Anda di halaman 1dari 189

KELOMPOK 1

KEBUTUHAN NUTRISI DENGAN GANGGUAN


ANEMIA, PREEKLEMPSIA, DAN HIPEMERESIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Sering kali kita temukan banyak ibu hamil meninggal atau bayi
meninggal dikarenakan kekurangan gizi pada masa kehamilan. Masa
kehamilan merupakan masa dimana seorang wanita memerlukan berbagai
unsur gizi yang  jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan
normal. Jika ibu mengalami kekurangan gizi akan menimbulkan masalah baik
pada ibu maupun janin yang dikandungnya serta kurang gizi dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan dapat menimbulkan keguguran, cacat
bawaan, dan berat bayi rendah. Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi dan
pengawasan berat badan selama hamil merupakan suatu hal penting dalam
pengawasan kesehatan pada masa kehamilan. Apa lagi ibu hamil yang
mengalami berapa gangguan penyakit sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi baik untuk ibu maupun untuk janinnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan gangguan anemia?
2. Bagaimana kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan gangguan Preeklempsia?
3. Bagaimana kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan gangguan Hipemeresis?

1.3. Tujuan
Agar Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami kebutuhan nutrisi ibu
hamil dengan gangguan anemia, preeklempsia, dan hipemeresis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebutuha Nutrisi Ibu Hamil Dengan Gangguan Anemia

A. Pengertian Anemia

Sumber : https://aladokter.com/tips-mencegah-anemia-pada-ibu-hamil/

Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau
konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak
mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013). Menurut
Adriyani (2012) anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar
hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk
kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Anemia gizi adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal
sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam
produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal.
Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi
sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu. Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin
dalam darah hingga 30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya bertambah 19%.
Akibatnya, frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi.
B. Etiologi Anemia Defisiensi Besi
Menurut Irianto (2014) etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu
gangguan pencernaan dan absorpsi, hipervolemia, menyebabkan terjadinya
pengenceran darah, kebutuhan zat besi meningkat, kurangnya zat besi dalam
makanan, dan pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan
plasma.

C. Faktor-faktor yang memengaruhi anemia ibu hamil


1) Faktor dasar
a) Sosial dan ekonomi
Kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi ekonomi di suatu
daerah dan menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang dilakukan
oleh masyarakat. Misalnya, kondisi sosial di pedesaan dan perkotaan
memiliki pola konsumsi pangan dan gizi yang berbeda. Kondisi ekonomi
seseorang sangat menentukan dalam penyediaan pangan dan kualitas
gizi. Apabila tingkat perekonomian seseorang baik maka status gizinya
akan baik dan sebalinya (Irianto, 2014).
b) Pengetahuan
Ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang baik berisiko mengalami
defisiensi zat besi sehingga tingkat pengetahuan yang kurang tentang
defisiensi zat besi akan berpengaruh pada ibu hamil dalam perilaku
kesehatan dan berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi dikarenakan ketidaktahuannya dan dapat berakibat
anemia (Wati, 2016).
c) Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi
pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu
hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah
gizi dan kesehatan keluarga. (Nurhidayati, 2013).
d) Budaya
Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan pangan yang
biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola
pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang didasarkan kepada
kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia, misalnya pada ibu
hamil, ada sebagian masyarakatyang masih percaya ibu hamil tidak boleh
makan ikan (Budiyanto, 2003 dalam Ariyani, 2016).
2) Faktor tidak langsung
a) Frekuensi Antenatal Care (ANC)
Pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan dalam
memelihara kehamilannya. Hal ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi
dan mengatahui masalah yang timbul selama masa kehamilan sehingga
kesehatan ibu dan bayi yang dikandung akan sehat sampai persalinan.
Pelayanan Antenatal Care(ANC) dapat dipantau dengan kunjungan ibu
hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Standar pelayanan kunjungan
ibu hamil paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1 kali pada triwulan
pertama (K1), 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga
(K4). Kegiatan yang ada di pelayanan Antenatal Care (ANC) untuk ibu
hamil yaitu petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang informasi
kehamilan seperti informasi gizi selama hamil dan ibu diberi tablet tambah
darah secara gratis serta diberikan informasi tablet tambah darah tersebut
yang dapat memperkecil terjadinya anemia selama hamil (Depkes RI, 2009).
b) Paritas
Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau
mati, tetapi bukan aborsi (Nurhidayati, 2013). semakin sering seorang
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka semakin banyak
kehilangan zat besi dan semakin menjadi anemia (Fatkhiyah, 2018). c)
Umur ibu Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur
20-35 tahun dan pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan
serta memiliki reproduksi yang sehat.
c) Umur ibu
Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-35
tahun dan pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan serta
memiliki reproduksi yang sehat Hal ini terkait dengan kondisi biologis dan
psikologis dari ibu hamil. Sebaliknya pada kelompok umur < 20 tahun
beresiko anemia sebab pada kelompok umur tersebut perkembangan
biologis yaitu reproduksi belum optimal. Selain itu, kehamilan pada
kelompok usia diatas 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko tinggi.
Wanita hamil dengan umur diatas 35 tahun juga akan rentan anemia. Hal ini
menyebabkan daya tahun tubuh mulai menurun dan mudah terkena berbagai
infeksi selama masa kehamilan (Fatkhiyah, 2018).
d) Dukungan suami
Dukungan informasi dan emosional merupakan peran penting suami,
dukungan informasi yaitu membantu individu menemukan alternative yang
ada bagi penyelesaian masalah, misalnya menghadapi masalah ketika istri
menemui kesulitan selama hamil, suami dapat memberikan informasi
berupa saran, petunjuk, pemberian nasihat, mencari informasi lain yang
bersumber dari media cetak/elektronik, dan juga tenaga kesehatan; bidan
dan dokter. Dukungan emsional adalah kepedulian dan empati yang
diberikan oleh orang lain atau suami yang dapat meyakinkan ibu hamil
bahwa dirinya diperhatikan (Anjarwati, 2016).
3) Faktor langsung
a) Pola konsumsi
Pola konsumsi adalah cara seseorang atau kelompok orang dalam memilih
makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi,
psikologi budaya dan social (Waryana, 2010). Kejadian anemia sering
dihubungkan dengan pola konsumsi yang rendah kandungan zat besinya
serta makanan yang dapat memperlancar dan menghambat absorbsi zat
besi (Bulkis, 2013).
b) Infeksi
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu
umumnya adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan
terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya
eritrosit. Cacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung,
namun sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing
akan menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan anemia
defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia (Nurhidayati,
2013).
c) Pendarahan
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi
dan pendarahan akut bahkan keduanya saling berinteraksi. Pendarahan
menyebabkan banyak unsur besi yang hilang sehinggga dapat berakibat
pada anemia (Bulkis, 2013).

D. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi pada ibu hamil


Pada umumnya telah disepakati bahwa tanda-tanda anemia akan jelas
apabila kadar hemoglobin (Hb) <7gr/dl. Gejala anemia dapat berupa
kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, pucat-pucat, perubahan
jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah,
disphagia, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, gangguan
penyembuhan luka, dan pembesaran kelenjar limpa (Irianto, 2014).

E. Macam-Macam Anemia
1) Anemia defisiensi besi
Anemia gizi besi (AGB) adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain di dalam
tubuh terganggu (Adriani, 2012). Defisiensi zat besi terjadi saat jumlah zat
besi yang diabsorbsi tidak dapat mencukupi kebutuhan tubuh. Secara umum,
ada tiga penyebab AGB yaitu kekurangan intake zat besi dari makanan
(ikan, daging, hati, dan sayuran hijau tua), meningkatnya kebutuhan tubuh
akan zat besi yaitu pada masa pertumbuhan dan kehamilan, asupan pada
penderita penyakit menahun, serta meningkatnya pengeluaran zat besi dari
tubuh karena perdarahan, cacingan, dan menstruasi (Proverawati, 2010).
2) Anemia defisiensi asam folat (Megaloblastik)
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya berlipat
dua ketika kehamilan. Kekurangan asam folat mengakibatkan peningkatan
kepekaan, lelah berat, dan gangguan tidur. Kekurangan asam folat yang
besar mengakibatkan anemia megaloblastik atau megalositik karena asam
folat berperan dalam metabolism normal makanan menjadi energi,
pematangan sel datah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel, dan
pembentukan heme. Gejala anemia megaloblastik adalah diare, depresi,
lelah berat, ngantuk berat, pucat, dan perlambatan frekuensi nadi (Arisman,
2010).
3) Anemia defesiensi B12 (Perniciosa)
Anemia dengan disertai dengan rasa letih yang parah merupakan akibat dari
defesiensi B12. Vitamin ini sangat penting dalam pembentukan RBC (sel
darah merah). Anemia perniciosa biasanya tidak disebabkan oleh
kekurangan vitamin B12 dalam makanan, melainkan ketidaksediaan faktor
intrinsik yaitu sekresi gaster yang diperlukan untuk penyerapan vitamin
B12. Gejala anemia ini yaitu rasa letih dan lemah yang hebat, diare, depresi,
mengantuk mudah tersinggung dan pucat (Arisman, 2010).

D. Klasifikasi Anemia
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menunjukkan status anemia ibu
hamil didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3
kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-9 gr/dl) dan anemia
berat (<8gr/dl).
Untuk menentukan apakah seseorang menderita anemia atau tidak,
umumnya digunakan nilai-nilai normal yang tercantum dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.736a/Menkes/XI/1989, yaitu nilai batas normal
hemoglobin bagi ibu hamil yaitu ≥11 g/dl. Jika kadar hemoglobin (Hb)
turun di batas nilai normal, maka akan menimbulkan anemia (Depkes RI,
2008). Ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin (Hb) dibawah
11,0 g/dl (Kemenkes RI, 2013).

F. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan


Anemia menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh
tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko
kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan
angka kematian perinatal meningkat. Disamping itu, perdarahan antepartum
dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan lebih
sering berakibat fatal sebab wanita yang anemia tidak dapat mentolerir
kehilangan darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur,
gangguan proses persalinan (perdarahan), gangguan masa nifas (daya tahan
terhadap infeksi dan stres kurang produksi ASI rendah), dan gangguan pada
janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, cacat bawaan, BBLR, kematian
perinatal, dan lain-lain) (Irianto, 2014).

F. Cara Pencegahan Anemia


Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang
dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat
besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging
merah) seperti daging sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran
berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong,
serta kacang-kacangan.
Gambar 1.1 (sumber :
https://www.bola.com/manfaat
-bayam-bagi-kesehatan-ada-
juga-risiko-yang-perlu-
diwaspadai )

Gambar 1.2 (Sumber


https://putratani.com/jenis-
kacang-kacangan-dan-
manfaatnya/
Gambar 1.3 (sumber : https://panenmart.com/belanja/produk/17/Buncis )
Selain itu, diimbangi dengan pola makan sehat dengan mengonsumsi vitamin
serta suplemen penambah zat besi untuk hasil yang maksimal (Irianto, 2014).
Menurut Arisman (2010), pencegahan anemia defisiensi zat besi dapat
dilakukan dengan 4 pendekatan yaitu:
1) Pemberian tablet atau suntikan zat besi.
2) Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat
besi melalui makanan.
3) Pengawasan penyakit infeksi.
4) Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi.

G. Cermat Mengenali Gejala Anemia

Ibu hamil memerlukan lebih banyak sel darah untuk mendukung perkembangan
janin. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kebutuhan ini tidak mencukupi,
sehingga oksigen yang disalurkan pada jaringan tubuh dan janin menjadi terbatas.

Yang perlu dicermati adalah, kadang-kadang gejala anemia pada ibu hamil juga
tampak mirip dengan gejala kehamilan yang umumnya dialami. Apalagi anemia
ringan mungkin tidak menimbulkan gejala yang jelas.

Jika anemia semakin parah, kemungkinan ibu hamil akan merasakan beberapa
gejala seperti:

 Cepat lelah dan merasa lemah


 Kulit tampak pucat
 Denyut jantung tidak teratur
 Sesak napas
 Nyeri dada dan sakit kepala.

Selain itu ada beberapa gejala yang jarang terjadi, di antaranya:

 Merasa gatal-gatal
 Perubahan pada indera perasa
 Rambut rontok
 Telinga berdenging
 Sariawan di pinggir mulut.

Untuk memastikan diagnosis anemia pada ibu hamil, maka perlu dilakukan tes
darah. Pemeriksaan darah umumnya dilakukan pada pemeriksaan kehamilan yang
pertama, kemudian dilakukan satu kali lagi selama kehamilan.

H. Faktor yang meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil

Anemia dapat terjadi pada siapa pun, tapi ibu hamil termasuk orang yang paling
rentan mengalaminya.

Semua wanita hamil berisiko mengalami anemia. Anemia disebabkan oleh tubuh
yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pasokan darah, zat besi, dan asam folat
yang lebih banyak dari biasanya semasa kehamilan.

Anemia juga paling berisiko pada ibu hamil yang memiliki kondisi berikut:

 Sedang hamil kembar. Semakin banyak bayi yang dikandung, semakin


banyak darah yang dibutuhkan.
 Dua kali hamil dalam waktu berdekatan.
 Muntah dan mual di pagi hari (morning sickness).
 Hamil di usia remaja.
 Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat.
 Sudah memiliki anemia sejak sebelum hamil.

I.Cara mendiagnosis anemia pada ibu hamil

Risiko anemia pada ibu hamil dapat dicari tahu lewat tes darah saat cek
kandungan di trimester pertama. Tes ini juga sangat disarankan bagi setiap ibu
hamil yang berisiko atau tidak pernah menunjukkan gejala anemia pada awal
kehamilannya.
Tes darah biasanya meliputi tes hemoglobin (mengukur jumlah Hb dalam darah)
dan tes hematokrit (mengukur persentase sel darah merah per sampel).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC di Amerika Serikat mengatakan
ibu hamil dikatakan memiliki anemia jika kadar hemoglobinnya (Hb) pada
trimester pertama dan ketiga kurang dari 11 gr/dL atau hematokritnya (Hct)
kurang dari 33 persen.
Sementara anemia pada ibu hamil di trimester kedua terjadi ketika kadar Hb
kurang dari 10,5 g/dL atau Hct kurang 32 persen setelah dites.
Dokter Anda mungkin akan perlu menjalankan tes darah lain untuk memastikan
apakah anemia pada ibu saat hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi atau
karena penyebab lain.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan setiap ibu hamil
menjalani tes darah, termasuk cek kadar Hb.
Idealnya satu kali saat pemeriksaan kandungan pertama di trimester kedua dan
sekali lagi pada trimester ketiga. Ini untuk mengetahui apakah Anda mengalami
anemia yang kerap terjadi pada ibu hamil.
Dokter kandungan nantinya mungkin juga merujuk Anda ke ahli hematologi,
dokter spesialis masalah dan penyakit darah. Hematolog dapat membantu dan
mengendalikan anemia pada ibu hamil.

2.2 Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Dengan Gangguan Preeklampsia

A. Pengertian
Sumber gambar : https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/penyebab-
preeklampsia-pada-ibu-hamil/
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bias menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan,
dan masanifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.Pre-eklampsia dalam
kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bias
lebih awal terjadi.
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan
edema yang ditimbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola
hidatidosa (prawirohardjo, 2005).
Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbulpada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan edema
yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (muchtar,
1998).

B. Etiologi

Penyebab preeklamsi saat ini belum dapat diketahui secara pasti, walaupun
penelitian dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Semuanya baru
didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah
sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang
diasumsikan pada teori. Adapun teori tersebut antara lain :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklamsi dan eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga terjadi penurunan prostasiklin yang pada kehamilan normal
meningkat, aktivasi pengumpalan dan fibionalisis, yang kemudian akan
diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III,
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan (TXA2) dan serotinin, sehingga terjadi vasospasme dan
kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukkan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan
berikutnya. Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang
mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklamsi ; beberapa
wanita dengan preeklamsi mempunyai komplek imun dalam serum,
beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada
preeklamsi diikuti proteiuri.
3. Faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
preeklamsi antara lain :
a. Preeklamsi hanya terjadi pada manusia
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada
anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsi
c. Kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan pada ipar mereka
d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor – faktor tersebut antara
lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor resiko
terjadinya preeklamsi, preeklamsi umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama
kali, kehamilan di usia remaja, dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor
resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum
kehamilan, riwayat mengelami preeklampsia sebelumnya, riwayat preeklampsi
pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang
bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal lupus atau rematoid arthritis.

C. Pencegahan Pre Eklampsi


1. Diet Makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah
lemak. Kurangi garam bila berat bannndan bertambah atau edema.Untuk
meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.

Gambar 2.1 ( Sumber : https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/10-


makanan-sumber-protein-tinggi/ )
Gambar 2.2 (sumber : https://www.halodoc.com/awas-makanan-ini-
mengandung-karbohidrat-tinggi)

2. Cukup Istirahat
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja
seperlunya. Disesuaikan dengan kemampuan lebih banyak duduk, atau
berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak
mengalami gangguan.

D. Tujuan Diet
 Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
 Mencapai dan mempertahankan tekanandarah normal
 Mencegahataumengurangitekanandarahtinggi
 Mencapaikeseimbangan Nitrogen
 Menjaga agar penambahanberatbadantidakmelebihi normal
 Mengurangi atau mencegah timbulnya factor risiko lain atau penyulit baru
pada saat kehamilan atau setelah melahirkan.

E. . Syarat Diet
Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan
diberikan secara berangsur-angsur sesuai dengan kemampuan pasien
menerima makanan. Penambahan energy tidak lebih dari 300 kkal dari
makanan diet sebelum hamil.
Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringan nyaretensi garam atau
air.Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg / bulan atau dibawah 1
kg / minggu.
 Protein tinggi (1 setengah g/kg berat badan)
 Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan
tidak jenuh ganda.
 Vitamin cukup ;vit.Cdan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
 Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien.
 Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
 Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria cairan di
batasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah,
keringat dan pernafasan.

F. Macam-macam diet dan Indikasi pemberian

Diet preeklampsia I
Diberikan pada p asien preeclampsia berat. Diet ini diberikan sebagai
makanan perpindahan dari preeclampsia I atau kepada pasien yang tidak
begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai
diet rendah garam I. makanan ini cukup energy dan zat gizi lainnya.

Diet preeklamsia II
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeclampsia I makanan ini
juga tidak begitu berat dan makanannya berbentuk lunak dan diberikan
sebagai diet rendah garam.

Diet preeclampsia III


Diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklamsia II atau kepada
pasien preeklamsiaringan. Makanan ini mengandung protein tinggi, dan
garam rendah, dibearikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini
cukup semua zat gizi. Karena jumlah energinya sesuai dengan kenaikan
berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

G. Nilai Gizi
Diet preeklampsi I
 Energi 1032, 1604, 2128 (kkal)
 Protein 20, 56, 80 (gram)
 Lemak 19, 44, 63 (gram)
 Karbohidrat 211, 261, 305 (gram)
 Kalsium 500, 600, 800 (mg)
 Besi6.9 , 17.3 , 24.2 (mg)
 Vitamin A 750, 2796, 3035 (RE)
 Tiamin0.5 , 0.8 , 1.0 (mg)
 Vitamin C 246, 212, 213 (mg)
 Natrium 228, 248 (mg)

F. Bahan makanan dan waktu pemberian makanan preeklamsi I

Bahan makanan Jumlah berat (g)

Beras 3 gelas / tim 4 gelas 150 / 200 gram

Telur 1 butir 50 gram

Tempe 2 potong / 4 potong sedang 50 / 100 gram

Sayuran 2 gelas 200 gram

Daging 2 potong sedang 100 gram

Sari buah atau buah 5/4 potong 1000 / 400 gram

Gula pasir 8 sdm / 3 sdm 80 / 30 gram

Minyak nabati 1/2 stengah sdm 15 / 25 gram

*Susu bubuk 5/10 sdm 15/50/75 gram


*)susu khusus ibu hamil

F. Gejala Preeklamsia

Preeklamsia umumnya berkembang secara bertahap. Tanda dan gejala yang akan
muncul seiring dengan perkembangan preeklamsia adalah:

 Tekanan darah tinggi (hipertensi)


 Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin)
 Sakit kepala berat atau terus-menerus
 Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap
cahaya
 Nyeri di perut kanan atas
 Sesak napas
 Pusing, lemas, dan tidak enak badan
 Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
 Mual dan muntah
 Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain
 Berat badan naik secara tiba-tiba

G. Penyebab Preeklamsia

Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, ada
dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi
plasenta, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.

Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan timbulnya reaksi


yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Akibatnya, timbul
gangguan pada ibu hamil dan janin.

Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah faktor berikut ini dinilai dapat
memicu gangguan pada plasenta:
 Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit autoimun, dan gangguan darah
 Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
 Baru pertama kali hamil
 Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
 Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
 Mengandung lebih lebih dari satu janin
 Mengalami obesitas saat hamil, yang ditandai dengan indeks massa tubuh
(IMT) ≥30 kg/m2
 Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung (in
vitro fertilization)
 Ada riwayat preeklamsia dalam keluarga

2.3 Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil dengan Gangguan Hiperemisis


A. Pengertian

Sumber : https://tirto.id/beda-hiperemesis-gravidarum-hg-morning-sickness-
pada-ibu-hamil-ec25

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada


wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk,karena terjadi dehidrasi (Mochtar,1998)
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan
pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009)

Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga


menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan
hidupnya. (Manuaba, 2001).

B. Etiologi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti

Beberapa faktor predisposisi yang ditemukan :

1. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda


hal ini menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan,
karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan
2. Faktor organik,karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari
pihak ibu tehadap perubahan ini.Alergi juga disebut sebagai salah satu
faktor organik karena sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap
anak.
3. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini
walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum
diketahui dengan pasti,takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental
yang dapat memperberat mual dan muntah. Tidak jarang dengan
memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi
frekuensi muntah klien.

C. Diet Hiperemesis Gravidarum


Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan
glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan
makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.

1. Syarat Diet
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranyanadalah:

a) Karbohidrat tinggi
b) Lemak rendah
c) Protein sedang
d) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
e) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan
sering dalam porsi kecil
f) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada
makan malam dan selingan malam
g) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

3) Macam-macambDiet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
a)bDietbHiperemesisbI
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum
berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi
bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di
dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b)nDietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan.
Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
c)nDietbHiperemesisbIII
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan.
Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan
semua zat gizi.

4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III


adalah:

a) Roti panggang, biskuit, crackers

Sumber : https://www.tokomesin.com/resep-cara-membuat-roti-bakar-dengan-
teflon-di-rumah.html

b) Buah segar dan sari buah

Sumber : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3519011/kelebihan-buah-
segar-dibanding-jus-buah
c) Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer

Sumber : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3519011/kelebihan-buah-
segar-dibanding-jus-buah

5) Makanan yang tidak dianjurkan


Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah
makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam.
Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat
tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidakbdianjurkan.

D. Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum


a. Gravida
Faktor presdisposisi yang sering ditemukan sebagai penyebab hiperemesis
gravidarum adalah pada primigravida (Prawihardjo, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian hiperemesis
gravidarum lebih sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal
ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami
kehamilan pertama (Nining, 2009).
Hiperemesis gravidarum terjadi 60-80% pada primigravida dan 40-60% pada
multigravida (Arief.B, 2009).
b. Pendidikan
Kejadian hiperemesis pada ibu hamil lebih sering terjadi pada ibu hamil yang
berpendidikan rendah (Prawihardjo, 2005).
Secara teoritis, ibu hamil yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih
memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya (Saifuddin, 2002).
c. Riwayat Kehamilan
Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah pada mola hidatiodosa
dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan (Prawihardjo, 2005).
d. Riwayat Penyakit Ibu
Penyebab hiperemesis gravidarum lainnya adalah faktor endokrin seperti
hipertiroid, diabetes dan lain-lain (Prawihardjo, 2005).
Hipertiroid pada kehamilan (morbus basodowi) adalah hiperfungsi kelenjar
tiroid ditandai dengan naiknya metabolism basal 15-20 %, kadang kala diserta
pembesaran ringan kelenjar tiroid. Penderita hipertiroid biasanya mengalami
gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau
timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan seperti hiperemesis
gravidarum.

E. Gejala Hiperemesis Gravidarum

Gangguan yang menyebabkan mual dan muntah yang parah tersebut biasanya
terjadi selama trimester pertama kehamilan. Seorang wanita mungkin mengalami
hiperemesis gravidarum jika ibu hamil tersebut mengalami muntah, seperti:

 Lebih dari tiga hingga empat kali sehari.


 Terlalu sering muntah, sehingga berat menurun lebih dari 4 kilogram.
 Selalu merasa pusing.
 Mengalami dehidrasi.

F. Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum


Faktor risiko adalah sesuatu yang dapat meningkatkan peluang seseorang terkena
penyakit atau kondisi. Faktor risiko tidak selalu berarti orang tersebut dipastikan
terkena kondisi tersebut, tetapi kemungkinan terserangnya meningkat. Dalam
kasus hiperemesis gravidarum, faktor risiko yang dapat meningkatkannya adalah:

 Pernah mengalami hiperemesis gravidarum selama kehamilan sebelumnya.


 Kelebihan berat badan.
 Memiliki kehamilan ganda.
 Hamil untuk pertama kali.
 Mengidap trofoblas, penyakit yang melibatkan pertumbuhan sel-sel
abnormal di dalam rahim.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan ibu sebelum dan selama
hamil mempengaruhi status gizi ibu dan bayi. Pertumbuhan dan
perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu, karena
kebutuhan gizi janin berasal dari ibu. Bahan pangan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil harus meliputi enam kelompok, yaitu
makanan yang mengandung protein, baik hewani maupun nabati, susu dan
olahannya, sumber karbohidrat baik dari roti ataupun biji-bijian, buah dan
sayur yang tinggi kandungan vitamin C, sayuran berwarna hijau tua, serta
buah dan sayur lain.

3.2 Saran
Agar ibu selalu dalam keadaan sehat dan janin yang dikandung dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik, maka sebaiknya para ibu hamil dapat
memenuhi semua nutrisinya selama hamil.

DAFTAR PUSTAKA
Poltekkes Kemenkes Jogja. [Online] Tersedia di :
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1006/4/4.%20Chapter2.pdf diakses pada 18
Mei 2020.

Verra Septiani. Diet Pada Preeklamsi Dan Eklamsi. [Online] Tersedia di :


https://www.academia.edu/19237353/DIET_PADA_PREEKLAMSI_DAN_E
KLAMSI diakses pada 18 Mei 2020.

Kusuma Firdha. Hiperemesis Gravidarum. [Online]. Tersedia di :


https://www.academia.edu/9798807/HIPEREMESIS_GRAVIDARUM di
akses pada 18 Mei 2020.
KELOMPOK 2
NUTRISI PADA IBU MENYUSUI

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Gizi ibu menyusui adalah makanan sehat selain obat yang mengandung
protein, lemak,mineral, air dan karbohidrat yang dibutuhkan oleh ibu menyusui
dalam jumlah tertentu selama menyusui. Masa postpartum merupakan masa
pemulihan karena merupakan faktor penunjang yang utama produksi ASI
sehingga apabila gizi tidak terpenuhi akan menghambat produksi ASI dan dapat
mempengaruhi komposisi serta asupan nutrisi untuk bayi baru lahir. Ibu menyusui
memiliki kebutuhan yang banyak akan asupan gizi yang terkandung di dalam
setiap makanan yang di konsumsinya dengan memperhatikan kebutuhan yang di
perlukan oleh tubuhya. Pendidikan tentang gizi amat penting diberikan untuk
memberikan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahuinya, sehingga dengan
demikian pola makannya akan lebih diperhatikan melelui penyusunan menu
seimbang yang di anjurkan dalam pemenuhan kecukupan gizinya. Selain dengan
pendidikan, advokasi bisa kita lakukan pada ibu menyusui. Agar terciptanya suatu
dorongan yang mendasar akan pentingnya gizi pada Ibu ataupun untuk bayinya.
Dengan melihat pemaparan diatas, muncullah sebuah keinginan tentang
pembuatan makalah mengenai “Gizi Pada Ibu Menyusui” yang berisikan tentang
status kebutuhan asupan gizi ibu menyusui, pengaruh gizi pada sukses menyusui,
dan cara memberikan pendidikan gizi. Selain itu, makalah ini juga merupakan
salah satu tugas dari mata kuliah Gizi dalam Kesehatan Reproduksi.

A. Tujuan
Pembuatan makalah tentang Gizi Pada Ibu Menyusui ini, bertujuan untuk :
1) Agar mahasiswa dapat mengetahui status kebutuhan asupan gizi yang harus
diperhatikan untuk ibu menyusui.

2) Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh status gizi ibu pada kesuksesan
pemberian ASI.

3) Agar mahasiswa dapat mengetahui cara untuk memberikan pendidikan gizi


pada ibu menyusui
BAB II

PEMBAHASAN

A.Status Gizi Ibu Menyusui


Status gizi ibu memberikan peranan yang penting terhadap kuantitas dan
kualitas produksi ASI. Misalnya jika ibu kekurangan kalsium akan menyebabkan
kebutuhan kalsium bayi diambil dari cabang kalsium pada jaringan ibu. Jika hal
ini dibiarkan terus berlanjut maka akan mengakibatkan ibu mengalami
osteophorosis dan kerusakan gigi. Kuantitas produksi ASI di pengaruhi oleh
keadaan gizi ibu, ibu dengan gizi baik akan memproduksi ASI sekitar 600 - 800
ml pada bulan pertama, sedangkan ibu dengan gizi kurang hanya memproduksi
ASI sekitar 500 - 700 ml Status gizi ibu menyusui di pengaruhi oleh prinsip, dan
faktor yang mesti diperhatikan dalam pemenuhannya.

a. Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui


Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu,
yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI
berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus
otot serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat
dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin
pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayinya.

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI

a.Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang diproduksi per hari.
b.Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20
gram protein sehari.
c.Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan
kecuali jika kekurangan satu atau lebih zat gizi.
d.Aktivitas.
e.Psikologi
f.Kesehatan
g.Pengetahuan dan Pendidikan tentang pantangan, kesukaan, kebutuhan
h.Sosial ekonomi
i.Bayi tidak mau menyusui
j.Masalah pada payudara

c. Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui


Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air
susu dan jumlah nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh
tambahan zat makanan 800 Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan
untuk aktivitas ibu itu sendiri.

d. Kebutuhan Gizi Pada Ibu Menyusui


Kebutuhan gizi pada ibu yang sedang menyusui sangatlah harus
dipertimbangkan karena menyangkut gizi anak sebelum lahir dan semasa bayi.
Selain itu, ibu yang memiliki gizi yang cukup juga dapat membantu pemulihan
yang lebih cepat pasca persalinan. Selain itu, produksi ASI juga dapat bertambah.
Apabila gizi ibu tidak di penuhi dengan baik semasa hamil dan menyusui tentu
akan menimbulkan dampak negative terhadap status gizi ibu, kesehatan ibu dan
anak karena ASI yang akan dihasilkan akan berkualitas rendah. Untuk menjaga
kualitas dan jumlah ASI, ibu menyusui disarankan untuk mengonsumsi sekitar
2000 -2500 kalori per hari, banyak minum air putih, dan istirahat yang cukup.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ibu menyusui perlu mengonsumsi beragam
jenis makanan dengan gizi seimbang.

Zat gizi yang dibutuhkan antara lain:


1) Energi
Karena kondisi ibu yang sedang hamil, maka membutuhkan tambahan
masukan energi untuk mencukupi kebutuhan untuk ibu dan janin. Untuk itu
dibutuhkan sebesar 700 kkal/jari (6 bulan pertama menyusui). Untuk 6 bulan
kedua dibutuhkan sekitar rata-rata 500 kkal/ hari dan pada tahun kedua dianjurkan
tambahan sebanyak 400 kkal/hari.

2) Protein
Tambahan protein dibutukan sebesar 16 g/hari untuk 6 bulan pertama. Pada 6
bulan kedua dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan untuk tahun kedua
dibutuhkan sebesar 11g/hari.

3) Zat besi
Terdapat sebanyak 0,3 mg/ hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karna itu
perlu ditambahkan dengan basal loss sehari-hari. Rata-rata kebutuhan zat besi
untuk 6 bulan pertama menyusui adalah 1,1 mg/hari. Sehingga memerlukan
tambahan zat besi sebesar 5 mg/ hari.

4) Kalsium
Diperlukan tambahan dalam jumlah yang cukup besar sekitar 400 mg, karena
dalam proses produksi ASI, tubuh juga menjaga konsenterasi kalsiun dalam ASI
relative konstan baik dalam kondisi intake kalsium cukup atau kurang. Jika intake
kalsium tidak mencukupi maka kebutuhan kalsium dalam produksi ASI akan
diambil dari deposit yang ada pada tubuh ibu, termasuk dalam tulang.

5) Vitamin D
Penting untuk kesehatan gigi dan pertumbuhan tulang.
a) Vitamin B-6
Memetabolisme lemak dan protein, memfasilitasi pertumbuhan sel,
mendukung syaraf dan sistem kekebalan. Vitamin B-6 sangat
dibutuhkan bagi produksi sel darah merah dan putih.
b) Folic Acid (Asam folat)
Mensintesis DNA dan membantu dalam pembelahan sel.
c) Vitamin B-12
Mendukung sistem saraf dan produksi sel darah merah.
d) Zinc (Seng)
Mendukung sistem kekebalan tubuh yang sehat dan penting dalam
penyembuhan luka.

6) Lemak

Ibu menyusui membutuhkan tambahan lemak harian sebanyak 11 gram pada


6 bulan pertama kelahiran si kecil dan 13 gram pada 6 bulan kedua kelahiran
si kecil, sementara kebutuhan lemak harian perempuan dewasa adalah 76
gram. Namun, yang perlu dikonsumsi adalah lemak baik atau lemak tak jenuh,
seperti alpukat, salmon, kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak zaitun.

Nutrisi yang diperlukan ibu menyusui


1. Kalori

Dilansir dari American Pregnancy, ibu menyusui membutuhkan 500 kalori


lebih banyak dari yang tidak. Tapi ibu tidak perlu pusing menghitung jumlah
kalori dari makanan yang ibu konsumsi setiap harinya, karena kebutuhan kalori
setiap ibu juga berbeda. Ibu hanya perlu makan setiap rasa lapar muncul.

Dilansir dari Baby Center, ibu yang menyusui sebaiknya penuhi kebutuhan
saat perut merasa lapar. Rasa lapar yang dirasakan berhubungan langsung dengan
proses tubuh yang sedang memproduksi ASI untuk bayi. Ibu juga sebaiknya
mengonsumsi camilan sehat agar tubuh tetap berenergi. 

2. Protein

Ibu yang menyusui juga perlu mengonsumsi makanan yang tinggi akan
protein karena zat gizi ini penting untuk membangun dan memperbaiki berbagai
jaringan dalam tubuh. Protein berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan Si Kecil di awal-awal masa kehidupannya.
Selain itu, protein juga bermanfaat untuk membantu pemulihan tubuh ibu
setelah menjalani kehamilan dan persalinan. Kebutuhan protein yang diperlukan
ibu menyusui adalah sebanyak 76-77 gram per hari. Ibu bisa mendapatkan nutrisi
ini dari mengonsumsi bahan makanan hewani maupun nabati, seperti daging sapi,
daging ayam, telur, tempe, tahu, edamame, seafood, dan sebagainya.

Dilansir dari Baby Center, saat mengonsumsi ikan sebaiknya pilihlah ikan
yang baik untuk kesehatan ibu dan anak. Beberapa jenis ikan dapat memenuhi
kebutuhan DHA dan EPA, serta omega 3 yang baik untuk perkembangan otak dan
mata bayi di tahun pertama usianya. Namun sebaiknya saat ibu menyusui atau
menjalani kehamilan, hindari mengonsumsi ikan seperti mackerel yang memiliki
kandungan merkuri yang cukup tinggi.

3. Asam Lemak

Sumber utama kalori bayi berasal dari lemak. Selain sebagai sumber energi,
lemak juga bermanfaat untuk membangun jaringan otak Si Kecil. Tubuh ibu juga
membutuhkan lemak. Tapi, ibu sebaiknya mengonsumsi makanan yang
mengandung lemak tidak jenuh, dan batasi konsumsi makanan yang mengandung
lemak jenuh atau lemak trans. Selama menyusui, ibu wajib mengonsumsi
makanan tinggi asam lemak seperti ikan salmon, ikan kembung, kacang-
kacangan, daging sapi, dan lain-lain. Sumber lemak tidak jenuh, yaitu alpukat,
ikan berlemak (seperti ikan salmon), kacang-kacangan, biji-bijian, minyak zaitun,
dan minyak kanola. Sedangkan, lemak jahat yang harus Anda hindari bisa
bersumber dari makanan yang digoreng dan daging berlemak.

Selain itu, lemak yang ada dalam ikan berlemak juga mengandung turunan
lemak, yaitu asam lemak omega-3. Di mana asam lemak omega-3 ini dapat
mendukung pertumbuhan otak bayi. Anda bisa memeroleh asam lemak omega-3
dari ikan salmon, ikan tuna, ikan herring, ikan sarden, dan kacang-kacangan
(seperti kacang kenari, kanola, dan flaxseed).

Kebutuhan (AKG 2013):


1. 6 bulan pertama menyusui: 71-86 gram per hari (kebutuhannya menurun
sesuai usia ibu)

2. 6 bulan kedua menyusui: 73-88 gram per hari (kebutuhannya menurun


sesuai usia ibu)

4. Vitamin dan Mineral

Ibu yang menyusui juga perlu mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral
lebih banyak daripada biasanya, demi kebaikan ibu dan janin. Berikut jenis
vitamin dan mineral yang penting untuk pertumbuhan bayi, yaitu:

 Vitamin C. Nutrisi ini berperan penting dalam pertumbuhan bayi dan


perbaikan jaringan dalam tubuh ibu setelah melahirkan. Untuk bayi,
vitamin C membantu pertumbuhan tulang, gigi, dan produksi kolagen.
Dilansir dari National Institutes of Health Office of Dietary Supplements,
tiap bayi membutuhkan kandungan vitamin C yang berbeda tiap usianya.
Bayi dengan usia 0-6 bulan membutuhkan 40 miligram, sedangkan bayi
usia 7-12 bulan membutuhkan 50 miligram vitamin C. Jadi, tidak ada
salahnya ibu memperbanyak mengonsumsi makanan yang mengandung
vitamin C agar kebutuhan vitamin C pada bayi dapat terpenuhi dengan
baik. Ibu bisa mendapatkan vitamin C dari buah jeruk, sayur brokoli,
maupun tomat.

 Vitamin E. Manfaatnya vitamin E untuk ibu adalah membantu mencegah


ibu mengalami anemia setelah melahirkan. Sedangkan untuk Si Kecil,
kandungan antioksidan yang tinggi dalam vitamin E melindungi mata dan
paru-paru bayi dari berbagai masalah karena kekurangan oksigen.
Makanan yang kaya vitamin E, seperti kacang almond, bayam, asparagus,
dan alpukat.

 Kalsium & Zat besi. Si Kecil memerlukan kalsium untuk pembentukan


tulang dan gigi. Sementara zat besi berfungsi untuk membentuk sel darah
merah, sehingga membantu mencegah ibu mengalami anemia setelah
melahirkan. Dilansir dari University of California San Fransisco, ibu
menyusui disarankan mengonsumsi kalsium sebanyak 1.300 miligram per
hari. Sumber kalsium dapat ibu dapat dari beberapa jenis makanan, seperti
susu dan keju.

Gizi Seimabang pada Ibu Menyusui

-Gizi seimbang pada ibu menyusui dapat diartikan bahwa konsumsi makanan ibu
menyusui harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri dan untuk
pertumbuhan serta pekembangan bayinya.9

-Gizi seimbang pada saat menyusui merupakan seuatu yang penting bagi ibu
menyusui karena sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, Oleh karena itu,
pemenuhan gizi yang baik bagi ibu menyusui akan berpengauh terhadap status
gizi ibu menyusui dan juga tumbuh kembang bayinya.13

-Komponen-komponen di dalam ASI diambil dari tubuh ibu sehingga harus


digantikan oleh makan makanan yang cukup pada ibu menyusui tersebut. Oleh
karena itu, ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak  dibandingkan
dengan keadaan tidak menyusui dan masa kehamilan,  tetapi konsumsi pangannya
tetap harus beranekaragam dan jumlah serta poposinya sesuai. 9

Manfaat Gizi Seimabang pada Ibu Menyusui

1.Untuk melakukan aktivitas.


2.Melakukan berbagai proses di dalam tubuh.
3.Mengembalikan alat-alat kandungan ke keadaan sebelum hamil.
4.Sebagai cadangan dalam tubuh.
5.Sangat erat kaitannya dengan produksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan
bayi.
Jika ibu berhasil memenuhi gizi seimbang saat menyusui, maka
pertumbuhan bayi juga akan berhasil dan tubuh ibu bisa menjadi sehat dan
kuat serta kualitas dan kuantitas produksi ASI menjadi baik.

Gizi seimbang mengandung 3 zat gizi utama yaitu:

1.Zat tenaga (yang terdiri dari karbohidrat dan  lemak)


2.Zat pembangun  (yang terdiri dari protein)
3.Zat pengatur (yang terdiri dari vitamin dan mineral)

Kebutuhan Gizi Seimbang Ibu Menyusui

-Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan tidak menyusui


dan masa kehamilan.9

-Ibu dalam 6 bulan pertama menyusui membutuhkan tambahan energi sebesar


500 kalori/hari untuk menghasilkan jumlah susu normal.13

-Sehingga total kebutuhan energi selama menyusui akan meningkat menjadi 2400
kkal per hari yang akan digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas
ibu itu sendiri8 yang dalam pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 6 kali makan (3x
makan utama dan 3x makan selingan) sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang
yang dianjukan.9

Kebutuhan zat gizi lain juga akan meningkat selama menyusui, yaitu:

1. Karbohidrat

Saat 6 bulan pertama menyusui, kebutuhan ibu meningkat sebesar 65 gr per hari
atau setara dengan 1 ½ porsi nasi.8

2. Protein
Sangat diperlukan untuk peningkatan produksi air susu. Ibu menyusui
membutuhkan tambahan protein 17 gr atau setara dengan 1 porsi daging (35 gr)
dan 1 porsi tempe (50gr).

3. Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber tenaga dan berperan dalam produksi ASI serta
pembawa vitamin larut lemak dalam ASI. Kebutuhan minyak dalam tumpeng gizi
seimbang sebanyak 4 porsi atau setara dengan 4 sendok the minyak (20
gr). Lemak yang dipelukan untuk ibu menyusui yaitu lemak tak jenuh ganda
seperti omega-3 dan omega-6.8

4. Vitamin dan mineral

-Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin & mineral dari ibu hamil.8
Kadar vitamin dalam ASI sangat dipengaruhi oleh vitamin yang dimakan ibu, jadi
suplementasi vitamin pada ibu akan  menaikkan kadar vitamin ASI.

-Vitamin yang penting dalam masa menyusui adalah vitamin B1, B6, B2, B12,
vitamin A, yodium & selenium. Jumlah kebutuhan vitamin & mineral adalah 3
porsi sehari dari sayuran dan buah-buahan.

-ibu menyusui rentan terhadap kekurangan gizi. Untuk mencegahnya, Anda


memerlukan suplemen baik berupa makanan maupun vitamin dan mineral
khususnya vitamin A dan zat besi.

5.Cairan

-Ibu menyusui  sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan air susu
dengan cepat. Dianjurkan minum 2-3 liter air per hari atau lebih dari 8 gelas air
sehari (12-13 gelas sehari). Terutama saat udara panas, banyak berkeringat dan
demam sangat dianjurkan untuk minum >8 gelas sehari.
-Waktu minum yang paling baik adalah pada saat bayi sedang menyusui atau
sebelumnya, sehingga cairan yang diminum bayi dapat diganti. Kebutuhan cairan
dapat diperoleh dari air putih, susu, jus buah-buahan dan air yang tersedia di
dalam makanan.

Dampak kekurangan gizi pada ibu menyusui

Dampak kekurangan gizi bagi ibu menyusui akan mempengaruhi ibu serta
bayinya, antara lain:

1. Pada bayi 
 -Proeses tumbuh kembang terganggu
 -Daya tahan tubuh menurun sehingga bayi mudah sakit
 -Mudah terkena infeksi
 -Menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang
2. Pada ibu
 -Gangguan pada mata
 -Kerusakan gigi dan tulang
 -Mengalami kekurangan gizi dan darah
 -Kualitas ASI menurun

Dengan adanya janin dalam kandungan mama maka kebutuhan nutrisi Ibu
pun bertambah dari asupan nutrisi harian sebelum Ibu hamil, yaitu penambahan
Energi sebesar 300 kkal/hari, tentunya demikian juga dengan Ibu menyusui pun
ada penambahan asupan Energi sebesar 500 kkal/hari (AKG 2004). Selain energy,
ada beberapa zat nutrisi yang bertambah saat Ibu hamil maupun menyusui.

-Kebutuhan protein, saat Ibu hamil meningkat menjadi 67 gram/hari. Protein


sangat penting bagi Ibu untuk membantu dan membangun jaringan tubuh
sedangkan untuk janin protein sebagain komponen esensial dalam pertumbuhan
dan perkembangan Janin. Sumber protein bisa diperoleh Ibu dari susu, daging
sapi, daging ayam, telur, ikan, tempe dan tahu
-Kebutuhan asam folat, sebesar 600 ug/hari dan seng 11-11,5 mg/hari, asupan
asam folat saat Ibu hamil sangat berguna untuk janin agar terhindar dari cacat
tabung saraf sedangkan untuk Ibu salah satu fungsi asam folat adalah membantu
pembentukan sel darah merah sehingga Ibu dapat terhindar dari anemia. Asam
folat banyak terkandung pada hati ayam, ikan, pisang dan bayam.

-Vitamin D pun, sangat penting bagi Ibu hamil dan menyusui, walaupun tidak
ada penambahan kebutuhan vitamin D, tapi vitamin D sangat bermanfaat bagi
janin untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh sedangkan vitamin D bagi Ibu
untuk memelihara kesehatan tulang dan memperkuat fungsi otot. Vitamin D
banyak terkandung pada makanan ikan, susu, telur, jamur, keju dan sinar matahari
pagi

-Zat besi, penting sekali peranannya saat Ibu  hamil karena berguna untuk
mencegah anemia dan pendarahan saat lahir sedangkan untuk janin untuk
mecegah bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah di bawah 2,5 kg.
Kebutuhan zat besi saat hamil meningkat terutama saat trimester ketiga menjadi
2,6 mg/ hari.

Sedangkan kebutuhan zat besi saat Ibu menyusui sebesar 2,8 mg/ hari.
Setiap Ibu menyusui akan mengeluarkan 0,3 mg zat besi yang dikeluarkan dalam
bentuk ASI.

Sumber makanan yang mengandung zat besi diantaranya daging berwarna merah,
sayuran hijau, kacang, alpukat

-Kalsium, berfungsi untuk pertumbuhan tulang dan gigi pada janin sedangkan
untuk Ibu hamil untuk mencegah osteoporosis atau rapuh tulang. Kebutuhan
kalsium saat hamil meningkat, sehingga perlu tambahan sebesar 950 mg/ hari.
Sedangakan saat mama menyusui asupan kalsium harus tetap terpenuhi untuk
ASI, bila kekurangan kalsium akan diambil dari persediaan yang ada pada tubuh
Ibu, bahkan dari tulang. Penambahan kalsium pada Ibu menyusui sama dengan
Ibu hamil. Sumber kalsium banyak terdapat pada susu dan kacang kacangan.
Kebutuhan mikro nutrisi (vitamin) meningkat saat menyusui yaitu vitamin C
sebesar 120 mg/ hari, vitamin E sebesar 19 mg/ hari dan vitamin B1 sebesar 1,3
mg/ hari

Sedangkan mikro nutrisi (mineral) seperti seng 13,9 mg/ hari dan selenium
sebesar 40 ug/ hari berfungsi untuk mendukung sistem kekebalan tubuh agar Ibu
sehat setelah melahirkan.

Air walaupun bukan zat nutrisi tapi sangat besar manfaatnya bagi kesehatan Ibu
baik saat hamil maupun menyusui. Air bisa didapat dari air minum maupun dari
jus buah. Kebutuhan air pada Ibu hamil sebesar 2,3 liter/hari atau 10 gelas
sedangkan untuk Ibu menyusui kebutuhan air meningkat menjadi 2,7 liter/hari
atau 13 gelas/air. Air berfungsi untuk mencegah dehidrasi serta terhindar dari sulit
buang air besar.

Untuk itu semua, Ibu sebaiknya tetap menjaga asupan nutrisi dengan tetap
mengkonsumsi makanan bernutrisi seimbang sehingga untuk Ibu hamil tetap
sehat, prima serta janin yang dikandungnya pun sehat, sedangkan bagi Ibu
menyusui tetap memberi ASI agar mama dapat memberi ASI eksklusif sehingga
bayi Ibu pun sehat.

Tabel Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Zat Energi Protei Vitami Tiami Riboflavin Niasin Vit.B- As.folat Vita
gizi (kkal) n (g) n (RE) n (mg) (mg) (mg) 12 (µg) min
(µg) C
(mg)

0-6 + 700 + 16 + 350 + 0,3 + 0,4 +3 + 0,3 + 50 + 25


bula
+ 500 + 12 + 300 + 0,3 + 0,3 +3 + 0,3 + 40 + 10
n

7-12
bula
n

Kalsiu Fosfor Magnesium Besi (mg) Seng Iodium Selenium (µg)


m (mg) (mg) (mg) (mg) (µg)

+ 400 + 300 + 40 +2 + 10 + 50 + 25

+ 400 + 200 + 30 +2 +10 + 50 + 20

Kandungan vitamin dan mineral dapat memastikan bahwa ibu dan bayi
memperoleh nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang sehat. Semua gizi tersebut dapat didapatkan pada:

a) Sayur-sayuran
Sayuran merupakan sumber utama makanan yang kaya zat besi, serat, asam
folat, beta-carotene, vitamin C, lycopene, flavonoids dan beta-glucans. Makan-
makanan kaya zat besi membantu memelihara tingkat energi Anda sekaligus
mampu mencegah anemia. Folate atau asam folat sangat penting dalam
pembentukan sel darah merah. Jika Anda suka sayuran mentah, coba makan
bayam, selada, tomat, ketimun, dan jamur. Jika Anda memilih sayuran yang telah
dimasak, pertimbangkan gambas, kacang polong, jagung, kentang, dan labu.
sebaiknya makan 3-5 hidangan sayuran setiap hari.

b) Buah-buahan
Buah yang sehat dan warnanya terang bagus dikonsumsi setelah makan.
Kandungan vitamin A, B, K, dan C dalam buah baik untuk membangun sistem
kekebalan tubuh ibu dan bayi. Asupan buah juga membantu tubuh penyerapan zat
besi. Konsumsi buah-buahan seperti blueberry dan strawberry sangat disarankan
karena mengandung anti oksidan dan serat tinggi. Buah dapat dimakan dalam
keadaan alami, beku atau dijus. Usahakan makan 3-5 porsi buah setiap hari.
c) Kacang-kacangan
Kacang mengandung banyak protein dan merupakan sumber lemak sehat.
Protein penting memperbaiki sel-sel vital dalam tubuh. Banyak kacang-kacangan
yang juga mengandung vitamin B, E, C, folat, kalium, kalsium, magnesium dan
fosfor. Tingkat cukup kalsium diperlukan untuk membangun tulang yang sehat
dan gigi. Kacang juga baik untuk camilan termasuk kenari, kacang pinus, kemiri,
hazelnut, kacang Brasil dan pistachio.

d) Ikan
Ikan tinggi omega 3 yang penting bagi pertumbuhan bayi. Tapi ingat, menurut
US Environmental Protection Agency (EPA), ibu menyusui tidak boleh makan
ikan hiu, ikan todak, makarel raja, atau ikan ubin karena tingkat kandungan
merkurinya sangat tinggi. Ikan salmon pollock tuna dan ikan patin masih aman
dikonsumsi 12 ons seminggu karena termasuk jenis ikan rendah merkuri.
Hal yang paling penting dalam memenuhi gizi adalah menjaga pola makanan
bergizi untuk ibu menyusui, terutama makanan yang banyak mengandung protein,
vitamin, mineral, dan cairan.

contoh menu sehari untuk ibu menyusui dari pagi-malam :


1. Pagi : Nasi, Telur dadar, Tempe bumbu bali, Urap sayur
Jam 10.00 (Selingan) Bubur Kacang Hijau

2. Siang : Nasi, Ikan Bakar, Tempe kripik, Sayur Asem, Pepaya


Jam 16.00 (Selingan) Kue Talam, Jeruk

3. Malam : Nasi, Daging bumbu balado, Tahu Goreng, Capcay Sayuran,


Apel
Jam 21.00 (Selingan) Susu
Berikut beberapa contoh makanan serta nilai gizi yang dikandungnya

Makanan Jumlah energi

3/4 gelas nasi seberat 100 g 175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g


karbohidrat

2 buah kentang berukuran sedang 175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g


seberat 200 g karbohidrat

2 iris roti seberat 80 g 175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g


karbohidrat

5 biskuit kraker seberat 50 g 175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g


karbohidrat

1 potong daging ukuran sedang seberat 95 Kalori, 10 g protein, dan 6 g lemak


50 g

1 butir telur ayam negeri seberat 60 g 95 Kalori, 10 g protein, dan 6 g lemak

50 g udang basah 95 Kalori, 10 g protein, dan 6 g lemak

1 buah tahu ukuran besar seberat 100 g 80 Kalori, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8
g karbohidrat

2 potong sedang tempe seberat 50 g 80 Kalori, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8


g karbohidrat

2 1/2 sdm kacang hijau seberat 25 g 80 Kalori, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8


g karbohidrat
a) Syarat gizi seimbang untuk ibu menyusui
1) Tinggi kalori dan protein
2) Cukup vitamin dan mineral
3) Mudah dicerna dan tidak merangsang
4) Tinggi cairan : 800 – 1000 ml/hr
5) Tinggi konsumsi cairan dan buah segar
6) Susunan menu bervariasi dan seimbang
Untuk menjaga kualitas dan jumlah ASI, ibu menyusui disarankan untuk
mengonsumsi sekitar 2000 -2500 kalori per hari, banyak minum air putih, dan
istirahat yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ibu menyusui perlu
mengonsumsi beragam jenis makanan dengan gizi seimbang.

b) Dampak Kekurangan Gizi Ibu Menyusui


Kekurangan zat gizi pada ibu menyusui dapat meningkatkan risiko
berbagai penyakit, termasuk infeksi, serta menurunkan produktivitas dan
kemampuan untuk beraktivitas. Ibu menyusui yang mengalami kekurangan
zat gizi akan tidak dapat memproduksi ASI berkualitas karena tidak adanya
cadangan zat gizi yang tersimpan. Kekurangan gizi pada ibu menyusui
menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada
bayi meliputi proses tumbang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi.
Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata.
Pada ibu menyusui, sering kali mereka justru menemui banyak kesulitan
untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Padahal pasca melahirkan,
ibu menyusui sering harus terbangun tiap 2-3 jam sekali pada malam hari untuk
menyusui bayinya. Belum lagi kalau bayi sedang rewel dan tidak ada bantuan
untuk menjaganya. Akibatnya ibu pun semakin sulit mencari waktu untuk bisa
makan secara ideal. Masalah bisa bertambah pelik jika ibu menyusui sudah
memiliki lebih dari satu anak. Tentu saja kewajiban untuk mengurus anaknya
yang lain tak bisa diabaikan begitu saja. Lagi-lagi, asupan gizi untuk diri sang ibu
pun semakin kurang diperhatikan oleh ibu menyusui. Hal ini tentu saja dapat
berdampak buruk pada kandungan dan kualitas ASI.
Meskipun ibu menyusui tidak mengonsumsi nutrisi yang cukup sesuai
anjuran, ternyata penelitian menemukan bahwa kandungan ASI-nya tetap tidak
terlalu jauh berbeda dengan kandungan ASI dari ibu yang mengonsumsi makanan
dengan gizi baik. Karbohidrat, protein, lemak, asam folat, kalsium, zinc, dan zat
besi relatif konstan. Hanya kandungan lemak, vitamin A, B, C, D, dan E yang
dapat bervariasi, tergantung dari asupan ibu menyusui. Apabila ibu menyusui
kurang mengonsumsi vitamin A, B, C, D, dan E, otomatis kandungan zat gizi
tersebut di dalam ASI juga akan rendah. Penelitian juga menunjukkan, hanya ibu
menyusui dengan malnutrisi berat saja yang akan menghasilkan ASI dengan
kandungan nutrisi rendah. Artinya, ASI kemungkinan jadi tidak dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi.
Lantas, bagaimana bisa ibu menyusui menghasilkan ASI yang kandungan
gizinya cukup, meskipun ia tidak mengonsumsi nutrisi dengan jumlah yang
cukup?
Ternyata, tubuhnya sendiri yang ‘dipecah’ untuk memenuhi kandungan gizi di
dalam ASI yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan bayi. Ya, bisa dibilang tubuh
ibu menyusui ‘dikorbankan’ untuk memberi makan bayinya. Apabila kandungan
gizi di dalam ASI kurang, maka tubuh ibu akan berusaha untuk mencukupinya
agar kadar nutrisi di dalam ASI tetap konstan. Dengan demikian, kebutuhan
nutrisi bayi tetap terpenuhi. Misalnya, apabila asupan kalsium ibu menyusui
kurang, ada mekanisme otomatis di mana tubuhnya yang akan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan kalsium di dalam ASI tersebut. Kalsium di dalam tulang ibu
menyusui akan dipecah dan diambil untuk memenuhi kebutuhan kalsium bayi.
Tidak heran jika kemudian banyak ibu menyusui yang mengalami gangguan gigi,
tulang, dan sendi karena kekurangan kalsium selama menyusui. Seperti yang telah
diketahui, kalsium sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang bayi, di mana
dalam 2 tahun pertama, pertumbuhannya sangat pesat. Apabila masalah ‘tambal-
sulam’ ini berlangsung terus-menerus, lama-kelamaan ibu menyusui juga dapat
mengalami gangguan kesehatan dan kekurangan gizi. Oleh karena itu, penting
bagi ibu menyusui untuk mengonsumsi makanan dengan gizi yang cukup. Sebab
dampak buruk kekurangan nutrisi bisa dirasakan si bayi dan lebih parah lagi pada
si ibu itu sendiri.
Saat menyusui, ibu membutuhkan banyak makan untuk memenuhi nutrisi
harian dan juga untuk memenuhi nutrisi bayi. Namun bagaimana jika ibu
menyusui justru kurang makan atau makan hanya sedikit? Bagaimana
pengaruhnya terhadap produksi ASi dan juga komposisinya?

Ternyata diungkapkan dokter spesialis anak, Ariani Dewi Widodo, "ASI yang
diproduksi dan komposisi ASI tidak akan berubah. Apakah ibu makan sedikit atau
banyak, tidak mengurangi komposisi ASI." Ketika ibu menyusui mengurangi
makanan, yang akan terpengaruh justru adalah kesehatan tubuhnya sendiri.
Karena tubuh ibu diatur sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan bayi melalui
ASI, yang akan terkena dampak kekurangan nutrisi kemungkinan besar adalah ibu
itu sendiri. "Asupan makan kurang, ibu akan kekurangan zat gizi. Untuk produksi
ASI, zat besi dan kalsium diambil dari tubuh ibu. Ini demi tubuh memberikan ASI
sempurna untuk bayi," ujar Ariani. Itulah mengapa, dokter menyarankan agar ibu
selalu menjaga kebutuhan nutrisi dan tubuh tetap fit, apalagi kebutuhan zat besi.
Karena bukan hanya risiko anemia dan badan lemah, ibu juga bisa berisiko
mengalami osteoporosis karena kalsium akan diserap dari tulang ibu untuk
diberikan ke bayi melalui produksi ASI. Jadi Ibu-Ibu, jangan coba-coba diet dulu
atau mengurangi makanan selagi masih menyusui ya, karena nutrisi lengkap dan
makan yang banyak justru sangat dibutuhkan di masa-masa ini.

B. Pengaruh Status Gizi Ibu Pada Sukses Menyusui


Bila kebutuhan energi wanita usia reproduksi sebesar 2100 kcal / hari,
seorang ibu menyusui memerlukan asupan rata-rata 2700 kcal dalam
kesehariannya. Tambahan sebesar 500 – 700 kkal tersebut tak lain diperlukan
untuk keperluan Biosintesis ASI. Ekstra energi tersebut tidak semuanya harus di
dapatkan dari intake makanan yang di konsumsi ibu menyusui sehari-hari. 200
kcal ternyata telah tersedia di tubuh ibu berupa cadangan deposit yang telah di
bentuk sejak dimulainya proses masa kehamilan. Sisa 300 – 500 kcal / hari lah
yang baru di harapkan diperoleh dari intake makanan keseharian sang ibu. Jadi
tidak tepat bila dikatakan seorang ibu menyusui harus makan dengan porsi besar-
besaran agar tidak kelaparan dan produksi ASI lancar.
Saat menyusui minuman keras sebisa mungkin dihindari. Selain itu
merokok selama menyusui dapat membahayakan bayi dan mengurangi produksi
susu. Penggunaan pil KB selama menyusui harus dihindari sebab dampak jangka
panjang hormon dalam pil masih belum diketahui. Pil KB juga diketahui
mengurangi produksi susu. Namun, pil POP (Progesteron Only Pil / low-dose)
tidak mempengaruhi produksi susu, dan pada kasus khusus pil ini boleh di
gunakan (misalnya pada kasus ibu Diabetes yang tidak boleh hamil). Namun,
kebanyakan wanita sebaiknya menggunakan metode KB alamiah, kondom, atau
IUD daripada menggunakan KB hormonal.

Bahan Bera Protein Telur Protein Kacang Sayura Buah Minya Gula Susu
Makanan s hewani nabati hijau n k bubuk

Tidak 250 100 (2 50 (1 100 (4 25 (2,5 200 (2 201 (2 25 (2,5 25 25


Menyusu = potong butir) potong sdm) gelas) potong) sdm) (2,5 (2,5
i (gr) nasi ) ) sdm) sdm)
500
gr/5
gelas

Menyusu 50 = 50 (1 50 (1 50 (2 51 (5 100 (1 100 (1 25 (2,5 25 50 (5


i 0 – 6 nasi potong potong) potong sdm) gelas) potong) sdm) (2,5 sdm)
bulan (gr) 100 ) ) sdm)
gr/ 1
gelas

Menyusu 50 50 50 50 - 100 100 25 25 50


i 7 – 12
bulan (gr)

Menyusu 50 50 50 50 - 100 100 25 25 25


i 13 – 24
bulan

C.Pendidikan Gizi Bagi Ibu Menyusui

 Buat setiap gigitan berarti.


 Makan makanan yang bermanfaat untuk menghasilkan susu yang baik dari
segi kualitas maupun kuantitas dan mempercepat kondisi setelah
melahirkan.
 Semua kalori tidak diciptakan setara.
 Memilih makanan yang mengandung kalori sesuai dengan kebutuhan.
 Jika ibu kelaparan, maka bayi juga kelaparan.
 Jangan melewatkan makan jika saat menyusui karena dapat
memperpendek umur dan daya hidup.
 Menjadi ahli efesiensi.
 Memilih makanan yang bergizi tidak harus mahal, yang terpenting sesuai
dengan kebutuhan nutrisi selama laktasi.
 Karbohidrat adalah isu komplek.
 Karbohidrat komplek kaya akan vitamin dan mineral, sehingga
menghasilkan air susu yang baik dan cukup.
 Makanan yang manis belum tentu bermanfaat, bahkan menimbulkan
masalah.
 Kalori yang berasal dari gula, kurang bermanfaat, konsumsi makanan yang
manis dikurangi.
 Makanlah makanan yang alami.
 makanan olahan biasanya banyak kehilangan nilai gizinya sehingga akan
mengurangi nilai gizi air susu.
 Buatlah kebiasaan makan yang baik sebagai kebiasaan keluarga, hal ini
akan bermanfaat untuk kesehatan keluarga.

Makanan sehari-hari yang di konsumsi oleh ibu menyusui harus memenuhi syarat
menu seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi ibu. Dalam menyusun hidangan
untuk ibu menyusui perlu di perhatikan hal-hal berikut ini :

a) Gunakan bahan makanan yang beraneka ragam


b) Makanan mudah di cerna
c) Bumbu tidak terlalu banyak merangsang
d) Porsi kecil tapi sering
e) Cukup cairan
f) Ibu yang tidak mengalami penyakit tertentu tidak ada pantangan dalam
hal makan
g) Makanan yang seimbang, gerak badan, dan udara segar
h) Menjaga kesehatan jasmani dan rohani
i) Jika ibu terlalu gemuk, kurangi makanan sumber zat tenaga
j) Jika ibu terlalu kurus, tambahkan porsi makan
k) Hindari alkohol karena dapat berakibat bayi mengalami FAS (Fetal
Alkohol Syndrome) dengan tanda-tanda :pertumbuhan lambat, kepala
kecil, bentuk wajah berubah, pertumbuhan sel, serta jumlah produksi
sel menurun.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan penulis berdasarkan hasil pembahasan
yang telah dibuat. Jadi, gizi pada ibu menyusui harus diperatikan dalam
pemenuhannya. Karena gizi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan bayi. Karena dari makanan yang dikonsumsi ibu
itu yang mempengaruhi juga banyak sedikitnya ASI yang dihasilkan oleh ibu
yang menyusui.semakin banyak menu yang dikonsumsi semakin banyak juga ASI
yang diperoleh oelh bayi. Bayi yang berumur 0-6 bulan harus mendapat ASI
secara langsung dari ibunya. Karena bayi yang berumur 0-6 bulan makanan
utamanya adalah ASI.Belum dapat mengonsumsi makanan yang lain, karena
organ-organ pencernaan belum bisa berfungsi secara sempurna atau masih lunak.
Maka disarankan bagi ibu-ibu yang menyusui harus mengatur menu makannya.
Sehingga bayinya tidak kekurangan gizi. Sudah banyak di Indonesia di temui
anak-anak yang kekurangan gizi atau gizi buruk.

Mari kita majukan bangsa kita dengan cara, menyarankan bagi ibu-ibu yang
menyusui harus dapat mengatur menu makanannya sehari-hari. Supaya tidak ada
lagi korban gizi buruk di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

www.go4healthylife.com/articles/560/1/Daftar-Makanan-yang-Perlu-Dikonsumsi-
Ibu-Menyusui/Page1.html

MajalahKesehatan.com

majalahkesehatan.com/makanan-ibu-menyusui/

female.kompas.com/read/2012/08/13/09320367/Pola.Makan.Ibu.Menyusuifemale.
kompas.com/read/2012/08/13/09320367/Pola.Makan.Ibu.Menyusui

junaidaastina.wordpress.com/2017/10/15/menu-untuk-ibu-menyusui/
KELOMPOK 3
NUTRISI SEBAGAI TERAPI GANGGUAN
PENCERNAAN
DENGAN FUNGSI HEPAR DAN EMPEDU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nutrisi sangat penting bagi tubuh kita, ibarat sebuah bangunan, maka
nutrisi itu adalah pondasi. Tanpa pondasi yang kuat maka tubuh kita akan
rapuh. Nutrisi didapat dari apa yang kita makan, jika makanan yang kita
makan itu makanan baik, mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh
secara lengkap maka tubuh kita tidak akan kekurangan nutrisi, dan secara
otomatis kekebalan tubuh kita akan sangat baik. Banyak penyakit disebabkan
oleh pola makan atau makanan yang buruk, seperti mengkonsumsi makanan
cepat saji (junk food)
Kadar lemak dan kalori dalam makanan cepat saji sangat banyak.
Sehingga ketika kita mengkonsumsinya kita akan menjadi kelebihan berat
badan. Menurut BBC News, di Indonesia jumlah orang kegemukan adalah
35% dari 240 juta penduduk. Beberapa fakta yang bersumber dari Organisasi
Kesehatan Dunia WHO menyebutkan bahwa 50% kematian yang disebutkan
sebelumnya berhubungan erat dengan pola makan buruk dankekurangan
nutrisi kunjungan ke dokter ternyata juga dan 70% berhubungan erat dengan
pola makan buruk dan kekurangan nutrisi. Akibatnya, muncul gejala/keluhan
rasakan sebagai yang kita penyakit.
Terapi nutrisi mambantu tubuh menyingkirkan sel yang rusak dan
menggantinya dengan sel baru yang lebih sehat dan lebih kuat sehingga
Seringkali mendapatkan makanan yang sehat kesehatan meningkat. kita
kesulitan dan kesulitan mengkombinasikan berbagai jenis bahan makanan
untuk mendapatkan formulasi makanan berkualitas tinggi yang memiliki
kandungan semua nutrisi yang diperlukan tubuh secara lengkap dan
seimbang. Dengan terapi nutrisi, kita akan lebih mudah memenuhi kebutuhan
nutrisi tubuh tanpa perlu repot mengkombinasi berbagai jenis bahan
makanan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi
permasalahan, yaitu :
1. Apa pengertian nutrisi?
2. Apa pengertian terapi nutrisi?
3. Jelaskan apa saja jenis-jenis terapi?
4. Jelaskan apa saja tipe pasien yang memerlukan terapi nutrisi?
5. Jelaskan tujuan nutrisi sebagai terapi?
6. Bagaimana terapi nutrisi pada gangguan pencernaan dengan fungsi hepar
dan empedu ?  

C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian nutrisi.
2. Untuk mengetahui pengertian terapi nutrisi.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi nutrisi.
4. Untuk mengetahui tipe pasien yang memerlukan terapi nutrisi.
5. Untuk mengetahui tujuan nutrisi sebagai terapi.
6. Untuk mengetahui bagaimana terapi nutrisi pada gangguan pencernaan
dengan fungsi hepar dan empedu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nutrisi
Nutrisi  adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan
untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan
untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock
CL, 2004). Nutrisi adalah proses mengambil makanan darinya untuk
pertumbuhan dan perbaikan dan digunakan untuk mempertahankan kesehatan
( Barbara R. Hegner ).
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk
membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL,
2004). Nutrisi adalah proses mengambil makanan darinya untuk pertumbuhan
dan perbaikan dan digunakan untuk mempertahankan kesehatan ( Barbara R.
Hegner). Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk yang
melakukan fungsinya yaitu energi, membangun jaringan, serta mengatur
proses kehidupan (Soenarjo, 2000).
Terapi berasal dari bahasa inggris yang asal katanya adalah Therapy yang
artinya pengobatan. Sedangkan dan memelihara proses- menurut bahasa arab,
terapi syafaa-syafi- sepadan syafiian yang berarti pengobatan- mengobati-
menyembuhkan. Kemudian menurut Kamus Besar dengan Bahasa Indonesia
terapi berarti usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit,
pengobatan penyakit, perawatan penyakit.
Terapi nutrisi adalah terapi yang diberikan kepada pasien yang pemenuhan
mengalami kebutuhan nutrisi. Dengan kata lain dapat adalah sebuah program
terapi yang dirancang dengan menggunakan makanan memiliki gangguan
diartikan terapi nutrisi berkualitas tinggi yang kandungan nutrisi yang
diperlukan lengkap semua tubuh, bebas zat toksin, yang mampu diserap tubuh
sampai ke tingkat sel, sehingga tubuh memiliki sel-sel yang sehat dan kuat.
B. Jenis-Jenis Nutrisi Sebagai Terapi
Terdapat tiga pilihan dalam pemberian nutrisi diet oral, nutrisi enteral dan
nutrisi parenteral.
1. Feeding oral /Diet Oral
Feeding oral atau pemberian makan adalah nutrisi melalui
Beberapa klien perlu diberikan ekstra agar makanan mereka. Bukan
hanya untuk mendapatkan nutrisi secara melalui memasukan mulut. oral
sejumlah motivasi mau memakan optimal, namun mendapatkan klien
juga akan manfaat kepuasan bisa yang fisik dan psikologis yang melalui
nutrisi didapatkan adekuat. pemberian melalui mulut/oral ini, perawat
harus memperhatikan beberapa hal, seperti makanan apa yang disukai
klien, apakah suapan terlalu banyak, apakah waktu pemberian makanan
terlalu cepat, dan lain sebagainya, sehingga nutrisi yang diasup oleh klien
Dalam makanan pun akan adekuat.

2. Pemberian makan perselang (Enteral)


Bila pasien tidak dapat memenuhi kecukupan nutrisi secara oral
maka perlu dilakukan pemberian nutrisi dengan cara lain. Pemberian
makan lewat sonde yang juga disebut nutrisi enteral atau pemberian
makan dengan selang perlu dilakukan.
Nutrisi enteral meliputi pemberian nutrisi lewat sonde dan
memerlukan saluran gastrointestinal yang masih berfungsi dengan usus
halus dan masih berfungsi sepanjang sedikitnya 30 cm dan katup
ileosekal yang utuh(skipper et al, 1993). Sumber-sumber nutrisi berkisar
mulai dari makanan yang diblender hingga formula komersial.
Nutrisi enteral diindikasikan pada pasien yang tidak dapat makan
yang disebabkan oleh obstruksi mekanik atau anoreksia yang lama, tidak
dapat makan secara oral karena efek samping terapi misalnya
odynophagia, mukositis, asofagitis, dan lain-lainnya. Pemberian formula
yang diberikan harus mempertimbangkan fungsi saluran cerna, penyakit
yang mmendasari serta status metabolism. Pemberian nutrisi enteral
dapat dilakukan secara bolus, intermiten, atau kontinyu. Nutrisi enteral
berguna untuk menormalkan fungsi usus, lebih murah, kurang invasif dan
kurang beresiko dibandingkan nutrisi perenteral.

3. Nutrisi Parenteral
Pemberian nutrisi parenteral (NP) adalah merupakan bentuk
dukungan nutrisi yang khusus yaitu pemberian nutrien melalui intravena.
Walaupun NP dapat mencegah malnutrisi secara efektif pada klien yang
tidak dapat makan melalui rute enteral.
Larutan NP disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi yang spesifik
dan larutan yang khas meliputi dektrosa 12%-25% asam amino, 3%-6%
dan memiliki tambahan emulsi lemak.
Nutrisi parenteral juga diperlukan untuk pasien yang saluran
cernanya tidak dapat mentolerir makanan akibat mual, muntah yang
hebat dan malapsorbsi. Pada pasien yang mendapat nutrisi parenteral
perlu dimonitor dengan baik untuk meminimalkan komplikasi yang
terjadi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain: kelebihan
cairan, hiperglikemia, gangguan keseimbangan elektrolit dan juga
terjadinya infeksi.

C. Tipe Pasien  Yang Memerlukan Dukungan Nutrisi Sebagai Terapi


Tipe-tipe pasien  yang memerlukan dukungan nutrisi adalah sebagai
berikut;
1. Pasien-pasien pra-bedah yang akibat penyakitnya mengalami kekurangan
gizi, pasien-pasien  ini mencangkup pasien yang akan menjalani operasi
traktus gastrointestinalis, khususnya pada oesofagus dan lambung.
2. Pasien-pasien pasca-bedah yang mengalami komplikasi sehingga untuk
sementara waktu setelah operasi tidak dapat makan – misalnya pasien-
pasien ileus.
3. Para penderita penyakit pada traktus gastrointestinalis, seperti penyakit
infeksi atau fistula pada usus yang memerlukan istirahat usus.
4. Pasien-pasien yang mengalami sepsis, luka bakar atau trauma berat
sehingga memerlukan perawatan di unit perawatan intensif.
5. Pasien-pasien yang menderita gangguan neurologis seperti pasien stroke,
atau pasien yang baru menjalani operasi saraf dan mengalami gangguan
tingkat kesadarannya.
6. Pasien-pasien kanker yang tidak dapat makan dan mengalami penurunan
selera makan akibat tindakan radioterapi ataupun pemberian obat-obat
sitotoksik.
Pasien-pasien di atas dapat diberi makan melalui dua cara, yaitu:
nutrisi enteral dan nutrisi parenteral

D. Tujuan Nutrisi Sebagai Terapi


Nutrisi difungsikan sebagai terapi bertujuan untuk sebagai berikut;
1. Memperoleh nutrisi yang optimal.
2. Memberikan kepuasaan fisik dan psikologis yang dihubungkan dengan
makan.
3. Meningkatkan berat badan.
4. Meningkatkan control diri dengan mampu melakukan aktivitas harian
secara mandiri.

E. Terapi Nutrisi
Berikut ini adalah beberapa contoh manajemen terapi nutrisi pada
gangguan pencernaan dengan fungsi hepar dan empedu, yaitu :
1. Tujuan Terapi Nutrisi Penyakit Hati dan Empedu
Tujuan Terapi Nutrisi Penyakit Hati dan Kandung Empedu adalah
untuk mencapai dan   mempertahankan status gizi optimal tanpa
memberatkan fungsi hati, dengan cara:
a. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan
lebih lanjut dan meningkatkan fungsi hati yang tersisa.
b. Mencegah katabolisme protein.
c. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan
bila kurang.
d. Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus dan hipertensi
portal.
e. Mencegah koma hepatik.
f. Membatasi makanan yang menyebabkan kembung atau nyeri
abdomen.
g. Mengatasi malabsorbsi lemak.

2. Syarat Diet Penyakit Hati dan Empedu


a. Syarat dilakukannya terapi nutrisi atau diet pada penyakit hati :
1) Energi tinggi untuk mencegah oemecaha protein, yang
diberikan bertahap sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu
40-45 kkal.kg BB.
2) Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total,
dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi.
Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak dengan
asam lemak rantai sedang (Medium Chain
Triglyceride/MCT).
3) Protein sedikit tinggi, yaitu 1,25-1,5 g/kg BB agar terjadi
anabolisme protein. Pada kasus Hepatitis Fulminan dengan
nekrosis dan gejala ensefalopati pemberian protein dibatasi
untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40 g/hari. Pada
sirosis hati terkompensasi, protein diberikan sebanyak 1,25
g/kgBB.
4) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat
difisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen vitamin B
kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada
anemia.
5) Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan
asites. Bila pasien mendapat diuretika, garam natrium dapat
diberikanlebih leluasa.
6) Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada
kontraindikasi.
7) Bentuk Makanan Lunak bila ada keluahan mual dan muntah,
atau Makanan Biasa sesuai kemampuan saluran cerna.

b. Syarat dilakukannya terapi nutrisi atau diet pada penyakit empedu


:
1) Energi sesuai kebutuhan. Bila kegemukan diberikan Diet
Rendah Energi. Hindari penurunan berat badan yang terlalu
cepat
2) Protein sedikit tinggi, yaitu 1-1,25 g/kg BB.
3) Pada keadaan akut, lemak tidak diperbolehkan sampai
keadaan akutnya mereda, sesdangkan pada keadaan kronis
dapat diberikan 20-25% dari kebutuhan energi total. Bila ada
steatorea di mana lemak fases > 25 g/24 jam,lemak dapat
diberikan dalam bentuk asam lemak rantai sedang (MCT)
yang mungkin dapat mengurangi lemak fases dan mencegah
kehilangan vitamin dan mineral.
4) Bila perlu diberikan suplemen vitamin A,D,E dan K.
5) Serat tinggi terutama dalam bentuk pektin yang dapat
mengikat kelebihan asam empedu dalam saluran cerna.
6) Hindari bahan makanan yang dapat menimublkan rasa
kembung dan tidak nyaman.

3. Macam – macam Diet Penyakit Hati dan Empedu


Pada penyakit hati terjadi peningkatan lipolisis, sehingga lipid harus
diberikan dengan hati-hati untuk mencegah hipertrigliseridemia, yaitu
tidak lebih dari 1 g/kg perhari. Pembatasan protein diperlukan pada
ensefalopati hepatik kronis, mulai dari 0,5 g/kg perhari, dosis ini dapat
ditingkatkan dengan hati-hati menuju ke arah pemberian normal.
Ensefalopati hepatic menyebabkan hilangnya Branched Chain Amino
Acids (BCAAS) mengakibatkan peningkatan pengambilan asam amino
aromatik serebral, yang dapat menghambat neurotransmiter.r.
Pada pasien dengan intoleransi protein, pemberian nutrisi yang
diperkaya dengan BCAAS dapat meningkatkan pemberian protein tanpa
memperburuk ensefalopati yang sudah ada. Kegagalan fungsi hati
fulminan dapat menurunkan glukoneogenesis sehingga terjadi
hipoglikemia yang memerlukan pemberian infus glukosa. Lipid dapat
diberikan, karena masih dapat ditoleransi dengan baik.
Jenis Terapi Nutrisi atau Diet dan Indikasi Pemberian Pada
Penyakit Hati
a. Terapi Nutrisi Hati I
Terapi Nutrisi Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut
atau bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai
mempunyai nafsu makan. Meliohat keadaan pasien, makanan
diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein
dibatasi /30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah
dicerna.

1) Bahan Makanan Sehari


Bahan Makanan berat (g) urt
Beras 120 4 gls bubur
Telur Ayam 50 1 btr
Maizena 20 4 sdm
Daging 50 1 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 3 ptg sdg pepaya
Margarin 20 2 sdm
Gula Pasir 100 10 sdm

2) Nilai Gizi
Energi 1394 kkal
Protein 28 g
Lemak 37 g
Karbohidrat 244 g
Kalsium 271mg
Besi 11,3 mg
Vitamin A 12018 RE
Tiamin 0,5mg
Vitamin C 271 mg

3) Pembagian Bahan Makanan Sehari


Pagi   Pukul 10.00
Beras 30 g = 1 gls bubur      
Telur Ayam     50 g = 1 btr                
Sayuran 50 g = ½ gls               
Maizena 220 g = 4 sdm
Gula Pasir         40 g = 4 sdm
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Siang dan Malam Pukul 16.00


Beras 45 g = 1 ½  gls bubur
Daging 25 g = 1 ptg kcl
Sayuran 75 g = ¾ gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Gula pasir 10 g = 1 sdm
Margarin 10 g = 1 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm

 
b. Terapi Nutrisi Hati II
Diberikan sebagai makana perpindahan dari terapi nutrisi hati
I kepada pasien  yang nafsu  makannya cukup.Menurut keadaan
pasien,makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein
diberikan 1g/kg BB dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan
energi total)dalam bentuk yang mudah dicerna.Makanan ini cukup
mengandung energi,zat besi,vitamin A dan C,tetapi kurang kalsium
dan vitamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan
diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah. Bila asites hebat dan
diuresis belum baik,diet mengikuti pola Diet Garam Rendah I.

1) Bahan Makanan Sehari


Bahan Makanan berat(g) urt
Beras 200 4 gls tim
Maizena 40 8 sdm
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 50 1 ber
Tempe 50 2 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 3 ptg sdg
pepaya
Minyak 25 2,5 sdm
Gula pasir 70 7 sdm

2) Nilai Gizi
Energi 1973 kkal
Protein 53 g
Lemak 55 g
Karbohidrat 318 g
Kalsium 295 mg
Besi 18,8 mg
Vitamin A 26671 RE
Tiamin 0,7 mg
Vitamin C 271 mg
Natrium 194 mg

3) Pembagian Bahan Makanan Sehari


Pagi   Pukul 10.00
Beras 50 g = 1 gls tim
Telur ayam 50 g = 1 btr  
Sayuran 50 g = ½ gls    
Minyak 50 g = ½ sdm
Gula pasir   10 g =1 sdm
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Siang
Beras 75 g = 1 ½ gls tim
Daging 50g = 1 ptg sdg 
Tempe 25 g = 1 ptg sdg
Sayuran 75 g = ½  gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Minyak 10 g = 1 sdm
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm

Malam
Beras 75 g = 1 ½  gls tim
Daging 50 g = 1 ptg sdg
Tempe 25 g = 1 ptg sdg
Sayuran 75 g = ½ gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Minyak 10 g = 1 sdm

c. Terapi Nutrisi Hati III


Diberikan sebagai makanan perpindahan dari terapi nutrisi
Hati II atau kepada pasien hepatitis akut(Hepatitis Infeksiosa/A dan
Hepatitis Serum /B)dan sirosis hati yang nafsu makannya telah
baik,telah dapat menerima protein,dan tidak menunjukkan gejala
sirosis hati aktif. Menurut kesanggupan pasien, makanan diberikan
dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini mengandung cukup
energi, protein, lemak, mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat.
Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan
sebagai Diet Hati III Garam Rendah I.

1) Bahan Makanan Sehari


Bahan makanan Berat (g) Urt
Beras 200 4 gls tim
Maizena 40 8 sdm
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 50 2 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 3 ptg sdg pepaya
Minyak 25 2 ½ sdm
Gula pasir 70 7 sdm

2) Nilai Gizi
Energi 1973 kkal
Protein 53 g
Lemak 55 g
Karbohidrat 318 g
Kalsium 295 mg
Besi 18,8 mg
Vitamin A 26671 RE
Tiamin 0,7 mg
Vitamin C 271 mg
Natrium 194 mg

3) Pembagian Bahan Makanan Sehari


Pagi   Pukul 10.00
Beras 50 g = 1 gls tim
Telur ayam 50 g = 1 btr  
Sayuran 50 g = ½ gls    
Minyak 50 g = ½ sdm
Gula pasir   10 g =1 sdm
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Siang Pukul 16.00


Beras 75 g = 1 ½ gls tim
Daging 50g = 1 ptg sdg 
Tempe 25 g = 1 ptg sdg
Sayuran 75 g = ½  gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Minyak 10 g = 1 sdm
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm

Malam
Beras 75 g = 1 ½  gls tim
Daging 50 g = 1 ptg sdg
Tempe 25 g = 1 ptg sdg
Sayuran 75 g = ½ gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Minyak 10 g = 1 sdm

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian Penyakit Empedu


a. Terapi Nutrisi Lemak Rendah I
Diberikan kepada pasien kolesistitis dan koleliatiasis dengan
kolik akut. Makanan ini rendah energi dan semua zat gizi kecualai
vitamin A dan C. Sebaiknya diberikan selama 1 – 2 hari saja.

1) Bahan Makanan Sehari


Bahan Makanan Berat (g) Urt
Buah 1000 10 ptg sdg pepaya
Sirup 400 2 gls
Gula pasir 100 10 sdm

2) Nilai Gizi
Energi 996 kkal
Protein 5g
Lemak 0g
Karbohidrat 244 g
Kalsium 200 mg
Besi 17 mg
Vitamin A 1100 RE
Tiamin 0,4 mg
Vitamin C 780 mg
3) Pembagian Bahan Makanan Sehari
Pukul 07.00 Teh 1 gls
Pukul 08.00 Pisang 1 bg sdg
Pukul 10.00 Pepaya 2 ptg sdg
Pukul 12.00 Pisang 2 bg sdg
sirup 1 gls
Pukul 15.00 Pepaya 2 ptg
Pukul 18.00 Pisang 2 bg sdg
sirup 1 gls
Pukul 20.00 Pisang 1 bg sdg
teh manis 1 gls

b. Terapi Nutrisi Lemak Rendah II


Diberikan secara berangsur bila keadaan akut sudah dapat
aiatasi dan perasaan mual sudah berkurang atau kepada pasien
oenyakit saluran empedu kronis yang terlalu gemuk. Menurut
keadaan pasien, makanan diebrikan dalam bentuk cincang, lunak
atau biasa. Makanan ini rendah energi, kalsium dan tiamin.

1) Bahan Makanan Sehari


Bahan makanan Berat (g) Urt
Beras 100 4 gls bubur
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 100 2 gls
Buah 400 4 ptg sdg pepaya
Margarin 10 1 sdm
Gula pasir 30 3 sdm

2) Nilai Gizi
Energi 1250 kkal
Protein 56,2 g
Lemak 34 g
Karbohidrat 187 g
Kalsium 335 mg
Besi 21 mg
Vitamin A 12248 RE
Tiamin 0,7 mg
Vitamin C 184 mg

3) Pembagian Bahan Makanan Sehari


Pagi   Pukul 10.00
Beras 30 g = 1 gls bubur
Telur ayam 50 g = 1 btr  
Sayuran 50 g = ½ gls    
Gula pasir   10 g =1 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Siang dan Malam Pukul 16.00


Beras 35 g = 1 gls bubur
Daging 50g = 1 ptg sdg 
Tempe 50 g = 2 ptg sdg
Sayuran 75 g = ¾ gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Margarin 5 g = ½ sdm

c. Terapi Nutrisi Lemak Rendah III


Diberikan kepada pasien penyakit kandung empedu yang tidak
gemuk dan cukup mempunyai nafsu makan. Menurut keadaan
pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa,
Makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.

1) Bahan Makanan Sehari


Bahan makanan Berat (g) Urt
Beras 250 5 gls tim
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 250 2 ½ gls
Buah 200 2 ptg sdg pepaya
Margarin 10 1 sdm
Gula pasir 80 8 sdm
Maizena 20 4 sdm
Susu skim bubuk 20 4 sdm

2) Nilai Gizi
Energi 2073 kkal
Protein 74 g
Lemak 34 g
Karbohidrat 369 g
Kalsium 700 mg
Besi 21,8 mg
Vitamin A 14049 RE
Tiamin 0,9 mg
Vitamin C 143 mg

3) Pembagian Bahan Sehari


Pagi   Pukul 10.00
Beras 50 g = 2 gls tim
Telur ayam 50 g = 1 btr  
Sayuran 50 g = ¾ gls    
Gula pasir   20 g =2 sdm
Gula pasir 40 g = 4 sdm
Susu skim bubuk 20 g = 4 sdm
Maizena 20 g = 4 sdm

Siang dan Malam Pukul 16.00


Beras 100 g = 2 gls tim
Daging 50g = 1 ptg sdg 
Tempe 50 g = 2 ptg sdg
Sayuran 100 g = 1 ptg sdg 
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Margarin 5 g = ½ sdm
Gula pasir 20 g = 2 sdm

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi nutrisi adalah terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Terdapat tiga pilihan dalam
pemberian nutrisi diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral. Tipe-tipe
pasien yang memerlukan dukungan nutrisi sebagai terapi yaitu, pasien pra-
bedah, pasien pasca-bedah, pasien penderita penyakit pada traktus
gastrointestinalis, pasien yang mengalami sepsis, luka bakar atau trauma
berat, pasien yang menderita gangguan neurologis seperti pasien stroke, dan
pasien kanker, dan, nutrisi sebagai terapi memiliki beberapa tujuan, salah
satunya adalah, Memberikan kepuasaan fisik dan psikologis yang
dihubungkan dengan makan.

B. Saran
Diharapkan agar membiasakan untuk selalu hidup bersih dan sehat, serta
selalu memeriksa kesehatan seraca berkala dan selalu mengkonsumsi
makananan dengan gizi seimbang

DAFTAR PUSTAKA
Roth RA. Diet and Clients with Special Needs. Nutrition & Diet Therapy, 10th
Edition; 2011.
Baudouin S, Evans TW: Nutrition in The Crittically Ill: Principal of Critical Care,
2nd ed, Hall JB et al, McGraw-Hill Inc. NY,1998: 205-219.
R, Boullata J, Brantley S et al. Enteral Nutrition Practice Recommendation.
American Society for Parenteral and Enteral Nutrition. 2009 April. 33:2 :
122-140
Kreymann KG et al. ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Intensive care.
ESPEN Guidelines. 2006. Available at :
http://intl.elsevierhealth.com/journals/clnu Accessed :October 2014
Bagian Gizi RS Dr.Cipto Mangunkusumo. 1997. Penuntun Diet. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet - Hubungannya Dengan Penyakit-
penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher
KELOMPOK 4
DIET PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
KARDIOVASKULER DAN GINJAL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan, dimana jantung


secara berangsur kehilangan kemampuannya  untuk melakukan fungsi secara
normal. Pada awal penyakit, jantung mampu mengkompensasi ketidakefisienan
fungsinya dan mempertahankan sirkulasi darah normal melalui pembesaran dan
peningkatan denyut nadi. Dalam keadaan tidak terkompensasi (Decompensatio
Cordis), sirkulasi darah yang tidak normal menyebabkan sesak nafas (dyspnea),
rasa lelah, dan rasa sakit di daerah jantung. berkurangnya aliran darah dapat
menyebabkan kelainan pada fungsi ginjal, hati, otak, serta tekanan darah, yang
berakibat pada terjadinya resorpsi natrium. Hal ini akhirnya menimbulkan
edema. Penyakit jantung menjadi akut bila disertai infeksi (Endocarditis atau
Carditis), gagal jantung, setelah myocard infarct, dan setelah operasi jantung.
Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia, karena
jantung diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh
mendapatkan oksigen dan sari makanan yang diperlukan untuk metabolisme
tubuh. Karena itu, jantung perlu dijaga agar dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Salah satu yang perlu dihindari adalah penyakit jantung koroner
yang merupakan salah satu penyakit yang berbahaya yang bisa menyebabkan
serangan jantung. Penyakit kardiovaskuler, terutama jantung koroner, yang
ditandai dengan serangan jantung, masih menempati peringkat pertama
penyabab kematian di Indonesia.
Kebanyakan orang lebih memilih makanan yang enak dan berlemak
meski mereka sudah tahu makanan tersebut mengandung kolesterol. Ditambah
dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti malas olah raga, merokok, minum-
minuman keras, kurang istirahat, stress dan sebagainya, yang berakibat
kolesterol menjadi tinggi. Sebenarnya kolesterol tidak selamanya jahat, beberapa
jenis kolesterol dibutuhkan oleh tubuh. Organ hati kita memproduksi sejumlah
kolesterol yang cukup untuk tubuh, namun beberapa jenis makanan yang kita
konsumsi akan memberikan tambahan kolesterol sehingga melebihi yang
dibutuhkan tubuh.
Dengan melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, dapat dikatakan
bahwa penyakti jantung merupakan salah satu penyakti degeneratif yang
seringkali dihadapi masyarakat dan merupakan predisposisi atau juga akibat
untuk berbagai penyakit degeneratif lainnya. Salah satu penyebab utamanya
adalah pola gaya hidup yang tidak selaras dengan pola hidup sehat termasuk
salah satunya pengaturan pola makan yang tidak benar. Dalam masa pengobatan,
pasien pengidap penyakit jantung memerlukan perawatan, pengobatan dan
didukung dengan asupan makanan yang menunjang pengobatan. Dengan
pengaturan diet kusus yang di rancang untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi
penderita penyakit jantung.

Pemahaman tentang penatalaksanaan diet secara umum bagi penderita


penyakit ginjal penting untuk diketahui, tak hanya bagi mereka yang telah
menderita gangguan ginjal, namun baik bagi mereka yang bertekad untuk
menurunkan resiko terhadap gangguan ginjal. Fungsi utama ginjal adalah
memelihara keseimbangan homeostatik cairan, elektrolit, dan bahan-bahan
organik dalam tubuh. Hal ini terjadi melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan
sekresi.

Disamping itu, ginjal mempunyai fungsi endokrin penting. Saat organ


ginjal terganggu, ia tak lagi menjalani fungsinya dengan baik. Penyakit ginjal
menyebabkan terjadinya gangguan pembuangan kelebihan zat gizi yang
diperoleh dari makanan. Penetapan terapi nutrisi diklasifikasikan berdasarkan
jenis gangguan ginjal yang ada.

Bagi penderita penyakit ginjal asupan gizi harus seimbang, harus


melakukan aktivitas fisik yang cukup. Selain itu, kebiasaan kecil dari gaya
hidup, seperti kurang minum, dan menahan buang air kecil juga dapat memicu
kerusakan fungsi ginjal. Penderita gagal ginjal hidup dengan metabolisme tubuh
yang tidak lagi sempurna. Mereka kehilangan kemampuan membuang sampah
dalam tubuh yang menyebabkan penumpukan toksin seperti urea, kreatinin.
Akibatnya penderita dapat mengalami sesak nafas, mual, muntah, tubuh
bengkak, hipertensi bahkan kematian mendadak. Namun hal utama yang harus
diperhatikan adalah menjaga asupan air yang dikonsumsi. Terutama untuk
penderita penyakit Gagal Ginjal Kronis yang tidak boleh mengonsumsi air
terlalu banyak

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari diet penyakit jantung?
2. Apa tujuan dari pemberian diet penyakit jantung?
3. Apa prinsip dalam pemberian diet?
4. Apa saja syarat diet penyakit jantung?
5. Bagaimana klasifikasi pemberian diet penyakit jantung?
6. Apa saja jenis diet penyakit jantung?
7. Bagaimana bahan makanan sehari dalam diet penyakit jantung?
8. Bagaimana nilai gizi pada diet penyakit jantung?
9. Bagaimana pembagian bahan makanan dalam diet penyakit jantung?
10. Apa saja yang menjadi bahan makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan dalam diet penyakit jantung?
11. Bagaimana pencegahan yang bisa dilakukan untuk penyakit jantung?
12. Apa definisi dari penyakit ginjal?
13. Apa tujuan dari pemberian diet penyakit ginjal?
14. Apa saja syarat diet penyakit ginjal?
15. Apa saja jenis diet penyakit ginjal dan bagaimana indikasi pemberian
pada diet penyakit ginjal?
16. Apa saja yang menjadi bahan makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan dalam diet penyakit ginjal?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diet penyakit jantung.


2. Untuk mengetahui tujuan dari pemberian diet penyakit jantung.
3. Untuk mengetahui prinsip dalam pemberian diet penyakit jantung.
4. Untuk mengetahui syarat dalam pemberian diet penyakit jantung.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dalam pemberian diet penyakit jantung.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis dalam pemberian diet penyakit jantung.
7. Untuk mengetahui bahan makanan sehari dalam pemberian diet
penyakit jantung.
8. Untuk mengetahui nilai gizi dalam pemberian diet penyakit jantung.
9. Untuk mengetahui bagaimana pembagian bahan makanan dalam
pemberian diet penyakit jantung.
10. Untuk mengetahui apa saja bahan makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan dalam pemberian diet penyakit jantung.
11. Untuk mengetahui bagaimana diet untuk mencegah penyakit jantung
12. Untuk mengetahui definisi dari penyakit ginjal.
13. Untuk mengetahui tujuan dari pemberian diet penyakit ginjal.
14. Untuk mengetahui syarat diet penyakit ginjal.
15. Untuk mengetahui jenis diet penyakit ginjal dan bagaimana indikasi
pemberian pada diet penyakit ginjal.
16. Untuk mengetahui bahan makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan dalam diet penyakit ginjal.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diet Penyakit Jantung

Pengertian diet adalah pengaturan pola makan, baik ukuran, porsi dan
kandungan gizinya. Diet berasal dari bahasa Yunani, diet yang berarti cara
hidup. Hartono (2000) mengatakan bahwa diet adalah pengaturan jenis dan
jumlah makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan
serta status nutrisi dan membantu menyembuhkan penyakit.

Diet jantung (diet pada penderita penyakit jantung) adalah pengaturan


pola makan khusus terhadap penderita penyakit jantung baik kuantitas maupun
jenis makanan. Diet jantung terdiri atas empat jenis yaitu:

1. Diet jantung I , makanan yang diberikan dalam bentuk cairan.


2. Diet jantung II, makanan yang diberikan dalam bentuk saring atau
lunak.
3. Diet jantung III, makanan yang diberikan dalam bentuk lunak atau
biasa.
4. Diet jantung IV, makanan yang diberikan dalam bentuk biasa.

2.2 Tujuan Diet Penyakit Jantung

Pemberian diit jantung bertujuan memberikan makanan yang cukup


tanpa memperberat kerja jantung, menurunkan berat badan bagi klien yang
terlalu gemuk, mencegah akumulasi garam atau air.

Tujuan diet penyakit jantung adalah

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung


2. Menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk.
3. Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.

2.3 Prinsip Diet Penyakit Jantung

1. Nilai kalori dalam diet dikurangi bila pasien bertubuh gemuk atau
overweight.
2. Jika pasien memperlihatkan gejala edema, biasanya digunakan
preparat diuretic untuk mengurangi volume cairan ekstraseluler.
Volume cairan ekstraseluler ditentukan oleh kandungan netriumnya.
Preparat diuretik bekerja mencegah penyerapan kembali natrium oleh
tubulus ginjal. Kadang- kadang sebagai tindakan pelengkap,
dibutuhkan pula pembantasan konsumsi natrium.
3. Baik jumlah total lemak dalam makanan maupun proporsi yang
dihasilkan oleh lemak jenuh harus dikurangi kalau kadar lipid serum
meningkat. Jika kadar fraksi lipid yang mengandung kolesterol itu
naik, konsumsi kolesterol dari makanan harus di batasi.

2.4 Syarat Diet


Syarat- syarat diet penyakit jantung adalah sebagai berikut:
1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal
2. Protein cukup, yaitu 0,8 g/ kg BB.
3. Lemak sedang, yaitu 25- 30% dari kebutuhan energy total, 10%
berasal dari lemak jenuh, dan 10- 15% lemak tidak jenuh.
4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia .
5. Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan supplement kalium,
kalsium, dan magnesium jika tidak dibutuhkan .
6. Garam rendah, 2- 3 g/ hari, jika disertai hipertensi atau edema.
7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.
9. Cairan cukup,  2 liter/ hari sesuai kebutuhan.
10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, di berikan
dalam porsi kecil.
11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat
diberikan tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau
supplement gizi.

2.5 Klasifikasi Pemberian Diet

1. Diet Jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut
seperti Myocard Infarct (MCI) atau Dekompensasio Kordis berat. Diet
diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila
pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energi dan semua zat
gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3 hari.
2. Diet Jantung II
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau
lunak. Diet diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I, atau setelah
fase akut dapat teratasi. Jika disertai hipertensiatau edema, diberikan
sebagai diet jantung II rendahgaram. Diet ini rendah energi, protein,
kalsium dan tiamin.
3. Diet Jantung III
Diet jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau
biasa. Diet ini diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung II atau
kepada pasien jantung dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika
disertai hipertensi atau edema, diberikan sebagai diet jantung III
rendahgaram. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup zat gizi
lain.
4. Diet Jantung IV
Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien
jantung dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi atau edema,
diberikan sebagai diet jantung IV rendahgaram. Diet ini cukup energi dan
zat gizi lain kecuali kalsium.

Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Jenis Hipertensi Sistolik Diastolic Kadar Garam


Hipertensi Ringan 140-159 90-104 3,75-7,5 gram
Hipertensi Sedang 140-159 105-114 1,25-3,75 gram
Hipertensi Berat 140-159 >115 1,25 gram

2.6 Jenis-Jenis Diet Penyakit Jantung

1. Diet Rendah Garam

Sumber : https://images.app.goo.gl/EGA2RfMpvxBdegZR8

Pada sebagian besar kasus, derajat pembatasan yang moderat seperti


digambarkan secara garis besar oleh contoh diet rendah garam dibawah ini sudah
cukup memadai. Diet ini dapat dipakai untuk mengatasi hipertensi primer,
khususnya hipertensi ringan. Pada sebagian orang, penyakit hipertensi timbul
bersamaan dengan konsumsi garam yang tinggi.
Sebagian besar preparat diuretik akan mendorong ekskresi kalium
disamping ekskresi natrium. Untuk mencegah terjadinya deplesi kalium selama
pengobatan dengan preparat diuretik, diperlukan suplementasi unsur tersebut
(misalnya dengan pemberian tablet kalium, seperti aspar K, atau pemberian
serbuk KCI).

Modifikasi berikut ini dilakukan pada diet yang normal:

a. Garam digunakan dalam jumlah minimal (tidak lebih dari ½ sendok


teh atau 2 gram garam dapur sehari) pada waktu memasak.
b. Di meja makan tidak boleh ditambahkan lagi garam dapur ataupun
bahan penyedap yang mengandung natrium, seperti bumbu masak,
kecap, saus tomat dan lain-lain.
c. Konsumsi susu sapi harus dibatasi dan tidak lebih dari 500 ml/hari.
Kalau mungkin, susu sapi diganti dengan susu nabati (susu kedelai)
yang kandungan natriumnya sangat sedikit.
d. Makanan berikut ini harus dihindari:
1) Makanan asin: ham, lidah asap, ikan asin, ebi, telur asin,
keju, dendeng, abon, kornet, sardencis, dan sebagainya.
2) Sayuran dan buah yang diasinkan: sayur asin, sawi asin,
asinan sayuran dan buah, acar dan sebagainya.
3) Sebagai bahan penyedap dan aditif: garam dapur, bumbu
asin, vetsin, soda kue, kecap, saus tomat, tauco, petis, terasi,
dan lain-lain.
4) Makanan camilan: roti, kue, biskuit, dan lain-lain yang
diolah dengan soda kue atau garam dapur.
5) Makanan nabati yang diasinkan: pindakas (nebtega kacang),
kacang asin, margarin biasa, dan lain-lain.
e. Untuk mengatasi rasa hambar pada diet rendah garam, dianjurkan
penggunaan bumbu yang tidak mengandung natrium seperti gula,
cuka, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, laos, salam, dan
lain-lain. Di toko-toko swalayan juga tersedia garam khusus diet (slim
and fit) yang terutama mengandung kalium klorida.

2. Diet Rendah Kolestrol Lemak Terbatas

Sumber : https://images.app.goo.gl/3btk7sqE9nBYNYy59

Pada aterosklerosis yang membandingkan berbagai populasi pada


berbagai bagian dunia, telah memperlihatkan bahwa kadar kolestrol darah yang
tinggi merupakan salah satu diantara sejumlah faktor yang berkaitan dengan
peningkatan insidensi penyakit jantung koroner. Keadaan ini juga berhubungan
dengan konsumsi lemak jenuh dalam proporsi yang tinggi, seperti lemak jenuh
dalam pelbagai produk susu, telur dan daging, sementara konsumsi lemak tak
jenuh yang terdapat didalam minyak nabati, seperti minyak jagung dan minyak
kedelai, relative lebih sedikit.

Penurunan kadar kolestrol darah di mungkinkan dengan cara mengurangi


konsumsi lemak hewani. Cara ini dapat dicapai dengan mengurangi makan-
makanan yang berlemak, sate kambing, sate babi, gulai kambing, lapis legit,
tarcis, kue-kue kering, makanan gorengan, keju, mentega, margarine, susu full
krim dan tidak menggoreng makanan. Makanan yang mengandung lemak
mempunyai nilai kalori yang tinggi. Penurunan konsumsi lemak akan
mengakibatkan penurunan berat badan. apabila keadaan obesitas tidak terdapat
kedalam diet harus disertakan makanan ekstra yang mengandung hidtratarang
kompleks. Misalnya, ekstra roti tanpa dibubuhi mentega.

Pada beberapa keadaan juga diperlukan mengurangi konsumsi kolestrol.


Kolestrol ditemukan hanya pada lemak hewani. Merah telur umumnya menjadi
sumber utama kolestrol dalam makanan merah telur yang ada dalam sebutir telur
mengandung sekitar 250gm kolestrol. Makanan lainnya yang kaya akan
kolestrol adalah otak jeroan, hati, produk susu seperti keju, mentega, krim dan
lain-lain, udang, kepiting, cumi, dan susu full krim. Kolestrol juga disintesis
dalam tubuh. Unsure ini diperlukan bagi pembentukan berbagai hormone serta
getah empedu dan ditemukan didalam selubung myelin serta saraf otak.

Konsumsi kolestrol setiap hari dapat dikendalikan dengan cara:

a. Membatasi makan merah telur hanya sampai 2 butir selama


seminggu
b. Mengganti kebiasaan minum susu full krim dengan susu skim atau
susu kedelai.
c. Menggantikan penggunaan lemak hewani untuk menggoreng,
dengan lemak nabati seperti minyak jagung dan minyak kedelai.
Pemakaian sebaiknya direbus atau ditumis dengan sedikit minyak.
Pemakaian santan yang kental juga harus dihindari.
d. Menghindari jenis-jenis makanan yang kaya akan kolestrol.
Beberapa bukti menunjukan bahwa peningkatan konsumsi lemak,
yang kaya asam- asam lemak tak jenuh ganda, memberikan efek
yang menguntungkan dalam penurunan kadar kolesterol darah.
Contoh- contoh asam lemak tak jenuh ganda adalah asam lemak
omega 3 yang banyak terdapat dalam lemak ikan trout, hering,
salmon dan lemuru.

Berikut ini diet rendah kolesterol dan lemak terbatas (RKLT):

Diet RKLT : kaya akan asam- asam lemak tak jenuh dan rendah
kolesterol

1) Penggunaan susu skim atau susu kedelai untuk


menggantikan susu full krim atau susu penuh (whole milk).
2) Mentega, margarine dan minyak goring yang lazim dipakai
harus dihindari. Sebaiknya digunakan minyak jagung atau
minyak kedelai untuk menumis dan memasak. Untuk
keperluan makan roti dapat digunakan margarine khusus
yang kaya akan asam lemak tak jenuh. Contoh- contoh
margarine ini adalah flora (Van den Berghs), golden corn
(kraft), food ltd. Remia (remia ltd, hollnd) yang dapat dibeli
di took swalayan.
3) Sedapat mungkin memilih daging yang kurus, seperti daging
ayam kampong dan daging sapi yang kurus, dan gajih yang
terlihat harus dibuang (kulit ayam, brutu, kepala ayam,
jangan dimakan).
4) Ikan dapat dimakan sebagai pengganti daging bila anda
menyukainya.
Ikan yang dagingnya putih memiliki kandungan lemak yang
rendah, sedangkan minyak yang banyak terdapat dalam
jaringan ikan yang gemuk atau berdaging gelap sebagian
besar berupa lemak tak jenuh.
5) Kuning atau merah telur, khususnya telur ayam negeri
(broiler) mempunyai kandungan kolesterol dan lemak jenuh
yang tinggi. Sebaiknya memilih telur ayam kampong dan
jumlah merah telur ayang dimakan tidak melampaui dua
butir/ minggu. Putih telur dapat dimakan bebas.
6) Keju seharusnya dihindari, terkecuali cottage chease yang
dapat dimakan tanpa batas.

Makanan yang harus dihindari

Sebagian makanan yang harus dihindari dalam diet rendah


kolesterol sudah disebutkan diatas disamping itu, makanan
berikut ini harus pula dihindari.

1. Otak dan jerohan seperti hati,ginjal, babat,dan usus.


2. Lapis legit, tarcis,kue- kue kering, gorengan, lumpia goreng,
ayam goring, kripik kentang, dan lain- lain. Yang
mengandung telur dan atau lemak jenuh. Demikian pula
makanan manis seperti selai, sirup, permen, coklat, dan es
krim.
3. Makanan yang dimasak dengan santan kental, seperti gudeg,
gulai, kare.
2.7 Bahan Makanan Sehari dalam Pemberian Diet Penyakit Jantung

Diet Jantung Diet Jantung II Diet Jantung III Diet Jantung IV


Bahan I
Makanan Berat Berat Berat Berat
Urt Urt Urt Urt
(gram) (gram) (gram) (gram)
3 gls 4 gls 3 ¾ gls
Beras - - 100 200 250
bubur tim nasi
4 ptg 2 ptg
Daging - - 100 2 ptg sdg 100 100
sdg sdg
Telur ayam - - 40 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
3 ptg 5 ptg
Tempe - - - - 75 125
sdg sdg
Sayuran - - 300 3 gls 300 3 gls 300 3 gls
2 gls 4 ptg 4 ptg
4 ptg sdg
Buah 400 sari 400 400 sdg 400 sdg
pepaya
buah pepaya pepaya

Minyak - - 15 1 ½ sdm 15 1 ½ sdm 25
sdm
Margarin
tak 10 1 sdm - - - - - -
bergaram
Gula pasir 80 8 sdm 20 2 sdm 30 3 sdm 30 3 sdm
Susu skim
100 20 sdm 20 4 sdm - - - -
bubuk

2.8 Nilai Gizi dalam Pemberian Diet Penyakit Jantung

Nilai Gizi Diet Diet Jantung Diet Jantung Diet Jantung


Jantung II III IV
I
Energi (kkal) 905 1223 1662 2004
Protein (g) 40 44 60 72
Lemak (g) 10 37 40 53
Karbohidrat (g) 172 186 271 317
Kalsium (mg) 1438 544 384 451
Besi (mg) 2,3 14,8 22,8 28.2
Vitamin A (RE) 960 26570 26633 26665
Tiamin (mg) 0.7 0,9 0,9 1
Vitamin C (mg) 203 344 343 343
Natrium (mg) - 188 198 359
2.9 Pembagian Bahan Makanan Sehari pada Diet Penyakit Jantung

Waktu dan Bahan Diet Jantung I Diet Jantung Diet Jantung III Diet Jantung
Makanan II IV
(kkal) Urt (kkal) Urt (kkal) Urt (kkal) Urt
Gula pasir 10 1 sdm - - - - - -
Margarin 2 1/5 sdm - - - - - -
06.00
Susu skim
20 4 sdm - - - - - -
bubuk

1 gls 1 gls
Beras - - 30 50 1 gls tim 50
bubur tim
Telur ayam - - 50 1 butir 50 1 btr 50 1 btr
1 ptg 1 ptg
Tempe - - - - 25 25
sdg sdg
Sayuran - - 100 1 gls 100 1 gls 100 1 gls
08.00
½
Minyak - - 5 5 1 sdm 5 ½ sdm
sdm
Margarin 2 1/5 sdm - - - - - -
Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm
Susu skim
20 4 sdm 20 4 sdm - - - -
bubuk

Sari jeruk 200 1 gls - - - - - -


1 ptg 1 ptg 1 ptg
10.00 Pepaya - - 100 100 100
sdg sdg sdg
Gula pasir 15 1 ½ sdm 10 1 sdm 10 1 sdm 70 1 sdm

12.00 / 1½
1 gls 1 ½ gls
18.00 Beras - - 35 75 100 gls
bubur tim
nasi
1 ptg 1 ptg 1 ptg
Daging - - 50 50 50
sdg sdg sdg
1 ptg 2 ptg
Tempe - - - - 25 50
sdg sdg
Sayuran - - 100 1 gls 100 1 gls 100 1 gls
1 ptg 1 ptg 1 ptg
Pepaya - - 100 100 100
sdg sdg sdg
Margarin 2 1/5 sdm - - - - - -
½
Minyak - - 5 5 ½ sdm 10 1 sdm
sdm
Gula pasir 10 1 sdm - - - - - -
Susu skim 20 4 sdm - - - - - -
bubuk

Sari jeruk 200 1 gls - - - - - -


1 ptg 1 ptg 1 ptg
16.00 Pepaya - - 100 100 100
sdg sdg sdg
Gula pasir 15 1 ½ sdm - - 10 1 sdm 10 1 sdm

Gula pasir 10 1 sdm - - - - - -


Margarin 2 1/5 sdm - - - - - -
20.00
Susu skim
20 4 sdm - - - - - -
bubuk

2.10 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan untuk Diet
Penyakit Jantung.

Bahan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Makanan
Sumber Beras ditim atau disaring; roti, mi, Makanan yang mengandung
karbohidra kentang, makaroni, biskuit, tepung gas atau alkohol, seperti; ubi,
t beras/ terigu/ sagu aren/ sagu singkong, tae singkong, dan
ambon, kentang gula pasir, gula tape ketan
merah, madu, dan sirup
Sumber Daging sapi, ayam dengan lemak Daging sapi dan ayam yang
protein rendah, ikan, telur, susu rendah berlemak; gajih, sosis, ham,
hewani lemak dalam jumlah yang hati, limpa, babat, otak,
ditentukan kepiting dan kerang-
kerangan, keju dan susu
penuh
Sumber Kacang-kacangan kering, seperti; Kacang-kacangan kering
protein kacang kedelai dan hasil yang mengandung lemak
nabati olahannya, seperti; tahu dan tempe cukup tinggi seperti kacang
tanah, kacang mete, dan
kacang bogor
Sayuran Sayuran yang tidak mengandung Semua sayuran yang
gas, seperti bayam, kangkung, mengandung gas, seperti kol,
kacang bunci, kacang panjang, kembang kol, lobak, sawi,
wortel, tomat, labu siam, dan tauge dan nangka muda
Buah- Semua buaha-buahan segar, seperti Buah-buahan segar yang
buahan pisang, pepaya, jeruk, apel, melon, mengandung alkohol atau
semangka, dan sawo gas, seperti durian dan
nangka matang
Lemak Minyak jagung, minyak kedelai, Minyak kelapa dan minyak
margarin, mentega dalam jumlah kelapa sawit, santan kental
terbatas dan tidak untuk
menggoreng tetapi untuk menumis,
kelapa atau santan encer dalam
jumlah terbatas
Minuman Teh encer, coklat, sirup Teh/kopi kental, minuman
yang mengandung soda dan
alkohol, seperti bir dan wiski
Bumbu Semua bahan bumbu selainbumbu Lombok, cabe rawit, dan
tajam dalam jumlah terbatas bumbu-bumbu lain yang
tajam

2.11 Pencegahan Penyakit Jantung

Hubungan antara diet dan penyakit kardiovaskular akhir akhir ini


menjadi subjek sebagian besar penelitian. Banyak pakar merasa bahwa berbagai
bukti sudah cukup untuk membenarkan tindakan memodifikasi makanan atau
diet dalam upaya mencegah penyakit kardiovaskular, disamping membantu para
penderita penyakit tersebut.

Berikut rekomendasi diet untuk mencegah penyakit kardiovaskular adalah:

1. Mempertahankan berat badan yang ideal.


2. Mengurangi konsumsi total lemak.
3. Mengurangi konsumsi garam.

Kepentingan unsur-unsur makanan lain yang mencangkup serat


makanan, protein hewani dan gula masih menjadi masalah yang diperdebatkan.

2.12 Definisi dari Penyakit Ginjal

Penyakit ginjal adalah suatu keadaan abnormal dari ginjal akibat


terganggunya fungsi ginjal yang tidak dapat melakukan penyaringan secara
lancar. Karena ginjal tidak dapat melakukan kemampuanya untuk
menghilangkan kelebihan garam, cairan dan bahan limbah dari darah akibat
suatu peradangan dan endapan-endapan tertentu.

Karena terganggunya fungsi ginjal ini dapat mengakibatkan ginjal tidak


mampu melakukan produksi urine secara baik. Kemudian terjadi adanya zat-zat
yang tidak dapat disaring, sehingga nantinya pada hasil urine akhir akan timbul
zat-zat yang harusnya tidak ada pada urin.
a. Penyebab Penyakit Ginjal

Penyebab penyakit ginjal antara lain:

1. Peradangan

Sumber : https://images.app.goo.gl/SyqaPFmFVkdFsWVY8

Radang ginjal disebut juga nefritis. Radang ginjal terjadi karena


adanya kerusakan pada nefron, khususnya glomerulus yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Rusaknya nefron mengakibatkan urine masuk
kembali kedalam darah dan penyerapan air menjadi terganggu sehingga
timbul pembengkakan. Terkadang disebabkan oleh bakteri Streptococcus

2. Endapan Batu

Sumber : https://images.app.goo.gl/CwnSaJfbz149Fs4X6

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di


kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks
ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut
batu staghorm. Penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik
mempermudah timbulnya batu saluran kemih.

3. Keracunan akibat obat penahan nyeri berlebihan

Sumber : https://images.app.goo.gl/1G6Vc3Cs5gdsk93c9

Misalnya terkena pukulan berat langsung pada ginjal dapat


mengakibatkan penyakit gagal ginjal. Beberapa obat, termasuk obat
tanpa resep, dapat meracuni ginjal bila sering dipakai selama jangka
waktu yang panjang. Produk yang menggabungkan aspirin,
asetaminofen, dan obat lain misalnya ibuprofen ditemukan paling
berbahaya untuk ginjal. Bila kita sering memkai obat penawar nyeri
sebaiknya kita membahas dengan dokter untuk memastikan bahwa tidak
berbahaya bagi ginjal kita.

4. Kurangnya asupan air (mineral)

Sumber : https://images.app.goo.gl/BweosFZnMQRvRX1ZA
Dalam sehari harusnya tubuh mengonsumsi air sebanyak 2 liter
atau 8 gelas minimalnya bagi orang normal. Hal ini dilakukan agar
produksi urin dapat diproses dengan lancar dan dapat mencegah
terjadinya dehidrasi. Air merupakan komponen utama yang diperlukan
oleh tubuh, karena 70 % dari tubuh kita merupakan air, karena hal ini
tubuh kita sangat membutuhkan cairan. Kekurangan mengonsumsi cairan
dapat mengakibatkan penyakit ginjal seperti, infeksi saluran kencing dan
batu ginjal.

b. Gejala penyakit gagal ginjal

Gejala penyakit gagal ginjal menurut

1. Sedikit mengeluarkan air kemih


Merupakan cori-ciri yang utama. Jumlah air urin yang dikeluarkan sedikit,
lebih gelap keruh bahkan kemerahan seperti warna darah.
2. Perasaan mengantuk atau melamun biasa penderita akanmenjadi kurang
respon jika di panggil atau di ajak berbicara. Kehilangan kesadaran ini di
sebabkan oleh penumpukan racun yang berlebih tidak dapat di buang
melalui urine dan infeksi mengakibatkan penyakit ginjal
3. Sesak nafas terutama terjadi mendadak dan pada orang biasa yang tidak
mempunyai riwayat sesak sebelumnya.
4. Diare, mual, dan muntah
5. Sakit ginjal akut dapat tidak bergejala dan tidak menimbulkan keluhan
berarti
6. Gatal-gatal
Sebagian orang ada yang terjadi kegatalan pada tubuhnya tapi bukan
karena hal ini, melainkan termasuk gejala dari gagal ginjal kronik.
7. Kekurangan darah
Ciri-ciri seperti mudah ngantuk, lelah, capek, mata buram dan sering haus.
Kondisi seperti ini termasuk gejala gagal ginjal kronik
8. Bengkak mata
Mata yang bengkak seperti orang habis nagis atau terkena pukulan,
terkadang kakipun ikut ikut bengkak
2.13 Tujuan Diet Penyakit Ginjal

a. Gagal Ginjal Akut 

Sumber : https://images.app.goo.gl/u51VuCmfvYBMmcXy5

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.


2. Menurunkan kadar ureum darah.
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat
penyembuhan.

b. Gagal Ginjal Kronis 

Sumber : https://images.app.goo.gl/iCmsmPCV3VjGQLob6

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan


memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja
ginjal.
2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.
3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan
memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus.

c. Gagal Ginjal dengan Dialisis 

Sumber : https://images.app.goo.gl/MoTrM3pPPZoncdhK7

1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki


status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal.
2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.

2.14 Syarat Diet Penyakit Ginjal

a. Gagal Ginjal Akut 

1. Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25 – 35 kkal/kg BB.


2. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB.
Pada katabolik ringan kebutuhan protein 0,6 – 1 g/kgBB, katabolik
sedang 0,8 – 1,2 g/kgBB, dan katabolik berat 1 – 1,5 g/kgBB.
3. Lemak sedang, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total, atau antara
0,5 – 1,5 g/kgBB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8 – 1,5 g/kgBB.
4. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi jumlah
energi yang diperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat
hipertrigliseridemia, batasi penggunaan karbohidrat sederhana atau gula
murni.
5. Natrium dan kalium batasi bila ada anuria.
6. Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan
urin + 500 ml.
7. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk
formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen
asam folat, vitamin B6, C, A dan K.

b. Gagal Ginjal Kronis 

1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.


2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai biologik
tinggi.
3. Lemak cukup, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan
lemak tidak jenuh ganda
4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah energi
yang diperoleh dari protein dan lemak.
5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau
anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1 – 3 g.
6. Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah >
5,5 mEq), oliguria, atau anuria.
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran
cairan melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml).
8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam folat,
vitamin B6, C, dan D.

c. Gagal Ginjal dengan Dialisis 


1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis
(HD) maupun ContinousAmbulatoryPeritonealDialysis (CAPD). Pada
CAPD diperhitungkan jumlah energi yang berasal dari cairan dialisis.
Bila diperlukan penurunan berat badan, harus dilakukan secara berangsur
(250 – 500 g/minggu) untuk mengurangi risiko katabolisme massa tubuh
tanpa lemak (Lean BodyMass).
2. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan
mengganti asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1 – 1,2 g/kgBB
ideal/hari pada HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari pada CAPD. 50% protein
hendaknya bernilai biologik tinggi.
3. Lemak normal, yaitu 15 – 30 % dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 55 – 75 % dari kebutuhan energi total.
5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
a. 1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip
½ liter urin (HD)
b. 1 – 4 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk
tiap ½ liter urin (CAPD)
6. Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
a. 2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip
½ liter urin (HD)
b. 3 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk
tiap ½ liter urin (CAPD)
7. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen
kalsium.
8. Fosfor dibatasi.
9. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500 – 750 ml.
10. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk
formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen
terutama vitamin larut air seperti asam folat, vitamin B6, dan C.
2.15 Jenis Diet Penyakit Ginjal dan Indikasi Pemberian pada Diet
Penyakit Ginjal

a. Gagal Ginjal Akut

Jenis diet yang diberikan adalah :

1). Diet gagal ginjal akut lunak

2). Diet gagal ginjal akut cair

Apabila pasien makan per oral, semua bahan makanan boleh diberikan;
batasi penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi
makan sayur dan buah tinggi kalium bila ada hiperkalemia.

Bahan Makanan Sehari Untuk ARF dengan Katabolik Ringan, BBI 60 kg

Bahan Makanan berat (g) urt

Beras 150 3 gls tim

Telur ayam 50 1 Btr

Ayam 50 1 Ptgsdg

Ikan 50 1 Ptgsdg

Tempe 25 1 Ptgsdg

Tahu 50 ½ Bhbsr

Sayuran 150 11/2 Gls

Buuah 300 3 ptgsdg pepaya

Minyak 25 21/2 Sdm

Gula pasir 40 4 Sdm

Madu 30 3 Sdm

Susu 200 1 gls

Kue RP*) 100 2 porsi


Nilai Gizi pada Diet Gagal Ginjal AKut

Nilai Gizi

Energi 1801 Kkal Besi 17,1 mg

Protein 51 g (11% energi total) Vitamin A 26449 RE

Lemak 58 g (28% energi total) Tiamin 1 mg

Karbohidrat 286 g (61% energi total) Vitamin C 245 mg

Kalsium 623 Mg

Pagi Siang/malam

Beras 50 g = 1 gls tim Nasi 50 g = 1 gls tim

telur ayam 50 g = 1 Btr ikan/ayam 50 g = 1 ptgsdg

Sayuran 50g =1/2 gls tim tempe/tahu 25/50 g = 1 ptgsdg

Minyak 5 g =1/2 Sdm Sayuran 50 g = 1/2 Gls

ptgsdg
Susu 200 g = 1 gls tim Sayuran 150 g = 11/2 pepaya

Gula pasir 10 g = 1 sdm Minyak 150 g = 1 Sdm

Pembagian Bahan Makanan Sehari

Pukul 10.00 Pukul 16.00

Kue RP 50 g = 1 porsi kue RP 10 g = 1 porsi

gula pasir 10 g = 1 sdm gula pasir 10 g = 1 sdm

pukul 21.00

Gula pasir 10 g = 1 Sdm

b. Gagal Ginjal Kronis

Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
1) Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat
badan 50 kg.
2) Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat
badan 60 kg.
3) Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat
badan 65 kg.

Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung


pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan
dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Mutu protein dapat
ditingkatkan dengan memberikan asam amino essensial murni.

Bahan Makanan Sehari GGK

Bahan 30 g protein 35 g protein 40 g protein

Makanan Berat Urt Berat Urt Berat (g) Urt


(g) (g)

Beras 100 11/2 gls 150 2 gls nasi 150 2 gls nasi


nasi

Telur 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr


ayam

Daging 50 1 ptgsdg 50 1 ptgsdg 75 1 ptgsdg

Sayuran 100 1 gls 150 11/2 gls 150 11/2 gls

Pepaya 200 2 ptgsdg 200 2 ptgsdg 200 2 ptgsdg

Minyak 35 31/2 sdm 40 4 sdm 40 4 sdm

Gula pasir 60 6 sdm 80 8 sdm 100 10 sdm

Susu 10 2 sdm 150 3 sdm 20 4 sdm


bubuk

Kue RP*) 150 2 sdm 150 3 porsi 150 3 porsi

Madu 20 2 sdm 20 2 sdm 30 3 sdm

Agar-agar 1 porsi 1 porsi 1 porsi

Nilai Gizi pada Diet Gagal Ginjal Kronis


Nilai Gizi 30 g protein 35 g protein 40 g protein

Energi (kkal) 1729 2086 2265

Protein (g) 30 35 41

Lemak (g) 57 70 75

Karbohidrat (g) 263 327 356

Kalsium (mg) 262 336 385

Besi (mg) 10 11 11.7

Vitamin A (RE) 27403 32999 33085

Tiamin (mg) 0.4 0.5 0.5

Vitamin C (mg) 182 191 192

Fosfor (mg) 497 623 702

Natrium (mg) 195 216 275

Kalium (mg) 1277 1387 1590

Pembagian Bahan Makanan Sehari

Diet Rendah Protein 40

Pagi Siang

Beras 50 g = 3/4 gls nasi beras 50 g = 3/4 gls nasi

telur ayam 50 g = 1 Btr daging 50 g = 1 ptgsdg

Sayuran 50g =1/2 gls sayuran 50 g = 1/2 gls

Minyak 10 g = 1 sdm pepaya 100 g = 1 ptgsdg

gula pasir 10 g = 1 sdm minyak 15 g = 11/2 sdm

Madu 30 g = 3 sdm gula pasir 20 g = 2 sdm

susu bubuk 20 g = 4 Sdm

Pukul 10.00/21.00 Malam

Kue RP 50 g = 1 porsi beras 50 g = 3/4 gls nasi


gula pasir 20 g = 2 sdm ayam 25 g = 1 ptgkcl

sayuran 50 g = 1/2 gls

Pukul pepaya
100 g = 1 Ptgsdg
16.00

Kue RP 50 g = 1 porsi minyak ikan 15 g = 11/2 Sdm

gula pasir 10 g = 1 sdm gula pasir 20 g = 2 Sdm

c. Gagal Ginjal dengan Dialisis

Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal,
dan ukuran badan pasien. Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus
direncanakan perorangan.

Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis diet dialisis:

1) Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan


± 50 kg
2) Diet dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan
± 60 kg
3) Diet dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan ± 65 kg

Atau secara spesifik menyatakan kebutuhan gizi perorangan ( termasuk


kebutuhan natrium dan cairan)

Bahan Makanan Sehari pada Diet Gagal Ginjal dengan Dialisis

Bahan 60 g protein 65 g protein 70 g protein

Makana Berat Berat Berat


Urt Urt Urt
n (g) (g) (g)
31/4 gls
Beras 200 3 gls nasi 200 3 gls nasi 220
nasi

Maizena 15 3 sdm 15 3 sdm 15 3 sdm

Telur
50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
ayam

Daging 50 1 ptgsdg 50 1 ptgsdg 75 1 ptgbsr

Ayam 50 1 ptgsdg 50 1 ptgsdg 50 1 ptgsdg

Tempe 75 3 ptgsdg 100 4 ptgsdg 100 4 ptgsdg

Sayuran 200 1 gls 200 2 gls 200 2 gls

Pepaya 300 3 ptgsdg 300 3 ptgsdg 300 3 ptgsdg

Minyak 30 3 sdm 30 3 sdm 30 3 sdm

Gula
50 5 sdm 50 5 sdm 50 5 sdm
pasir

Susu
10 2 sdm 10 2 sdm 10 2 sdm
bubuk

Susu 100 1/2 gls 100 1/2 gls 100 1/2 gls

Nilai Gizi pada Diet Gagal Ginjal dengan Dialisis

60 g protein 65 g protein 70 g protein

Energi (kkal) 2002 2039 2127

Protein (g) 62 (12% energi total) 67 (13% energi total) 72 (13% energi total)

Lemak (g) 67 (30% energi total) 68 (30% energi total) 72 (30% energi total)

Karbohidrat (g) 290 (58% energi total) 293 (57% energi total) 301 (57% energi total)

Kalsium (mg) 547 579 583

Besi (mg) 21,5 24 24,8

Fosfor (mg) 917 957 1010

Vitamin A (RE) 38630 38643 38A652

Tiamin (mg) 0,8 0,8 0,8

Vitamin C (mg) 254 254 254


Natrium (mg) 400 400 423

Kalium (mg) 2156 2156 2288

Pembagian Bahan Makanan Sehari pada Diet Gagal Ginjal dengan

dialisis.

Waktu dan 60 g protein 65 g protein 70 g protein

Bahan makanan Berat (g) Urt Berat (g) Urt Berat (g) Urt

3/4 gls 3/4 gls 3/4 gls


Beras 50 50 60
nasi nasi nasi

Telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr


Pagi
Sayuran 50 1/2 gls 50 1/2 gls 50 1/2 gls

Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

Minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

Susu bubuk 10 2 sdm 10 2 sdm 10 2 sdm


Pukul
Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm
10.00
Pepaya 100 1 ptgsdg 100 1 ptgsdg 100 1 ptgsd

Beras 75 1 gls nasi 75 1 gls nasi 75 1 gls na

Daging 50 1 ptgsdg 50 1 ptgsdg 75 1 ptgbs

Tempe 25 1 ptgsdg 50 2 ptgsdg 50 2 ptgsd


Siang
Sayuran 75 3/4 gls 75 3/4 gls 75 3/4 gls

Pepaya 100 1 ptgsdg 100 1 ptgsdg 100 1 ptgsd

Minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

Pukul Maizena 15 3 sdm 15 3 sdm 15 3 sdm

Susu 100 1/2 gls 100 1/2 gls 100 1/2 gls


Gula pasir 30 3 sdm 30 3 sdm 30 3 sdm
16.00
Beras 75 1 gls nasi 75 1 gls nasi 75 1 gls na

Ayam 50 1 ptgsdg 50 1 ptgsdg 50 1 ptgsd

Tempe 50 2 ptgsdg 50 2 ptgsdg 50 2 ptgsd


Malam
Sayuran 75 3/4 gls 75 3/4 gls 75 3/4 gls

Pepaya 100 1 ptgsdg 100 1 ptgsdg 100 1 ptgsd

Minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

2.16 Bahan Makanan yang dianjurkan dan tidak Dianjurkan pada Diet
Penyakit Ginjal

Tidak
Bahan
Dianjurkan Dianjurkan/Dibatas
Makanan
i

Sumber Nasi, bihun, jagung, kentang,


karbohidrat makaroni, mi, tepung-tepungan,
singkong, ubi, selai, madu, dan
permen,

Sumber Telur, daing, ikan , ayam, susu Kacang-kacangan


protein dan hasil olahannya,
seperti tempe dan
tahu

Sumber Minyak jagung, minyak kacang Kelapa, santan,


lemak minyak kelapa,
Tanah, minyak kelapa sawit,
minyak margarin, mentega
biasa dan lemak
Kedelai; margarin dan mentega
hewan
Rendah garam

Sumber Semua sayuran dan buah, kecuali Sayuran dan buah


vitamin dan tinggi kalium pada
Pasienn dengan hiperkalemia
Mineral dianjurkan yang mengandung pasien dengan
hiperkalemia
kalium rendah/sedang

Contoh Menu Sehari

Pagi Siang Malam

nasi goreng Nasi Nasi

telur ceplok capcay goreng ayam goreng

Katimun daging bistik setup buncis

susu Pepaya setup nenas

Madu puding saoscaramel

Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 21.00

kue klepon ubi kue cantik manis kue pepe/lapis

Sirup Teh Sirup


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit degeneratif yang


seringkali dihadapi masyarakat dan merupakan predisposisi atau juga akibat
untuk berbagai penyakit degeneratif lainnya. Salah satu penyebab utamanya
adalah pola gaya hidup yang tidak selaras dengan pola hidup sehat termasuk
salah satunya pengaturan pola makan yang tidak benar.
Diet pada penyakit jantung adalah pola makan yang diatur untuk pasien
yang mengalami gangguan jantung agar tidak menimbulkan resiko terjadinya
penyakit degeneratif lainnya. Pengaturan dietnya bisa berupa diet rendah garam
dan diet rendah kolestrol lemak terbatas, yang bertujuan untuk memberikan
makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, menurunkan berat
badan bila terlalu gemuk, serta mencegah atau menghilangkan penimbunan
garam atau air.
Untuk mencegah atau membantu pasien dengan penyakit jantung dalam
modifikasi diet, kelompok menyarankan beberapa hal seperti dibawah ini:
1. Mempertahankan berat badan yang ideal
2. Mengurangi konsumsi total lemak
3. Mengurangi konsumsi garam

Penyakit ginjal adalah suatu keadaan abnormal dari ginjal akibat


terganggunya fungsi ginjal yang tidak dapat melakukan penyaringan secara
lancar. Karena ginjal tidak dapat melakukan kemampuanya untuk
menghilangkan kelebihan garam, cairan dan bahan limbah dari darah akibat
suatu peradangan dan endapan-endapan tertentu.

Karena terganggunya fungsi ginjal ini dapat mengakibatkan ginjal tidak


mampu melakukan produksi urine secara baik. Kemudian terjadi adanya zat-zat
yang tidak dapat disaring, sehingga nantinya pada hasil urine akhir akan timbul
zat-zat yang harusnya tidak ada pada urin.
Penyebab penyakit ginjal antara lain peradangan, endapan batu,
keracunan akibat obat penahan nyeri berlebihan, kurangnya asupan mineral. Diet
yang sangat baik hasilnya yaitu diet rendah protein Jadi diet yang baik untuk
penderita gagal ginjal kronis dan akut sebaiknya :

1) Makanan yang dianjurkan: nasi, jagung, kentang, tepung-tepungan,


singkong,
2) madu, telur, daging ayam, ikan, minyak sawit, semua sayuran dan
lain sebagainya.

3) Makanan yang tidak dianjurkan : kacang-kacangan dan hasil


olahannya (tahu
4) dan tempe) kelapa santan, minyak kelapa, dan buah yang
mengandung tinggi kalium.

3.2 Saran

Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang


mendukung serta kembali mencari dan menambah wawasan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


2005.

Burgess DN, Bakris GL. Renal andelectrolytedisorders. In : Stein JH (ed).


Internal Medicine. Diagnosis andTherapy. Norwalk : AppletonandLange;
1993. p. 134-6.

Luci wintarti Happy Land Medical Centre 2009


by petakumpet and epinline OFFICE Jl. Ipda Tut Harsono No 53
Timoho, Yogyakarta

Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson,
J.L., etal.Harrison’sPrinciplesof Internal Medicine. 17th ed. New
York: The McGraw-Hill Companies, 2008

Moore M.C. Buku Pedoman Terapi Diet dat dan Nutrisi. Edisi II. Jakarta :
Hipokrates. 1997.

Nahas AM. ChronicKidneyDisease:the global challenge. Lancet 2005, p.


365:331-340.

Orth SR, Ritz E. The nephroticsyndrome. N Engl J Med 1998; 338: 1202-10.

Sukandar E, Sulaeman R. Sindromanefrotik. Dalam : Soeparman, Soekaton U,


Waspadji S etal (eds). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI; 1990. p. 282-305.

Susetyo wati, farah faza, izzatil hayu andari Gizi pada penyakit Ginjal
kedokteran umum 2018 percetakan jl. Grafika no 1 kampus UGM
Yogyakarta
KELOMPOK 5
PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN
KEKURANGAN VITAMIN & ANEMIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekitar abad XIX, ketika mulai dipergunakan bahan pakan murni dalam
percobaan – percobaan binatang, disangka bahwa sususnan makanan sudah cukup
kalau hanya terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Ternyata bahwa
dengan susunan makanan demikian, binatang percobaan tidak menunjukan
kesehatan dan pertumbuhan badan yang memuaskan.

Di dalam susunan makalah diatas masih diperlukan zat gizi lain yang pada
saat itu masih belum diketahui wujudnya. Dalam penelitian beri –beri diantara
tahanan para tahanan dan hukuman di Indonseia pada pemula abad XX, Ejikman
dan rekan – rekannya menemukan adanya zat yang diperlukan ini, yang kemudian
diberi nama Vitamine oleh Vladimir Funk, karena disangka suatu ikatan organic
anime, oleh adanya unsure N dan telah dikenal asam amino pada zat itu. Zat
vitamin ini diperlukan untuk kehidupan (vita), sehingga diberi nama Vitamine.

Kemudian ternyata bahwa zat esensial ini bukan suatu anime dan tidak
selamanya mengandung unsure nitrogen N. karena itu nama Vitamine banyak
yang menentangnya, sehingga diubah menjadi Vitamin dengan membuang huruf
e-nya. Mengganti sama sekali dengan nama yang lain agak sulit, karena nama itu
telah memasyarakat di kalangan para ilmuan.

Definisi Vitamin ini mula – mula dianggap mudah, dan diinformasikan


sebagai suatu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah – jumlah kecil dan
harus didatangkan dari luar, karena tidak dapat disintesa di dalam tubuh.
Pada masalah gizi dapat menimbulkan suatu tidak seimbangnya tubuh
manusia dan dapat menimbulkan penyakit lainnya. Masalah gizi adalah masalah
kesehatan masyarakat. Namun penanggulannya tidak dapat dilakukan dengan
pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah
gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan penanggulangan harus melibatkan
berbagai sektor yang terkait.

Dan pada masalah gizi pada anemia gizi disini merupakan kondisi sakit
seseorang yang disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu: perdarahan,
kekurangan makanan yang mengandung besi, dan lain-lain.Anemia gizi defisiensi
besi dapat dilihat dari kadar Hb, dan penderita yang sering mengalaminya yaitu
pada wanita, disebabkan karena menstruasi, kehamilan dan pada bayi: karena
membutuhkan gizi zat besi yang tinggi karena proses pertumbuhan yang cepat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian dan fungsi dari vitamin ?


2. Bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan kekurangan viamin ?
3. Apa itu pengertian anemia ?
4. Apa penyebab anemia ?
5. Apa saja gejala-gejala anemia ?
6. Apa saja jenis-jenis anemia ?
7. Bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan dari anemia ?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui apa itu pengertian dan fungsi dari vitamin.
 Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan kekurangan
vitamin.
 Untuk memahami pengertian dari anemia.
 Untuk memahami penyebab anemia.
 Untuk memahami gejala-gejala anemia.
 Untuk memahami jenis-jenis anemia.
 Untuk memahami bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan dari
anemia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Vitamin adalah sekelompok senyawa organic (Zat Organoloptik) yang sangat


dibutuhkan tubuh dan memiliki peran penting dalam mengatur proses
metebolisme tubuh. Secara umum vitamin tidak dapat di prosukdi oleh tubuh.
Tiap – tiap vitamin mempunyai fungsi dan tugas – tugasnya yang spesifik
termasuk dalam petumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Secara umum vitamin
di kelompokan menjadi dua kelompok yaitu: Vitamin yang larut dalam lemak
(Vitamin A,D,E,K) dan Vitamin yang larut dalam air (Vitamin B dan C).

A. Vitamin Yang Larut Dalam Lemak


1. Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak pertama yang
ditemukan secara luas. Vitamin A dikenal juga dengan nama Retinol.

1. Fungsi:
Vitamin A berperan dalam pengelihatan dan merupakan salah satu
komponen penyususun pigmen mata. Selain itu fungsi vitamin A
juga ikut berperan penting menjaga kesehatan, kekebalan tubuh,
pertumbuhan dan perkembanga, dan sangat baik untuk menjaga
kesehatan kulit.
2. Akibat kekurangan vitamin A:
Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan gangguan penglihatan,
rabun senja, katarak dan penurunan daya tahan tubuh.
3. Pencegah kekurangan Vitamin A:
Hewani: hati kuning telur, susu, mentega dan minyak ikan.
Nabati: karoten= sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau dan
buah – buahan yang berwarna kuning kemerahan seperti wortel,
pisang, papaya,

2. Vitamin D
Vitamin D dibuat dari ergosterol yang diradiasi. Ergosterol diperoleh
dari ragi sisa industry bir. Vitamin D pertama kali ditemukan oleh Mc.
Collum dan Sherman. Mereka menyebutnya sebagai vitamin antiraktis.
Vitamin D mulai dikenal dan dibedakan dari Vitamin A di dalam
kandungan minyak ikan, yang sanggup menghindari penyakit rickets
dan mendorong pertumbuhan. Vitamin D juga meningkatkan absorbs
kalsium dari saluran pencernaan dan juga membantu mengontrol
penyimpanan kalsium ditulang.
4. Fungsi:
Vitamin D Antara lain mengatur kadar kalsium dan fosfor dalam
darah, memperbesar penyerapan kalsium dan fosfor dari usus,
membantu peroses penulangan, serta memengaruhi kerja kelenjar
endokrin.
5. Akibat kekurangan vitamin D
Penderita obesitas dan penggunaan tabir surya yeng berlebihan juga
termasuk salah satu penyebab kekurangan Vitamin D.
6. Pencegah Kekurangan Vitamin D
Setiap dua sampai tiga kali seminggu, sebaiknya anda berjemur
dibawah sinar matahari pagi yang bisa memberikan asupan Vitamin
D secara maksimal. Dapatkan sumber Vitamin D lain dari makanan
misalnya dapat diperoleh dari hati, telur, susu, daging, minyak ikan,
mentega dan kacang – kacangan.

3. Vitamin E
Vitamin E tahan terhadap suhu tinggi serta asam, karena bersifat
antioksidan, Vitamin E mudah teroksidasi terutama bila pada lemak
yang tengik, timah, garam besi serta mudah rusak oleh sinar UV.

7. Fungsi
Antioksidan kuat, sintesis DNA, merangsang reaksi kekebalan,
mencegah PJK, melindungi sel darah merah dari hemolysis,
reproduksi, dan mencegah keguguran.
8. Akibat kekurangan Vitamin E
Bisa menyebabkan mandul pada pria dan wanita, kerusakan syaraf
dan dapat menimbulkan anemia pada bayi baru lahir.
9. Pencegah kekurangan Vitamin E
Memakan makanan yang mengandung Vitamin E adalah benih
gandum, minyak biji bunga matahari serta biji safflower dan minyak
jagung serta kedelai dan nabati.
4. Vitamin K
Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh
radiasi, asam dan alkali.

10. Fungsi
Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protombin. Kadar
protombin dalam darah yang tinggi baik untuk penggumpalan darah.
11. Akibat Kekurangan Vitamin K
Darah sulit membeku ketika luka atau pendarahan.
12. Pencegahan kekurangan Vitamin K
Sumber Vitamin K adalah telur, susu, dan sayuran segar berwarna
hijau.
B. Vitamin Yang Larut Dalam Air
1. Vitamin B1 (tiamin)
Merupaka salah satu vitamin yang penting bagi tubuh. Berbentuk padat
berwarna putih, tidak tahan pans dalam suasana alkali dan okseigen.
13. Fungsi
Sebagai menambah nafsu makan serta mengatur fungsi alat – alat
pencernaan dan fungsi saraf.
14. Akibat kekurangan Vitamin B1
Akan menimbulkan gangguan saraf, mudah lelah, pencernaan kurang
sempurn, serta menyebabkan penyakit beri – beri.
15. Pencegahan kekurangan Vitamin B1
Sumber Vitamin B1 yang terbaik ialah biji – bijian yang masih
memiliki kulit ari, kecambah, gandum, ragi, dan kacang – kacangan
kering.

2. Vitamin B2 (Riboflavin)
Berwarna kuning tahan panas, oksigen dan asam, dan tidak tahan
cahaya dan alkali
16. Fungsi
Membantu enzim menghasilkan energy dan membantu produksi sel
darah merah.
17. Akibat kekurangan vitamin B2
Sudut mulut merah, pecah – pecah, kelopak mata meradang,
memerah dan tidak tahan cahaya.
18. Pencegahan Kekurangan Vitamin B2
Sumber nutrisi dari vitamin ini adalah susu dan produk susu lainnya
seperti keju, sayuran sperti brokoli dan bayam.

3. Vitamin B3 (Niacin)
Niacin memiliki keunikan sendiri yaitu mampu mengahasilkan dua
koenzim yaitu NAD (Nicotinamide Adenine Dinukleotid) dan NADP
(Nicotamide Adenine Dinukleotid Phospate).
 Fungsi
Dapat membentuk asam amino tryptophan yang mampu
menenangkan sistem saraf pusat.
 Akibat kekurangan Vitamin B3
Palegra, diare, dermatitis.
 Pencegahan Kekurangan Vitamin B3
Sumber nutrisi dari vitamin B3 adalah daging, ayam, ikan dan serelia
tumbuk.
4. Vitamin B6 (Pridoksin, piridoksal, piridoksamin)
Penyerapan terhambat oleh rokok dan kontrasepsi oral dapat
mengurangi efektifitasnya.
a.Fungsi
Membantu metabolisme asam amino dan asam lemak, membantu
pembentukan sel darah merah.
b. Akibat kekurangan vitamin B6
Anemia, dermatitis, lidah licin, dan otot kejang.
c.Pencegahan kekurangan Vitamin B6
Sumber dari vitamin B6 adalah daging, ikan, kacang – kacanga,
kentang dan ayam.
5. Vitamin B12 (Kobalamin)
d. Fungsi
Mengubah karbohidrat menjadi glukosa sehingga mengubah
produksi energy, membantu pengaturan sistem saraf agar sehat.
e.Akibat Kekurangan Vitamin B12
Mengakibatkan depresi, stress dan mencegah terjadinya penyusutan
otak secara dini.
f. Pencegahan Kekurangan Vitamin B12
Sumber nutrisi dari Vitamin B12 terimpan di dalam daging hewan
dan produk – produk hewani seperti telur.
6. Vitamin B8 (Biotin)
g. Fungsi
Untuk menjaga sistem kekebalan tubu, produksi sel darah merah,
menjaga kulit serta rabut gelap sehat dan menjaga berfungsinya
sistem saraf.
h. Akibat kekurangan vitamin B8
i. Pencegahan kekurangan vitamin B8
Sumber nutrisi dari vitamin B8 yaitu pada sumber makanan seperti
kacang – kacangan, susu, lemak ikan, gandum dan kubis.

7. Vitamin C
Salah satu elemen yang paling penting dalam diet harian individu.
 Fungsi
Vitamin C membantu menjaga kesehatan gigi dan gusi. Membantu
menyerap zat besi yang diperlukan untuk membuat sel darah merah.
Vitamin C juga membantu luka bakar dan menyembuhkan luka.
Vitamin C merupakan antioksidan melindungi sel terhadap radikal
bebas, produk dari aktivitas sel normal yang berpartisipasi dalam
reaksi kimia dalam sel.
 Akibat kekurangan Vitamin C
Kelelahan, perubahan mood, berat badan menurun secara
mendadak, sendi dan otot sakit, memar berlebihan, kondisi gigi,
kering rambut dan kulit dan infeksi
 Pencegahan Kekurangan Vitamin C
Untuk mengatasinya yaitu dengan memenuhi kebutuhannya dengan
mengkonsumsi buah – buahan seperti buah kiwi, papaya, jeruk,
strawberry, jambu biji, paprika manis, adapun sayuran berdaun
hijau gelap dan brokoli.

2.2 Cara Pencegahan dan Penanggulangan Kekurangan Vitamin


Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin seperti
dijelaskan diatas, maka masalah kekurangan ini tidak boleh diremehkan karena
dapat menyebabkan kematian. Untuk mengatasi hal ini ada beberapa langkah yang
harus terus dilakukan, Antara lain:

A. Memperbaiki pola makan masyarakat melalui penyuluhan – penyuluhan


sehingga masyarakat kita semakin gemar megkonsumsi sayuran dan buah
– buahan.
B. Melakukan fortifikasi vitamin terhadap beberapa bahan makanan yang
banyak dikonsumsi masyarakat dengan memperhatikan syarat – syarat
fortifikasi, misal tidak menyebabkan kenaikan harga yang terlalu tinggi.
C. Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin yang sudah berjalan
pada kelompok sasaran yaitu:
1. Bayi umur 6 – 12 bulan.
2. Anak umur 1 – 5 tahun.
3. Ibu nifas.
4. Anak yang terserang campak
D. Pemberian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar
penyakit kekurangan vitamin.
E. Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar vitamin dalam tubuh dapat
berjalan secara normal.
F. Pemberian suplemen vitamin B12. Untuk tindakan pertama, dokter
memberi suplemen vitamin B12 dalam bentuk suntik. Kemudian, pengidapnya
diberikan suplemen berbentuk tablet. Jika kondisi kekurangan vitamin B12 ini
cukup parah, maka pengidapnya melakukan penyuntikan suplemen vitamin B12
secara teratur tiap bulan, yang mungkin juga bisa berlanjut hingga seumur hidup.

G. Pemberian suplemen folat atau dikenal dengan asam folat. Suplemen ini
dikonsumsi sampai kadar folat dalam darah berangsur normal. Pemberian asam
folat biasanya berlangsung selama 4 bulan. Jika penyebabnya tidak bisa
tertangani, maka pengidap perlu mengonsumsinya seumur hidup.
Sementara itu, untuk mencegahnya, kita hanya perlu lebih rajin lagi konsumsi
makanan yang kaya kandungan vitamin B12 dan folat.

lima perubahan pada wajah yang mengindikasikan gejala kekurangan


vitamin dan cara mengatasinya.

1. Mata bengkak

Jika Anda melihat kondisi mata yang bengkak dengan warna pucat setelah bangun
tidur, maka waspadai kondisi kekurangan yodium. Studi pada 2006 lalu
menunjukkan bahwa asupan yodium yang rendah berakibat pada kelelahan, mata
bengkak, kulit kering dan kuku yang rapuh. Beberapa makanan seperti yogurt,
kentang, stroberi dan kacang-kacangan bisa membantu Anda mengatasi masalah
ini.

2. Kulit pucat
Kulit pucat merupakan gejala bahwa Anda kekurangan vitamin B12. Kekurangan
vitamin ini bisa menyebabkan kulit pucat dan meningkatkan rasa lelah. Perbanyak
konsumsi salmon, daging merah, sereal dan yogurt untuk mengatasi masalah ini.

3. Rambut kering
Kondisi rambut yang kering biasanya dikaitkan dengan salah memilih sampo.
Namun tahukah Anda bahwa rambut kering bisa jadi indikator kekurangan
vitamin B7 atau biotin. Biotin yang rendah dapat menyebabkan kuku rapuh dan
rambut kering. Perbanyak konsumsi telur, kacang almond, dan biji-bijian untuk
mengatasi hal ini.

4. Bibir pucat

Jika Anda mengalami bibir pucat, maka itu tandanya Anda mengidap anemia
karena kekurangan zat besi. Anemia memiliki berbagai gejala antara lain kulit dan
bibir pucat, mudah lesu, dan tak bergairah saat melakukan aktivitas. Kondisi ini
bisa diatasi dengan konsumsi daging merah, makanan laut, sayuran berdaun hijau,
sereal

5. Gusi berdarah
Gusi berdarah merupakan tanda bahwa Anda mengalami kekurangan vitamin C.
Jadi jika Anda mendapati adanya darah saat menggosok gigi, coba perhatikan pola
konsumsi sumber vitamin C Anda. Beberapa makanan yang dapat menambah
asupan vitamin C antara lain jeruk, kangkung, brokoli, stroberi dan paprika.

Vitamin B12 adalah suatu vitamin yang sangat kompleks molekulnya, yang
mengandung sebuah atom kobal yang terikat mirip dengan besi terikat dalam
hemoglobin atau magnesium dalam klorofil. Sumber yang mengandung vitamin
B12 yaitu bisa ditemukan pada daging, ikan, telur, dan susu. Orang yang hanya
makan sayuran (vegetarian) dapat melindungi diri sendiri melawan defisiensi
(kekurangan) dengan menambah konsumsi susu, keju dan telur. Hal ini berarti
sekitar satu cangkir susu atau satu butir telur untuk satu harinya.

Untuk seorang vegetarian yang tidak memakan semua produk dari hewan dapat
memperoleh sumber vitamin B12 dari susu kedelai atau ragi yang sudah
ditumbuhkan dalam lingkungan yang kaya akan vitamin B12. Sumber lainnya
adalah miso (produk fermentasi kedelai, semacam tauco) dan tempe (terutama
yang dibuat secara tradisional). Pada tempe buatan pabrik tidak ditemukan
kobalamin. Bagi kaum vegetarian yang akan meningkatkan jumlah vitamin B12,
dapat makan sereal ataupun susu kedelai yang diperkaya dengan vitamin dan
mineral.
Vitamin B12 terjadi dalam beberapa bentuk dan dikenal sebagai sianokobalamina
yang merupakan salah satu bentuk yang paling aktif. Sianokobalamina larut dalam
air, tahan terhadap panas, inaktif oleh cahaya, asam keras atau larutan alkali.
Hanya sedikit yang hilang oleh cara pemasakan normal. Kini vitamin B12 dapat
disintesis dan diproduksi dengan murah dari hasil samping reaksi fermentasi yang
diperlukan dalam produksi antibiotik seperti penisilin dan streptomisin.

Vitamin B12 (kobalamin) mempunyai struktur cincin yang kompleks (cincin


corrin) dan serupa dengan cincin porfirin, yang pada cincin ini ditambahkan ion
kobal di bagian tengahnya yang disintesis secara eksklusif oleh mikroorganisme.
Dalam sumsum tulang koenzim vitamin B12 sangat diperlukan untuk sintesis
DNA. Bila DNA tidak diproduksi, erothroblast tidak membelah diri tetapi
membesar menjadi megablast yang kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah.

Kekurangan Vitamin ini dapat terjadi akibat :

1. Kurangnya asupan vitamin B12 dari makanan.

2. Kurangnya intrinsik faktor, yaitu protein yang membantu penyerapan vitamin


B12 di lambung. Faktor ini merupakan penyebab terserang anemia pernisiosa

3. Gangguan di usus seperti penyakit Crhon dan infeksi usus.

2.1.2 Sifat Vitamin B12

Vitamin ini bersifat larut dalam air, dan dapat disintetis oleh bakteri dalam usus.
Vitamin B12 ini berbeda dengan vitamin larut air lainnya tidak cepat dikeluarkan
dalam urin, tetapi dikumpulkan dan disimpan dalam hati, ginjal dan beberapa
jaringan tubuh.

Kekurangan vitamin B12 tidak saja terjadi karena asupannya yang kurang.
Asupan vitamin lain berlebihan pun dapat mengakibatkan defisiensi vitamin B12.
Misalnya, karena berlebihan mengkonsumsi vitamin C.

2.1.3 Fungsi Vitamin B12


Fungsi vitamin B12 adalah sebagai berikut :

1. Membantu proses metabolisme asam amino metionin serta pembentukan sel


darah merah dalam tubuh.

2. Penjaga nafsu makan dan mencegah terjadinya anemia (kurang darah) dengan
membentuk sel darah merah.

3. Pendonor metil dan bekerja sebagai asam folat untuk sintesa DNA dan sel
darah merah serta mencegah kerusakan system saraf dengan membantu
pembentukan myelin pada urat saraf.

4. Berperan penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat.

5. Berperan dalam aktifitas dan metabolisme sel-sel tulang.

6. Berperan dalam menjaga agar sel-sel berfungsi normal terutama sel-sel saluran
pencernaan, sistem urat syaraf, dan sumsum tulang.

2.3 Definisi Anemia

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006 : 256).Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu
diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar
yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.

Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang
ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih
rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari
12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Berikut
ini katagori tingkat keparahan pada anemia.

a. Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.


b. Kadar Hb 8 gram-5 gram disebut anemia saedang.
c. Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.

Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah, setiap ganguan


pembentukan sel darah merah, baik ukuran maupun jumlahnya, dapat
menyebabkan terjadinya anemia. ganguan tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’
pembentukan sel (sumsum tulang)maupun ganguan karena kekurangan komponen
pentingseperti zat besi, asam folat maupun vitamin B 12.

2.2.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu kondisi tubuh kekurangan kandungan Hemoglobin (sel


darah merah) dalam darah. Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah
berwarna merah. Hemoglobin ini bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke
otak dan ke seluruh organ serta jaringan tubuh. Seperti kita ketahui bersama,
oksigen merupakan bagian terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan
energi.

Hemoglobin juga berfungsi membawa karbondioksida hasil metabolisme dari


jaringan tubuh ke paru-paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas. Saat
kadar hemoglobin rendah maka jumlah sel darah merah pun akan rendah
akibatnya transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang
anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi.
Berdasarkan standar resmi WHO, seseorang dikatakan menderita anemia apabila
kadar hemoglobinnya kurang dari 13 gram/dl untuk pria dan kurang dari 12
gram/dl untuk wanita.

2.4 Penyebab Anemia


Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau
gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat menyebabkan seseorang
mengalami kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui,
jika asupan zat besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia.
Pendarahan saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal,
menstruasi yang berlerbihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi
dengan gizi yang baik dapat mjemiliki resiko anemia.

Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat terjadi
pendarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak transfusi darah
merupakan tindakan penanganan terutama jika terjadi pendarahan akut.
Pendarahan teresebut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah biasanya
berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam waktu yang lama.Berikut ini tiga
kemungkinan dasar penyebab anemia:

A. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan


Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merah dihancurkan
lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya 120
hari).Sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan sel darah merah.

B. Kehilangan darah
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena perdarahan
berlebihan,pembedahan atau permasalahandengan pembekuan
darah.Kehilangan darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau
perempuan juga dapat menyebabkan anemia.Semua faktor ini akan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi, karena zat besi dibutuhkan
untuk membuat sel darah merah baru.

C. Produksi sel darah merah yang tidak optimal


Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darh merah
dalam jumpah cukup.ini diakibatkan infeksi virus,paparan terhadap kimia
beracun atau obat-obatan(antibiotic, antikejang atau obat kanker).

2.5 Gejala Anemia

Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya:

a) Lemah, letih, lesu, mudah lelah dan lunglai.


b) Wajah tampak pucat.
c) Mata berkunang-kunang.
d) Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
e) Sering sakit.
f) Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau
berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah kuku. Perubahan
ini dapat terjadi perlahan-lahan sehingga sulit disadari.
g) Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah,
makaterdapat gejala lain seperyi jaundice,warna kuning pada bagian putih
mata ,pembesaran limpa dan warna urin seperti teh
2.6 Jenis – Jenis Anemia

A. Anemia Defisiensi zat besi


Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat kurangnya zat besi.
Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Oleh sebab itu, ketika tubuh
kekurangan zat besi, produksi hemoglobin akan menurun. Meskipun demikian,
penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe)
dsala tubuh sudah benar-benar habis .Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa
disebabkan banyak hal. Kekurangan zat besi pada bayi mungkin disebabkan
prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang menderita kekurangan
zat besi.Pada anak-anak mungkin disebabkan oleh asupan makanan yang kurang
mengandung zat besi. Sedabgkan pada orang dewasa, kurangnya zat besi pada
prinsipnya hampir selalu disebabkan oleh pendaraah menahun atau berulang-
ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh.

Faktor resiko terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di


bandingkan kaum pria. cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit
daripada pria, sedangkan kebutuhan perharinya justru lebih tinggin. setiap harinya
seorang wanita akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara
normal. pada saat mentruasi, kehilangan zat besi bisa bartambah hingga 1 mg lagi.

Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat pada saat hamil dan
melahirkan. ketika hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi kebutuhan zat
besi untuk dirinya, tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan janinya. selain itu, pendarahan saat melahirkan juga dapat
menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat besi.

B. Anemia Defisiensi Vitamin C


Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang jarang
terjadi,yang disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat dalam jangka
waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin c biasanya adalah kurangnya asupan
vitamin c dalam makanan sehari hari.

Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat besi, sehingga jika
terjadi kekurangan vitamin c ,maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang
dan bisa terjadi anemia. Untuk mendiagnosa penyakit ini dilakukan pengukuran
kadar vitamin c dalam darah. Pada anemia jenis ini sum-sum tulang menghasilkan
sel darah merah berukuran kecil.

C. Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau asam
folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan berukuran besar
(Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang normal atau lebih tinggi
(hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean Corpuscular Volume merupakan
salah satu karakteristik sel darah merah.Sekitar 90% anemia makrositik yang
terjadi adalah anemia pernisiosa.
Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan vitamin
b12 juga mempengaruhi sistem saraf, sehingga penderita anemia ini akan
merasakan kesemutan ditangan dan kaki, tungkai dan kaki,dan tangan seolah mati
rasa, serta kaki dalam bergerak. gejala lain yang dapat terlihat diantaranya adalah
buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan biru, luka terbuka dilidah atau
lidah seperti terbakar,penurunan berat badan, warnakulit menjadi lebih gelap,
linglung, depresi, penurunan fungsi intelektual.

Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin


untuk anemia. pada contoh darah yang diperiksadibawah mikroskop, tampak selah
merah berukuran besar. juga dapat dilihat perubahan sel darah putih dan
trombosit,terutama jika penderita anemia dalam jangka waktu yang lama.jiika
diduga terjadi kekurangan, maka dilakukan pengukuran kadar vitamin b12 dalam
darah.

D. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih
cepatdari normal. umur sel darah merah normalnya 120 hari. pada anemia
hemolitik,umur sel darah merah lebih pendeksehingga sumsum tulang penghasil
sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.

E. Anemia Sel Sabit


Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan yang
ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit,kaku, dan anemia hemolitik
kronik. pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (prootein
pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah
oksigen dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit. sel yang
berbentuk sabit akan menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam
limpa, ginjal, otak, tulang, dan organ lainnya, dan menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen ke organ tersebut.sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat
melewati pembuluh darah,kerusakan organ ,bahkan sampai pada kematian.

F. Anemia Aplastik
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam jiwa.
Anemia aplastik terjadi bila ”pabrik” (sumsum tulang)pembuatan darah merah
terganggu. Pada anemia aplastik, terjadi penurunan produksi sel darah (eritrosit,
leukosit dan trombosit).Anemia aplastik disebabkan oleh bahan kimia, obat-
obatan, virus dan terkait dengan penyakit-penyakit yang lain.

2.7 Penanggulangan dan pencegahan dari Anemia


1) Pendidikan
Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi
melalui makanan Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang
mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar
mengerti, harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang
mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu
penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Asupan zat besi dari makanan dapat
ditingkatkan melaluitiga cara :

 Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar


yang semestinya dikonsumsi.
 Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan
jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan
pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.
 peningkatan gizi berupa makan makanan yang mengandung vitamin zat
bezi, seperti sayur-sayuran (bayam,kangkung,jagung),telur,kismis.
2) Pola istirahat
Mengacu pada kegiatan/aktifitas yang mengakibatkan tubuh
mengalami/beresiko terkena anemia.menghindari kondisi dimana tubuh
mengalami gangguan pembentukan sel darah merah.dan istirahat yang dianjurkan
adalah minimal 8 jam per hari.

3) Pola Hidup
Menjaga agar sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit. Kekurangan
hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat oksigen berkurang.
4) Pola Aktifitas
Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi kekurangan
oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen. Melakukan tes darah secara
rutin untuk melihat profil darah dan mencegah terjadinya anemia.

5) Melakukan tes laboratorium


Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara
anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal,
maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.

Anemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Anemia Ringan

Anemia disebut ringan jika kandungan Hb berada diantara 10-12 gram/dl.


Gejalanya berupa badan sering merasa lemah, cepat lelah, letih, kurang energi,
nafsu makan berkurang, gampang mengantuk dan mata berkunang-kunang bila
bangkit berdiri dari duduk.

2. Anemia Sedang

Anemia dikatakan sedang jika kandungan Hb berada pada kisaran 8-10


gram/dl. Pada tingkatan ini penderita biasanya mudah terinfeksi penyakit, stamina
tubuh menurun dan detak jantung lebih cepat. Ciri paling umumnya adalah wajah,
selaput lendir kelopak mata bagian bawah sebelah dalam, bibir, dan kuku tampak
pucat atau tidak merah.

3. Anemia Berat

Anemia diklasifikasikan berat apabila kadar Hb berada di bawah 7gram/dl. Pada


keadaan ini fungsi sel sudah terganggu, penderita akan mengalami gangguan
sesak nafas dan penderita harus memperoleh transfusi darah.
Seseorang yang menderita kurang darah disebut anemia. Darah terdiri dari dua
bagian, bagian cair yang disebut plasma dan sel-sel bagian. Seluler bagian berisi
berbagai jenis sel.

Salah satu yang paling penting dan paling banyak sel adalah jenis sel darah merah.
Yang lain adalah jenis sel darah putih dan sel platelets. Tujuan dari sel darah
merah adalah untuk memberikan oksigen paru-paru ke bagian lain dari tubuh.

6) Faktor Penyebab Anemia

Pengobatan sering memicu anemia. Beberapa obat penyebab anemia termasuk


tetapi tidak terbatas pada sulfonamid, alkohol, penisilin, dan amfoterisin. Sering
kali, menghentikan obat yang mengganggu dapat memulihkan anemia. Tetapi,
apabila obat tersebut diperlukan untuk masalah lain, harus ditemukan cara lain
untuk menghadapi anemia tersebut.

Penyebab umum dari anemia adalah sebagai berikut :

1. Berkurangnya pembentukan sel darah merah yaitu kekuranga zat besi, vitamin
B12, asam folat, vitamin C, dan penyakit kronik.

2. Terjadinya penurunan kadar Hb yang disebabkan oleh adanya perdarahan,


misalnya pada kecelakaan, menstruasi, pembedahan, persalinan, dan pecahnya
pembuluh darah.

Gangguan produksi sel darah di sumsum tulang atau adanya kelainan di sumsum
tulang sehingga tidak dapat memproduksi sel darah juga dapat menjadi penyebab
kekurangan darah.

Disebabkan faktor genetik yaitu adanya suatu antibodi tertentu di dalam tubuh
yang menghancurkan sel darah merah sehingga terjadi anemia.

Anemia Sebagai Akibat Kekurangan Vitamin B12

Anemia karena kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama Anemia pernisiosa.
Anemia Pernisiosa adalah anemia megaloblastik yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin B12. Anemia megaloblastik paling sering disebabkan oleh
kekurangan vitamin B12 dan asam folat dalam makanan atau ketidakmampuan
untuk menyerap vitamin tersebut. Kadang anemia ini disebabkan oleh obat-obat
tertentu yang digunakan untuk mengobati kanker.

Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk
menghasilkan sel darah merah. Jika kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi
anemia megaloblastik. Kekurangan vitamin B12 biasanya disebabkan karena
kurang baiknya penyerapan dan kekurangan dalam makanan yang dikonsumsi.

Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa, suatu penyakit


yang mungkin disebabkan oleh keturunan, yaitu karena faktor intrinsik tidak
diproduksi oleh tubuh, dan akibatnya vitamin B12 tidak dapat diserap. Sumsum
tulang tidak dapat memproduksi sel eritrosit yang normal, tetapi memproduksi
dan memasukkan sel makrosit ke dalam saluran darah. Karena itu daya angkut
hemoglobin menjadi sangat terbatas.

Akibatnya timbul anemia, pucat, gangguan perut, kurang berat, dan glositis.
Biasanya kekurangan vitamin B12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin
untuk anemia.

Selain mengurangi pembentukan sel darah merah, kekurangan vitamin B12 juga
mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan:

1. Kesemutan ditangan dan kaki.

2. Hilangnya rasa ditungkai kaki dan tangan.

3. Pergerakan yang kaku.

4. Lidah seperti terbakar.

5. Penurunan berat badan.

6. Warna kulit menjadi lebih gelap.


Pada contoh darah yang diperiksa dibawah mikroskop, tampak megaloblas, dapat
dilihat perubahan sel darah putih dan trombosit, terutama jika penderita telah
menderita anemia dalam jangka waktu yang lama. Jika diduga terjadi kekurangan,
maka dilakukan pengukuran kadar vitamin B12 dalam darah. Jika sudah pasti
terjadi kekurangan vitamin B12, bisa dilakukan pemeriksaan untuk menentukan
penyebabnya.

Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah


manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Komponen
pembentuk darah antara lain: sel darah merah, hematokrit, hemoglobin, sel darah
putih, komponen sel darah putih dan trombosit/platelet. Terjadinya anemia
dideteksi dengan menggunakan komponen sel darah merah, hematokrit dan
hemoglobin.

Sel darah merah merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter
darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam
tubuhnya.

Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel
darah merah rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada penghitungan sel
darah merah, akan dinilai jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Bentuk sel
darah merah pun dilihat di bawah mikroskop. Informasi mengenai jumlah, ukuran
dan bentuk sel darah merah akan digunakan untuk mendiagnosa jenis anemia yang
diderita berikut kemungkinan penyebabnya.

Biasanya pemeriksaan dipusatkan kepada faktor intrinsik:

Contoh darah diambil untuk memeriksa adanya antibodi terhadap faktor intrinsik.
Biasanya antibodi ini ditemukan pada 60-90% penderita anemia pernisiosa.

Pemeriksaan yang lebih spesifik, yaitu analisa lambung.

Dengan cara dimasukkan sebuah selang kecil ( selang nasogastrik) melalui


hidung, melewati tenggorokan dan masuk ke dalam lambung. Lalu disuntikkan
pentagastrin (hormon yang merangasang pelepasan faktor intrinsik) ke dalam
sebuah vena.

Selanjutnya diambil contoh cairan lambung dan diperiksa untuk menemukan


adanya faktor intrinsik.

Jika penyebabnya masih belum pasti, bisa dilakukan tes Schilling:

1. Diberikan sejumlah kecil vitamin B12 radioaktif per-oral (ditelan) dan diukur
penyerapannya.

2. Kemudian diberikan faktor intrinsik dan vitamin B12, lalu penyerapannya


diukur kembali. Jika vitamin B12 diserap dengan faktor intrinsik, tetapi tidak
diserap tanpa faktor intrinsik, maka diagnosisnya pasti anemia pernisiosa.

Prinsip pengobatan anemia pernisiosa adalah untuk mencukupi kebutuhan vitamin


B12 yang kurang dalam tubuh. Sedangkan tujuan pengobatannya adalah untuk
menyembuhkan anemia yaitu melalui pemberian vitamin B12 agar mencegah
timbulnya komplikasi, seperti kerusakan jantung atau syaraf dan mengobati
penyakit dasarnya jika anemia pernisiosa disebabkan oleh penyakit tertentu.

Jika anemia pernisiosa disebabkan oleh infeksi usus, biasanya penderita akan
diberi antibiotik. Jika ada gangguan di usus halus, mungkin dibutuhkan
pembedahan. Tetapi, jika anemianya terjadi akibat kurang makan makanan
bervitamin B12, maka pola makan harus diperbaiki dan penderita harus
mengkonsumsi tambahan vitamin B12 sepanjang hidupnya.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Vitamin adalah sekelompok senyawa organic (Zat Organoloptik) yang sangat
dibutuhkan tubuh dan memiliki peran penting dalam mengatur proses
metebolisme tubuh. Secara umum vitamin tidak dapat di prosukdi oleh tubuh.
Tiap – tiap vitamin mempunyai fungsi dan tugas – tugasnya yang spesifik
termasuk dalam petumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Secara umum vitamin
di kelompokan menjadi dua kelompok yaitu:

1. Vitamin yang larut dalam lemak: Vitamin A,D,E,K

2. Vitamin yang larut dalam air: Vitamin B dan C

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia adalah
berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin
dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).

Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau
gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat menyebabkan seseorang
mengalami kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui,
jika asupan zat besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia.
Pendarahan saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal,
menstruasi yang berlerbihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi
dengan gizi yang baik dapat mjemiliki resiko anemia.

1.2 Saran
Diharapkan menjadi referensi tambahan yang bermanfaat khususnya bagi
mahasiswa keperawatan dan mendapatkan pengetahuan untuk pembaca.
Disamping itu alangkah baiknya kita sudah mengetahui pengetahuan yang sudah
dijelaskan untuk berbagi kepada kelurga, teman, sahabat dan semuanya.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga, jakarta.

Girindra A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.

Lal, H. 2000. Biochemistry for Dental Students. CBS Publishers and Distributor,

New Delhi.

Lehninger, A. L. 1998. Dasar-Dasar Biokimia I. Erlangga, Jakarta.

Mulyono HAM. 2005. Kamus Kimia. Bumi Aksara, Jakarta.

Pujiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press, Jakarta.

Sirajuddin, S. 2009.Penuntun Praktikum Biokimia. Laboratorium Terpadu


Kesehatan Masyarakat AIPTKMI Regional Indonesia Timur UNHAS,
Makassar.
KELOMPOK 6
PENGERTIAN PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KEKURANGAN VITAMIN,
ANEMIA CACINGAN, DAN KKP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vitamin adalah sekelompok senyawa organic (Zat Organoloptik) yang
sangat dibutuhkan tubuh dan memiliki peran penting dalam mengatur proses
metebolisme tubuh. Secara umum vitamin tidak dapat di prosukdi oleh tubuh.
Tiap – tiap vitamin mempunyai fungsi dan tugas – tugasnya yang spesifik
termasuk dalam petumbuhan dan pemeliharaan kesehatan

Anemia, cacingan, dan KKP adalah penyakit yang sering di derita oleh
masyarakat. Penyebabnya sangat beragam. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya yaitu kurangnya kesadaran untuk melakukan pola
hidup sehat. Cacingan yang dianggap sepele dapat mengakibatkan infeksi ringan
yang sangat mengganggu terutama pada anak-anak yang dalam masa
pertumbuhan. Infeksi ringan dapat mnegakibatkan anemia dengan berbagai
manifestasi klinis, baik yang terlihat secara nyata maupun yang tidak terlihat.
Sedangkan dalam kasus infeksi yang sedang sampai dengan berat dapat
mengganggu proses penyerapan makanan sehingga zat-zat gizi tidak dapat diserap
dengan baik oleh tubuh.

Upaya-upaya untuk menangani penyakit tersebut merupakan tindakan-


tindakan preventif. Perbaikan harus ditujukan pada faktor-faktor penyebab lapis
terdalam maupun terluar. Seperti perbaikan ekonomi Negara, peningkatan
pendidikan umum dan pendidikan gizi, penerangan serta penyuluhan gizi,
peningkatan produksi bahan makanan. Selain itu juga adanya perbaikan kondisi
keluarga dan para anggota keluarga.

A. Rumusan Masalah
Apa pengertian pencegahan dan penanggulangan kekurangan
vitamin,anemia,cacingan,dan kkp ?

B. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian pencegahan dan penanggulangan kekurangan
vitamin,anemia,cacingan,dan kkp.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Definisi Vitamin

Vitamin adalah sekelompok senyawa organic (Zat Organoloptik) yang


sangat dibutuhkan tubuh dan memiliki peran penting dalam mengatur proses
metebolisme tubuh. Secara umum vitamin tidak dapat di prosukdi oleh tubuh.
Tiap – tiap vitamin mempunyai fungsi dan tugas – tugasnya yang spesifik
termasuk dalam petumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Secara umum vitamin
di kelompokan menjadi dua kelompok yaitu:

1. Vitamin yang larut dalam lemak: Vitamin A,D,E,K


2. Vitamin yang larut dalam air: Vitamin B dan C

2.1.1 Jenis – Jenis Vitamin

A. Vitamin Yang Larut Dalam Lemak


1. Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak pertama yang
ditemukan secara luas. Vitamin A dikenal juga dengan nama Retinol.

 Fungsi:
Vitamin A berperan dalam pengelihatan dan merupakan salah satu
komponen penyususun pigmen mata. Selain itu fungsi vitamin A juga ikut
berperan penting menjaga kesehatan, kekebalan tubuh, pertumbuhan dan
perkembanga, dan sangat baik untuk menjaga kesehatan kulit.

 Akibat kekurangan vitamin A:


Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan gangguan penglihatan, rabun
senja, katarak dan penurunan daya tahan tubuh.

 Pencegah kekurangan Vitamin A:


Hewani: hati kuning telur, susu, mentega dan minyak ikan.

Nabati: karoten= sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau dan buah
– buahan yang berwarna kuning kemerahan seperti wortel, pisang, papaya,
2. Vitamin D
Vitamin D dibuat dari ergosterol yang diradiasi. Ergosterol diperoleh dari
ragi sisa industry bir. Vitamin D pertama kali ditemukan oleh Mc. Collum
dan Sherman. Mereka menyebutnya sebagai vitamin antiraktis. Vitamin D
mulai dikenal dan dibedakan dari Vitamin A di dalam kandungan minyak
ikan, yang sanggup menghindari penyakit rickets dan mendorong
pertumbuhan. Vitamin D juga meningkatkan absorbs kalsium dari saluran
pencernaan dan juga membantu mengontrol penyimpanan kalsium
ditulang.

 Fungsi:
Vitamin D Antara lain mengatur kadar kalsium dan fosfor dalam darah,
memperbesar penyerapan kalsium dan fosfor dari usus, membantu peroses
penulangan, serta memengaruhi kerja kelenjar endokrin.

 Akibat kekurangan vitamin D


Penderita obesitas dan penggunaan tabir surya yeng berlebihan juga
termasuk salah satu penyebab kekurangan Vitamin D.

 Pencegah Kekurangan Vitamin D


Setiap dua sampai tiga kali seminggu, sebaiknya anda berjemur dibawah
sinar matahari pagi yang bisa memberikan asupan Vitamin D secara
maksimal. Dapatkan sumber Vitamin D lain dari makanan misalnya dapat
diperoleh dari hati, telur, susu, daging, minyak ikan, mentega dan kacang –
kacangan.

3. Vitamin E
Vitamin E tahan terhadap suhu tinggi serta asam, karena bersifat
antioksidan, Vitamin E mudah teroksidasi terutama bila pada lemak yang
tengik, timah, garam besi serta mudah rusak oleh sinar UV.

 Fungsi
Antioksidan kuat, sintesis DNA, merangsang reaksi kekebalan, mencegah
PJK, melindungi sel darah merah dari hemolysis, reproduksi, dan
mencegah keguguran.

 Akibat kekurangan Vitamin E


Bisa menyebabkan mandul pada pria dan wanita, kerusakan syaraf
dan dapat menimbulkan anemia pada bayi baru lahir.
 Pencegah kekurangan Vitamin E
Memakan makanan yang mengandung Vitamin E adalah benih
gandum, minyak biji bunga matahari serta biji safflower dan minyak
jagung serta kedelai dan nabati.

4. Vitamin K
Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh
radiasi, asam dan alkali.

 Fungsi
Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protombin. Kadar
protombin dalam darah yang tinggi baik untuk penggumpalan darah.

 Akibat Kekurangan Vitamin K


Darah sulit membeku ketika luka atau pendarahan.

 Pencegahan kekurangan Vitamin K


Sumber Vitamin K adalah telur, susu, dan sayuran segar berwarna
hijau.

B. Vitamin Yang Larut Dalam Air


1. Vitamin B1 (tiamin)
Merupaka salah satu vitamin yang penting bagi tubuh. Berbentuk padat
berwarna putih, tidak tahan pans dalam suasana alkali dan okseigen.

 Fungsi
Sebagai menambah nafsu makan serta mengatur fungsi alat – alat
pencernaan dan fungsi saraf.

 Akibat kekurangan Vitamin B1


Akan menimbulkan gangguan saraf, mudah lelah, pencernaan
kurang sempurn, serta menyebabkan penyakit beri – beri.

 Pencegahan kekurangan Vitamin B1


Sumber Vitamin B1 yang terbaik ialah biji – bijian yang masih
memiliki kulit ari, kecambah, gandum, ragi, dan kacang – kacangan
kering.

2. Vitamin B2 (Riboflavin)
Berwarna kuning tahan panas, oksigen dan asam, dan tidak tahan cahaya
dan alkali

 Fungsi
Membantu enzim menghasilkan energy dan membantu produksi sel darah
merah.

 Akibat kekurangan vitamin B2


Sudut mulut merah, pecah – pecah, kelopak mata meradang, memerah dan
tidak tahan cahaya.

 Pencegahan Kekurangan Vitamin B2


Sumber nutrisi dari vitamin ini adalah susu dan produk susu lainnya
seperti keju, sayuran sperti brokoli dan bayam.

3. Vitamin B3 (Niacin)
Niacin memiliki keunikan sendiri yaitu mampu mengahasilkan dua
koenzim yaitu NAD (Nicotinamide Adenine Dinukleotid) dan NADP
(Nicotamide Adenine Dinukleotid Phospate).

 Fungsi
Dapat membentuk asam amino tryptophan yang mampu menenangkan
sistem saraf pusat.

 Akibat kekurangan Vitamin B3


Palegra, diare, dermatitis.

 Pencegahan Kekurangan Vitamin B3


Sumber nutrisi dari vitamin B3 adalah daging, ayam, ikan dan serelia
tumbuk.

4. Vitamin B6 (Pridoksin, piridoksal, piridoksamin)


Penyerapan terhambat oleh rokok dan kontrasepsi oral dapat mengurangi
efektifitasnya.

 Fungsi
Membantu metabolisme asam amino dan asam lemak, membantu
pembentukan sel darah merah.

 Akibat kekurangan vitamin B6


Anemia, dermatitis, lidah licin, dan otot kejang.

 Pencegahan kekurangan Vitamin B6


Sumber dari vitamin B6 adalah daging, ikan, kacang – kacanga, kentang
dan ayam.

5. Vitamin B12 (Kobalamin)


 Fungsi
Mengubah karbohidrat menjadi glukosa sehingga mengubah produksi
energy, membantu pengaturan sistem saraf agar sehat.

 Akibat Kekurangan Vitamin B12


Mengakibatkan depresi, stress dan mencegah terjadinya penyusutan otak
secara dini.

 Pencegahan Kekurangan Vitamin B12


Sumber nutrisi dari Vitamin B12 terimpan di dalam daging hewan dan
produk – produk hewani seperti telur.

6. Vitamin B8 (Biotin)
 Fungsi
Untuk menjaga sistem kekebalan tubu, produksi sel darah merah, menjaga
kulit serta rabut gelap sehat dan menjaga berfungsinya sistem saraf.

 Akibat kekurangan vitamin B8


 Pencegahan kekurangan vitamin B8
Sumber nutrisi dari vitamin B8 yaitu pada sumber makanan seperti kacang
– kacangan, susu, lemak ikan, gandum dan kubis.

7. Vitamin C
Salah satu elemen yang paling penting dalam diet harian individu.

 Fungsi
Vitamin C membantu menjaga kesehatan gigi dan gusi. Membantu
menyerap zat besi yang diperlukan untuk membuat sel darah merah.
Vitamin C juga membantu luka bakar dan menyembuhkan luka. Vitamin C
merupakan antioksidan melindungi sel terhadap radikal bebas, produk dari
aktivitas sel normal yang berpartisipasi dalam reaksi kimia dalam sel.
 Akibat kekurangan Vitamin C
Kelelahan, perubahan mood, berat badan menurun secara mendadak, sendi
dan otot sakit, memar berlebihan, kondisi gigi, kering rambut dan kulit dan
infeksi

 Pencegahan Kekurangan Vitamin C


Untuk mengatasinya yaitu dengan memenuhi kebutuhannya dengan
mengkonsumsi buah – buahan seperti buah kiwi, papaya, jeruk,
strawberry, jambu biji, paprika manis, adapun sayuran berdaun hijau gelap
dan brokoli.

2.1.2 Cara Pencegahan dan Penanggulangan Kekurangan Vitamin

Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin seperti


dijelaskan diatas, maka masalah kekurangan ini tidak boleh diremehkan karena
dapat menyebabkan kematian. Untuk mengatasi hal ini ada beberapa langkah yang
harus terus dilakukan, Antara lain:

A. Memperbaiki pola makan masyarakat melalui penyuluhan – penyuluhan


sehingga masyarakat kita semakin gemar megkonsumsi sayuran dan buah –
buahan.
B. Melakukan fortifikasi vitamin terhadap beberapa bahan makanan yang banyak
dikonsumsi masyarakat dengan memperhatikan syarat – syarat fortifikasi,
misal tidak menyebabkan kenaikan harga yang terlalu tinggi.
C. Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin yang sudah berjalan
pada kelompok sasaran yaitu:
1. Bayi umur 6 – 12 bulan.
2. Anak umur 1 – 5 tahun.
3. Ibu nifas.
4. Anak yang terserang campak
D. Pemberian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar penyakit
kekurangan vitamin.
E. Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar vitamin dalam tubuh dapat
berjalan secara normal
2.2 Definisi Anemia

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah


merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia adalah
berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin
dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium. Anemia ,
dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang ditandai
dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit
kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula
pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Berikut ini katagori
tingkat keparahan pada anemia.

a. Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.


b. Kadar Hb 8 gram-5 gram disebut anemia saedang.
c. Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah, setiap ganguan
pembentukan sel darah merah, baik ukuran maupun jumlahnya, dapat
menyebabkan terjadinya anemia. ganguan tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’
pembentukan sel (sumsum tulang)maupun ganguan karena kekurangan komponen
pentingseperti zat besi, asam folat maupun vitamin B 12.

2.2.1 Penyebab Anemia

Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk


atau gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat menyebabkan seseorang
mengalami kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui,
jika asupan zat besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia.
Pendarahan saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal,
menstruasi yang berlerbihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi
dengan gizi yang baik dapat mjemiliki resiko anemia.

Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat


terjadi pendarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak transfusi
darah merupakan tindakan penanganan terutama jika terjadi pendarahan akut.
Pendarahan teresebut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah biasanya
berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam waktu yang lama. Berikut ini tiga
kemungkinan dasar penyebab anemia:

A. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan


Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merah dihancurkan
lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya 120
hari).Sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan sel darah merah.

B. Kehilangan darah
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena perdarahan
berlebihan,pembedahan atau permasalahandengan pembekuan
darah.Kehilangan darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau
perempuan juga dapat menyebabkan anemia.Semua faktor ini akan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi, karena zat besi dibutuhkan
untuk membuat sel darah merah baru.

C. Produksi sel darah merah yang tidak optimal


Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darh merah
dalam jumpah cukup.ini diakibatkan infeksi virus,paparan terhadap kimia
beracun atau obat-obatan(antibiotic, antikejang atau obat kanker).

2.2.2 Gejala Anemia

Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya:

a) Lemah, letih, lesu, mudah lelah dan lunglai.


b) Wajah tampak pucat.
c) Mata berkunang-kunang.
d) Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
e) Sering sakit.
f) Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau
berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah kuku. Perubahan
ini dapat terjadi perlahan-lahan sehingga sulit disadari.
g) Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah,
makaterdapat gejala lain seperyi jaundice,warna kuning pada bagian putih
mata ,pembesaran limpa dan warna urin seperti teh.
2.2.3 Jenis – Jenis Anemia

A. Anemia Defisiensi zat besi


Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat
kurangnya zat besi. Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin.
Oleh sebab itu, ketika tubuh kekurangan zat besi, produksi hemoglobin
akan menurun. Meskipun demikian, penurunan hemoglobin sebetulnya
baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dsala tubuh sudah benar-
benar habis .Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan banyak hal.
Kekurangan zat besi pada bayi mungkin disebabkan prematuritas, atau
bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang menderita kekurangan zat
besi.Pada anak-anak mungkin disebabkan oleh asupan makanan yang
kurang mengandung zat besi. Sedabgkan pada orang dewasa, kurangnya
zat besi pada prinsipnya hampir selalu disebabkan oleh pendaraah
menahun atau berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh.

Faktor resiko terjadinya anemia memang lebih besar pada


perempuan di bandingkan kaum pria. cadangan besi dalam tubuh
perempuan lebih sedikit daripada pria, sedangkan kebutuhan perharinya
justru lebih tinggin. setiap harinya seorang wanita akan kehilangan sekitar
1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal. pada saat mentruasi,
kehilangan zat besi bisa bartambah hingga 1 mg lagi.

Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat pada saat hamil
dan melahirkan. ketika hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi
kebutuhan zat besi untuk dirinya, tetapi juga harus memenuhi kebutuhan
zat besi untuk pertumbuhan janinya. selain itu, pendarahan saat melahirkan
juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat besi.

B. Anemia Defisiensi Vitamin C


Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang
jarang terjadi,yang disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat
dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin c biasanya
adalah kurangnya asupan vitamin c dalam makanan sehari hari.

Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat besi,


sehingga jika terjadi kekurangan vitamin c ,maka jumlah zat besi yang
diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia. Untuk mendiagnosa
penyakit ini dilakukan pengukuran kadar vitamin c dalam darah. Pada
anemia jenis ini sum-sum tulang menghasilkan sel darah merah berukuran
kecil.
C. Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12
atau asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan
berukuran besar (Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang
normal atau lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean
Corpuscular Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah
merah.Sekitar 90% anemia makrositik yang terjadi adalah anemia
pernisiosa.

Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah


kekurangan vitamin b12 juga mempengaruhi sistem saraf, sehingga
penderita anemia ini akan merasakan kesemutan ditangan dan kaki,
tungkai dan kaki,dan tangan seolah mati rasa, serta kaki dalam bergerak.
gejala lain yang dapat terlihat diantaranya adalah buta warna
tertentu,termasuk warna kuning dan biru, luka terbuka dilidah atau lidah
seperti terbakar,penurunan berat badan, warnakulit menjadi lebih gelap,
linglung, depresi, penurunan fungsi intelektual.

Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan


darah rutin untuk anemia. pada contoh darah yang diperiksadibawah
mikroskop, tampak selah merah berukuran besar. juga dapat dilihat
perubahan sel darah putih dan trombosit,terutama jika penderita anemia
dalam jangka waktu yang lama.jiika diduga terjadi kekurangan, maka
dilakukan pengukuran kadar vitamin b12 dalam darah.

D. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh
lebih cepatdari normal. umur sel darah merah normalnya 120 hari. pada
anemia hemolitik,umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum
tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh
akan sel darah merah.

E. Anemia Sel Sabit


Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit
keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk
sabit,kaku, dan anemia hemolitik kronik. pada penyakit sel sabit, sel darah
merah memiliki hemoglobin (prootein pengangkut oksigen) yang
bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan
menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit. sel yang berbentuk sabit
akan menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa,
ginjal, otak, tulang, dan organ lainnya, dan menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen ke organ tersebut.sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada
saat melewati pembuluh darah,kerusakan organ ,bahkan sampai pada
kematian.

F. Anemia Aplastik
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam
jiwa. Anemia aplastik terjadi bila ”pabrik” (sumsum tulang)pembuatan
darah merah terganggu. Pada anemia aplastik, terjadi penurunan produksi
sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit).Anemia aplastik disebabkan
oleh bahan kimia, obat-obatan, virus dan terkait dengan penyakit-penyakit
yang lain.

2.2.4 Pencegahan dari Anemia

A. Pendidikan
Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan
asupan zat besi melalui makanan Konsumsi tablet zat besi dapat
menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung
menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, harus diberikan pendidikan
yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia,
dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah
defisiensi zat besi. Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan
melaluitiga cara :

a) Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar


yang semestinya dikonsumsi.
b) Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan
jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan
pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.
c) peningkatan gizi berupa makan makanan yang mengandung vitamin zat
bezi, seperti sayur-sayuran (bayam,kangkung,jagung),telur,kismis.
B. Pola istirahat
Mengacu pada kegiatan/aktifitas yang mengakibatkan tubuh
mengalami/beresiko terkena anemia.menghindari kondisi dimana tubuh
mengalami gangguan pembentukan sel darah merah.dan istirahat yang
dianjurkan adalah minimal 8 jam per hari.

C. Pola Hidup
Menjaga agar sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit.
Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat
oksigen berkurang.

D. Pola Aktifitas
Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam
folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen. Melakukan tes darah secara rutin untuk melihat
profil darah dan mencegah terjadinya anemia.

E. Melakukan tes laboratorium


Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa
membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata
kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat
dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.

2.3 Definisi Cacingan

Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk


dalam infeksi yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang
menyerang tubuh inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di
dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya. Pada kasus cacingan,
maka cacing tersebut bahkan dapat melemahkan  tubuh inangnya dan
menyebabkan gangguan kesehatan.

Cacingan dapat menular melalui larva/telur yang tertelan & masuk ke


dalam tubuh.Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong &
panjang yang berawal  dari telur/larva hingga berubah menjadi bentuk cacing
dewasa. Cacing dapat menginfeksi  bagian tubuh manapun yang ditinggalinya
seperti pada kulit, otot, paru-paru, ataupun  usus/saluran pencernaan. Penyakit
cacingan, khususnya pada anak sering dianggap sebagai penyakit yang
sepele  oleh sebagian besar kalangan masyarakat. Padahal penyakit ini bisa
menurunkan tingkat kesehatan anak. Di antaranya, menyebabkan anemia, IQ
menurun, lemas tak bergairah, ngantuk, malas beraktivitas serta berat badan
rendah.cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada cacing gelang, cacing pita
dan cacing pipih.

a.     Berikut jenis-jenis cacing :


1.    Cacing Gelang: (Ascaris lumbricoides)

2.    Cacing Cambuk: (Tricuris Trichiura)

3.    Cacing Tambang: (Ancylostomiasis)

4.    Cacing Kremi: (Enterobius Vermicularis)

Anak-anak biasanya lebih mudah terinfeksi cacing bila dibandingkan


dengan orang dewasa karena untuk selalu mencuci tangan sebelum makan,
Mereka belum biasa membedakan makanan yang bersih dan layak dimakan
dengan makanan yang tidak diolahdengan bersih dan dimasak dengan benar,
sehingga tidak layak untuk dimakan

2.3.1 Cara Penularan

Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang
tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus
yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
Penularan penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan
tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang
dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai
untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering,
mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa
menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau
terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa
berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia,
cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari
makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.

Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035
protein per hari. Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan
cacing tambang minum 0,2 milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan,
berapa besar kehilangan zat gizi dan darah yang digeogotinya. Seekor cacing
gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Bila di dalam
perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup memproduksi 600.000 telur

2.3.2 Pencegahan

Cara terbaik dalam mencegah agar anak anda tidak sampai mengalami
cacingan, adalah:

a.  Ajari anak-anak untuk selalu menggunakan alas kaki ketika bermain


diluar rumah.
b. Ajari anak-anak untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh
makanan

c. Minum obat cacing dosis sekali minum setiap 6 bulan sekali, khususnya
di masa libur sekolah dimana anak-anak cenderung lebih sering bermain di
luar rumah

d. Jagalah selalu jari kuku untuk selalu bersih & terawat.

e.  Hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama


untuk infeksi cacing kremi).

f.  Biasakan untuk selalu mandi di pagi hari (terlebih apabila mengalami


infeksi cacing kremi).

g. Biasakan untuk membuka jendela kamar sepanjang hari, karena telur


cacing sensitif terhadap sinar matahari (terutama untuk cacing kremi).

h. Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi

i. Biasakan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak dengan


sempurna

2.4 KKP (Kekurangan Kalori Protein)

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan
protein kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).

Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi
pada defisiensi protein maupun energi (Sediaoetama, 1999).

a.    Klasifikasi KKP

Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:

1.   KKP ringan/sedang disebut juga gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh


adanya hambatan pertumbuhan.

2.   KKP berat, meliputi:

a)      Kwashiorkor (bentuk kekurangan protein yang berat, yang amat sering


terjadi pada anak kecil umur 1 dan 3 tahun) adalah suatu sindroma klinik yang
timbul sebagai suatu akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan
kalori yang kurang dari yang dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994).
Kwashiorkor adalah penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel yang
menyebabkan perlemahan hati yang disebabkan karena kekurangan asupan kalori
dan protein dalam waktu yang lama (Ngastiyah, 1997).

b)      Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori)


sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997). Marasmus
merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrem (Sediaoetama,
1999).

c)      Marasmik-kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala


klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor (Markum, 1996). Marasmik-
kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien yang telah mengalami kehilangan
berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta
kemunduran fungsi fisiologi (Graham L. Hill, 2000). Marasmik-kwashiorkor
merupakan satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Ciri-
cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan
dan dehidrasi.

b.      Tanda-tanda KKP

1.         KKP Ringan

a)      Pertumbuhan linear terganggu.

b)      Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun.

c)      Ukuran lingkar lengan atas menurun.

d)     Maturasi tulang terlambat.

e)      Ratio berat terhadap tinggi

f)       normal atau cenderung menurun.

g)      Anemia ringan atau pucat.

h)      Aktifitas berkurang.

i)        Kelainan kulit (kering, kusam).

j)        Rambut kemerahan.

2.         KKP Berat

a)      Gangguan pertumbuhan.

b)      Mudah sakit.
c)      Kurang cerdas.

d)     Jika berkelanjutan menimbulkan kematian.

c.       Cara Penyembuhan

2.4.1 Pengobatan

a.       Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai


biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.

b.      Makanan harus dihidangkan dalam bentuk yang mudah dicerna dan


diserap.

c.       Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap


makanan sangat rendah. Protein yang diperlukan 3-4 gr/kg/hari, dan kalori
160-175 kalori.

d.      Antibiotik diberikan jika anak terdapat penyakit penyerta.

e.       Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan


penyuluhan gizi terhadap keluarga.

2.4.2 Penyebab KKP

Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein


dengan berbagai tekanan sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan
berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor,
marasmus, marasmus-kwashiorkor).

Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini


disebut juga sebagai penyakit dengan causa multifaktorial. Berbagai faktor
pengertian KKP dan antarhubungannya sudah banyak dianjurkan berbagai
bentuk sistem holistik, yang menggambarkan interelasi antar faktor dan
menuju ke titik pusat KKP tersebut. Berikut ini merupakan sistem holistik
penyebab multifaktorial menuju ke arah terjadinya KKP:

1.      Ekonomi negara yang kurang

2.      Pendidikan umum kurang

3.      Produksi bahan pangan yang rendah

4.      Kondisi hygine yang kurang baik

5.      Jumlah anak yang telalu banyak


6.      Pekerjaan yang rendah

7.      Penghasilan yang kurang pasca panen

8.      Sistem perdagangan dan distribusi yang tidak lancar serta tidak


merata.

9.      Daya beli rendah

10.  Persediaan pangan kurang

11.  Penyakit infeksi dan Inventasi cacing

Pada lapisan terdalam, sebab langsung dari KKP adalah konsumsi kurang dan
sebab tak langsungnya hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi
berbagai hal, misalnya karena penyakit. KKP sebab primer (langsung) disebut
KKP primer dan yang disebabkan faktor tak langsung disebut KKP sekunder.
Penyakit infeksi dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan
hambatan utilisasi zat gizi yang menjadi dasar timbulnya KKP.

2.4.3 Cara Menanggulangi KKP

KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi


Indonesia. Kita dapat berusaha agar KKP dapat dikuragi. Berikut adalah
cara-cara pencegahannya :

1. Tingkat keluarga

a) Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil


penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil
penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan
dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut
membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat
badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan
umurnya (Depkes RI, 2000).

a) Balita naik berat badannya bila :

(1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau

(2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna  diatasnya.

b) Balita tidak naik berat badannya bila :


(1) Garis pertumbuhannya turun, atau

(2) Garis pertumbuhannya mendatar, atau

(3) Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya

c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita


mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga
harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Gambar 2.3. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah

d) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya
balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk
ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

e) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu
pita  warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

b) Memberi ASI Eksklusif pada usia sampai enam bulan

c) Memberi makanan pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi


(kalori, vitamin, mineral) setelah berusia 6 bulan

d) Memberitahukan petugas kesehatan bila balita mengalami sakit

e) Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk


menggantikan ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI

f) Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi


dengan cara memelihara kebersihan, menggunakan air masak untuk
minum, mencuci alat pembuat susu dan makanan bayi serta penyediaan
oralit

g) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan
kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan
untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya
sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen
mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali
membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa
dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,
biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan
akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari. 
Tindakan pencegahan terhadap marasmus menurut Rani et al
(1998) dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-
usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik
untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. Pemberian air susu ibu
(ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik
untuk bayi. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi
pada umur 6 tahun ke atas. Pencegahan penyakit infeksi, dengan
meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan,
pemberian imunisasi, dan mengikuti program keluarga berencana untuk
mencegah kehamilan terlalu kerap. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang
pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka
panjang. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak di daerah yang
endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

h) Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan
mengatur makanan yang bergizi untuk buah hati mereka

2. Tingkat posyandu

a) Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu

b) Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-


ASI)

c) Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah


(PMT) contoh : KMS

d) Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi


seperti TBC, polio dan ada pula beberapa imunisasi dasar, antara lain :

1) BCG

2) DPT

3) Polio

4) Hepatitis B3

5) Campak

Tambahan :

1) HiB (meningitis)

2) PCV / IPD (pnemokokus)


3) MMR

4) Influenza

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Vitamin adalah sekelompok senyawa organic (Zat Organoloptik) yang
sangat dibutuhkan tubuh dan memiliki peran penting dalam mengatur proses
metebolisme tubuh. Secara umum vitamin tidak dapat di prosukdi oleh tubuh.
Tiap – tiap vitamin mempunyai fungsi dan tugas – tugasnya yang spesifik
termasuk dalam petumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Secara umum vitamin
di kelompokan menjadi dua kelompok yaitu:

1.Vitamin yang larut dalam lemak: Vitamin A,D,E,K

2.Vitamin yang larut dalam air: Vitamin B dan C

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah


merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia adalah
berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin
dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256). Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau
gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat menyebabkan seseorang
mengalami kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui,
jika asupan zat besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia.
Pendarahan saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal,
menstruasi yang berlerbihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi
dengan gizi yang baik dapat mjemiliki resiko anemia.

Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk


dalam infeksi yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang
menyerang tubuh inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di
dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya. Pada kasus cacingan,
maka cacing tersebut bahkan dapat melemahkan  tubuh inangnya dan
menyebabkan gangguan kesehatan.

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan
protein kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).

Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi
pada defisiensi protein maupun energi (Sediaoetama, 1999).
B. Saran

Diharapkan menjadi referensi tambahan yang bermanfaat khususnya bagi


mahasiswa keperawatan dan mendapatkan pengetahuan untuk pembaca.
Disamping itu alangkah baiknya kita sudah mengetahui pengetahuan yang sudah
dijelaskan untuk berbagi kepada kelurga, teman, sahabat dan semuanya.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman,MB.2010.Gizi Dalam Daur Kehidupan.Jakarta:Buku Kedokteran EGC


Atikah P, Erna K. 2011.  Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Muha Medika.

Indra, wulandari yettik. 2013. Prinsip Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur:
Dunia cerdas

Widyastuti,Agustin,Hardiyanto.(Peneterjemah).2008.GiziKesehatan
Masyarakat.Jakarta:

Dewi, Pujiastuti N, Ibnu Fajar. 2013. Ilmu Gizi untuk praktisi kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu Ruko Jambusari No.7 A
KELOMPOK 7
CARA MEMBERIKAN MAKANAN MELALUI ORAL
DAN MELALUI SONDE

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua orang menyenangi makan dan minum, kecuali jika orang-orang yang
mengalami gangguan-gangguan tertentu sehingga membuat mereka merasa tak
enak jika diberi makan, atau sekedar diberi minum. Namun, ada juga sebagian
dari mereka yang senang atau bias makan dan minum dengan baik, namun
keadaan fisiknya yang tidak memungkinkannya atau sulit melakukan secara
mandiri, misalnya pada tangan di gips, matanya buta atau sedang diperban dan
sebagainya. Memberi makan dan minum pada pasien-pasien yang mengalami
gangguan-gangguan tertentu bias dibantu oleh perawat , keluarga atau
berkolaborasi antara keduanya
Metode pemenuhan kebutuhan nutrisi pada klien yang tidak bisa makan
melalui mulut, pasien tidak sadar, atau oleh karena suatu sebab, maka dapat
dilakukan melalui nasogastric tube (NGT). Pada bagian ini, akan dijelaskan
mengenai pemenuhan nutrisi melalui pemasangan NGT. 
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memberikan makanan melaui oral?
2. Bagaimana cara memberikan makanan melalui sonde?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui memberikan makanan melaui oral.
2. Untuk mengetahui memberikan makanan melaui sonde.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Makanan


Makanan adalah bahan yang dihasilkan dari tumbuhan atau hewan yang bisa
diolah menjadi makanan yang dikonsumsi manusia dan mengkonsumsi makanan
akan membuat makhluk hidup memiliki tenaga dalam menjalankan aktivitas
harian. Kecukupan makanan yang dibutuhkan manusia bisa dilihat dari jumlah
gizi dan sumber makanan manusia yang paling banyak dihasilkan dari sektor
pertanian dengan perkebunan. Makanan yang dihasilkan dari hewan juga memiliki
kandungan yang baik seperti daging ayam, telur dan lain-lain. Vegetarian adalah
manusia yang tidak suka mengkonsumsi daging dan hanya memakan berbagai
macam sayuran. Salah satu tujuan adaptasi manusia adalah untuk menyesuaikan
diri dengan makanan yang dibutuhkan tubuh.
Pada dasarnya makanan memiliki berbagai kandungan yang bermanfaat
seperti air, protein dan lemak. Secara umum semua makhluk hidup, pasti
membutuhkan makanan untuk menyesuaikan diri dan asupan makanan akan
menopang kekuatan dalam menjalankan aktivitas keseharian. Makanan juga akan
membantu manusia dalam mendapatkan energi dan makanan bisa membantu
pertumbuhan otak manusia. Setiap makanan memang memiliki kandungan gizi
yang bervariasi dan semua gizi memiliki fungsi yang berbeda-beda. Sumber
tenaga dalam kehidupan sehari-hari adalah karbohidrat dan nasi adalah salah satu
makanan yang memiliki kandungan karbohidrat. Tubuh juga memiliki
ketergantungan terhadap air dan fungsi air bagi tubuh manusia adalah untuk
mencegah dehidrasi.

Berikut ini ialah pengertian serta definisi makanan menurut beberapa ahli;
Prasetyono
Makanan sehat ialah dengan meramu berbagai jenis makanan yang
seimbang, sehingga terpenuhi seluruh kebutuhan gizi bagi tubuh serta mampu
dirasakan secara fisik dan mental.
Hulme

Makanan sehat ialah makanan dalam arti yang sesungguhnya dan mampu
menikmati makanan tersebut. Makanan yang sehat harus dapat terdiri dari
makanan utama dan makanan penunjang. Makanan sehat tersebut juga dikenal
dengan istilah yaitu  4 dan 5 sempurna.
Akan tetapi kepopulerannya sudah mulai memudar karena berbagai alasan.
Makan dengan lauk pauk tahu, tempe, sepotong daging, serta mangkuk sayur
masih belum cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi. Bila dilihat, menu makan
tersebut sudah dianggap memenuhi kebutuhan kalori serta protein, tetapi apakah
di dalamnya sudah tercakup nutrisi lain yang diperluhkan tubuh.
Banyaknya zat-zat kimia serta hanya memiliki 1 atau 2 kandungan saja, sehingga
tubuh masih saja kekurangan akan beberapa zat yang sangat penting, berikut label
beberapa bahan makanan yang telah mengandung 4 sehat 5 sempurna:

 Karbohidrat : terdapat pada nasi, gandum, singkong, serta lain-lain.


 Protein : banyak terdapat pada tahu, tempe, dan telur daging
 Mineral : banyak terdapat pada jenis sayur-sayuran
 Vitamin : banyak terdapat pada jenis buah-buahan

2.2 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pasien


Pelayanan gizi yang meliputi penyelenggaraan makanan, pemberian
makanan yang memenuhi kebutuhan gizi dan termakan habis oleh setiap pasien
merupakan salah satu faktor untuk mempercepat proses pemulihan atau
kesembuhan pasien. Zat gizi yang optimal pada pasien di Rumah
Sakit sangat bermanfaat dalam mengurangi jangka waktu perawatan
dan mempercepat penyembuhan, mengurangi komplikasi,
menurunkan mortalitas, dan memperbaiki status gizi pasien.
Sebagai perawat yang membantu pasien dalam makannya, kita juga perlu
memperhatikan makanan yang diperuntukkan kepada pasien yang terdiri atas :
1.  Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang, dalam hal ini adalah nasi.
Makanan pokok berperan sebagai sumber utama energi dan itu berasal dari
karbohidrat.
2. Lauk yang merupakan sumber dari protein. Lauk sebaiknya terdiri atas
campuran lauk hewani dan nabati. Lauk hewani merupakan sumber protein,
fosfor, tiamin, tiasin, vitamin B6 dan vitamin B12, zat besi, seng, magnesium
dan silenium.
3. Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan makanan
karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah. Sayur merupakan sumber
mineral dan vitamin. Sayur juga merupakan sumber vitamin A, vitamin
C, asam folat, magnesium, kalium dan serat, serta tidak mengandung lemak
dan kolesterol.
4.  Buah untuk "mencuci mulut" dalam artian kata sebagai makanan penutup
setelah mengkonsumsi makanan utama. Buah juga merupakan sumber
mineral dan vitamin. Porsi buah yang dianjurkan sehari untuk orang
dewasa adalah sebanyk 200-300 gram atau 2-3 potong sehari
berupa pepaya atau buah yang lain.
5. Susu mengandung protein bernilai biologi tinggi dan zat esensial lain dalam
bentuk yang mudah dicerna dan diserap, maka susu terutama dianjurkan pula
sebagai unsur kelima yang dibutuhkan oleh tubuh.
Jika dikaitkan dengan asupan makanan pasien yang sedang dalam
perawatan maka diharapkan dengan adanya makanan yang bervariasi ini maka
pasien dapat menyukai dan menikmati segala jenis makanan yang diberikan pihak
Rumah sakit, meningkatkan nafsu makan dan menambah selera makan sehingga
kebutuhan pasien akan zat-zat gizi dapat terpenuhi, bisa mempercepat proses
penyembuhan, dan mengurangi biaya perawatan.

Adapun kondisi-kondisi yang mempersulit mendapatkan nutrisi yang adekuat


diantaranya (Monica, 2005) :

 Individu yang menderita luka pada tenggorok mungkin mengalami kesulitan


untuk menelan.
 Individu yang mengalami masalah lambung munkin mual terhadap makanan.
 Individu yang demam mungkin tidak nafsu makan.
 Pasien di rumah sakit hampir selalu berisiko mengalami kekurangan nutrisi
karena penyakit mereka atau karena tindakan terhadap penyakit mereka.

 Banyak pasien telah mengalami kekurangan nutrisi ketika masuk rumah sakit.
 Makanan yang dihidangkan di rumah sakit mungkin berbeda dari makanan
yang biasa dikonsumsi pasien. Pasien mungkin tidak suka makanan rumah
sakit.

 Makanan mungkin dihidangkan pada waktu ketika pasien tidak biasa makan
dan ketika mereka tidak merasa lapar.

 Pasien sering mendapat diet khusus di rumah sakit untuk membantu terapi
penyakit mereka (sebagai contoh, individu yang mengalami masalah jantung
biasa mendapat diet rendah garam). Pasien mungkin tidak suka perubahan
pada diet.

 Keluarga pasien mungkin tinggal jauh sehingga mereka tidak dapat


membawa makanan yang disukainya, atau keluarga mungkin tidak tahu
makanan yang tepat untuk dibawa, atau mungkin tidak dapat mengupayakan
makanan yang tepat.
 Salah satu contoh jika pasien tangannya digips, kehilangan salah satu tangan
atau kekuatan gerakan bisa dibantu dengan mempersiapkan makanan dan
mendekatkan tempat makanan kepada pasien agar mudah dijangkau. Misalnya
membuka kulit telur, mengoleskan roti, mengupas buah, dan sebagainya.
 Ada juga pasien yang tidak diperbolehkan untuk makan dan minum sendiri,
maka dalam hal ini perlu pengaturan posisi duduk yang efektif. Posisi yang
diharapkan adalah posisi duduk yang tegak, tidak bersandar atau berbaring supaya
makanan tepat masuk kedalam kerongkongan. Namun, jika memang tidak
memungkinkan untuk duduk tegak, mereka diperbolehkan berbaring atau setengah
berbaring seperti bersandar, dan dilakukan pemberian makanan dengan hati-hati.
            Perawat yang bertugas untuk membantu pasien hendaknya dalam keadaan
yang rileks, menempatkan posisi yang nyaman serta tidak terlihat seperti sedang
buru-buru, agar pasien merasa senang dan bisa makan dengan tenang.
            Tujuan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien dengan memberi makan
pasien tersebut yaitu semata-mata untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien dengan membangkitkan selera pasien pada pasien yang tidak mandiri  serta
untuk mempercepat proses penyembuhan dan hospitalisasi yang di lakukan.

2.2 Cara Memberikan Makanan Melalui Oral


Pemberian makanan melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada  pasien  yang  tidak  mampu memenuhi  kebutuhan  nutrisi
secara  sendiri  dengan  cara  membantu memberikan maknaan nutrisi melalui
oral. Pemberian makan secara oral adalah pemberian makanan dan minuman pada
klien secara langsung melalui mulut.
Tujuan:
Adapun tujuan pemberian makanan melalui oral adalah untuk pemenuhan
kebutuhan pasien.
Indikasi:
 Pada pasien yang bias makan sendiri.
 Pada pasien yang tidak bisa makan sendiri.
Persiapan Alat:
 Piring
 Sendok
 Garpu
 Gelas dengan penutupnya
 Serbet
 Mangkok cuci tangan
 Pengalas
 Tempat cuci tangan
 Pipet jika perlu
 Pisau jika perlu
 Obat jika ada
 Makanan dengan porsi dan menu sesuai program
 Meja untuk klien

Prosedur Kerja dan rasional


1. Alat – alat di dekatkan di tempat tidur klien
Rasional : memudahkan dalam menggapai peralatan yang dibutuhkan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
Rasioaal: agar klien mengetahui apa yang hendak perawat laksanakan
sehingga mengurangi kecemasan.
3. Cuci tangan
  Rasional : mencegah infeksi silang.
4. Atur posisi pasien (paien mencoba) dengan posisi semi fowler setengah
duduk sesuai kondisi pasien.
Rasional : memudahkan klien untuk menelan.
5. Pasang pengalas/ serbet di bawah dagu.
Rasional : agar makanan tidak mengotori pakaian klien
6. Tawakan pasien melakukan ritual makan (misalkan berdoa sebelum
makan)
Rasional : berhubungan dengan spiritual klien
7. Tanyakan lauk dan pauk apa yang boleh dicampur dengan nasi.
  Rasional : sesuai dengan diet pasien.
8. Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi sedikit dan
berikan minuman setelah makan.
Rasional : membantu klien dalam mengunyah hingga menelan
makanannya
9. Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien
Rasional : menjaga kebersihan mulut klien.
10. Jika ada obat lanjutkan pemberian obat
Rasional : pemberian obat anteceanam, membantu kesembuhan klien
(sesuai waktu pemberian obat)
11. Setelah makan, minum dan pemberian obat anjurkan pasien untuk duduk
sejenak sebelum kembali berbaring
Rasional : memberikan kesempatan pada klien untuk relaksasi.
12. Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya
Rasional : pengembalian alat pada tempatnya untuk penggunaan
selanjutnya.
13. Catat tindakan dan hasil atau respon terhadap tindakan (catat apa
jumlah/porsi makanan yang dihabiskan)
Rasional : sebagai data dalam pengkajian klien.
14. Cuci tangan setelah setelah prosedur dilakukan
Rasional : mencegah infeksi silang.

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan:


a. Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien/
b. Sebelum di hidangkan, makanan di periksa dahulu, apakah sudah sesuai dengan
daftar makanan/diet pasien.
c. Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra indikasi
d. Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu
sedikit.
e. peralatan makanan dan minuman harus bersih
f. Untuk pasien anak – anak, usahakan menggunakan peralatan yang menarik
perhatiannya.
g. Untuk pasien yang dapat makan sendiri, perhatikan apakah makanan di makan
habis atau tidak.
h. Perhatikan selera dan keluhan pasien pada waktu makan serta reaksinya setelah
makan.
2.3 Cara Memberikan Makanan Melalui Sonde

Tindakan pemasangan selang nasogastrik tube ( NGT ) adalah proses


medis yaitu memasukkan selang plastik ( selang nasogastrik , NGT ) melalui
hidung, melewati tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.
Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan
melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi
dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi
makanan, cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk
mengeluarkan isi dari lambung dengan cara disedot.
 Macam dan ukuran NGT
A. Macam-macam NGT
A. Selang NGT dari karet.
B. Selang NGT dari bahan plastik
C. Selang NGT dari bahan silocon
B. Ukuran NGT
a. Nomor 14 – 20 untuk ukuran dewasa
b. Nomor 8 – 16 untuk anak-anak
c. Nomor 5 - 7 untuk bayi
 Manfaat dan Tujuan
a) Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung (cairan,udara,darah,racun).
b) Untuk memasukan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi).
c) Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi
lambung.
d) Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia.
e) Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan
operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan
aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general
anaesthesia).
 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Makan sebaiknya di berikan dalam keadaan hangat
2. Jenis makanan diberikan sesuai instruksi dokter - ahli gizi
3. Diperhatikan apakah makanan habis atau tidak
4. Obat-obatan yg harus di berikan sebelum makan
5. Teknik Pemasangan NGT
 Indikasi
1. Pasien Dewasa :
a) Pasien dengan trauma abdomen
b) Pasien dengan perdarahan pada saluran pencernaan atas
c. Pasien dengan keadaan koma
1.2 Pasien Bayi/Balita:
1.2.1 Bayi yang tidak dapat makan
1.2.2 Bayi dengan kanker
1.2.3 Bayi dengan sepsis
1.2.4 Bayi dengan trauma
 Faktor yang Memperngaruhi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

1. Pengetahuan

Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat


memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi, sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
pemenuhan kebutuhan gizi.

2. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang


bernilai gizi tinggi, dapat memengaruhi status gizi seseorang.
Misalnya, di beberapa daerah tempe yang merupakan sumber protein
yang baik dan murah, tetapi tidak digunakan sebagai makanan
sehari-hari karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi
tempe dapat merendahkan derajat mereka.

3. Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap


makanan tertentu dapat juga memengaruhi status gizi. Misalnya,
dibeberapa daerah terdapat larangan makan pisang dan papaya bagi
para gadis remaja. Padahal makanan itu merupakn sumber vitamin
yang baik. Adapula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan
dianggap

4. Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat


mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat gizi yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan
dapat mengakibatkan banyak terjadi kasus malnutrisi pada remaja
karena asupan gizinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
tubuh.

5. Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi.


Penyediaan makanan bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit,
sehingga perubahan status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi.
Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi kurang biasanya
kesulitan dalam penyediaan makanan bergizi. Sebaliknya, orang
dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakan
makanan yang bergizi.

 Pasien yang Harus Dilakukan pemasangan NGT


 Pasien yang tidak dapat makan dengan cara biasa seperti pasein
yang tidak sadar.
 Pasien dengan penyakit / operasi mulut.
 Fraktur tulang rahang tidak dapat menelan karena paralisis
tenggorokan.
 Bayi prematur yang terlalu lemah menelan.
 Pasien yang tidak mau makan sendiri seperti psikose.

 Pemasangan NGT pada Bayi


 Persiapan Alat
o Selang nasogastrik
o Air
dalam
wadah
o Spoit
o Serbet
, kain
kas
o Selim
ut
o Plaste
r dan
guntin
g.
o Stetos
kop
o Comp
eng
o Kelm
o Maka
nan
cair
sesuai
kebut
uhan
(suhu
harus
hanga
t)
dalam
tempa
tnya.
o Nirbekken
o Duk/perlak
o Bak steril
o Kom
b) Prosedur Kerja
a. Menyapa ibu klien denagn ramah dan sopan
b. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. dengan kepala ditinggikan dengan menggunakan selimut atau
bantal
d. Membersihkan lubang hidung dengan kain kasa
e. Pasang duk atau perlak diatas dada bayi
f. Pasang sarung tangan
g. Ukur jarak selang : pegang ujung selang, pada pertengahan
pusat dan titik paling tinggi dari rangka iga, lalu tarik selang ke
daun telinga kemudian ke hidung, lalu beri tanda dengan
menggunakan plaster.
h. Cuci tangan
i. Atur posisi bayi pada posisi terlentang atau sedikit miring ke
kanan/kiri
j. Benamkan ujung selang dalam com yang berisi air untuk
melembabkan
k. Masukkan selang ke lubang hidung ke arah belakang tenggorokan
anak
l. Pasang compeng di mulut bayi
m.Periksa letak selang:
1. Tempatkan 5 cc udara dalam spoit, hubungkan selang
2. Tempatkan stetoskop di atas lambung
3. Injeksi udara sambil mendengar gemuruh yang terjadi
melalui stetoskop
4. Buang udara
5. Tarik kembali bagian pengisap spuit, bila ada isi lambung,
selang posisi benar.
n. Plaster selang pada bibir atas dan pipi anak
o. Periksa suhu makanan
p. Lepaskan spoit dari selang dan lepaskan bagian penghisap dari
spoit
q. Sambungkan kembali ke spoit ke selang
r. Isi spoit dengan jumlah makanan yang dibutuhkan
s. Dorong perlahan penghisap kemudian lepaskan
xx. Bagian dasar spoit tidak boleh dipegang lebih tinggi dari dagu
atau 15 cm ditas lambung.
xxi. Pasang klem
xxii. Gendong, timang dan sendawakan anak
xxiii. Rapikan pasien
xxiv. Kembalikan alat ketempatnya
xxv. Cucitangan
 Pemasangan NGT pada Orang Dewasa
o Persiapan Alat
 Lampu senter/ pen light
 Klem
 Handuk kecil
 Tissue
 Spatel lidah
 Sarung tangan dispossible
 Plester
 Nierbekken
 Bak instrumen
 Slang nasogastrik sesuai ukuran
 Pelumas/ jelly
 Spuit berujung kateter 50 ml
 Stetoskop

o Prosedur Kerja
 Cuci tangan dan atur peralatan.
 Jelaskan prosedur pada pasien.
 Bantu pasien untuk posisi Fowler.
 Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan
dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri).
 Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui satu
lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang
lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas.
Periksa adakah infeksi dan lain-lain.
 Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.
 Persiapkan tissue dalam jangkauan.
 Gunakan sarung tangan.
 Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
 Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung
melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum dengan plester kecil.
 Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung
yang paling bersih.
 Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien menahan
kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
 Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan
pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.
 Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi,
sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan
salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang.
 Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien.

Nutrisi Enteral
     Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna dengan
menggunakan sonde (tube feeding). Nutrisi enteral direkomendasikan bagi pasien-pasien
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara volunter melalui asupan oral.
Pemberian nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam 12 jam sampai 48 jam setelah pasien
masuk ke dalam perawatan intensif [ICU]) lebih baik dibandingkan pemberian nutrisi
parenteral.

Manfaat dari pemberian nutrisi enteral antara lain:

Mempertahankan fungsi pertahanan dari usus


Mempertahankan integritas mukosa saluran cerna
Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna
Mengurangi proses katabolic
Menurunkan resiko komplikasi infeksi secara bermakna
Mempercepat penyembuhan luka
Lebih murah dibandingkan nutrisi parenteral
Lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih pendek dibandingkan dengan Nutrisi
Parenteral

Pasien-pasien yang dapat diberikan nutrisi enteral adalah mereka yang tidak bisa makan,
tidak dapat makan, dan tidak cukup makan (ASPEN, 1998) “Bila usus bekerja,
gunakanlah.” Kalimat yang sudah sering diucapkan berulang-ulang kali itu, merupakan
panduan untuk pemberian dukungan nutrisi.
Biasanya, adanya bunyi usus dan flatus merupakan indikator bahwa saluran cerna
berfungsi, khususnya pada pasien-pasien paska pembedahan. Namun, penelitian
menunjukkan bahwa motilitas saluran cerna yang menurun pada periode paska operasi ini,
hanya mempengaruhi lambung dan usus besar (kolon), dan tidak mempengaruhi fungsi usus
halus.
  Berkurangnya ataupun hilangnya bunyi usus tidak perlu sampai menghambat
pemberian nutrisi enteral (Lewis et al 2001).
Sebaliknya, adanya bunyi usus juga tidak menjamin bahwa pemberian nutrisi enteral bisa
sukses, misalnya pada pasien-pasien dengan Intractablle diarrhea.

Komplikasi yang disebabkan Oleh NGT


1) Komplikasi mekanis
 Sondenya tersumbat.
 Dislokasi dari sonde, misalnya karena ketidaksempurnaan melekatkatnya sonde dengan
plester di sayap hidung.
2) Komplikasi pulmonal: misalnya aspirasi.
Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde
 Yang menyerupai jerat
 Yang menyerupai simpul
 Apabila sonde terus meluncur ke duodenum atau jejunum.
Hal ini dapat langsung menyebabkan diare.
Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi

Efek Samping Pemasangan Selang Nasogastrik

Beberapa efek samping yang dapat muncul dari pemasangan selang nasogastrik
adalah rasa mual dan muntah, perut kembung, serta naiknya makanan dan obat dari
lambung. Selain itu, risiko terjadinya cedera pada hidung, kerongkongan, dan lambung saat
pemasangan selang juga dapat terjadi.

Durasi Penggunaan Selang Nasogastrik

Lamanya penggunaan selang nasogastrik tergantung pada kondisi pasien dan tujuan
pemasangannya, tetapi sebaiknya digunakan hanya dalam jangka pendek. Selang ini bisa
terpasang hingga 4–6 minggu, namun harus diganti setiap 3–7 hari atau sesuai kebutuhan.

Perawatan Selang Nasogastrik di Rumah

Jika Anda memiliki anggota keluarga yang harus tetap menggunakan selang
nasogastrik sepulang dari rumah sakit, berikut ini adalah hal-hal yang penting untuk Anda
ketahui mengenai perawatan selang nasogastrik:
 Sebelum pulang dari rumah sakit, tanyakan kepada dokter atau perawat mengenai cara
membuat makanan dan pemberiannya melalui selang nasogastrik, dan jangan lupa
untuk meminta jadwal pemberian makan.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh selang.
 Sebelum memberikan makanan atau obat, pastikan selang masih terpasang sempurna
dengan melihat lokasi penanda pada selang, dan pastikan pita perekat masih berada
pada tempatnya.
 Saat pemberian makan hingga 1 jam setelah makan, tegakkan tubuh pasien sehingga
posisi kepalanya lebih tinggi daripada lambung.
 Tempelkan pita perekat dengan baik agar selang tetap pada tempatnya. Pita perekat
dapat diganti setiap hari, atau saat pita perekat kotor atau basah. Sebelum melepaskan
pita perekat, oleskan sedikit air di atasnya dan area sekitarnya, lalu cabut secara
perlahan.
 Bilas selang setiap Anda selesai memberikan makanan atau obat, agar selang tidak
tersumbat. Caranya adalah dengan mengalirkan air menggunakan syringe yang
direkomendasikan oleh dokter.
 Jaga kebersihan mulut pasien dengan menyikat giginya dan memberikannya obat
kumur, atau sesuai anjuran dokter.
 Pasien masih dapat mandi seperti biasa setelah penutup selang terpasang dengan rapat
dan pita perekat terpasang erat. Setelah mandi, keringkan hidung dan pita perekat
hingga benar-benar kering.
 Bersihkan dan keringkan kulit di sekitar hidung pasien dengan air hangat secara
berkala. Oleskan krim pelembap pada kulit di daerah hidung, terutama jika ada
kemerahan.
 Jika terjadi penyumbatan pada selang nasogastrik, pastikan selang tidak bengkok atau
terlipat, lalu alirkan air hangat dengan kekuatan sedang menggunakan syringe.
 Jika pasien perlu menggunakan selang nasogastrik dalam jangka waktu lama, ganti
selang nasogastrik secara berkala dengan bantuan dokter atau petugas medis. Jangan
coba-coba untuk memasang sendiri selang nasogastrik jika Anda belum dilatih untuk
melakukannya.

Tanda Bahaya Penggunaan Selang Nasogastrik
Segera hubungi dokter atau petugas medis jika Anda mendapati pasien yang
menggunakan selang nasogastrik mengalami kondisi berikut:
 Sesak napas
 Muntah
 Nyeri pada ulu hati
 Demam
 Iritasi, kemerahan, pengelupasan kulit, atau pembengkakan pada lubang hidung
tempat selang nasogastrik terpasang
 Penyumbatan pada selang yang tidak bisa diatasi dengan pembilasan di rumah

Peralihan dan Adaptasi untuk Kembali Makan Melalui Mulut


Jika pasien sudah dianggap siap untuk mulai makan seperti biasa, maka peralihan bisa
dilakukan di bawah pengawasan dokter atau petugas medis. Beberapa cara yang dapat
dilakukan adalah:
 Berikan makanan secara bergantian melalui selang nasogastrik dan langsung lewat
mulut.
 Berikan makanan bertekstur lunak terlebih dahulu, lalu tingkatkan kepadatannya
secara perlahan.
 Perhatikan kemampuan pasien dalam mengunyah dan menelan makanan, status
nutrisinya, dan kecukupan cairannya. Pantau juga apakah ia mengalami gangguan
pada saluran pernapasannya, misalnya tersedak, selama proses peralihan.
 Buat jadwal makan sesuai anjuran dokter.

Jika pasien sudah mampu makan secara langsung dan kebutuhan nutrisinya terpenuhi, maka
selang nasogastrik bisa dilepas dan pasien bisa sepenuhnya kembali makan lewat mulut.
Meski menimbulkan rasa tidak nyaman dan berisiko menimbulkan efek samping,
selang nasogastrik sangat penting untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada pasien,
jika pemberian makanan atau obat lewat mulut tidak memungkinkan. Selama penggunaan
dan perawatan selang nasogastrik dilakukan dengan benar sesuai anjuran dokter, risiko efek
sampingnya dapat diminimalkan. Oleh karena itu, jika Anda masih bingung atau mengalami
kesulitan dalam merawat selang nasogastrik di rumah, jangan ragu untuk bertanya kepada
dokter.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian makan secara oral adalah pemberian makanan dan minuman pada klien
secara langsung melalui mulut. Tindakan pemasangan selang nasogastrik tube ( NGT ) adalah
proses medis yaitu memasukkan selang plastik ( selang nasogastrik , NGT ) melalui hidung,
melewati tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung. Memberi dan minum pada
pasien-pasien yang mengalami gangguan-gangguan tertentu bisa dibantu oleh perawat,
keluarga atau keduanya.
3.2 saran
Manusia tidak terlepas dari berbagai penyakit terutama saluran pencernaan dan arena
makanan tidak bisa melalui oral maka dengan bantuan NGT. Oleh karena itu sebelum semua
itu terjadi, sebaiknya konsumsilah makanan yang sehat dan cara atau pola makanan yang
teratur sehingga tidak terjadi gangguan pada pencernaan tersebut. Dan yang terpenting adalah
pola hidup sehat dan kualitas hidup semakin ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ester, Moniva, 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.


Hidayat, Azis Alimul, S.Kp, 2005. Kebutuhan Dasar Manusia (Buku Saku Praktikum). Edisi
Revisi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah 2008. Praktik Kebutuhan dasar manusia.
Jakarta: Salemba Medika.
Kozier Erb, 2000. Fundamental of Nursing. St. Louis Toronto, Mosby, Company.

Anda mungkin juga menyukai