Anda di halaman 1dari 18

ANEMIA PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh:

Anggi Wahyu Eka Nur Yulianti (3191002)

Destiana Septianingrum (3191008)

Irene Putri Pradita Indriati (3191019)

Kirana Putri Pramesti (3191020)

D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

SURAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, bahwa
penulis telah menyelesaikan tugas makalah pelajaran Bahasa Indonesia dengan
membahas Anemia pada ibu hamil.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis


hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi dapat teratasi.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Guru
pelajaran Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini. Serta pada
penulis lain yang naskahnya kami kutip.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Aamiin.

Kamis,12 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK

Anemia merupakan salah satu penyebab kematian ibu hamil.Anemia pada ibu
hamil disebabkan karena masih kurang dan rendahnya asupan gizi,dan juga daapt
disebabkan karena tidak diketahui pola makan yang benar.Zat besi sangat
dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi diawal Kelahirannya.Kekurangan zat
besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil
menderita anemia.Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk membahas tentang
anemia dan strategi dalam penanggulangan pencegahan anemia.Anemia dapat
dicegah dengan cara makan makanan yang cukup bergizi dengan biovallabilita
yang cukup dan meminum tablet darah yang sesuai.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita
masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang
tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan,
kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan
pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah,
dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb)
dalam darah dari harga normal.
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang
seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu anemia?
2. Apa saja kah penyebab dari anemia?
3. Bagaimana Klasifikasi anemia?
4. Bagaimana melakukan pencegahan pada anemia?
5. Bagaimana penanggulangan pada anemia?

C. TINJUAN PUSTAKA
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,
baik dalamkehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya.
Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah keguguran
(abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot
rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan
karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik
saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%)
dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro,
2007).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr
% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2
(Cunningham. F, 2005).Anemia yang paling sering dijumpai dalam
kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya
asupan unsur besi dalam makanan. Gangguan penyerapan, peningkatan
kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar
dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh zat besi sekitar
40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak
kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat kehamilan.
Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan
zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua tahun
menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk
menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya
(Mardliyanti, 2006).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr
% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil, terjadi karena hemodulasi, terutama pada trimester 2
(Cunningham. F, 2005).
Beberapa penyebab anemia yaitu :
1. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.
2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil,
masa tumbuh kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti
tuberculosis dan infeksi lainnya.
3. Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria,
haid yang berlebihan dan melahirkan.

D. LANDASAN TEORI
Berdasarkan WHO(1992) pengertian anemia adalah suatu keadaan
dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok
orang yang bersangkutan.Anemia secara laboratorik yaitu keadaan apabila
tejadi penurunan dibawah normal kadar hemoglobin,hitung jenis eritrosit
dan hemotokrit(packkedredcell).Secara klinis kreiteeia anemia di
Indonesia umunya bila didapatkan hasil pemeriksaan darah kadar
Hemoglobin <10 g/dl,Hemotokrit <30%,dan eritrosit <2,8 juta/mm3.
Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
1. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1%
menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu
50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20
tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk
hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu
hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat
menyebabkan ibu mengalami anemia.

2. Paritas

Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi


mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia
di banding dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa
semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)

41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi.


Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK,
tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu
hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara
untukmengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita
UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan
penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK
adalah ibu hamil yang mempunyaiukuran LILA<23.5 cm. Deteksi
KEK denganukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan
energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya
diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain,diantaranya besi.
Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK
berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).

4. Infeksi dan Penyakit


Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan
daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut
penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel
darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang
dapat terkena anemiakarena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat
kondidi fisiologis (hamil,kehilangan darah karena kecelakaan,
pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi
(infeksi cacing tambang, malaria,TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang
sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular.
Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu,
tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin.
Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin
terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan.
Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui
saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan
kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan
kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar,
2006).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah
sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam
sel darah merah berada di bawah normal. Anemia adalah berkurangnya
hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume
packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.

B. Penyabab Atau Etiologi Anemia

1. Perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara
C. Long, 1996 )
3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema,
dll.
4. Kelainan darah
5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif
Mansjoer, 2001)

C. Klasifikasi Anemia

Secara patofisiologi anemia terdiri dari :

1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.


2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.
Secara umum anemia dikelompokan menjadi :

1. Anemia mikrositik hipokrom


a. Anemia defisiensi besi

Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe).


Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang
diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50
mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini
umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak
disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun
tidak akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia
jenis ini dapat pula disebabkan karena :

1) Diet yang tidak mencukupi


2) Absorpsi yang menurun
3) Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
4) Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
5) Hemoglobinuria
6) Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis
paru.
b. Anemia penyakit kronik

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia dengan


reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan
berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru (abses, empiema,
dll ).

2. Anemia makrositik
a. Anemia Pernisiosa

Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor


intrinsik karena gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter
autoimun maupun faktor ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin
B12.

b. Anemia defisiensi asam folat

Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun


penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi
terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging,
susu, dan daun – daun yang hijau.

3. Anemia karena perdarahan


a. Perdarahan akut

Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak,


sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.

b. Perdarahan kronik

Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak


diketahui pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum,
menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksis.

4. Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah


( normal 120 hari ), baik sementara atau terus menerus. Anemia ini
disebabkan karena kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim,
ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya
pasien ikterus dan splenomegali.

5. Anemia aplastik

Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk


membentuk sel-sel darah. Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik,
kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.

6. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia
antara lain : pucat, lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi,
hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996). Takipnea (saat latihan
fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anorexia,
diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia pernisiosa (Arif
Mansjoer, 2001)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
b. Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41% )
c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada
anemia aplastik )

D. Pencegahan Anemia

Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu
menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin
dengan makan yang sehat, variasi makanan, termasuk:

a. Besi:Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya.
Makanan lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal
kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang dan
kacang-kacangan.
b. Folat : Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus
jeruk dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong
dan dibentengi roti, sereal dan pasta.
c. Vitamin B-12:Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
d. Vitamin C:Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon
dan beri, membantu meningkatkan penyerapan zat besi.

Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi
orang-orang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak -
besi yang diperlukan selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan
menstruasi.

E. Penanggulangan Anemia

Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara


lain :

a. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar


besi yang cukup secara rutin pada usia remaja.
b. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging,
ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang
mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan
absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh,
teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum
susu pada saat makan.
c. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di
daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada
remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
d. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi
tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang
mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate
dan kalsium.
e. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih
merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi .

F. Pengobatan Anemia

Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:

a. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan


suplemen zat besi, yang mungkin Anda harus minum selama beberapa
bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi kehilangan darah -
selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan.
Hal ini mungkin melibatkan operasi.
b. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan
suntikan - yang seringkali suntikan seumur hidup vitamin B-12.
Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan suplemen asam
folat.
c. Anemia penyakit kronis tidak ada pengobatan khusus untuk anemia
jenis ini. Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu
jenis anemia ini . Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah
atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan
oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan
mengurangi kelelahan.
d. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup
transfusi darah untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda
mungkin memerlukan transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang
Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Anda
mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi
sistem kekebalan tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum
tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
e. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai
penyakit dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi
untuk transplantasi sumsum tulang.
f. Anemias hemolitik mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari
obat-obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-
obatan yang menekan sistem kekebalan Anda, yang dapat menyerang
sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan
kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
g. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup
pemberian oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan
cairan infus untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah komplikasi.
Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen asam
folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea
(Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit
pada orang dewasa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia sering dijumpai dimasyarakat dan mudah di kenali (di


diagnosa ). Tanda dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, mual,dll.
Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang dengan pemeriksaan laborat yakni
adanya penurunan kadar Hb.

B. Saran

Sebagai masyarakat harus mampu mengenali tanda – tanda anemia


dan mampu melakukan pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA

Roosleyn Intan P.T.2016.Strategi dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia


pada Kehamilan.Jurnal Ilmiah Widya.3(3) 1-9.

Anda mungkin juga menyukai