Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ANEMIA GRAVIDARUM

Disusun oleh :
NAMA : ENDAH RETNO SULISTYOWATI
NIM : P1337424421035

PROGRAM STUDI
ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN
PROFESI BIDAN PRODI MAGELANG
POLTEKKES SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat beserta hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para

mahasiswa yang membutuhkan ilmu tentang Anemia Gravidarum.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah

Patofisiologi Kebidanan yang telah membimbing dan memberikan tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna

maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi

kesempurnaan makalah ini karena kesalahan adalah milik semua orang dan

kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat berguna dan

membantu proses pembelajaran.

Kebumen, 18 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………… 3

1.3 Tujuan …………………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anemia dalam kehamilan..……..……………………………… 4

2.2 Faktor – faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu

Hamil ………………………………………………………………... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 24

3.2 Saran …………………………………………………………… 24

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 25


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan yang mana kadar hemoglobin (Hb)

dalam tubuh dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu (Irianto,

2014). Anemia pada ibu hamil berdampak buruk bagi ibu maupun janin.

Kemungkinan dampak buruk terhadap ibu hamil yaitu proses persalinan

yang membutuhkan waktu lama dan mengakibatkan perdarahan serta syok

akibat kontraksi. Dampak buruk pada janin yaitu terjadinya prematur, bayi

lahir berat badan rendah, kecacatan bahkan kematian bayi (Fikawati,

2015).

Data dari World Health Organization (WHO) 2010, secara global

prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8%.

Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia meningkat dibandingkan

dengan 2013, pada tahun 2013 sebanyak 37,1% ibu hamil anemia

sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 48,9% (Riskesdas, 2018).

Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang harus

dikonsumsi selama masa kehamilan. Saat hamil, disamping kebutuhan ibu

hamil itu sendiri, kebutuhan zat gizi janin juga harus diperhatikan.

Kebutuhan gizi pada saat kehamilan mengalami peningkatan hingga 68%

dibandingkan dengan sebelum hamil. Pada dasarnya, semua zat gizi


mengalami peningkatan kebutuhan namun yang seringkali kekurangan

adalah energi, protein dan berbagai mineral contohnya zat besi.

Pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu hamil sangat penting, maka jika

kebutuhannya tidak terpenuhi akan menghambat pertumbuhan ibu dan

janin sekaligus menyebabkan berbagai masalah gizi. Masalah yang sering

terjadi pada ibu hamil yaitu anemia dan KEK (Proverawati, 2009).

Menurut data Riskesdas (2018), pada bagian cakupan tablet tambah

darah (TTD), ibu hamil yang memperoleh TTD ≥ 90 butir, hanya 38,1%

nya yang mengonsumsi ≥ 90 butir, sisanya yaitu 61,9% mengonsumsi < 90

butir. Data tersebut berarti bahwa 61,9% ibu hamil tidak mengonsumsi

TTD sesuai anjuran.

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Ada faktor

langsung dan tidak langsung. Faktor langsungnya yaitu kecukupan

konsumsi tablet tambah darah, jarak kehamilan, paritas, status gizi, serta

penyakit infeksi. Penyebab terjadinya anemia yang utama adalah

kurangnya asupan zat besi dalam makanan atau tablet tambah darah.

Kejadian anemia diakibatkan oleh kekurangan asupan zat besi

(Rahmawati, 2012). berpengaruh pada anemia (Faridah, 2015). Penelitian

serupa yang dilakukan oleh Atik Purwandani tahun 2016 di Minahasa,

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang erat antara asupan zat besi

dengan kejadian anemia. Hasil dari penelitian yang dilakukan di Sukoharjo

menunjukkan seluruh ibu hamil yang anemia tidak patuh mengonsumsi

TTD, dan seluruh ibu hamil yang tidak anemia patuh mengonsumsi tablet

besi (Rizqi, 2016).


Anemia pada ibu hamil yang disebabkan oleh kekurangan zat besi

biasa disebut dengan anemia gizi besi atau AGB. Anemia gizi besi

memang biasa diderita oleh ibu hamil, wanita menyusui dan wanita usia

subur. Kekurangan zat gizi besi atau defisiensi zat besi di Indonesia

merupakan masalah defisiensi yang harus ditanggulangi secara serius.

Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan no.8

tentang TTD. Kementerian kesehatan pun menetapkan kebijakan guna

menanggulangi atau mencegah anemia, dengan cara pemberian TTD

dengan harapan agar seluruh wanita usia subur khususnya ibu hamil

mudah menjangkau TTD dan mendapat asupan zat besi yang cukup.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang munculah masalah sebagai berikut

“Bagaimana kepatuhan konsumsi TTD dan karakteristik ibu hamil

penderita anemia ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui kepatuhan konsumsi TTD dan karakteristik pada ibu hamil

penderita anemia.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik (usia, status pekerjaan, tingkat

pendidikan, usia kehamilan, paritas, dan status gizi) ibu hamil

penderita anemia

b. Mengetahui kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil penderita

anemia

c. Mengetahui kepatuhan konsumsi TTD menurut status gizi pada ibu


hamil penderita anemia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anemia

1. Anemia

Definisi Anemia

Anemia adalah jumlah hemoglobin dalam darah kurang dari

12gr/100 ml (Prawiroharjo, 2006). Anemia adalah penyakit yang terjadi

karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang

dari kebutuhan tubuh (Notoatmodjo, 1997).

2. Anemia dalam kehamilan

a. Definisi Anemia dalam kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar

hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5gr%

pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi

wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2

(Saifuddin, 2006).

Anemia dalam kehamilan adalah anemia kekurangan besi, jenis

anemia yang pengobatannya mudah bahkan murah (Manuaba, 1998).

Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang tidak diimbangi dengan

jumlah plasma menyebabkan pengenceran darah. Plasma 30%, sel darah

18%, dan hemoglobin 19%.


Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara

fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama – tama

pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih

berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output

meningkat (Saifuddin, 2006).

Kejadian anemia pada ibu hamil

1) Fisiologis

Anemia defisiensi Fe disebabkan oleh beberapa hal antara lain

hipervolemia yang terjadi saat kehamilan. Pada wanita hamil saat

volume darah meningkat 1,5 liter. Peningkatan volume tersebut terutama

terjadi peningkatan plasma bukan peningkatan jumlah sel eritrosit.

Walaupun ada peningkatan jumlah eritrosit dalam sirkulasi yaitu 450 ml

atau 33%, tetapi tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma

sehingga terjadi hemodilusi. Pada awalnya, volume plasma meningkat

pesat dari usia gestasi 6 minggu, kemudian laju peningkatan melambat.

Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester kedua dan lajunya

memuncak pada trimester ketiga.

Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai

beberapa fungsi penting antara lain : mengisi ruang vaskular di uterus,

jaringan pembuluh di payudara, otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga

mengurangi efek pengeluaran hemogloblin pada persalinan. Penurunan

kekentalan darah memperkecil resistensi terhadap aliran sehingga kerja

jantung untuk mendorong darah menjadi lebih ringan. Faktor lain dari

penyebab defisiensi Fe adalah meningkatnya kebutuhan Fe ibu hamil.


Kebutuhan ibu hamil akan zat besi sebesar 900 mgr Fe, pada

trimester dua (puncaknya usia kehamilan 32 sampai 34 minggu) akan

terjadi hemodilusi (pengenceran darah) pada ibu hamil sehingga

hemoglobin akan mengalami penurunan, mengakibatkan anemia

kehamilan fisiologis (Budiarti, 2009).

2) Patologis

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh

karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari

pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada

trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada trimester III dan

meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta

kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan

volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan

peningkatan sekresi aldesteron.

b. Tanda dan gejala

Menurut (Solihah, 2008 ; Saifuddin, 2006)

Cepat lelah, lesu, mata berkunang, pusing, gampang pingsan, sesak nafas

saat beraktivitas atau berolahraga berat, permukaan kulit dan wajah pucat,

mual muntah lebih hebat dari hamil muda, jantung berdebar – debar.

c. Klasifikasi anemia pada kehamilan

Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan

merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi

anemia. Pemeriksaan darah minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada

trimester I dan III (Dep.Kes RI, 2002)


Klasifikasi dalam kehamilan menurut (Prawiroharjo, 2006)

1) Anemia defiensi besi

Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia akibat

kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya

unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsopsi, gangguan

pecernaan, atau karena terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan,

misal pada perdarahan.

2) Anemia megaloblastik

Anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik,

jarang sekali karena defisiensi B12. Hal itu erat kaitanya dengan defisiensi

makanan.

3) Anemia hipoplastik

Anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum tulang kurang

mampu membuat sel – sel darah baru.

4) Anemia hemolitik

Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya.

Klasifikasi menurut WHO dan Dep.Kes RI

1) Normal : Kadar Hb dalam darah ≥ 11 gr%

2) Anemia Ringan : Kadar Hb dalam darah 8 - 10 gr%

3) Anemia berat : Kadar Hb dalam darah < 8 gr%


Klasifikasi menurut (Manuaba, 1998)

1) Tidak Anemia : Hb 11 g r%

2) Anemia ringan : Hb 9 – 10 gr %

3) Anemia sedang : Hb 7 – 8 gr %

4) Anemia berat : Hb < 7 gr %

d. Diagnosis

1) Anamnesa

Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang – kunang, dan keluhan sering mual muntah lebih hebat

pada hamil muda.

2) Pemeriksaan fisik

a) Penderita terlihat lemah.

b) Kurang bergairah.

3) Pada inspeksi muka, conjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir dan dasar

kuku kelihatan pucat.

4) Pada pemeriksaan palpasi kemungkinan didapatkan splenomegali dan

takhirkardi.

5) Pada pemeriksaan auskultasi dapat terdengar bising jantung.

6) Pemeriksaan Laboratorium (Kadar

Hb) 9-10 gr% : anemia ringan

7-8 gr% : anemia sedang

<7 gr% : anemia berat

(Manuaba, 1998 : (Sediaoetama AP, 1999)


e. Pengaruh anemia pada ibu hamil, bersalin, dan nifas

Menurut (Mochtar, 1998) mengemukakan pengaruh anemia pada hamil,

bersalin dan nifas adalah :

1) Keguguran.

2) Partus prematurus.

3) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah.

4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan.

5) Syok.

6) Afibrinogen dan hipofibrinogen.

7) Infeksi intrapartum dan dalam nifas.

8) Bila terjadi anemia gravis ( Hb dibawah 4 gr% ) terjadi payah jantung yang

bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan tapi juga bisa fatal.

Menurut (Manuaba, 1998) pengaruh anemia di bagi menjadi 2 yaitu

1) Bagi ibu

a) Bahaya selama kehamilan

(1)Dapat terjadi abortus

(2)Persalinan prematuritas

(3)Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

(4) Mudah terjadi infeksi

(5) Ancaman dekompensasi kordis ( Hb < 6 gr% )

(6) Mola hidatidosa

(7) Hiperemesis gravidarum

(8) Perdarahan antepartum

(9) Ketuban pecah dini (KPD)


b) Bahaya saat persalinan

(1) Gangguan his-kekuatan mengejan.

(2) Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar.

(3) Kala dua berlangsung lama, sehingga dapat melelahkan dan

seringmemerlukan tindakan operasi kebidanan.

(4) Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum

karena atonia uteri.

(5) Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia

uteri.

c) Bahaya pada saat nifas

a) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum

b) Memudahkan infeksi puerperium

c) Pengeluaran ASI berkurang

d) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan

e) Anemia kala nifas

f) Mudah terjadi infeksi mamae

d) Bagi janin

a) Abortus

b) Terjadi kematian intra uteri

c) Persalinan prematuritas tinggi

d) Berat badan lahir rendah

e) Kelahiran dengan anemia


f) Dapat terjadi cacat bawaan

g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

h) Inteligensia rendah

f. Pencegahan anemia pada ibu hamil

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis

rendah 30 mg pada trimester III ibu hamil non anemik Hb ≥ 11 gr/dl,

sedangkan untuk hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan

suplemen sulfat 325 mg 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi

asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan

dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200

mcg/hari (Budiarti, 2009)

Kepandaian dalam mengatur pola makan dengan mengkombinasikan

menu makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin

C pada waktu makan bisa membuat tubuh terhindar dari anemia. Mengindari

makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi yaitu kopi dan teh.

1) Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna

hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati.

2) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat,

mangga dan lain – lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi (Mei,

2009).

Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen zat

besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya

dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur,

susu, hati,
ikan, daging, kacang – kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran

berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah –

buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu dibiasakan pula menambahkan

substansi yang mendahulukan penyerapan zat besi sperti vitamin C, air jeruk,

daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi

seperti teh dan kopi patut dihindari (Anonim, 2003).

g. Pengobatan anemia pada ibu hamil

Bagi penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya

mengkonsumsi makanan yang mengadung zat besi seperti sayuran yang

berwarna hijau tua yaitu bayam. Dalam mengkonsumsi makanan yang

mengandung kaya akan zat besi di imbangi dengan makanan yang dapat

membantu penyerapan zat besi yaitu yang mengandung vitamin C seperti

jeruk, tomat, mangga dan jambu. Sebab kandungan asam askorbat dalam

vitamin C tersebut dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

3. Faktor – faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil

a. Faktor dasar

1) Sosial ekonomi

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam

masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan

seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi,

gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status

ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga.

Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak.


Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer

maupun sekunder (Soetjiningsih, 1997).

Perilaku seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang

sosial ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara berkembang

diperkirakan menderita anemia dibanding negara maju. Kondisi anak yang

terlahir dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam lingkungan miskin

akan menghasilkan generasi yang kekurangan gizi dan mudah terinfeksi

penyakit (Manuaba, 1998). Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan

sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum atau selama hamil. Status

gizi ibu hamil ditentukan dengan kesejahteraan keluarga yang dilihat

melalui pendapatan.

Pengertian pendapatan adalah hasil pencarian atau perolehan usaha

(Dapertemen Pendidikan Nasional, 2002:236). Menurut Mulyanto Sumardi dan

Hans Diater Evers (1982:20), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa

uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang

dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang

diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan

anggota keluarga lainnya.

Menurut keterbatasan sarana dan sumber daya, rendahnya penghasilan, adanya

peraturan atau perundangan yang menjadi penghambat akan membatasi

keberdayaan orang perorang maupun masyarakat untuk merubah perilakunya.

Peraturan atau perundangan ini diwujudkan dalam bentuk Upah Minimum

Regional, yang telah ditetapkan setiap daerahnya.


Keadaan perekonomian ibu hamil yang rendah akan mempengaruhi biaya daya

beli dan tingkat konsumsi ibu akan makanan yang membantu penyerapan zat besi,

sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi ibu hamil (Pujiati,

2001).

2) Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pegalaman yang berasal dari

berbagai sumber misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk

kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti, 2000). Kebutuhan

ibu hamil akan zat besi (Fe) meningkat 0,8 mg pada trimester I dan meningkat

tajam pada trimester III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin

tercukupi hanya melalui makanan apalagi didukung dengan pengetahuan ibu

hamil yang kurang terhadap peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil

sehingga menyebabkan anemia pada ibu hamil.

Ibu hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang rendah akan

mempengaruhi konsumsi tablet (Fe), dan juga pemilihan makanan dengan sumber

(Fe) yang rendah. Sebaliknya ibu dengan pengetahuan konsumsi tablet (Fe) yang

baik akan memiliki pola makan yang baik pula dalam pemenuhan zat besi

(Arisman, 2004a).

3) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan

penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu khususnya ibu hamil yang

berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola makannya. Apabila pola

makanan nya tercukupi, maka ibu hamil dapat terhindar dari anemia

(Jamaludin, 2004).
4) Perilaku

Pengertian perilaku dibatasi sebagai keadaan jiwa yaitu berpendapat, berfikir,

bersikap dan sebagainya untuk memberikan respon terhadap situasi diluar subyek

tersebut, yang bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan

tindakan). Bentuk operasional dari perilaku ini dapat di kelompokkan menjadi 3

jenis :

a) Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu dengan pengetahuan situasi atau

rangsangan dari luar.

b) Perilaku dalam bentuk sikap tanggapan batin terhadap keadaan atau

rangsangan dari luar subyek sehingga alam sendiri yang akan mencetak

perilaku manusia yang hidup didalamnya, sesuai dengan sikap dan keadaan

alam tersebut.

c) Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, berupa perbuatan terhadap

situasi dan atau rangsangan dari luar.

d) Menurut teori Lawrence Green kesehatan seseorang atau masyarakat di

pengaruhi oleh 2 faktor yaitu perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya

perilaku itu sendiri di tentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu (a) faktor

predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,

nilai – nilai dan sebagainya bagi seseorang (b) faktor pendukung yang terwujud

dalam lingkungan fisik ( tersedia atau tidaknya sarana dan fasilitas kesehatan ),

(c) faktor faktor pendorong yang terwujud dalam sikap sikap dari petugas

kesehatan dan lainnya (Notoatmodjo, 1997).


5) Budaya

Faktor sosial budaya juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya anemia.

Kebiasaan berpantang makanan yang terjadi di kalangan ibu hamil untuk tidak

mengkonsumsi sejumlah makanan yang dapat menambah jumlah anemi pada

ibu hamil (Khomsan A, 2004).

b. Faktor tidak langsung

1) Kunjungan Antenatal Care

Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 1998).

Menurut (Arisman, 2004a) kasus anemia defisiensi gizi umumnya selalu

disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada

keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal. Apabila dilakukan

ANC, kejadian anemia dapat terdeteksi secara dini, karena anemia pada

tahap awal tidak terlalu memberikan keluhan yang bermakna. Keluhan

biasanya terasa jika sudah masuk tahap lanjut.

2) Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup diluar rahim (Pusdiknakes, 2003). Paritas ≥3 merupakan

faktor terjadinya anemia yang berhubungan erat dengan jarak kehamilan

yang terlalu dekat < 2 tahun. Hal ini menurut (Arisman, 2004a)

disebabkan karena terlalu sering hamil sehingga dapat menguras cadangan

zat gizi tubuh.

Selain kunjungan ANC, kehamilan yang berulang dalam waktu yang

singkat akan menghabiskan cadangan besi ibu (Khomsan A, 2004).


3) Umur

Ibu hamil pada usia terlalu muda (< 20 tahun) tidak atau belum siap untuk

memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin.

Sedangkan ibu hamil di atas 30 tahun lebih cenderung mengalami anemia

disebabkan cadangan zat besi yang mulai menurun (Rohadi, 1997).

4) Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dan penggunaan obat membantu dokter dalam penyiapan

gizi khusus. Wanita berpenyakit kronis memerlukan bukan hanya zat besi

untuk mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilannya yang sedang ia

jalani (Arisman, 2004a).

c. Faktor langsung

1) Pola konsumsi tablet Fe

Pada trimester ke 2 dan ke 3, faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

anemia kehamilan adalah konsumsi tablet besi (Fe) dan kadar hemoglobin pada

trimester sebelumnya. Konsumsi tablet besi (Fe) sangat berpengaruh terhadap

terjadinya anemia khususnya pada trimester II, trimester III dan masa nifas.

Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi pada masa ini lebih besar dibandingkan

trimester I dan menunjukkan pentingnya pemberian tablet besi (Fe) untuk

mencegah terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas (Notobroto, 2003).

Defisiensi makanan atau kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap

gizi ibu hamil merupakan predisposisi terjadinya anemia defisiensi pada ibu

hamil di Indonesia (Saifuddin, 2006).


Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi dalam

makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan pencernaan atau terlampau

banyaknya besi keluar misalnya perdarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil

akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-

300%. Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil 1040 mg.

Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk

pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200

mg hilang ketika melahirkan. Kebutuhan Fe selama kehamilan trimester I relatif

sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester III

yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui

makanan (Arisman, 2004a).

2) Penyakit infeksi

Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga penyebab

terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya peningkatan penghancuran

sel darah merah dan terganggunya eritrosit (Wiknjosastro H, 2004).

3) Perdarahan

Penyebab anemia besi juga dikarenakan terlampau banyak besi keluar dari

badan misalnya perdarahan (Wiknjosastro H, 2004).

4) Kurang gizi (Malnutrisi) ,menurut (Mochtar, 1998)


Malnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi),

maupun karena kelebihan gizi (over nutrisi). Keduanya di sebabkan

ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan gizi esensial. Untuk

melihat keadan gizi seseorang baik (under nutrisi) atau (over nutisi) dapat di

lihat melalui status gizi nya.

a) Pengertian status gizi

Status gizi adalah ekspresi dalam keadaan seimbang dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrient dalam bentuk variabel

tertentu (Supariasa, 2000).

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada

masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi

yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain

kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi sebelum

dan selama hamil.

Bagi ibu hamil pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan,

namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan

beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalium. Gizi kurang seperti Zat Besi

akan menimbulkan masalah, diantaranya anemia. Untuk mempertahankan

kondisi yang baik pada ibu hamil dapat diupayakan dengan pengaturan

konsumsi makanan, pemantauan berat badan, pemeriksaan kadar Hb, dan

pengukuran LILA sebelum atau saat hamil (Zulhaida, 2003).

b) Faktor yang mempengaruhi status gizi sewaktu konsepsi dipengaruhi :


(1) Keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum

hamil. (2) Keadaan kesehatan dan gizi ibu.

(3) Jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama.

(4) Paritas dan usia kehamilan pertama. (Arisman, 2004).

c) Akibat kekurangan gizi pada ibu hamil

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan

masalah, baik pada ibu, janin dan terhadap proses persalinan yaitu :

(1)Terhadap ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi

pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah

secara normal dan mudah terkena infeksi.

(2)Terhadap persalinan

Pengaruh gizi terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan

sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan

setelah persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

(3) Terhadap janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil mempengaruhi proses pertumbuhan

janin dan menimbulkan keguguran, abortus pada bayi, bayi lahir mati,

asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), bayi lahir dengan BBLR

(Manuaba, 1998).

d) Kenaikan berat badan

Pertambahan juga terjadi karena beberapa perubahan yaitu :


(1) Janin 3.400 gram

(2) Plasenta 1.350 gram

(3) Darah 1.240 gram

(4) Cairan ekstra seluler 1.200 gram

(5) Lemak 4000 gram

(6) Lain – lain 1,300 gram

(Soetjiningsih, 1997)

e) Cara penilaian status gizi ibu hamil

(1) Lingkar Lengan Atas (LILA)

(a) Pengertian

Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko

kekurangan energi kronik (KEK) wanita usia subur (WUS).

Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan

status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena

pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.

(b) Tujuan

(i) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,

untuk menapis wanita yang mempunyai risiko

melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

(ii) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan

dalam pencegahan dan penanggulangan KEK

(iii) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak


(iv) Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS

yang menderita KEK

(v)Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang

menderita KEK

(c) Ambang batas

Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5

cm atau di bagian merah pita LILA artinya wanita tersebut mempunyai resiko

KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat badan lahir rendah (BBLR).

BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan

gangguan perkembangan anak

(d) Cara pengukuran LILA :

(i) Tetapkan posisi bahu dan siku

(ii) Letakkan pita antara bahu dan siku

(iii) Tentukan titik tengah lengan

(iv) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan

(v) Pita jangan terlalu ketat

(vi) Pita jangan terlalu longgar

(vii)Cara pembacaan skala yang benar

(e) Membaca hasil pengukuran LILA.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah

pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri

(kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi

bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan titik tegang dan kencang.
Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat –

lipat sehingga permukaanya sudah tidak rata.

(f) Tindak lanjut pengukuran LILA

Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm

dan lebih dari sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran <23,5 cm

berarti risiko KEK.

(g) Hubungan status gizi ibu hamil dengan anemia

Dari hasil pengamatan ada hubungan kuat antara status gizi dengan

kejadian anemia, biasanya ibu dengan status gizi buruk atau dengan

pengukuran LILA dengan ambang batas <23,5 cm ibu menderita anemia, di

banding ibu dengan status gizi nya baik atau dengan LILA >23,5 cm

(Supariasa, 2000).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Rata-rata asupan kalsium semua ibu hamil anemia yaitu 724.5 mg/hari

atau 56% dari AKG.

2. Sebagian Ibu hamil anemia memiliki asupan kalsium lebih yaitu sejumlah

2 orang (9.1%).

B. Saran

1. Untuk Ibu Hamil

Diharapkan ibu hamil selalu memeriksakan kehamilannya setiap

bulan untuk mengetahui kesehatan ibu serta janin yang dikandungnya. Ibu

hamil yang anemia sebaiknya membatasi konsumsi sumber makanan

yang menghambat penyerapan zat besi dan meningkatkan konsumsi

sumber makanan yang dapat membantu meningkatkan penyerapan zat

besi serta rutin mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD).

2. Untuk Peneliti

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian faktor

lain yang menjadi penyebab anemia pada ibu hamil baik faktor langsung

maupun faktor tidak langsung.

3. Untuk Petugas Kesehatan/ Puskesmas

Diharapkan petugas kesehatan/ puskesmas dapat memberikan

penyuluhan gizi pada ibu hamil tentang bahan makanan yang menjadi

penghambat penyerapan zat besi terutama kebiasaan konsumsi sumber


tanin.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo

Armiati, N. 2018. Hubungan Antara Hiperemesis gravidarum Dengan Berat


Badan Lahir Bayi Di RSUD Haji Makassar. Jurnal Mitrasehat,Volume
VII Nomor 1 , 9-17.

BKKBN NTB. 2016. Rapat Pengendalian program dan Anggaran. Mataram:


BKKBN NTB

Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J. C., Rouse, D.J., &
Spong, C. Y. 2013. Obstetri William (Volume 1 Edisi 23). Jakarta: EGC

Dinas Kesehatan NTB. 2019. Profil Kesehatan NTB Tahun 2019. NTB: Dinas
Kesehatan Propinsi NTB.

Dinas Kesehatan Kota Mataram. 2019. Profil Kesehatan Kota Mataram Tahun
2015. Mataram: Dinas Kesehatan Kota Mataram

Fraser, D.M., dan M.A. Cooper. 2019. Buku Ajar Bidan Myles Volume 14.
Jakarta: EGC

Hanifa. 2014. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC.

Joseph. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika.

Kasrida, U. 2017. Faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu hamil


primigravida dalam pengenalan tanda bahaya kehamilan. Jurnal Voice
of Midwifery, Vol 07 No.09 , 1-14.

Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2017. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. Jakarta:
Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97


Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2018. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada


Remaja Putri dan Waniita Usia Subur (WUS).

Kemenkes RI. 2018. Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2010. Dipe-roleh dari:
http://www.riskesdas.litbang.depkes.
go.id/download/TabelRiskesdas2018.pdf.

Krisdiani. 2017. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada NY. R di Puskesmas


Sibela Surakarta.

Lestari. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Usia Remaja di Puskesmas
Panjatan II Kulon Progo.

Manuaba, I.G.B. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC

Muslihatun, N, W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:


Fitramaya.

Prawirohardjo, S. 2015. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Putri. 2014. Hubungan antara kebutuhan nutrisi pada ibu hamil dengan
Hyperemesis Gravidarum [internet]. Tersedia dalam
http://www.jukeunila.com/wp-content/upload/2014/06/hubunganantara-
kebutuhan-nutrisi-pada-ibu-hamil-dengan-HyperemesisGravidarum-
2014-06-PDF [diakses 12 April 2020].

Rumsarwir. 2018. Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada NY. “M” Usia 42


Tahun G4P3Ab0Ah3 Dengan Faktor Risiko Umur > 42 Tahun di
Puskesmas Mlati II Sleman.

Saifuddin, A. B. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Setiawati, R. 2016. Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada Hiperemesis


gravidarum [internet]. Tersedia dalam http://www.jukeunila.com/wp-
content/upload/2016/06/SUGMA-EFRI-S1118011128-penatalaksanaan-
Mual-dan-M-2016-06-05-17-39-04- 920.pdf [diakses 21 April 2020].
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.

Syahril, L. H. 2018. Hubungan Antara Gastritis, Stres, dan Dukungan Suami


Pasien Dengan Sindrom Hiperemesis gravidarum di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan Kesehatan, Vol.2 No.2 , 102-107.

Varney, H., Kriebs, J.M., Gegor, C.L. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 1. Jakarta: EGC

Varney, H., Kriebs, J.M., Gegor, C.L. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 1I. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro. 2015. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


medika.

World Health Organization. 2018. World Health Statistic 2015. Luxembourg


WHO Library Cataloguing-in-Publication Data

Yossi, F. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pada Ibu


Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Palembayan Jorong Koto Tinggi
Tersedia dalam http://docs.google./skripsi.com. 2014.

Zumrotun, W. A. 2018. Status Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil trimester I


Dengan Hiperemesis gravidarum. Indonesia Jurnal Kebidanan Vol.2
No. 63-68.

Anda mungkin juga menyukai