Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN EPIDEMIOLOGI TENTANG ANEMIA

PADA IBU HAMIL

TINJAUAN EPIDEMIOLOGI TENTANG


ANEMIA PADA IBU HAMIL

Dosen Pengampu :
Ibu Diana Setyawati Rahayu, SKM,MSE
Disusun oleh :
1. Yeni eka setyaningsih (120200557)
2. Renita khoirunnissa (120200558)
3. A’ilatul majro’ah (120200578)
4. Nur Faiqoh Jannah (120200547)

PROGRAM STUDI DIII ILMU KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALMA ATA
YOGYAKARTA
2012/2013
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi wabarokatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tinjauan
Epidemiologi Tentang Anemia Pada Ibu Hamil”.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Diana Setyawati Rahayu, SKM,MSE

2. Segenap teman-teman yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini

Dan kami penyusun menyadari bahwa segala yang ada dalam makalah ini tidak luput
dari kesalahan baik dalam penyusunan kata, nama , dan lain-lain sehingga kritik dan saran
selalu kami harapkan sebagai pembangun bagi kami agar kemudian hari menjadi lebih baik
.

Yogyakarta,12 April 2013

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibu hamil rentan terkena anemia karena di masa kehamilan kebutuhan akan zat besi
akan meningkat. Bahkan wanita yang tidak memiliki anemia pun berpotensi mengalami
anemia saat hamil. Salah satu cara mengatasi anemia saat hamil ialah dengan
memperhatikan asupan zat besi.
Di masa kehamilan, jumlah darah dalam tubuh akan meningkat 50% lebih banyak
dibandingkan kondisi normal. Zat besi dibutuhkan untuk membentuk hemoglobin dan
mengimbangi kenaikan volume darah dalam tubuh agar tetap terjaga. Zat besi pun
dibutuhkan untuk perkembangan janin dan plasenta.
Penyebab anemia tidak hanya kekurangan zat besi, tetapi juga kurangnya asupan
asam folat atau vitamin B12, akibat penyakit tertentu, hingga kelainan darah karena faktor
keturunan. Cara penanganan anemia pun berbeda, disesuaikan dengan apa penyebabnya.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat
ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia beresiko
membutuhkan trasfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan
anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus
anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam
folat, anemia sel sabit an talasemia.

B. Tujuan :

1. Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama kehamilan
sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut.

2. Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan

3. Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan


4. Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan tentang anemia dan tanda bahaya anemia
pada ibu hamil.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Anemia pada Kehamilan


Anemia merupakan masalah yang dihadapi oleh banyak negara, baik negara maju
maupun berkembang. Di negara maju prevalensi anemia tergolong relatif rendah
dibandingkan dengan negara berkembang yang diperkirakan mencapai 90 % dari semua
individu.
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% pada
trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan
dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II
(Sarwono P, 2002).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari
10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia
gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah
35,00-45,00 % (Mellyna,2005).

B. Epidimeologi Anemia
Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat
mengalami penurunan dari 50,9 % menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian
anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu
hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan 2010 didapatkan
data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04%
(tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03%
(tahun 2007) menjadi 48,14% (Depkes, 2008). Frekuensi timbulnya anemia dalam
kehamilan tergantung pada suplementasi besi. Taylor.dkk melaporkan rata-rata kadar
hemoglobin sebesar 12,7 g/dl pada wanita yang mengkonsumsi suplemen besi sementara
rata-rata hemoglobin sebesar 11,2% g/dl pada wanita yang mengkonsumsi suplemen.

C. Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi adalah modal utama yang harus dimiliki oleh seorang
epideniolog. Ini merupakan teori dasar yang terkenal sejak disiplin ilmu epidemiologi mulai
digunakan di dunia. Dalam bidang epidemiologi terdapat sedikitnya 3 segitiga
epidemiologi yang saling terkait satu sama lain yaitu,
a) Agent-Host-Environment (AHE),
b) Person-Place-Time (PPT),
c) Frekuensi- Distribusi- Determinan (FDD)

1. Host
Faktor host (penjamu) dalam kasus anemia pada ibu hamil adalah yang terdiri dari :
a. Umur
Semakin muda umur kehamilan semakin beresiko untuk terjadinya anemia. Halini
didukung oleh penelitian di USA (2005) bahwa ibu remaja memiliki prevalensi anemia
kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20-35 tahun. Hal ini dpat dikarenakan pada
remaja, Fe dibutuhksn lebih banyak karena pada masa tersebut remaja membutuhkannya
untuk pertumbuhan. Selain itu faktor usia yang lebih muda dihubungkan dengan pekerjaan,
status sosial ekonomi dan pendidikan yang kuarang.
2. Agen
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
a. Unsur gizi
Terjadinya anemia pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam folat
dan vitamin B dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe yang
meningkat, kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.
3. Lingkungan
Dari ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang dapat
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial
berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada
ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil
dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil
terjadi anemia.
Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan
dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian anemia
kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi akan
mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan
mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang
adekuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.

D. Ukuran Epidemiologi
Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi. Merupakan
dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan
menggunakan Prevalens dan Incidens. Ukuran-ukuran frekuensi penyakit menggambarkan
karakteristik kejadian (“occurrence”) suatu penyakit atau masalah kesehatan didalam
populasi.
1. Proporsi
Pemberian penyuluhan gizi pada kelas ibu hamil berpengaruh meningkatkan rerata skor
pengetahuan gizi sebesar 63,2%, skor praktik konsumsi gizi 48,5%, rerata tingkat
kecukupan protein 42,4%, tingkat kecukupan Fe 159,5%, Vitamin C 35% dan Vitamin A
51,4%, menurunkan proporsi anemia sebesar 29,6 %. Rerata tingkat pencapaian nilai Hb
Harapan kelompok perlakuan sebesar 101,47%, dan kelompok kontrol sebesar 96,6%
(p=0,0001).
2. Rate
Sebanyak 53 persen pada anak usia sekolah, 51 persen pada wanita hamil, dan 48 persen
anak-anak dibawah usia dua tahun, serta 35 persen pada anak usia pra sekolah. Di
Indonesia 40 persen pada anak usia subur mengalami anemia.
3. Ratio
Berdasarkan Survei Kesehatan RUmah Tangga (SKRT) tahun 2001, prevalensi anemia
ibu hamil di Indonesia masih tinggi yaitu 40,1 persen. Prevalensi anemia ibu hamil yang
cukup tinggi juga ditemukan pada pengunjung pelayanan asuhan antenatal di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan tahun 2008 yaitu 25,6%. Hasil penelitian
menunjukkan variable yang bermakna secara statistic (P d” 0.05) ialah tingkat pendidikan
ibu. Secara substansi, enam variable menunjukkan hubungan faktor risiko (Prevalensi
Ratio/PR > 1) diantaranya umur ibu, paritas, ukuran LILA, tingkat pendidikan,
suplementasi tablet Fe dan frekuensi asuhan antenatal, sedangkan dua variable lain yaitu
gravid dan status pekerjaan ibu menunjukkan hubungan protektif (PR < 1).
4. Prevalence
Prevalensi anemia 61,5%. Terdapat 59 subjek yang anemia (54,2%) memiliki asupan
vitamin A kurang dan 93,2% asupan sengnya juga kurang. Pada analisis bivariat diperoleh
nilai RP defisiensi asupan vitamin A terhadap kejadian anemia sebesar 9,8 (95%CI: 3,07-
31,1). Nilai RP defisiensi asupan seng terhadap kejadian anemia sebesar 9,4 (95% CI: 2,8-
31,4). Analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel-variabel yang mempunyai
hubungan bermakna dengan kejadian anemia adalah asupan vitamin A (RP=8,5) dan seng
(RP=7,8).
Pakar gizi sekaligus Direktur Micronutrient Initiative Indonesia Dr Elvina Karyadi PhD
mengatakan, prevalensi anemia pada ibu hamil itu sekitar 40-50% atau 5 dari 10 ibu hamil
mengalami gangguan kesehatan anemia. “Perempuan hamil rentan mengalami anemia
seiring meningkatnya kebutuhan zat besi dan nutrisi tubuh. Gejalanya yang sepele
seringkali membuat mereka acuh. Mereka tidak sadar bahwa kurangnya konsentrasi
haemoglobin saat hamil bisa berdampak serius bagi janin,” ujar Dr Elvina di Jakarta.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil ditemukan bahwa ibu mengalami
anemia ringan dengan tanda-tanda ibu lemas, sering pusinh, konjungtiva agak pucat, serta
setelah dilakukan pemeriksaan lab ditemukan Hb 8,8 gr % dengan arti ibu terdiagnosa
anemia ringan, dengan ibu bidan melakukan KIE agar ibu mau mengkonsumsi sayur
mayur, buah dan susu, serta melakukan kolaborasi dengan ahli gizi.
B. Saran
Untuk pelaksaan ada kemungkin untuk bia melakukan KIE sebelum hamil tentnag
begitu pentingnya kadar Hb pada ibu hamil, serta bai klien agar dapat aktif membaca,
bertanya atau membuka media elektronik untuk mengetahui tanda bahaya kadar Hb yang
kurang, agar para kita bersama-sama menurunkan AKI dan AKB .
DAFTAR PUSTAKA

Sutarto. 2005. Anemia Defisiensi Besi (ADEBE). Yogyakarta: Medika FK UGM.


Kristiyanasari, Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Nuha Medika.

Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

httpwww.kesimpulan.com200904sebab-sebab-dan-epidemiologi-anemia.html.

httpridwanamiruddin.com20071008evidence-base-epidemiologi-anemia-deficiensi-zat-
besi-pada-ibu-hamil-di-indonesia.

http://renytajelek.blogspot.com/2014/04/tinjauan-epidemiologi-tentang-anemia.html

Anda mungkin juga menyukai