Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI DI RUANG CEMPAKA

RST DR. SOEDJONO MAGELANG

DISUSUN OLEH :

1. EDAH (NIM 19.0604.0044)


2. HANA SETIAWATI H. (NIM 19.0604.0092)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI AKUT

A. DEFINISI
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan, yang
bersifat subyektif, yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan dan potensial kerusakan
(Internasional Assosiation for the Study of Pain [IASP], 2012). Nyeri bersifat sangat
individual yang dipengaruhi aspek biologi, sosial, dan spiritual. Sedangkan menurut
NANDA Nursing Diagnosis (2018), nyeri adalah ketidaknyamanan sensori dan
pengalaman emosional disebabkan adanya kerusakan jaringan secara aktual maupun
potensial.
Secara umum, nyeri dikategorikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Menurut
NANDA (2018) nyeri akut adalah nyeri kurang dari 6 bulan dan nyeri Kronis adalah
nyeri dengan durasi lebih dari 6 bulan. Pengkategorian tersebut sesuai dengan Smeltzer
dan Barae (2010) bahwa nyeri dinyatakan kronis jika telah timbul selama 6 bulan atau
lebih, terlalu lama untuk mengungkapkan bahwa nyeri termasuk nyeri kronis dan
kemungkinan pasien mengalami kerusakan jaringan semakin tinggi saat nyeri sudah
menerap selama 6 bulan. Sementara itu, Igtavicius dan Woekman (2010) mempunyai
batasan waktu yang lebih singkat jika durasi nyeri kurang dari 3 bulan dan nyeri kronis
jika nyeri menetap selama lebih dari 3 bulan.

B. PATOFISIOLOGI
Nyeri terjadi apabila terdapat adanya rangsangan mekanikal, termal atau kimiawi
yangmelewati ambang rangsang tertentu. Rangsangan ini terdeteksi oleh nosiseptor
yang merupakan ujung-ujung saraf bebas.Rangsangan akan dibawa sebagai impuls saraf
melalui serabut A delta yang bermielin, berkecepatan hantar yang cepat dan
bertanggung jawab terhadap nyeri yang cepat, tajam, terlokalisasi serta serabut C yang
tidak bermielin berkecepatan hantar saraf lambat dan bertanggung jawab atas nyeri yang
tumpul dan tidak terlokalisasi dengan jelas.
Teori gate control merupakan teori yang digunakan untuk menjelaskan hubungan natra
nyeri dan emosi, dimana nyeri tidak hanya respon fisiologi tetapi juga dipengaruhi ole
faktor psikologis sperti perilaku dan emosi. Berdasarkan teori ini, stimulus nyeri
dialirkan melalui serabut syaraf tulang belakang (syaraf A Delta dan Serabut C).
stimulus nyeri ini berjalan menuju ujung dorsal syaraf tulang belakang yang disebut
dengan subtansi gelatiniosa. Sel-sel (Sel T) syaraf tulang belakang yang terdapat di
substansi gelatinosa dapat menghambat atau memfasilitasi proses transmisi stimulus
nyeri ke otak. Saat aktivitas sel T ini terhambat, maka gerbang akan tertutup dan
stimulus nyeri dapat ditransmisikan ke otak, sebaliknya jika gerbang ini terbuka, maka
stimulus nyeri dapat dihambat dan tidak sampai ke otak,. Mekanisme ini juga terjadi di
talamus dan korteks serebri yang mengatur tentang persepsi dan emosi termasuk
kepercayaan dan keyakinan, saat nyeri muncul persepsi dan emosi seseorang dapat
dimodifikasi fenomena nyeri yang muncul sehingga nyeri yang dirasakan akan sesuai
dengan yang akan dipersepsikan. Teori ini sangata membantu perawat untuk memahami
nyeri secara kompresi yang memungkinkan perawat melakukan tindakan non
farmakologis untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri (Ignatavicius & Workman,
2010)
C. KLASIFIKASI NYERI
Nyeri dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
1. Nyeri nosiseptif disebabkan adanya kerusakan jaringan yang mengakibatkan
dilepaskannya bahan kimiawi yang disebut excitatory neurotransmitter seperti
histamin dan bradikinin, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya rekasi inflamasi.
Selanjutnya bradikinin melepaskan prostaglandin dan substansi P, yang merupakan
neurotransmitter kuat. Nyeri nosiseptif dibagi menjadi nyeri viseral dan nyeri somatik.
a. Nyeri viseral terjadi akibat stimulasi nosiseptor yang berada di rongga abdominal
dan rongga thoraks.
b. Nyeri somatik terbagi menjadi nyeri somatik dalam dan nyeri kutaneus. Nyeri
somatik dalam berasal dari tulang, tendon, sarafdan pembuluh darah, sedang nyeri
kutaneus berasal dari kulit dan jaringan bawah kulit.
2. Nyeri neuropatik berasal dari kerusakan jaringan saraf akibat penyakit atau
trauma, disebut nyeri neuropatik perifer apabila disebabkan oleh lesi saraf tepi, dan
nyeri sentral apabila disebabkan lesi pada otak, batang otak atau medula spinalis
([IASP],2012).
3. Nyeri inflamasi
Nyeri yang disebabkan adanya kerusakan jaringan baik jaringan kulit, otot , contohnya
pada penderita rematik (Ignatavicius & Workman, 2010).
4. Nyeri psikogenik
Nyeri yang disebabkan keabnormalan fungsi saraf namun tanpa kerusakan saraf
(Ignatavicius & Workman, 2010). Contoh nyeri ini adalah fibromiyalgia, nyeri lambung

D. FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NYERI


Menurut Smeltzer, (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah :
a. Pengalaman Masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan dengan nyeri
akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang
hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal ini tidak
selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami,
makin takut individu tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan yang akan
diakibatkan.
b. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Stimulus nyeri
mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang,
khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni
memperburuk atau menghilangkan nyeri.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan
sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang
nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan
keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri (Potter, 2005).
d. Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak
dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat
mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang
masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.
e. Efek Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk tablet, kapsul, cairan
injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula,larutan salin normal, dan
atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya
memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin dalam sistem
kontrol desenden, sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri (Tamsuri, 2006).

E. PATHWAY

F. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian

a. Keamanan

Memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberi
konstribusi keadaan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan kesehatan dan
kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan
b. Kenyamanan

Nyeri, merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat subjektif dan hanya
yang menerimanya yang dapat menjelaskannya
Tanda-tanda yang menunjukan seseorang mengalami nyeri
a. Pasien yang memperlihatakan nyeri

Pasien tampak takut bergerak dan berusaha memposisikan agar bisa nyaman dan nyeri
berkurang
b. Ekspresi umum:

1. Tampak meringis, merintih

2. Cemas, wajah pucat

3. Ketakutan bila nyeri timbul mendadak

4. Keluar keringat dingin

5. Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak dalam posisi
menggenggam

6. Pasien tampak menggeliat karena kesakitan

c. Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian

1. Lokasi nyeri

2. Waktu timbulya nyeri

3. Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri

4. Karakteristik nyeri

5. Faktor pencetus timbulnya nyeri

6. Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri

2. Gangguan atau Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Ansietas

2. Gangguan rasa nyaman

3. Nyeri akut

4. Nyeri Kronis

3. Fokus Intervensi Keperawatan


NO NO. DX TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
1 1 Setelah dilakuakan tindakan Gunakan pendekatan yang Menggunakan teknik
keperawatan selama 3x24 jam menyenangkan terapuetik
diharapkan masalah ansietas Kaji dan dokumentasikan Melakukan pengkajian
dapat teratasi dengan kriteria tingkat kecemasan untuk mendapatkan data
hasil : Informasikan tentang ansietas nyeri
INDIKATOR IR ER Instruksikan klien tentang Memberi informasi
Menggunakan teknik relaksasi tentang kecemasan
gejala cemas Dorong klien untuk Membuat klien jadi
Mengontrol mendiskripsikan kecemasan nyaman
cemas Damping klien untuk Membantu pasien untuk
Postur tubuh mengurangi rasa takut terbuka
Identivikasi tingkat kecemasan Dukung dan terus
Keterangan : membantu mengurangi
Tidak pernah ansietas nyeri
Jarang Dapat mengurangi rasa
Kadang-kadang cemas
Sering
Selalu
2 2 Setelah dilakukan tindakan Memberikan suhu yang Menggunakan teknik
keperawatan selama 3x24 jam nyaman untuk klien komunikasi terapeutik
diharapkan masalah gangguan Lakukan pendekatan kepada Melakukan pengkajian
rasa nyaman teratasi dengan klien untuk mendapatkan data
kriteria hasil : Anjurkan klien untuk nyeri
INDIKATOR IR ER beristirahat Memberikan informasi
Ekspresi wajah Jelaskan dan anjurkan teknik tentang kecemasan
tenang distraksi Membuat klien menjadi
Kesadaran Posisikan klien senyaman nyaman
membaik mungkin Membantu pasien untuk
Pasien merasa Ajarkan teknik relaksasi terbuka
nyaman Ajar klien untuk nafas dalam Dukung dan terus
membantu mengurangi
Keterangan : ansietas
Selalu Mengurangi rasa nyeri
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
3 3 Setelah dilakukan tindakan Ajarkan pola istirahat tidur Untuk mengurangi nyeri
keperaatan selama 3x24 jam Kaji PQRST Untuk mengentahuai
diharapkan masalah nyeri akut Mengidentifikasi tindakan keadaan umum klien
dapat teratasi dengan kriteria nyeri Untuk mengetahui
hasil : Kaji kualitas, lokasi frekuensi tingkat nyeri klien
INDIKATOR IR ER nyeri Untuk mengetahui
Penurunan Posisikan klien senyaman sejauh mana nyeri
aktivitas nyeri mungkin dirasakan
Ajarkan teknik distraksi dan Mengurangi rasa nyeri
Nyeri berkurang
relaksasi Membantu klien menjadi
Kolaborasikan pemberian rileks
Ekspresi wajah analgetik Untuk mengurangi rasa
Keterangan : nyeri
Sangat berat
Berat
Sedang
Ringan
Tidak ada
4 4 Setelah dilalkukan tindakan Ajarkan pola istirahat tidur Untuk mengurangi nyeri
keperawatan selama 3x24 jam Kaji PQRST Untuk mengetahui
diharapkan masalah nyeri kronis Mengidentifikasi tindakan keadaan umum klien
teratasi dengan kriteria hasil : nyeri Untuk mengetahui
INDIKATOR IR ER Kaji kualitas, lokasi nyeri tingkat nyeri klien
Frekuensi nyeri Posisikan klien senyaman Untuk mengetahui
mungkin sejauh mana nyeri
Ekspresi nyeri
Ajarkan teknik distraksi dan dirasakan
pada wajah
relaksasi Mengurangi rasa nyeri
Ketegangan otot Kolaborasikan pemberian Membantu klien menjadi
obat analgetik rilek
Keterangan : Untuk mengurangi rasa
Selalu nyeri
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
DAFTAR PUSTAKA

NANDA. (2018). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2018-


2020. Philadelphia: NANDA International.
IASP. (2009). IASP taxonomy. Diakses pada 23 Desember 2014 dari http://www.iasp-
pain.org/content/navigation menu/generalresourcelinks/paindefinitions/default/htm
Ignatavicius.,D.& Workman.,M.L. (2010).Medical surgical nursing: critical thingking
for colaborative care( 6th ed,.vol 1).Missouri: Elsevier Saunders.
Potter,P.A. & Perry,A.G.(2009). Fundamentals of Nursing (7Th ed).St. Louis;Mosby
Elsevier
Smeltzers. S.S, Bare B.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
2.Kuncara et., all(penerjemah), Jakarta: EGC
Tamsuri Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai