OLEH :
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
I.3 TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tentang KEK dengan
mengkaji pengertiannya, indikator KEK, orang ynag berisiko terkena KEK, faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK,dampak yang ditimbulkan oleh KEK pada
Bumil, pencegahannya serta penilaian status gizi Bumil.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi Kekurangan Energi Kronik
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita atau
ibu mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada wanita atau ibu
hamil .
II.2 Indikator KEK
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm. Ibu hamil
yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal
atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
wanita usia subur (15-49 tahun) dengan LILA < 23.5 cm (berisiko KEK)
Ibu hamil dengan kadar Hb <10 g/dl mempunyai risiko 2.25 kali lebih tinggi
untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar Hb
di atas 10 g/dl , dimana ibu hamil yang menderita anemia berat mempunyai risiko
untuk melahirkan BBLR 4.2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi dan ibu
yang tdak anemia berat.
Kondisi anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil
mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara
lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran
premature dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Hasil survey menunjukkan
bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen,dan
pada ibu nifas 45 persen. Sedangkan prevalensi wanita usia subur (WUS)
menderita KEK pada tahun 2002 adalah 17,6 persen. Tidak jarang kondisi anemia
dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus
lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu.Malnutrisi
bukan hanya melemahkan fisik dan membahayakan jiwa ibu, tetapi juga
mengancam keselamatan janin. Ibu yang bersikeras hamil dengan status gizi
buruk, berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah 2-3 kali lebih besar
dibandingkan ibu dengan status gizi baik, disamping kemungkinan bayi mati
sebesar 1.5 kali.
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS) umur
15-49 tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil
pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa
besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR. Indikator Kurang
Energi Kronik (KEK) menggunakan standar LILA <23,5cm. Dari hasil survei BPS tahun
2000-2005 gambaran risiko KEK yang diukur berdasarkan LILA menurut kelompok
umur menunjukkan bahwa persentase wanita usia subur dengan LILA < 23.5 cm
(berisiko KEK) umur 15-49 tahun rata-rata adalah 15.49.
Penelitian Saraswati dan Sumarno (1998) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan
kadar Hb <10 g/dl mempunyai risiko 2.25 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar Hb di atas 10 g/dl , dimana ibu hamil yang
menderita anemia berat mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR 4.2 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan ibu yang tdak anemia berat.
Berat badan (BB) sebelum hamil dan perubahan BB selama kehamilan berlangsung
merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksi berat badan lahir bayi.
Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan berat badan rendah
sebelum hamil, atau kenaikan berat badan tidak cukup banyak pada saat hamil cenderung
melahirkan bayi BBLR (Sayogo, 1993).Menurut Husaini kenaikan berat badan yang
dianggap baik untuk orang Indonesia ialah 9 kg. kenaikan berat badan ibu tidak sama,
tetapi pada umumnya kenaikan berat badan tertinggi adalah pada umur kehamilan 16 – 20
minggu, dan kenaikan yang paling rendah pada 10 minggu pertama kehamilan.Hasil
penelitian di Bogor, menunjukkan bahwa kenaikan berat badan pada trisemester pertama
adalah 1,0 kg, pada trisemester kedua 4,4 kg, dan pada trisemester ketiga 3,8 ketiga 3,8
kg (Husaini, dkk, 1986).Saat kehamilan tubuh wanita mengalami perubahan khususnya
genitalia ekstema, interna dan mammae. Berat badan akan naik 6,5 – 16,5 kg terutama
pada kehamilan 20 minggu terakhir (2 kg/bulan).
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung
lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK.
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.
III.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Hamam. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasi Nya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional.
Hidayanti, Healthy. 2006. Status Gizi Ibu Hamil dan Kejadian BBLR. Makassar : FKM
UH.
Lubis, Zulhaidah. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang
Dilahirkan. zulhaida@.telkom.net. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2009.
Nurdiati, Detty Siti dkk. Concurrent prevalence of chronic energy deficiency and obesity
among women in Purworejo, Central Java, Indonesia.
http://www.unu.edu/unupress/food/fnb19-4.pdf#page=31. Diakses pada tanggal 11
Oktober 2009.
Susilowati. 2008. Dampak Anemia dan Kekurangan Energi Kronik pada Ibu Hamil.
www.eurekaindonesia.org/dampak-anemia-dan-kekurangan-energi-kronik-pada-
ibu-hamil/. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2009