ANEMIA GRAVIDARUM
Disusun oleh :
NAMA : ENDAH RETNO SULISTYOWATI
NIM : P1337424421035
PROGRAM STUDI
ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN
PROFESI BIDAN PRODI MAGELANG
POLTEKKES SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para
Patofisiologi Kebidanan yang telah membimbing dan memberikan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini karena kesalahan adalah milik semua orang dan
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat berguna dan
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………. i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Hamil ………………………………………………………………... 12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam tubuh dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu (Irianto,
2014). Anemia pada ibu hamil berdampak buruk bagi ibu maupun janin.
akibat kontraksi. Dampak buruk pada janin yaitu terjadinya prematur, bayi
2015).
prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8%.
dengan 2013, pada tahun 2013 sebanyak 37,1% ibu hamil anemia
Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang harus
hamil itu sendiri, kebutuhan zat gizi janin juga harus diperhatikan.
Pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu hamil sangat penting, maka jika
terjadi pada ibu hamil yaitu anemia dan KEK (Proverawati, 2009).
darah (TTD), ibu hamil yang memperoleh TTD ≥ 90 butir, hanya 38,1%
butir. Data tersebut berarti bahwa 61,9% ibu hamil tidak mengonsumsi
konsumsi tablet tambah darah, jarak kehamilan, paritas, status gizi, serta
kurangnya asupan zat besi dalam makanan atau tablet tambah darah.
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang erat antara asupan zat besi
TTD, dan seluruh ibu hamil yang tidak anemia patuh mengonsumsi tablet
biasa disebut dengan anemia gizi besi atau AGB. Anemia gizi besi
memang biasa diderita oleh ibu hamil, wanita menyusui dan wanita usia
subur. Kekurangan zat gizi besi atau defisiensi zat besi di Indonesia
dengan harapan agar seluruh wanita usia subur khususnya ibu hamil
mudah menjangkau TTD dan mendapat asupan zat besi yang cukup.
B. Rumusan Masalah
penderita anemia ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
penderita anemia.
2. Tujuan khusus
penderita anemia
anemia
PEMBAHASAN
A. Anemia
1. Anemia
Definisi Anemia
karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang
(Saifuddin, 2006).
berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output
1) Fisiologis
jantung untuk mendorong darah menjadi lebih ringan. Faktor lain dari
2) Patologis
Cepat lelah, lesu, mata berkunang, pusing, gampang pingsan, sesak nafas
saat beraktivitas atau berolahraga berat, permukaan kulit dan wajah pucat,
mual muntah lebih hebat dari hamil muda, jantung berdebar – debar.
pecernaan, atau karena terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan,
2) Anemia megaloblastik
jarang sekali karena defisiensi B12. Hal itu erat kaitanya dengan defisiensi
makanan.
3) Anemia hipoplastik
4) Anemia hemolitik
1) Tidak Anemia : Hb 11 g r%
2) Anemia ringan : Hb 9 – 10 gr %
3) Anemia sedang : Hb 7 – 8 gr %
d. Diagnosis
1) Anamnesa
mata berkunang – kunang, dan keluhan sering mual muntah lebih hebat
2) Pemeriksaan fisik
b) Kurang bergairah.
3) Pada inspeksi muka, conjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir dan dasar
takhirkardi.
1) Keguguran.
2) Partus prematurus.
5) Syok.
8) Bila terjadi anemia gravis ( Hb dibawah 4 gr% ) terjadi payah jantung yang
bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan tapi juga bisa fatal.
1) Bagi ibu
(2)Persalinan prematuritas
(2) Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar.
(4) Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum
(5) Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia
uteri.
d) Bagi janin
a) Abortus
h) Inteligensia rendah
suplemen sulfat 325 mg 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi
asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan
dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200
menu makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin
C pada waktu makan bisa membuat tubuh terhindar dari anemia. Mengindari
makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi yaitu kopi dan teh.
mangga dan lain – lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi (Mei,
2009).
dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur,
susu, hati,
ikan, daging, kacang – kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran
berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah –
buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu dibiasakan pula menambahkan
substansi yang mendahulukan penyerapan zat besi sperti vitamin C, air jeruk,
daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi
mengandung kaya akan zat besi di imbangi dengan makanan yang dapat
jeruk, tomat, mangga dan jambu. Sebab kandungan asam askorbat dalam
a. Faktor dasar
1) Sosial ekonomi
seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi,
terlahir dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam lingkungan miskin
penyakit (Manuaba, 1998). Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan
sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum atau selama hamil. Status
melalui pendapatan.
Hans Diater Evers (1982:20), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa
uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang
dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang
diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan
beli dan tingkat konsumsi ibu akan makanan yang membantu penyerapan zat besi,
sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi ibu hamil (Pujiati,
2001).
2) Pengetahuan
kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti, 2000). Kebutuhan
ibu hamil akan zat besi (Fe) meningkat 0,8 mg pada trimester I dan meningkat
tajam pada trimester III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin
hamil yang kurang terhadap peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil
Ibu hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang rendah akan
mempengaruhi konsumsi tablet (Fe), dan juga pemilihan makanan dengan sumber
(Fe) yang rendah. Sebaliknya ibu dengan pengetahuan konsumsi tablet (Fe) yang
baik akan memiliki pola makan yang baik pula dalam pemenuhan zat besi
(Arisman, 2004a).
3) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan
makanan nya tercukupi, maka ibu hamil dapat terhindar dari anemia
(Jamaludin, 2004).
4) Perilaku
bersikap dan sebagainya untuk memberikan respon terhadap situasi diluar subyek
tersebut, yang bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan
jenis :
rangsangan dari luar subyek sehingga alam sendiri yang akan mencetak
perilaku manusia yang hidup didalamnya, sesuai dengan sikap dan keadaan
alam tersebut.
c) Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, berupa perbuatan terhadap
perilaku itu sendiri di tentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu (a) faktor
nilai – nilai dan sebagainya bagi seseorang (b) faktor pendukung yang terwujud
dalam lingkungan fisik ( tersedia atau tidaknya sarana dan fasilitas kesehatan ),
(c) faktor faktor pendorong yang terwujud dalam sikap sikap dari petugas
Kebiasaan berpantang makanan yang terjadi di kalangan ibu hamil untuk tidak
disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada
ANC, kejadian anemia dapat terdeteksi secara dini, karena anemia pada
2) Paritas
yang terlalu dekat < 2 tahun. Hal ini menurut (Arisman, 2004a)
Ibu hamil pada usia terlalu muda (< 20 tahun) tidak atau belum siap untuk
4) Riwayat kesehatan
gizi khusus. Wanita berpenyakit kronis memerlukan bukan hanya zat besi
c. Faktor langsung
anemia kehamilan adalah konsumsi tablet besi (Fe) dan kadar hemoglobin pada
terjadinya anemia khususnya pada trimester II, trimester III dan masa nifas.
Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi pada masa ini lebih besar dibandingkan
Defisiensi makanan atau kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap
gizi ibu hamil merupakan predisposisi terjadinya anemia defisiensi pada ibu
banyaknya besi keluar misalnya perdarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil
akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-
300%. Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil 1040 mg.
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200
sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester III
yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui
2) Penyakit infeksi
Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga penyebab
3) Perdarahan
Penyebab anemia besi juga dikarenakan terlampau banyak besi keluar dari
melihat keadan gizi seseorang baik (under nutrisi) atau (over nutisi) dapat di
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada
masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi
yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain
kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi sebelum
Bagi ibu hamil pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan,
beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalium. Gizi kurang seperti Zat Besi
kondisi yang baik pada ibu hamil dapat diupayakan dengan pengaturan
masalah, baik pada ibu, janin dan terhadap proses persalinan yaitu :
(1)Terhadap ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi
pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah
(2)Terhadap persalinan
janin dan menimbulkan keguguran, abortus pada bayi, bayi lahir mati,
asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), bayi lahir dengan BBLR
(Manuaba, 1998).
(Soetjiningsih, 1997)
(a) Pengertian
(b) Tujuan
(i) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
menderita KEK
Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5
cm atau di bagian merah pita LILA artinya wanita tersebut mempunyai resiko
KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat badan lahir rendah (BBLR).
pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri
(kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi
bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan titik tegang dan kencang.
Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat –
Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm
dan lebih dari sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran <23,5 cm
Dari hasil pengamatan ada hubungan kuat antara status gizi dengan
kejadian anemia, biasanya ibu dengan status gizi buruk atau dengan
banding ibu dengan status gizi nya baik atau dengan LILA >23,5 cm
(Supariasa, 2000).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rata-rata asupan kalsium semua ibu hamil anemia yaitu 724.5 mg/hari
2. Sebagian Ibu hamil anemia memiliki asupan kalsium lebih yaitu sejumlah
2 orang (9.1%).
B. Saran
bulan untuk mengetahui kesehatan ibu serta janin yang dikandungnya. Ibu
2. Untuk Peneliti
lain yang menjadi penyebab anemia pada ibu hamil baik faktor langsung
penyuluhan gizi pada ibu hamil tentang bahan makanan yang menjadi
Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J. C., Rouse, D.J., &
Spong, C. Y. 2013. Obstetri William (Volume 1 Edisi 23). Jakarta: EGC
Dinas Kesehatan NTB. 2019. Profil Kesehatan NTB Tahun 2019. NTB: Dinas
Kesehatan Propinsi NTB.
Dinas Kesehatan Kota Mataram. 2019. Profil Kesehatan Kota Mataram Tahun
2015. Mataram: Dinas Kesehatan Kota Mataram
Fraser, D.M., dan M.A. Cooper. 2019. Buku Ajar Bidan Myles Volume 14.
Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2017. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. Jakarta:
Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2018. Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2010. Dipe-roleh dari:
http://www.riskesdas.litbang.depkes.
go.id/download/TabelRiskesdas2018.pdf.
Lestari. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Usia Remaja di Puskesmas
Panjatan II Kulon Progo.
Manuaba, I.G.B. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC
Putri. 2014. Hubungan antara kebutuhan nutrisi pada ibu hamil dengan
Hyperemesis Gravidarum [internet]. Tersedia dalam
http://www.jukeunila.com/wp-content/upload/2014/06/hubunganantara-
kebutuhan-nutrisi-pada-ibu-hamil-dengan-HyperemesisGravidarum-
2014-06-PDF [diakses 12 April 2020].
Varney, H., Kriebs, J.M., Gegor, C.L. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 1. Jakarta: EGC
Varney, H., Kriebs, J.M., Gegor, C.L. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 1I. Jakarta: EGC.