berikut:
1. Perlu diadakannya penyuluhan mengenai anemia ibu hamil dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya terutama yang berhubungan dengan usia ibu, jarak kelahiran, status
gizi/LILA, dan frekuensi ANC. Pada penelitian ini didapatkan variabel yang paling dominan yakni
hubungan antara jarak kehamilan dengan anemia ibu hamil, sehingga diharapkan agar pihak
Puskesmas lebih memperhatikan program keluarga berencana (KB) yang ada di puskesmas
tersebut. Hal ini dilakukan supaya ibu hamil memiliki jarak kelahiran yang sehat sehingga lebih
kecil risikonya untuk mengalami anemia.
2. Ibu selama kehamilan diharapkan lebih rajin mengkonsumsi tablet Fe dan banyak
mengkomsumsi makanan yang mengandung zat besi sehingga dapat mencegah terjadinya
penurunan kadar hemoglobin dan menurunkan angka kejadian anemia.
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin
yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013
dalam Astriana, 2017).
Anemia dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat berbagai perubahan
anatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu. Perubahan fisiologik ibu hamil tersebut dapat
menyebabkan ekspansi volume plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih tinggi dan
memicu peningkatan produksi eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai pada minggu
ke enam kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat
terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya volume plasma sekitar 40%
lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut Pratami (2010), anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai suatu
kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan
III atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester I
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin
yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013
dalam Astriana, 2017).
Anemia dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat berbagai perubahan
anatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu. Perubahan fisiologik ibu hamil tersebut dapat
menyebabkan ekspansi volume plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih tinggi dan
memicu peningkatan produksi eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai pada minggu
ke enam kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat
terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya volume plasma sekitar 40%
lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut Pratami (2010), anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai suatu
kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan
III atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester I
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin
yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013
dalam Astriana, 2017).
Anemia dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat berbagai perubahan
anatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu. Perubahan fisiologik ibu hamil tersebut dapat
menyebabkan ekspansi volume plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih tinggi dan
memicu peningkatan produksi eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai pada minggu
ke enam kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat
terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya volume plasma sekitar 40%
lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut Pratami (2010), anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai suatu
kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan
III atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester I
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin
yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013
dalam Astriana, 2017).
Anemia dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat berbagai perubahan
anatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu. Perubahan fisiologik ibu hamil tersebut dapat
menyebabkan ekspansi volume plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih tinggi dan
memicu peningkatan produksi eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai pada minggu
ke enam kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat
terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya volume plasma sekitar 40%
lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut Pratami (2010), anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai suatu
kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan
III atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester I
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin
yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013
dalam Astriana, 2017).
Anemia dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat berbagai perubahan
anatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu. Perubahan fisiologik ibu hamil tersebut dapat
menyebabkan ekspansi volume plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih tinggi dan
memicu peningkatan produksi eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai pada minggu
ke enam kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat
terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya volume plasma sekitar 40%
lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut Pratami (2010), anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai suatu
kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan
III atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester I
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin
yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013
dalam Astriana, 2017)
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin
yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013
dalam Astriana, 2017)
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin
yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013
dalam Astriana, 2017)
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah meA.
DefinisiAnemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung
hemoglobinyang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati,
2013dalam Astriana, 2017).Anemia dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat
berbagai perubahananatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu. Perubahan fisiologik ibu hamil
tersebut dapatmenyebabkan ekspansi volume plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih
tinggi danmemicu peningkatan produksi eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai pada
mingguke enam kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi
dapatterus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya volume plasma sekitar
40%lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan dengan perempuan yang tidak
hamil.Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat.
Namun,peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkandengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin(Prawirohardjo, 2010). Menurut Pratami (2010), anemia dalam kehamilan
didefinisikan sebagai suatukondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl
pada trimester I danIII atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II. B.
EtiologiBeberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan
diantaranyagravida, umur, paritas, tingkat pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan
konsumsitablet Fe (Krisnawati dkk, 2015).Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan
menurut Prawirohardjo (2002),yaitu:1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran
darah2. Pertambahan eritrosit tidak seimbang dengan pertambahan plasma3. Kekurangan zat
besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, dan asam folfat4. Gangguan pencernaan dan abortus5.
Perdarahan kronikPenyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan
makanansumber Fe,