NIM : 616080718023
Menurut Menkes RI di pidatonya pada acara Upacara Peringatan Hari Kartini pada 20 April
2018, berdasarkan data Riskesdas 2013, di Indonesia masih terdapat masalah tingginya angka
anemia pada perempuan sebesar 23,9%, anemia ibu hamil 37,1%; Kurang Energi Kronik (KEK)
pada Wanita Usia Subur 20,8%, KEK pada Ibu Hamil 24,2%.
b. Persalinan prematuritas
c. Hambatan tumbuh kembang janin
d. Mudah infeksi
f. Heperemesis gravidarum
g. Perdarahan antepartum
Dikarenakan adanya penyakit KEK yang terjadi pada wanita usia subur dan
wanita hamil menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Litbangkes) Kementerian Kesehatan RI, Dr. Siswanto, MHP, DTM, menyatakan
bahwa “Remaja putri di Indonesia masih ada yang memiliki pandangan bahwa
mengenai body image yang kurus dan kecil seperti pensil itu dianggap cantik.
Remaja putri perlu menyadari bahwa persiapan hamil itu butuh kecukupan gizi,''
jadi beliau pun berpesan bahwa “ Cantik itu Sehat, Bukan Kurus”.
C. Abortus
a) Definisi Aborsi
Abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum
38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah “abortus” adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu
kehamilan atau berat bayi kurang dari 500 g(ketika janin belum dapat hidup di
luar kandungan). Angka kejadian aborsi meningkat denganbertambahnya usia
dan terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya.
b) Proses abortus dapat berlangsung secara :
a. Spontan / alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun)
b. Buatan / sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja),
c. Terapeutik / medis (aborsi yang dilakukan atas indikasi medik karena
terdapatnya suatupermasalahan atau komplikasi).
c) Penyebab Aborsi
Penyebab abortus spontan bervariasi meliputi infeksi, faktor hormonal, kelainan
bentuk rahim,faktor imunologi (kekebalan tubuh), dan penyakit dari ibu.
Penyebab abortus pada umumnya terbagi atas faktor janin dan faktor ibu :
● Faktor Janin
Pada umumnya abortus spontan yang terjadi karena faktor janin disebabkan
karena terdapatnyakelainan pada perkembangan janin [seperti kelainan
kromosom (genetik)], gangguan pada ari-ari maupun kecelakaan pada
janin. Frekuensi terjadinya kelainan kromosom (genetik) pada
triwulanpertama berkisar sebesar 60%.
● Faktor Ibu
Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ibu yang dapat menyebabkan
abortus spontan adalahfaktor genetik orangtua yang berperan sebagai
carrier (pembawa) di dalam kelainan genetik;infeksi pada kehamilan
seperti herpes simpleks virus, cytomegalovirus, sifilis,
gonorrhea;kelainan hormonal seperti hipertiroid, kencing manis yang
tidak terkontrol; kelainan jantung;kelainan bawaan dari rahim, seperti
rahimbikornu(rahim yang bertanduk), rahim yang bersepta(memiliki
selaput pembatas di dalamnya) maupun parut rahim akibat riwayat
kuret atau operasirahim sebelumnya.Miomapada rahim juga berkaitan
dengan angka kejadian aborsi spontan. Selain itu, ada beberapa
diantara orang tua yang tidak menginginkan kehadiran janin tersebut
dengan alasan yang bervariasi.
d) Faktor Risiko Aborsi
Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya abortus adalah :
● Usia ibu yang lanjut
● Riwayat kehamilan sebelumnya yang kurang baik
● Riwayat infertilitas (tidak memiliki anak)
● Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan
● Infeksi (cacar, toxoplasma, dll)
● Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatab,
alkohol, radiasi)
● Trauma pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama kehamilan
Kelainankromosom(genetik)
● Pergaulan seks bebas
e) Tanda dan Gejala Aborsi secara Alamiah
● Nyeri perut bagian bawah
● Keram pada rahim
● Nyeri pada punggung
● Perdarahan dari kemaluan
● Pembukaan leher rahim
● Pengeluaran janin dari dalam rahim
a. Pengkajian pasien
Pengkajian saat pasien masuk dirumah sakit mengidentifikasi kebutuhan pasien,
membantu pemberi layanan obstentri dalam menentukan diagnosis yang tepat, dan
memastikan asuhan perawatan yang tepat diberikan. Waktu yang dibutuhkan untuk
melengkapi pengumupulan data pasien masuk rumah sakit dan kedalaman data yang
dikumpulkan harus berdasarkan kondisi pasien. Misalnya, jika ibu senang berbicara,
tersenyum, dan tidak dalam keadaan nyeri, pengkajiaan komprehensif dari kepala ke
kaki haru dilakukan. Jika ibu mengeluh dan menggerutu dan memberi tahu bahwa
bayinnya akan lahir, pengkajian dapat meliputi pemeriksaan dalam dan menghubungi
bidan saat mempersiapkan segala sesuatu untuk proses melahirkan.
Jika perawat menerima telepon yang memberi tahu perawat bahwa pasien akan
datang, anda harus mulai mengumpulkan data dengan meninjau rekam medis prenatal
pasien. Data tembahan dapat dikumpulkansetelah pasien tiba, jika waktu
memungkinkan, melalui skrining fisik, psikologis,dan sosial. Waktu yang dibutuhkan
untuk melengkapi dan mendokumentasikan pengkajian dapat bergantung pada
protocol rumah sakit. Kemudian, rencana perawatan dikembangkan berdasarkan
diagnose medis, diagnose keperawatan, dan kebutuhan yang diungkapkan pasien.
Rencana keperawatan ini harus dievaluasi dan direvisisecara kontinu untuk
menggambarkan perubahan kebutuhan pasien.