Anda di halaman 1dari 9

Menu

Soeryanda
Segala sesuatu yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.
Sekilas NANDA, NOC dan NIC
Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan yang kian hari kian meningkat secara tidak langsung
berdampak pula pada perkembangan sistem dokumentasi keperawatan, mulai dari yang sederhana
dengan pengelolaan manual hingga terkomputerisasi dengan jaringan dalam suatu Rumah sakit
besar. Hal ini tentu saja membutuhkan suatu basis data yang lengkap, efektif dan efisien, dalam
arti mampu menjangkau bagian yang paling detil sekalipun. Selain itu juga harus dapat digunakan
atau dipahami oleh semua tenaga keperawatan dimanapun dan dari lulusan manapun juga. Di
beberapa negara maju sendiri saat ini sudah mulai mengembangkan basis data keperawatan
dengan mengacu pada pola diagnosa keperawatan. Hal ini dimaksuddkan agar dapat
memudahkan dan menyeragamkan diagnosis keperawatan yang sesuai bagi perawat dalam
menggambarkan berbagai masalah kesehatan khususnya keperawatan.

NANDA

Dari hasil konferensi NANDA ke 9 tahun 1990 cit Doenges 2000, istilah diagnosa keperawatan
digunakan sebagai verba dan nomina. Istilah Nomina dalam kaitan dengan karya NANDA, yaitu
sebuah label yang disetujui oleh NANDA yang mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien
yang spesifik, merupakan masalah yang menggambarkan masalah kesehatan yang dapat ditangani
oleh perawat dapat berupa masalah fisik, sosiologis dan psikologis.
Untuk memfasilitasi penggunaan bahasa keperawatan dan rekam medik pasien terkomputerisasi
yang seragam, masing-masing diagnosis keperawatan terdiri dari hasil yang disarankan yang
berdasarkan pada riset yang dilakukan oleh IOWA Outcomes Project (Nursing Outcomes
Classification 1997). Hasil yang disarankan ini sensitif terhadap kebutuhan perawat yaitu dapat
mempengaruhi asuhan keperawatan yang diberikan untuk suatu diagnosis keperawatan yang
diakui oleh NANDA. (Wilkinson, 2006)

The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) didirikan sebagai badan formal
untuk meningkatkan, mengkaji kembali dengan mengesahkan daftar terbaru dari diagnosis
keperawatan yang digunakan oleh perawat praktisi. Ketika daftar diagnosis keperawatan diperluas,
NANDA mengembangkan sebuah sistem klasifikasi atau taksonomi untuk mengatur label
diagnostik.

NOC

Nursing Outcome Classification (NOC) adalah proses memberitahukan status klien setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Standar kriteria hasil dikembangkan untuk mengukur hasil dari
tindakan keperawatan yang digunakan pada semua area keperawatan dan semua klien (individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat). Nursing Outcome Classification mempunyai tujuh domain
yaitu fungsi kesehatan, fisiologi kesehatan, kesehatan psikososial, pengetahuan dan perilaku
kesehatan, persepsi kesehatan, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat.
Nursing outcome classification (NOC) menggambarkan respon pasien terhadap tindakan
keperawatan. NOC mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan. Standar kriteria hasil pasien sebagai dasar untuk menjamin keperawatan sebagai
partisipan penuh dalam evaluasi klinik bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain. Klasifikasi
berisi 190 kriteria hasil yang diberi label, definisi dan indikator atau ukuran untuk menentukan
kriteria hasil yang diterima (Johnson dan Mass, 1997).

Manfaat NOC dalam keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan label dan ukuran-ukuran untuk kriteria hasil yang komprehensif.

2. Sebagai hasil dari intervensi keperawatan.

3. Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada pasien dan dapat digunakan perawat-
perawat dan disiplin ilmu lain.

4. Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status kesehatan yang umum.

5. Menggunakan skala untuk mengukur kriteria hasil dan memberikan informasi kuantitatif
(Bulecheck dan McClokey, 1996)

NIC

NIC (Nursing Intervention Classification ) adalah suatu daftar lis intervensi diagnosa keperawatan
yang menyeluruh dan dikelompokkan berdasarkan label yang mengurai pada aktifitas yang dibagi
menjadi 7 bagian dan 30 kelas. Sistim yang digunakan dalam berbagai diagnosa keperawatan dan
mengatur pelayanan kesehatan. NIC digunakan perawat pada semua spesialis dan semua area
keperawatan (McClokey and Bulecheck, 1996).

Nursing Interventions Classification (NIC) diperkenalkan untuk pertama kali pada tahun 1987 dan
menyusul Nursing Outcomes Classification (NOC) pada tahun 1991. Nursing Intervention
Classification digunakan disemua area keperawatan dan spesialis. Intervensi keperawatan
merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik dan pengetahuan yang dilakukan perawat
untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. Perawat dapat memberikan alasan
ilmiah yang terbaru mengapa tindakan itu yang diberikan. Alasan ilmiah dapat merupakan
pengetahuan berdasarkan literature, hasil penelitian atau pengalaman praktik. Rencana tindakan
berupa: tindakan konseling atau psikoterapiutik, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri dan
aktivitas hidup sehari-hari, terapi modalitas keperawatan, perawatan berkelanjutan (continuity
care), tindakan kolaborasi (terapi somatic dan psikofarmaka).

Bulecheck dan McClokey (1996) menyatakan bahwa keuntungan NIC adalah sebagai berikut :
1. Membantu menunjukkan aksi perawat dalam sistem pelayanan kesehatan.

2. Menstandarisasi dan mendefinisikan dasar pengetahuan untuk kurikulum dan praktik


keperawatan.

3. Memudahkan memilih intervensi keperawatan yang tepat.

4. Memudahkan komunikasi tentang perawat kepada perawat lain dan penyedia layanan kesehatan
lain.

5. Memperbolehkan peneliti untuk menguji keefektifan dan biaya perawatan.

6. Memudahkan pengajaran pengambilan keputusan klinis bagi perawat baru.

7. Membantu tenaga administrasi dalam perencanaan staf dan peralatan yang dibutuhkan lebih
efektif.

8. Memudahkan perkembangan dan penggunaan sistem informasi perawat.

9. Mengkomunikasikan kealamiahan perawat kepada publik.

Adapun kelebihan NIC adalah :

1. Komprehensif.

2. Berdasarkan riset.

3. Dikembangkan lebih didasarkan pada praktek yang ada.

4. Mempunyai kemudahan untuk menggunakan struktur organisasi (Domain, kelas, intervensi,


aktivitas).

5. Bahasa jelas dan penuh arti klinik.

6. Dikembangkan oleh tim riset yang besar dan bermacam-macam tim.

7. Menjadi dasar pengujian.

8. Dapat diakses melalui beberapa publikasi

9. Dapat dihubungkan Diagnosa Keperawatan NANDA

10. Dapat dikembangkan bersama NOC.


11. Dapat diakui dan diterima secara nasional. (Bulecheck dan McClokey, 1996).

Berikan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Nama *
Surel *
Situs web
Komentar

Beri tahu saya komentar baru melalui email.

Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.


Kategori Tulisan

Kalender
MARET 2015
S S R K J S M
Mar
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31
Save Our World
Make a Better place for Us
Save The World
Indonesian Hackers Team
IHT
IHT
Berita Kesehatan
Berkala Ilmiah Kedokteran
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
online Journal MIPA
W.H.O Programs and Projects
World Health Topics
Situs Penting
Depkes
Depkominfo
Dikti
Link Alumni
Central Health Behavior and Promotion
Fakultas Kedokteran UGM
Fakultas Pendidikan MIPA Universitas Sriwijaya Palembang
Simkes Fk-UGM
Universitas Guna Darma
Supporting Link
Ikatan Dokter Indonesia
Planet LINUX Indonesia
Rano Center
Supporting gizi Indonesia
Supporting Keperawatan Indonesia
Supporting Kesehatan Masyarakat (IAKMI)
Hiburan
Download lagu Indonesia terbaru
download Music klasik asyik
download software gratis
vidio Hiburan
Artikel Pilihan
Kacang Babi/ kara bunguk untuk vitalitas
Bunuh diri meningkat di Jepang
Tekhnologi sensor gerak oleh ASUS
Akhir dari Pertaruhan Sang Pemimpin
Keperawatan dan pencegahan Nosokomial Infeksi
Harga suatu KOORDINASI
Siapa bilang software bikin musik itu mahal?
Manajemen Keperawatan
Profil

View Full Site

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Now Available! Download WordPress for Android

BERFIKIR KRITIS DALAM PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu berpikir
dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir
kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung jawabkan
profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan pengujian
rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan,
keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman, 1988)
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis dalam setiap
hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berpikir, oleh karena itu
sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik
keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganalisis,
menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan
melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan-
kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas
intelektual, intuisi, berpikir terbuka, refleksi, inquisitiviness, dan perseverance.
Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada prinsipnya
merupakan suatu kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing).
Mengingat profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia,
maka dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling,
dan doing secara konprehensif dan bersinergi. Perawat menerapkan keterampilan berpikir dengan
menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan yang
berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.
Saat perawat bertemu clien, perawat akan selalu menggunakan pemikiran. Misalnya,
menggunakan pemikiran untuk mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Setelah membu at
kesimpulan perawat akan menerapkan prblemsolving dengan melakukan sesuatu pemecahan
masalah guna memenuhi kebutuhan dasar klein. Penerapan berpikik kritis dalam proses
keperawatan diintregrasikan dalam tahap-tahap proses keperawatan dan digunakan untuk
pengkajian rumusan diaknusis perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan

Tahap - Tahap Berfikir kritis dalam Proses Keperawatan

a. Pendekatan Berpikir Kritis Untuk Pengkajian


Dalam lingkungan perawatan kesehatan yang kompleks sekarang ini, perawat harus mampu
memecahkan masalah secara akurat, menyeluruh, dan cepat. Hal ini berarti bahwa perawat harus
mampu menelaah informasi dalam jumlah yang sangat banyak untuk membuat penilaian kritis.
Penting artinya bagi perawat untuk belajar berpikir secara kritis tentang apa yang harus dikaji.
Penilaian mandiri tentang kapan pertanyaan atau pengukuran diperlukan adalah dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman klinik perawat (Gordon, 1994).

b. Berpikir Kritis dan Proses Diagnostik Keperawatan


Berpikir kritis adalah pemeriksaan data, pengumpulan informasi dari literatur, pengorganisasian
pengamatan, dan penelitian atas pengalaman masa lalu (Bandman & Bandman, 1995).
Penggunaannya dalam perumusan diagnosa keperawatan adalah penting. Pada saat asuhan
keperawatan meluas ke dalam berbagai lingkungan perawatan kesehatan, makin banyak aspek
berpikir kritis diperlukan dalam pertimbangan dan penilaian diagnostic (Gordon, 1994).
Proses diagnostik ini memadukan ketrampilan berpikir kritis dalam langkah-langkah pembuatan
keputusan yang digunakan perawat untuk mengembangkan pernyataan diagnostik (Carnevali,
1984; Carnevali & Thomas, 1993). Proses ini mencakup analisis dan interpretasi data pengkajian,
identifikasi masalah, dan merumuskan diagnosa keperawatan.

c. Berpikir Kritis dan Merancang Intervensi Keperawatan


Memilih intervensi keperawatan yang sesuai adalah proses pembuatan keputusan (Bulechek &
McCloskey, 1990). Perawat secara kritis mengevaluasi data pengkajian, prioritas, pengetahuan,
dan pengalaman untuk memilih tindakan yang akan secara berhasil memenuhi tujuan dan hasil
yang diperkirakan yang telah ditetapkan (Gordon, 1994; Gordon et al, 1994).

d. Keterampilan Berpikir Kritis dan Pengimplementasian Intervensi Keperawatan


Perawat membuat dua jenis keputusan yang besar dalam proses keperawatan. Proses diagnostik
menentukan kekuatan dan masalah klien saat pembuatan konklusi pengkajian dan sepanjang fase
diagnostic (Bandman & Bandman, 1994; Mc Farland dan Mc Farlane, 1989). Perawat kemudian
menggunakan pendekatan metodis, sistematis, yang didasarkan pada riset untuk merencanakan
dan memilih intervensi yang sesuai (Bulechek & McCloskey, 1995; Gordon, 1987, 1994).
Peserta didik harus cermat memilih intervensi yang dirancang untuk mencapai hasil yang
diharapkan dan mengetahui perbedaan antara intervensi perawat dan intervensi dokter.

e. Revisi Rencana Perawatan dan Berpikir Kritis


Sejalan dengan telah dievaluasinya tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat sesuai
dengan keperluan. Jika tujuan telah terpenuhi dengan baik, bagian dari rencana asuhan tersebut
dihentikan. Tujuan yang tidak terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan
perawat untuk mengaktifkan kembali urutan dari proses keperawatan. Setelah perawat mengkaji
klien kembali, diagnosa keperawatan dapat dimodifikasi atau ditambahkan dengan tujuan, hasil
yang diharapkan sesuai, dan intervensi ditegakkan. Perawat juga menetapkan kembali prioritas.
Hal ini merupakan langkah penting dalam berpikir kritis mengetahui bagaimana klien mengalami
kemajuan dan bagaimana masalah dapat teratasi atau memburuk. Perawat dengan cermat
memantau dan deteksi dini terhadap masalah adalah pertahankan garis depan klien (Benner, 1984).

Aspek-Aspek Berpikir Kritis


Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama
proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek :
1) Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
2) Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3) Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap
menerima adanya ide-ide baru orang lain.

4) Outside Material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
(refrence).

5) Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.

6) Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang
berhasil dikumpulkan.

7) Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai keuntungan
(kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi

8) Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya maupun
dari orang lain.

9) Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya dalam
penerapan

10) Width of understanding


Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:
a. Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
b. Analisa argument (analysis arguments)
c. Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification
and/or challenge)
d. Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)
Model Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu:
1. Ingatan Total (T)
Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan bagaimana cara
untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan dalam ingatan atau pikiran,
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Memori merupakan suatu proses yang
kompleks. Beberapa orang dapat mengingat banyak fakta-fakta yang tampaknya asing tanpa
berupaya keras, sementara orang lain harus berupaya keras.
2. Kebiasan (H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi sifat
alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam melakukan segala hal.
Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah
metode dari setiap kali ia akan bertindak. Ada kebiasaan lain yang asal pemikirannya tidak jelas,
ini adalah proses intuitif. Intuisi sering dijelaskan sebagai sebuah reaksi dari dalam diri. Polanyi
(1964) menjelaskan fenomena serupa, yang disebut pengetahuan yang diam, yaitu langkah
penemuan pengetahuan itu tidak dapat diidentifikasikan.
3. Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu
yang mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila anda menggunakan tingkat pertanyaan ini
dalam situasi sosial, anda akan disebut terlalu memaksa. Penyelidikan termasuk menggali dan
mempertanyakan segala hal terutama asumsi pribadi seseorang dalam situasi tertentu.
Penyelidikan berarti tidak menilai sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari faktor-faktor yang
kurang jelas, meragukan semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu, walaupun hal
tersebut tampak tidak bermakna.
4. Ide baru dan Kreativitas (N)
Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi anda. Ide
baru dan Kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan akar dari asuhan yang
diindividualisasi atau asuhan yang sesuai dengan spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari
perawat yang harus digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk menyesuaikan dengan
setiap situasi klien yang unik.
5. Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir, tetapi
bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir tentang pemikiran
disebut metakognisi sebuah kata yang terdiri dari kata awalan, meta, yang berarti diantara
atau ditengah-tengah dari, dan kognisi, yang berarti proses mengetahui. Apabila anda berada
ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda akan mengetahui bagaimana Anda berpikir.
Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar
kita hanya berpikir, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana kita
berpikir.

Anda mungkin juga menyukai