Anda di halaman 1dari 16

ANEMIA IBU HAMIL

(Kecukupan Zat Besi dan Faktor Risiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil)

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Determinan Masalah Gizi

OLEH:
Yeni Susanti 101814153004

PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

1
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia Pada Ibu Hamil ...................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan ................................................ 4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil ............ 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Asupan Zat Besi Ibu Hamil ................................................................. 7
3.2 Hubungan Umur Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil ............. 8
3.3 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil ............ 9
3.4 Hubungan KEK Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil ............ 10
3.5 Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil 11
3.6 Hubungan Pendidikan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil . 11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 12
4.2 Saran ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan janin
menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada masa kehamilan
akan berdampak besar bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satu masalah gizi
yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia, yang merupakan masalah gizi
mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia (Lynch 2011). Di Indoneisa
anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah Nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil
disebut “ Potensial danger to mother and child ” (potensial membahayakan ibu
dan anak). Oleh karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua
pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2007). Anemia pada ibu
hamil dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran prematur, kematian ibu,
kematian anak dan penyakit infeksi. Anemia defisiensi besi pada ibu dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangan janin/bayi saat kehamilan
maupun setelahnya (Riskesdas, 2017).
WHO mendefenisikan anemia dalam kehamilan sebagai kadar Hb kurang
dari 11 g/dl, walaupun defenisi kadar Hb kurang dari 10,5 g/dl lebih banyak
digunakan secara luas pada trimester kedua, saat hemodilusi fisiologis mencapai
nilai maksimal. Defesiensi besi merupakan penyebab tersering (90%) anemia
dalam kehamilan, diikuti oleh defesiensi folat, dan kedua defesiensi ini dapat
terjadi bersamaan (Karovitch, 2008). Pada kehamilan minggu ke-6 hingga ke-8
kehamilan terjadi peningkatan volume darah sebanyak 50%, sementara
peningkatan massa eritrosit hanya sebanyak 33%. Akibat ketidakseimbangan
antara peningkatan volume darah dan massa eritrosit ini, menyebabkan terjadinya
hemodilusi fisiologis yang akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar
hemoglobin dan hematokrit (DeCherney AH, 2007).

1
Menurut Ansari, et al (2016) anemia mempengaruhi hampir dua pertiga
dari Ibu hamil di Negara-negara berkembang dan memberikan kontribusi untuk
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 37,1 %
meningkat menjadi 48,9 % pada tahun 2018. Meskipun pemerintah sudah
melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan
memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kahamilan dengan
tujuan menurukan angka anemia ibu hamil, tetapi angka kejadian anemia masih
tinggi (Riskesdas, 2017). Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan
perubahan fisiologis yang terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan
kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan mengalami perubahan
yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 - 30 %, sehingga
memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk membuat
hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah
untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah hingga 30 % lebih
banyak dari pada sebelum hamil (Noverstiti, 2012).
Kebutuhan zat besi meningkat selama hamil untuk memenuhi kebutuhan
Fe akibat peningkatan volume darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan
plasenta, dan untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan. Peningkatan
absorbsi Feselama trimester II kehamilan membantu peningkatan kebutuhan.
Untuk ibu hamil, minumlah satu tablet tambah darah setiap hari paling sedikit
selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan (Syafiq, 2013).

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas adapun tujuan penulisan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk Mengetahui Tingkat Kecukupan Zat Besi Pada Ibu Hamil
2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia Pada Ibu Hamil


Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari
batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Penyebab anemia bisa
karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam
folat, dan vitamin B12. Tetapi sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat
besi. Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup,
yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi
serum dan jumlah jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan
cadangan besi dalam sumsum tulang serta tempat yang lain sangat kurang atau
tidak ada sama sekali (Wirakusumah, 1999).
Anemia dapat terjadi jika ibu hamil mengalami kekurangan Vitamin A
dimana Vitamin A berperan dalam memobilisasi cadangan besi di dalam tubuh
untuk dapat mensintesa hemoglobin. Status vitamin A yang buruk berhubungan
dengan perubahan metabolisme besi pada kasus kekurangan besi. Defisiensi
vitamin B12 hampir sama dengan asam folat yaitu menyebabkan anemia
makrositik. vitamin B12 ini sangat penting dalam pembentukan RBC (Red Blood
Cell), yaitu sebagai co-enzim untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan juga
dipergunakan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel
saluran cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf (Almatsier, 2002). Anemia
dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit penyulit yang dapat
timbul akibat anemia adalah keguguran (abortus), kelahiran prematurs, persalinan
yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri),
perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia
uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang
berat (Wiknjosastro, 2007).

3
2.2 Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut (Nugraheny ,2009) adalah
sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Kebutuhan
zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri
dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200
mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap
100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali
dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita
hamil ( Saifudin A.B,2002).
2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12 (Tjakronegoro A,2001). Pengobatannya, yakni: a
dengan Asam folik 15 – 30 mg per hari, Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari, Sulfas
ferosus 3 X 1 tablet per hari.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulosi (Tjakronegoro A.2001).
4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi
bila terjadi kelainan pada organorgan vital (Rahmawati E,2011).

4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
1. Umur
Ibu Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang
dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu 9
hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang
berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang
tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu
hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan
ibu mengalami anemia.

2. Paritas
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko
1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah.
Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka
akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

3. Kurang Energi Kronis (KEK)


Sebesar 41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang
Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan
status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran LILA< 23,5 cm. Deteksi KEK dengan ukuran LILA yang
rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan
sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain,
diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK
berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).

4. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu
dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata
jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak.
Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat

5
untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.
Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam
kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk
keperluan janin yang dikandungnya.

5. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang
di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah
pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan
dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikn dan tingkat sisial
ekonomi rendah (Manuaba, 2007).

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Asupan Zat Besi Ibu Hamil


Berdasarkan hasil penelitian yang Wati Winda dkk (2016) didapatkan
bahwa ibu hamil dengan asupan zat besi yang tidak cukup sebanyak 65,2%
mengalami defisiensi zat besi. Hasil recall menunjukkan makanan yang
dikonsumsi kurang beragam hampir 70%, responden mengkonsumsi makanan
yang sama mulai pagi hingga di malam hari, dan ini menyebabkan ibu hamil
kurang dalam asupan zat besi pada tubuh, serta kebiasaan ibu hamil yang
meminum teh saat makan ataupun meminum tablet Fe dan hasil persentase yang
menunjukkan 43,2% ibu hamil meminum teh pada saat makan ataupun konsumsi
tablet Fe. Hasil statistik menunjukkan bahwa ibu hamil yang asupan zat besi tidak
cukup berisiko sebesar 1,719 kali mengalami defisiensi zat besi sehingga
menunjukkan bahwa asupan zat besi berhubungan dengan kejadian defisiensi zat
besi pada ibu hamil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anggraini et al (2013) ada
hubungan antara zat besi dengan kadar hemoglobin ada ibu hamil, bahwa masih
kurangnya kecukupan zat besipada ibu hamil, sedangkan kecukupan zat besi pada
ibu hamil sangat dibutuhkan selama kehamilan, zat besi juga dibutuhkan untuk
mensuplai pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah
pada ibu.
Hasil penelitian Wati Winda dkk (2016) menunjukkan bahwa ibu hamil
tidak teratur mengkonsumsi tablet Fe lebih banyak yaitu (56,8%), dan hanya
45,7% yang teratur dalam konsumsi tablet Fe, serta hasil uji statistik chi-square
didapatkan p value=0,049 yang berarti ada hubungan antara konsumsi tablet Fe
dengan kejadian defisiensi zat besi. sehingga ibu hamil yang tidak teratur
mengkonsumsi tablet Fe berisiko sebanyak 2,471 kali mengalami defisiensi zat
besi, dengan interval kepercayaan 95% dari populasi menunjukkan bahwa tidak
mengkonsumsi tablet Fe secara teratur meningkatkan risiko kejadian defisiensi zat
besi antara 1,102 kali hingga 6,816 kali dibandingkan ibu hamil yang

7
mengkonsumsi tablet Fe secara teratur. Hasil penelitian yang dilakukan Yanti et al
(2015) bahwa ada hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian
anemia. Ibu hamil perlu mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan, karena
kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat selama kehamilan.
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia
dalam kehamilan. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi dapat
membantu menjaga pasokan zat besi yang diperlukan tubuh untuk berfungsi
dengan baik. Pemberian vitamin agar tubuh memiliki cukup zat besi dan folat dan
konsumsi vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi didalam tubuh. Jika
mengalami anemia selama kehamilan, dapat diberikan suplemen zat besi atau
tablet fe untuk mencegah terjadinya anemia yang berkelanjutan dan dilakukan
pemeriksaan Hb pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia.
Ibu hamil yang kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dalam
kehamilan ataupun tidak mengkonsumsi tablet fe dapat berakibat terjadinya
anemia yang berdampak buruk pada ibu dan janin. Pada ibu hamil trimester I
biasanya terjadi hemodilusi (pengenceran darah), apabila pasokan zat besi
didalam tubuh kurang maka ibu hamil beresiko mengalami anemia. pada ibu
hamil trimester I yang belum mendapatkan tablet fe dikarenakan pada trimester I
biasanya ibu mengalami mual dan muntah, yang mana pasokan zat besi hanya
didapatkan dari makanan (hewani atau nabati). Oleh karena itu, Ibu hamil harus
menjaga dan meningkatkan asupan nutrisi yang mengandung zat besi didalam
makanan agar tidak mengalami resiko anemia dalam kehamilan.

3.2 Hubungan Umur Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.


Hasil uji statistik Chi-Square di dapatkan p value 0,018 ini menunjukkan
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian anemia
pada ibu hamil. Maka hipotesa yang menyatakan menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil
(Astriana Willy, 2017). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Salmariantity
(2012) menunjukkan hubungan umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil
dengan nilai uji statistik terbukti signifikan p value = 0,012 < 0,005 dengan nilai
Prevalance Ratio (PR)=1,8 dan 95% CI antara 1,07 - 3,28 yang artinya ibu hamil

8
pada umur beresiko (< 20 Tahun) berpeluang mendapatkan anemia 1,8 kali
dibandingkan dengan ibu hamil pada umur tidak beresiko (20 - 35 Tahun).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan umur
beresiko lebih banyak mengalami anemia pada ibu hamil dibandingkan responden
dengan umur tidak beresiko. Menurut peneliti hal ini dikarenakan Kehamilan
diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada
kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung
labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran
dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa
diusia ini.

3.3 Hubungan Paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil.


Hasil penelitian AstrianaWilly (2017) didapatkan dari 118 responden yang
mengalami kejadian anemia pada ibu hamil dengan paritas beresiko yaitu 104
responden (46,0%) lebih besar dibandingkan responden dengan paritas tidak
bersiko yaitu 14 responden (27,5%).Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa responden dengan paritas beresiko lebih banyak mengalami anemia pada
ibu hamil dibandingkan responden dengan paritas tidak beresiko. Menurut peneliti
hal ini dikarenakan Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian
anemia zat besi pada ibu hamil.
Hasil penelitian ini hasil sesuai dengan penelitian Salmariantity (2012)
menunjukkan hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan
nilai uji statistik terbukti signifikan p value = 0,029 < 0,05 dengan nilai
Prevalance Ratio (PR)=1,64 dan 95% CI antara 1,03 - 2,8.Pengaruh anemia dalam
kehamilan dapat berakibat fatal jika tidak segera di atasi di antaranya dapat
menyebabkan keguguran, partus prematus, inersia uteri, partus lama, atonia uteri
dan menyebabkan perdarahan serta syok. Sedangkan pengaruh anemia terhadap
kosepsi diantaranya dapat menyebabkan keguguran, kematian janin dalam
kandungan, kematian janin waktu lahir, kematian perinatal tinggi, prematuritas
dan cacat bawaan. Anemia kehamilan dapat dipengaruhi oleh gravida. Hasil
penelitian Ridayanti (2012), menyebutkan bahwa ibu hamil primigravida yang

9
mengalami anemia kehamilan sebesar 44,6% sedangkan ibu multigravida yang
mengalami anemia kehamilan sebesar 12,8%. Hal tersebut disebabkan ibu
primigravida belum mempunyai pengalaman untuk menjaga kesehatan kehamilan
dari kehamilan sebelumnya karena baru pertama kali hamil (Farsi, 2011).

3.4 Hubungan KEK Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.


Berdasarkan hasil penelitian AmininFidyah (2014) diketahui dari 31
responden ibu hamil sebagian besar (58,1%) KEK dan sebagian kecil (41,9%)
yang tidak KEK. Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan di
mana status gizi seseorang buruk yang disebabkan karena kurangnya konsumsi
pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makronutrien yakni yang
diperlukan banyak oleh tubuh dan mikronutrien yang diperlukan sedikit oleh
tubuh. Kebutuhan wanita hamil meningkat dari biasanya dan peningkatan jumlah
konsumsi makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin (Rahmaniar, 2013).
Dari hasil penelitianAminin Fidyah (2014) berasumsi bahwa sebagian
besar ibu hamil mengalami KEK karena disebabkan kurangnya asupan nutrisi
yang mengandung gizi seimbang. Pada trimester I biasanya ibu hamil mengalami
nausea (mual) ataupun emesis (muntah) yang menyebabkan ibu kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang atau bervariasi,
sehingga absorbsi makanan didalam tubuh tidak berlangsung dengan baik yang
dapat mempengaruhi dampak kesehatan ibu dan janin. pada awal trimester I
hendaknya ibu hamil mengkonsumsi makanan dengan porsi sedikit tapi sering,
dengan banyak mengkonsumsi buah-buahan/sayur-sayuran dan menghindari
makanan yang dapat merangsang mual dan muntah agar absorbsi makanan yang
dikonsumsi diserap dengan baik oleh tubuh. Selama kehamilan ibu hamil harus
menjaga dan meningkatkan pasokan gizi yang diperlukan oleh ibu dan janin, dan
peningkatan jumlah konsumsi makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan
sumber energi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin.

10
3.5 Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil.
Berdasarkan hasil penelitian Sepduwiana dan Sutrianingsih (2017) dari
analisa univariat dengan jumlah sampel 66 orang di dapat pada ibu hamil yang
anemia sebanyak 28 orang (42.4%) dan yang tidak anemia sebanyak 38 orang
(57.6%). Sedangkan jarak kehamilan yang > 2 tahun sebanyak 38 orang (57.6 %)
dan jarak kehamilan < 2 tahun sebanyak 28 orang (42.4%). Hasil penelitian
analisa bivariat di dapat jarak kehamilan < 2 tahun dengan kejadian anemia
sebanyak 14 orang (50%) dan jarak kehamilan > 2 tahun dengan kejadian anemia
sebanyak 14 orang (36.8%). Tidak ada hubungan jarak kehamilan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil. Tidak adanya hubungan antara jarak kehamilan
dengan kejadian anemia. Disebabkan karena lebih banyak responden yang
memiliki jarak kehamilan lebih dari 2 tahun, sedangkan seorang ibu
membutuhkan waktu lebih dari 2 tahun untuk memulihkan organ reproduksi nya.
Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jarak kehamilan yang baik adalah
lebih dari 2 tahun agar status gizi ibu membaik dan kebutuhan zat besi seorang ibu
dapat tercukupi, serta mempersiapkan stamina fisiknya sebelum hamil berikutnya.

3.6 Hubungan Pendidikan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.


Berdasarkan hasil penelitian Mariza Ana (2016) diperoleh bahwa, dari 14
responden berpendidikan rendah, yang mengalami anemia sebanyak 11 orang
(78,6%) sedangkan yang tidak anemia sebanyak 3 orang (21,4%). Dari 16
responden berpendidikan tinggi, yang mengalami anemia sebanyak 5 orang
(31,2%), sedangkan yang tidak anemia sebanyak 11 orang (68,8%). Hasil dari
analisa menggunakan chi-square didapatkan P-Value 0,026 sehingga P-Value< a
0,05. Jadi dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pendidikan dan kejadian
anemia pada ibu hamil.
Pendidikan ibu tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimanan
seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya.
Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan
baru. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan
kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak
dalam kandungannya.(Walyani,2015).

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia
dalam kehamilan. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi dapat
membantu menjaga pasokan zat besi yang diperlukan tubuh untuk berfungsi
dengan baik. Pemberian vitamin agar tubuh memiliki cukup zat besi dan folat dan
konsumsi vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi didalam tubuh.
Kebutuhan ibu pada saat hamil terhadap unsur-unsur makanan semakin
banyak seperti zat besi, vitamin C, asam folat dan protein. Jika kebutuhan tersebut
tidak tercukupi, maka ibu akan mengalami anemia. Anemia yang sering dialami
ibu hamil adalah anemia kekurangan zat besi. Anemia pada kehamilan
memberikan pengaruh kurang baik untuk ibu, pengaruh tersebut baik dalam
kehamilan, persalinan, maupun pada saat nifas. Beberapa penyakit dapat timbul
akibat anemia seperti abortus, partus prematur, partus lama, akibat inersi uteri,
perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum
maupun post partum
Faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil
diantaranya, umur ibu, paritas, Kurang Energi Kronis (KEK), Jarak kehamilan dan
tingkat pendidikan.

4.2 Saran
a. Bagi ibu hamil diharapkan selalu memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali
dan memeriksakan Hb (haemoglobin) agar diketahui sedini mungkin gejala
anemia.
b. Bagi tenaga kesehatan (KIA, Gizi, Promkes) lebih menekankan perhatian pada
ibu hamil yang memasuki kategori rawan dan melaksanakan deteksi dini resiko
tinggi pada ibu hamil sedini mungkin, serta melaksanakan penyuluhan secara
rutin pada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memiliki
kesadaran tentang adanya risiko dalam kehamilan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Soetardjo, Soekatri. 2002. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan.


Jakarta: PT. Gramedia. Pustaka Utama.
Aminin Fidyah. 2014. Pengaruh Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor
2,Oktober 2014, hlm 167-172
Ansari NB, Badruddin SH, Karmaliani R, Harris H , Jehan I, Pasha O, Moss N,
McClure EM, Goldenberg R.L. 2008. Anemia Prevalence And Risk Factors
In Pregnant Women In An Urban Area Of Pakistan. Food and Nutrition
Bulletin, vol. 29, no. 2
Astriana Willy. 2017. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan
Usia.Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, 123 – 130
DeCherney AH, Goodwin T, Laufer N, Nathan L. Current diagnosis and treatment
obstetrics & gynecology. Edisi ke-10. United States of America : McGraw-
Hill Companies. 2007.hlm.406.
Farsi, Y., Brooks, D., Werler, M., Cabral, H., Al-Syafei, M., & Wallenburg, H. C.
(2011). Effect of High Parity on Occurence of Anemia in Pregnancy: a
Cohort Study. BMC Pregnancy and Childbirth, 11(7), 7.
Karovitch, 2008. Hemoglobin,Talasemia dan Anemia Jilid 11. Jakarta.
Lynch SR. 2011. Why nutritional iron deficiency persists as a worldwide problem.
J Nutr 141:763S-768S.
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Mariza Ana . 2016. Hubungan Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Di BPS T Yohan Way Halim Bandar Lampung
Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Holistik Vol 10, No 1, Januari 2016 : 5-8
Noverstiti, Elsy. 2012. FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Wilayah Kerja Puskesmas Air
Dingin Kota Padang Tahun2012
Nugraheny. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika

13
Ridayanti. 2012. Hubungan tingat pendidikan Ibu Hamil dengan Kejadian
Anemia Pada Kehamilan di Puskesmas Banguntapan I Bantul. Yogyakarta:
UMY.
Salmariantity. (2012). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten
Indragiri Hilir tahun 2012. Jakarta: FK UI.
Sepduwiana dan Sutrianingsih. 2017. Hubungan Jarak Kehamilan dan Kepatuhan
Mengkonsusi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Samo 1.
Walyani Elisabeth, Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan. Yogyakarta:
Walyani Elisabeth, Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan. Yogyakarta:
Wirakusumah, S. 1999. Perencanaan Menu anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus
Agriwidya

14

Anda mungkin juga menyukai