Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMAKOLOGI

PRINSIP PEMBERIAN OBAT KEPADA PASIEN

Dosen Pengampu
Yunike,S.Kep,M,kes

Nama kelompok :

1. Hesti Wulandari
2. Iin Aryani

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman
dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien
yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang
sebenarnya.

Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat
dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat
dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya
dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Obat ?

2. Bagaimana prinsip benar obat?

3. Bagaimana rute pemberian obat?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui prinsip benar obat

2. Untuk mengetahui rute pemberian obat


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Obat

Obat merupakan subtansi yang diberikan kepada manusia atau binatang


sebagai perawatan,pengobatan,atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan
yang terjadi didalam tubuh.Dalam pelaksanaanya,tenaga medis memiliki tanggung
jawab dalam keamanan obat dan secara langsung kepasien,hal ini untuk memenuhi
kebutuhan pasien.

B. Prinsip Benar Obat

Prinsip benar obat ada 6, yaitu :

1. Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di


tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2. Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya,
bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan
obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari
rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat.

Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan
ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi.
Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.

3. Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat
harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum
dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya
lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap
ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !!
karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.

4. Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.

A. Oral

Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
B. Parenteral

Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi
parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena
(perset / perinfus).

C. Topikal

Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion,
krim, spray, tetes mata.

D. Rektal

Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar /
kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat
disediakan dalam bentuk supositoria.

E. Inhalasi

Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk
asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5. Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan
bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat
diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6. Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

C. Rute Pemberian Obat

Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari
penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute
pemberian obat yang utama, yaitu: enteral dan parenteral.

A. Enteral

1. Oral

Memberikan suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang paling
umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk
mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering
merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya
yang lebih besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke ahti
sebelum disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah pertama oleh usus
atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Minum obat
bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan
dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat yang
tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi.
Oleh karena itu, penisilin ata obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat
sebagai salut enterik yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa
mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa
diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat lepas lambat.

2. Sublingual

Penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam


anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass
melewati usus dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.

3. Rektal

50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi,
biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai
keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH
rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi
muntah ketika diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah.

B. Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui


saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna.
Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan
dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.Pemberian parenteral
memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya dimasukkan
kedalam tubuh.

1. Intravena (IV)

Suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering


dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan.
Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu
menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang
cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda
dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat
diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan
intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi,
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat
konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan
infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk
obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

2. Intramuskular (IM)

Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam air
atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non aqua
seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-
preparat depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat
tersebut mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan
memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek
terapetik yang panjang.

3. Subkutan

Suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan


intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang
dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja
sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari
tempat pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-
bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang
diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.
C. Lain-lain

1. Inhalasi

Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas


dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan
efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan
menyenangkan penderita-penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau
penyakit paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsung ke tempat kerja dan
efek samping sistemis minimal.

2. Intranasal

Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus;


kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam
pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain,
biasanya digunakan dengan cara mengisap.

3. Intratekal/intraventrikular

Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam


cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.

4. Topikal

Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan
untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara
langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan
langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran
kelainan refraksi.

5. Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit,
biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi
tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini
paling sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina,
nitrogliserin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip benar obat ada 6 diantaranya adalah benar obat,benar pasien,benar


dosis,benar cara/rute,dan benar waktu. Rute pemberian obat ditentukan oleh sifat dan
tujuan dari penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat.
Terdapat 2 rute pemberian obat yang utama, yaitu: enteral dan parenteral.eteral terdiri
atas oral,sublingual, dan retal.sedangkan rute pemberian obat parenteral terdiri atas
intravena ( IV ),intramuskular ( IM ),subkutan,selain itu juga pemberian obat
dilakukan pada inhalasi,intranasal,Intratekal/intraventrikular,topikal dan trasdermal.

B.Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping
yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan
kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya
harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-
masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, AAA. Uliyah, Musriful. 2005. Buku Saku Pratikum: Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta:EGC
Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 1. Jakarta: EGC
Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika
Priharjo, Robert. 1995. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai