Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia gizi merupakan suatu keadaan dengan kadar hemoglobin (Hb) yang lebih rendah
daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentukan sel darah merah
dalam produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal. Anemia
merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil. Pada trimester
pertama kehamilan zat besi yang dibutuhkan relative sedikit karena tidak terjadi menstruasi
dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume
darah dalam tubuh wanita-akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat
besi untuk memproduksi sel-sel darah merah.
(http://cyberwoman.cbn.net.id/detil.Mother&newsno=1036, Akses 10-09-2006). Banyak
faktor yang menjadi penyebab terjadinya anemia zat besi antara lain kurangnya intake
makanan, sosial ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan ibu. (Manuaba, 1998).
Pengetahuan ibu tentang nutrisi selama kehamilan mempunyai peranan penting dalam
pemenuhan gizi ibu, kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat nutrisi selama hamil
dapat menyebabkan ibu kekurangan nutrisi selama kehamilannya. Disisi lain masih banyak
perilaku ibu yang salah dalam memilih makanan dan kebiasaan makan pada jenis makanan
tertentu tanpa mempertimbangkan gizi yang diperlukan tubuh (Bina Diknakes, 1999).
Disamping itu pada masyarakat pedesaan masih terdapat adat kebiasaan berpantangan
terhadap makanan sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku ibu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisinya. (http://cyberwoman. cbn.net.id/detil.Mother&newsno=1036, Akses
10-09-2006).
Dampak kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat dilihat dari besarnya angka kesakitan
dan kematian maternal, peningkatan kesakitan serta peningkatan terjadinya kecacatan pada
bayi yang dilahirkan. Gizi selama kehamilan sangat diperlukan untuk kesehatan ibu, kualitas
kehamilan dan keselamatan hidup bayi. Perbaikan keadaan gizi ibu selama kehamilan tidak
hanya bermanfaat untuk ibu tersebut tetapi juga untuk mengoptimalkan pertumbuhan bayi di
dalam dan di luar kandungan. Ibu hamil memerlukan lebih banyak intake protein, vitamin C
dan zat besi dibanding wanita biasa tanpa kehamilan. Apabila ibu hamil sampai kekurangan
gizi terutama zat besi dan asam folat maka dapat mengakibatkan terjadi anemia defisiensi
besi karena dalam kehamilan keperluan zat-zat makanan meningkat dan terjadi perubahan-
perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan akan
tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma
sehingga terjadi pengenceran darah (Sarwono, 2002). Selain itu kebutuhan zat gizi selama
hamil diperlukan untuk pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan lainnya. (Muhilal, 2000).
Menurut data survei kesehatan keluarga tahun 2000, diperoleh data satu dari dua
penduduk Indonesia menderita kekurangan darah. Prevalensi pada ibu hamil mencapai 50
persen, ibu menyusui 45 persen, dan remaja putri mencapai 57 persen. Data ini menguatkan
bahwa kekurangan darah banyak diderita kaum perempuan dibandingkan laki-laki
(http://www.kompas.com/kompas-cetak /0407/08/ humaniora /1137498.htm. Akses 10-09-
2006), hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1995 menunjukkan, bahwa prevalensi
anemia gizi ibu hamil di Indonesia cukup tinggi yaitu 55,1 %
(http://www.depkes.go.id/index.php. Akses 10-09-2006), sedangkan jumlah rata rata ibu
hamil anemia di Puskesmas Poncokusumo pada triwulan terakhir tahun 2006 sebanyak 60
orang dari 75 total jumlah ibu hamil yang ada.
Berdasarkan latar belakang di atas, adanya kejadian anemia selama kehamilan sangat
memegang peranan penting terhadap kualitas kehamilan dan keselamatan hidup bayi,
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:Hubungan antara
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Nutrisi dengan kejadian Anemia selama
Kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi dengan kejadian
anemia selama kehamilannya
2. Adakah hubungan antara sikap ibu hamil tentang nutrisi selama kehamilan dengan
kejadian anemia selama kehamilaannya

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang nutrisi dengan
kejadian anemia selama kehamilan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya nutrisi selama
kehamilan
b. Mengidentifikasi sikap ibu hamil tentang pentingnya nutrisi selama kehamilan
c. Mengidentifikasi kejadian anemia pada ibu hamil.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah;
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi
instansi dalam upaya meningkatkan keberhasilan program untuk menurunkan angka
kejadian anemia pada ibu hamil.
b. Dapat digunakan sebagai data dasar, acuan atau informasi untuk penelitian selanjutnya.
c. Memberikan masukan pada masyarakat terutama ibu hamil tentang anemia sehingga lebih
memperhatikan kebutuhan gizi selama kehamilan dan sesudahnya sehingga dapat mencegah
masalah kekurangan gizi serta diharapkan terjadi perubahan sikap dan perilaku kearah yang
lebih baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1 .1 Konsep Dasar kehamilan
a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi
dan berakhir sampai permulaan persalinan. (Manuaba, 1998). Kehamilan adalah suatu proses
pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan
janin yang tumbuh di dalam rahim ibu. (Dep.Kes, 1996 ). Kehamilan adalah suatu proses
yang akan terjadi bila aspek penting terpenuhi yaitu ovum, spermatozoa konsepsi dan nidasi
(Dep.Kes RI, 1993 ).
Tanda tanda Kehamilan
1. Tanda dugaan hamil
a. Amenore (terlambat datang bulan)
b. Mual dan muntah
c. Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan
d. Ngidam
e. Sinkope atau pingsan (Manuaba, 1998)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan
saraf dan menimbulkan sinkop.
a. Payudara tegang
b. Pengaruh estrogen progesteron dan somatomamotropin menimbulkan deposit lemak, air
dan garam pada payudara.
c. Sering miksi
d. Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering
miksi.
e. Konstipasi atau Obstipasi
f. Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan untuk
buang air besar.
g. Pigmentasi kulit pada daerah pipi, dinding perut dan sekitar payudara
h. Epulis
i. Hipertropi gusi disebut epulis dapat terjadi bila hamil
j. Varices atau penampakan pembuluh darah vena (Manuaba, 1998)
1. Tanda tanda kemungkinan hamil
a. Perut membesar
b. Uterus membesar
c. Pada pemeriksaan dalam dijumpai
Tanda hegar : Perlunhakan isthmus
Tanda chadwicks : Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu
Tanda piscaseck : Uterus membesar kesalah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan
pembesaran tersebut
Tanda braxton hicks : Bila uterus dirangsang mudah berkontraks
Teraba ballotement : Pantulan yang terjadi setelah uterus diketuk
d. Pemeriksanaan tes biologis kehamilan positif (Manuaba, 1998)
2. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat di tentukan dengan jalan :
1. Gerakan janin dalam rahim :
a. Terlihat / teraba gerakan janin
b. Teraba bagian bagian janin
2. Denyut jantung janin
a. Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotografi, alat doppler.
b. Dilihat dengan ultrasonagrafi
c. Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin,
ultrasonografi. (Manuaba, 1998)

2.1.2 Anemia
2.1.2.1 Definisi
Anemia adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau haemoglobin (Hb) lebih rendah
dari nilai normal (Beck, 1996). Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan
haemoglobin dibawah 11 g % pada trimester 1 dan 3 atau kadar kurang dari 10,59 g % pada
trimester 2 (Sarwono, 2002).
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume
pada sel darah merah (hemotokrit) per 10 ml darah (Sylvia Anderson, 1994). Anemia lebih
sering dijumpai dalam kehamilan hal ini di sebabkan karena dalam kehamilan keperluan
akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan dalam darah dan sum-sum
tulang. (Sarwono, 2002).
Berdasarkan penyelidikan di Jakarta anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi :
Anemia defisiensin besi 62,3 % (kekurangan zat besi),
Anemia megaloblastik 29,0 % (kekurangan vitamin B12)
Anemia hipoplastik 8,0 % (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentuk)
Anemia hemolitik 0,7 % (gangguan pembentukan sels-sel darah) (Sarwono, 2002)
Anemia defisiensi besi adalah dimana keadaan kadar haemoglobin hemotokrit dan sel darah
merah lebih rendah dari normal sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman,
2004). Yaitu kerusakan produksi sel darah merah yang diakibatkan dari penurunan jumlah
zar besi yang disimpan di dalam tubuh yang diperlukan untuk sintesis Hb (Ester Monica,
1998).
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding defisiensi zat gizi lain,
seperti asam folat, vitamn B12, protein, vitamin dan trace elemen lainnya (Wirakusuma S.
Emma, 1999)
Anemia gizi besi bisa berakibat buruk bagi penderitanya, terutama bagi golongan rawan gizi,
yaitu anak balita, anak sekolah, wanita hamil dan menyusui, serta terutama yang
berpenghasilan rendah. Anak yang terkena anemia gizi akan terganggu pertumbuhan fisik
dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. Selain itu, aktifitas fisiknya juga akan
menurun. Pada ibu anemia gizi mengakibatkan kerawanan saat melahirkan, perdarahan,
berat bayi lahir rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan anak. Sedangkan
pada ibu menyusui, kualitas air susu rendah dan jumlah berkurang. (Wirakusuma S. Emma,
1995)
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan
perdarahan sebanyak 50 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30-40 mg
disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta, makin sering seorang
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan
menjadi makin anemis.Sebagia gambaran berapa banyak kebutuhan pada setiap kehamilan :
Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr Fe
Terdapat dalam plasenta 300 mgr Fe
Untuk darah janin 100 mgr Fe
Jumlah 900 mgr Fe
(Wirakusuma S. Emma, 1995)
2.1.2.2 Klasifikasi Anemia
Anemia dapat diklasifikasi menurut morfologi sel darah merah yaitu sebagai berikut :
1. Amenia normositik normokrom
Dimana ukuran dan bentuk bentuk sel- sel darah merah normal serta mengandung
haemaglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebabkan
adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan
endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sum-sum. (Sylvia Anderson, 1994)
2. Anemia makrositik normokrom
Berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena
konsetrasi haemoglobinnya normal. Hal ini disebabkan oleh gangguan atau terhentinya
sintesis asam nukleat DNA seperti pada defisiensi B12 dan atau asam folat serta kemoterapi
kanker. (Anderson, 1994)
3. Hipokrom Anemia mikrositik
Hipokrom berarti mengandung haemoglobin dalam jumlah yang kurang dari nomal. Hal ini
umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi) seperti pada anemia defisiensi
besi, kehilangan darah kronik atau gangguan sistesis globin seperti pada talasemia.
(Anderson, 1994).

2.1.2.3 Tanda dan gejala anemia


Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas seperti:
pucat, mudah lelah, lesu, berdebar, takikardi, dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada
telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebra. Jika keadaan berlangsung lama dan berat
akan terjadi stomatitis angualaris, glositis dan koinolikia (keadaan kuku yang cekung seperti
sendok) Tanda yang khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia (tidak bisa
menelan), hipoklorida, koinolikia dan pagofagia. Tanda yang kurang khas berupa kelelahan,
anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja
intelektual serta kemampuan kerja menyusut. (Arisman, 2004)

2.1.2.4 Pengaruh anemia dalam kehamilan


Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu baik dalam kehamilan,
persalinan maupun dalam nifas. Berbagai penyulit dapat timbul akibat anemia seperti:
1) Abortus
2) Partus prematurus
3) Partus lama karena inertia uteri
4) Pendarahan pospartum karena antonia uteri
5) Syok
6) Infeksi baik intra partum maupun pospartum
7) Anemia yang sangat berat
Sedangkan pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:
1) Kematian mudiqah
2) Kematin perinatal
3) Prematuritas
4) Dapat terjadi cacat bawaan
5) Cadangan besi kurang (Depkes RI, 1996)

2.1.2.5 Tahap terjadinya anemia zat besi ada 3 yaitu:


1) Tahap pertama: terjadi apabila simpanan besi berkurang yang terlihat dari penurunan
feritin dalam plasma hingga 12 g/l. hal ini dikonpensasikan dengan peningkatan absorpsi
besi yang terlihat dari peningkatan kemampuan mengikat besi total (total iron binding
capacity/TIBC) pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional pada tubuh.
2) Tahap kedua: terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh transferin
hingga kurang dari 16% pada orang dewasa dan meningkatnya protoporfirin yaitu pendahulu
(precursor) hem. Pada tahap ini nilai haemoglobin dalam darah masih berada pada 95 %
nilai normal. Hal ini dapat mengganggu metabolisme energi sehingga menyebabkan
menurunnya kemampuan bekerja.
3) Tahap ketiga: terjadinya anemia gizi besi dimana kadar haemoglobin total turun dibawah
nilai normal. Anemia gizi besi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil (mikrositosis)
dan nilai haemoglobin rendah (hipokromia). Oleh sebab itu anemia gizi besi dinamai anemia
hipokromik mikrositik. (Depkes RI, 1996)

2.1.2.6 Diagnosis anemia pada kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamesa. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan mual, muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan
haemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut: Hb 11 gr % tidak anemia
Hb 9-10 gr% anemia ringan
Hb 7-8 gr% anemia sedang
Hb kurang 7% anemia berat. (Manuaba,1998)

2.1.3 Nutrisi Ibu Hamil


Telah diketahui bahwa janin dalam kandungan membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu
yang dapat memberikannya. Oleh sebab itu makanan ibu hamil harus cukup untuk berdua
yaitu untuk ibu sendiri dan untuk anak dalam kandungannya. (Dep Kes, 1993).
Kekurangan dan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada
wanita hamil tersebut. Kekurangan makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus
prematurus, inersia uteri, hemoragia post partum, sepsis puerperalis sedangkan makanan
secara berlebihan karena ibu hamil tersebut salah mengarti bahwa ia makan untuk dua
orang dapat pula menyebabkan komplikasi antara lain pre eklampsia, janin besar dan
sebagainya. Anjurkan wanita hamil tersebut makan secukupnya saja. Bahan makanan tidak
perlu mahal, tetapi cukup mengandung protein baik hewani maupun nabati (Sarwono, 2002).
Makanan diperlukan antara lain untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus, buah dada dan
kenaikan metabolisme anak aterm memerlukan 400 gram protein, 220 gram lemak, 80 gram
karbohidrat dan40 gram mineral. Uterus dan plasenta membutuhkan masing-masing 500
gram dan 55 gram protein. Kebutuhan total protein 950 gram, calsium 30 gram Fe 0,8 gram
dan asam folat 300 mg (Mochtar, 1998). Dalam masa kehamilan berat badan seorang ibu
dapat bertambah sekitar 11-13 kg. Yang disebabkan oleh pembesaran janin (rata-rata 3,4 kg),
jaringan plasenta 1,5 kg, uterus 0,4 kg, payudara 1,5 kg, volume darah 1,5 kg, air ketuban
2,9 kg. Peningkatan berat badab tersebut membutuhkan makanan yang bergizi baik
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air (Budianto, 2002).

2.1.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi


Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping faktor genetis) status gizi janin.
Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan keadaan ini
dipengaruhi pula status gizi ibu pada waktu konsepsi yang dipengaruhi oleh:
1) Keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil
2) Keadaan kesehatan dan gizi ibu
3) Jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anaknya yang pertama. (Arisman, 2004)
Sedangkan status gizi ibu pada waktu melahirkan ditentukan berdasarkan keadaan kesehatan
dan status gizi pada waktu konsepsi juga berdasarkan:
1) Keadaan sosial dan ekonomi waktu hamil
2) Derajat pekerjaan fisik
3) Asupan pangan
4) Pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi. (Arisman, 2004)
Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Status
ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis kemiskinan, berguna untuk
pemastian apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi
tinggi. Manfaat riwayat obstetri ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat
gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh. Kecukupan zat gizi
selama hamil baru dapat dipantau melalui parameter keadaan kesehatan ibu dan berat lahir
janin. Meskipun baku penilaian status gizi wanita yang tidak hamil tidak dapat diaplikasikan
pada waniyta hamil, perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan sebagai petunjuk.
Berat badan rendah sebelum konsepsi serta pertambahan berat yang tidak adekuat
merupakan penilaian langsung yang dapat digunakan untuk memperkirakan laju
pertumbuhan janin.
Pemeriksaan antropometrik yang biasa dilakukan ialah penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi, penentuan berat ideal, dan pola pertambahan berat. Berat pada kunjungan
pertama sementara berat sebelumnya jangan terlewat untuk ditanyakan. berat sebelum hamil
berguna untuk penentuan prognosis serta keputusan perlu tidaknya dilakukan terapi gizi
secara intensif (Arisman, 2004)

2.1.3.2 Kebutuhan gizi pada ibu hamil


Tujuan penataan gizi pada wanita hamil adalah untuk menyiapkabn:
1) Cukup kalori, protein yang tinggi, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi ibu, janin serta plasenta.
2) Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak.
3) Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat baku selama hamil
4) Perencaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan
mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan
berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik dan memperoleh cukup
energi untuk menyusui serta merawat bayinya kelak
5) Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan
seperti mual dan muntah.
6) Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama kehamilan.
7) Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang
baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup. (Depkes, 1993)
Bahan pangan yang digunakan meliputi enam kelompok:
1) Makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati)
2) Susu dan olahannya
3) Roti dan bebijian
4) Buah dan sayur yang kaya akan vitamin C.
5) Syuran berwarna hijau tua
6) Buah dan sayur lain (Depkes, 1993)
Jika keenam makanan ini digunakan, maka seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh wanita
hamil akan terpenuhi. (Arisman, 2004). Kebutuhan zat gizi ditentukan oleh kenaikan berat
janin dan kecepatan janin mensintesa jaringan-jaringan baru. Dengan demikian kebutuhan
zat gizi akan maksimum pada minggu-minggu mendekati kelahiran . Zat-zat gizi ini
diperoleh janin dari simpanan ibu pada masa anabolik dan dari makanan ibu sehari-hari
sewaktu hamil (Depkes, 1993)
1) Kebutuhan energi
Kebutuhan pada waktu hamil adalah 300-500 kcal lebih banyak dari makanan yang biasa ibu
makan setiap hari. Penambahan 300-500 kcal ini dianggap zat-zat gizi lain (protein, vitamin
dan mineral) juga ikuyt terpenuhi baik untuk kebutuhan ibu sendiri maupun untuk kebutuhan
janin.
Pada awal kehamilan trimester I kebutuhan energi sangat sedikit namun pada akhir semester
terjadi peningkatan. Pada trimester II kalori dibutuhkan untuk penambahan darah,
pertumbuhan uterus, pertumbuhan jaringan mamae dan penimbunan lemak. Selama trimester
akhir kalori digunakan khususnya untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Sumber kalori
antara lain karbohidrat, protein dan lemak. Makanan yang mengandung hidrat arang antara
lain golongan padi-padian seperti beras, jagung, gandum dan golongan umbi-umbian seperti
kentang, ubi jalar dan ubi kayu, lain-lainnya misalnya sagu (Dep kes, 1993).
2) Kebutuhan protein
Kebutuhan protein meningkat selama hamil guna memenuhi asam amino untuk
perkembangan janin penambahan volume darah dan pertumbuhan mamae serta jaringan
uterus. Kebutuhan protein pada ibu hamil 30 g lebih banyak dari yang tidak hamil (Depkes,
1993)
Sumber protein antara lain protein hewani: daging, ikan, unggas, telur, kerang, dan lain
sebagainya. Protein nabati antara lain kacang-kacangan; seperti kacang kedelai, kacang
tanah , kacang tolo.
3) Kebutuhan lemak
Lemak selain sebagai kalori juga untuk memperoleh vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak yaitu vitamin A,B, E, dan K (Dep kes, 1993)
4) Kebutuhan vitamin
Kebutuhan vitamin meningkat selama hamil, vitamin diperlukan untuk membantu
metabolisme karbohidrat dan protein.

a. Vitamin A
Penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi dan
juga diperlukan untuk pemelihaan jaringan mata. Sumber vitamin A: hewani seperti minyak
ikan kuning telur, nabati seperti wortel, sayuran yang berwarna hijau, buah-buahan yang
berwarna merah seperti tomat, pepaya (Depkes, 1993)
b. Vitamin B komplek
Vitamin B komplek mengandung vitamin B1, B2, asam nikotin (niasin), B6, B12 dan asam
folik. Vitamin B1 penting untuk pembakaran hidrat arang, guna menghasilkan tenaga serta
urat saraf. Sumber vitamin B1: hewani ; telur, ginjal, otak ikan. Nabati; beras tumbuk
kacang-kacangan, beras merah, daun singkong dan daun kacang panjang. Vitamin B2
penting untuk pernafasan antar sel, pemelihaan jaringan saraf, kulit dan kornea mata.
Sumber vitamin B2; bermacam-macam buah, sayur biji kacang (Dep kes, 1993). Vitamin
B12 penting sekali bagi keberfungsian sel-sel sum-sum tulang, sistem persyarafan dan
saluran cerna. Sumber vitamin B12 ialah hati, telur, ikan, kerang, daging, unggas, susu, dan
keju (Arisman, 2004)
c. Vitamin D
Kekurangan vitamin D selama hamil berkaitan dengan gangguan metabolisme calsium pada
ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia dan tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia
enamel gigi bayi dan osteomalasia pada ibu. Sumber vitamin D ialah susu yang telah
diperkaya dengan vitamin D (Arisman, 2004)
5) Kebutuhan yodium
Kekurangan yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme yang
selanjutnya berkembang menjadi kreatinisme karena peran hormon tiroid dalam
perkembangan pematangan otak menempati posisi strategia. Koreksi terhadap kekurangan
yodium sebaiknya dilakukan sebelum atau selama 3 bulan pertama kehamilan. Anjuran
asupan perhari untuk wanita hamil dan menyusui sebesar 200 mg. Dalam bentuk garam
beryodium, pemberian suplementasi pada hewan ternak, pemberian minyak beryodium
peroral atau injeksi. (Arisman, 2004).
6) Kebutuhan calsium
Kalsium bersama dengan garam fosfor yang diperlukan untuk tulang dan gigi janin. (Dep
kes, 1993). Kadar kalsium dalam darah wanita hamil menurun drastis sampai 5% daripada
wanita tidak. Asupan yang dianjurkan kira-kira 1200 mg perhari bagi wanita hamil yang
berusia diatas 25 tahun dan cukup 800 mg untuk mereka yang berusia lebih muda. Sumber
utama kalsium ialah susu dan hasil olahannya yoghurt, keju, udang, sarang burung, sarden
dalam kaleng, sayuran warna hijau tua. (Arisman, 2004)
7) Zat besi
Kebutuhan wanita hamil akan meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah)
sebesar 200-300% perkiraan besaran zat besi yang perlu disimpan selama hamil ialah 1040
mg. Dari jumlah ini 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya
hilang. Sebanyak 300 mg besi diteransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg lenyap
ketika melahirkan. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet karena
itu suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan kepada wanita yang bergizi baik.
Setiap wanita hamil dianjurkan untuk menelan zat besi sebanyak 30 mg tiap hari. Takaran ini
tidak akan terpenuhi hanya melalui makanan oleh sebab itu suplemen sebesar 30-60 mg
dimulai pada minggu ke12 kehamilan yang diteruskan sampai 3 bulan pasca partum perlu
diberikan setiap hari . (Arisman, 2004)
8) Asam folat atau folic acid
Merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya selama hamil berlipat dua. (Arisman,
2004).
Asam folat diperlukan untuk memelihara pertumbuhan janin dan mencegah terjadinta
anemia macrocytic megaloblastik. Kebutuhan selama hamil antara 400-800 gram perhari.
Folic acit sangat sensitif terhadap panas tinggi sehingga apabila makanan dimasak terlalu
lama akan merusak folic acit (Dep kes, 1993).
Jenis makanan yang banyak mmengandung asam folat atau folic acit adalah ragi (1000
mg/100 g.) Hati (250 mg/100 g), brokoli, sayuran berwarna hijau, bayam, asparagus, dan
kacang-kacangan sumber lain seperti ikan, daging, jeruk dan telur. (Arisman, 2004)

2.1.4 Pengetahuan (Knowledge)


Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
seseorang yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo : 2003).
Pengetahuan adalah mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan yang meliputi fakta, faedah, prinsip dan metode yang diketahui. Pengetahuan
disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat
(Recall) atau mengenal kembali (recognitioin) (Winkel : 1996)
Pengetahuan tidak sama dengan keyakinan walaupun ada hubungan yang sangat erat antara
keduanya. Baik pengetahun maupun keyakinan sama-sama merupakan sikap mental
seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu yang disadarinya sebagai ada atau terjadi.
Hanya saja dalam hal keyakinan, objek yang disadari sebagai ada itu tidak perlu harus ada
sebagai mana adanya. Sebaliknya dalam hal pengetahuan objeknya disadari itu memang ada
sebagai mana adanya. (Keraf & Dual : 2001)
Macam-macam pengetahuan menurut polanya
Pengetahuan dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1) Tahu Bahwa
Pengetahuan bahwa adalah pengetahuan tentang informasi tertentu: tahu bahwa sesuatu
terjadi, tahu bahwa ini dan itu memang demikian adanya. Jenis pengetahuan ini disebut juga
pengetahuan teoritis, pengetahuan ilmiah, walaupun masih dalam tingkat yang tidak begitu
mendalam. Pengetahuan ini berkaitan dengan keberhasilan dalam mengumpulakn informasi
atau data tertentu.
2) Tahu bagaimana
Pengetahuan ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu, ini yang dikenal sebagai know
how. Pengetahuan ini berkaitan dengan keterampilan atau lebih tepat keahlian dan
kemahiran teknis dalam melakukan sesuatu. Pengetahuan-pengetahuan dibidang teknik
umumnya digolongkan dalam jenis pengetahuan ini .
3) Tahu akan / mengenal
Pengetahuan jenis ini adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan
sesuatu atau seseorang melalui pengalaman atau pengenalan pribadi. Unsur yang paling
penting dalam pengetahuan ini adalah pengenalan dan pengalaman pribadi secara logis
dengan obyeknya.oleh karena itu sering juga disebut sebagai pengetahuan berdasarkan
pengenalan.
4) Tahu mengapa
Pengetahuan ini biasanya berkaitan erat dengan pengetahuan bahwa. Hanya saja tahu
mengapa jauh lebih mendalam dan serius daripada tahu bahwa , karena tahu mengapa
berkaitan dengan penjelasan. Dengan tahu mengapa subyek melangkah lebih jauh dari
informasi yang ada untuk memperoleh pengetahuan baru yang lebih mendalam dari sekedar
pengetahuan bahwa. (Keraf & Dual : 2001)

2.1.5 Sikap
2.1.5.1 Pengertian
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek ( Notoatmodjo,2003).
Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi dan kesiapan antisipasif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap
stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar,2002).
Newcomb salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo,
2003).
Sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia karena pembentukan
sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja, tetapi pembentukannya
senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan alternatif yaitu
senang atau tidak senang, mendukung atau tidak mendukung, menjauhi atau menjauhi
(Azwar, 2002)
2.1.5.2 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(obyek).
2. Merespon (Responding)
Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah
berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valving)
Mengajak orang untuk mengerjakan atau mendiskumsikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab ( Responsibel)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihan resiko merupakan sikap yang
paling tinggi.

2.1.5.3 Komponen Sikap


Komponen sikap dibagi tiga menurut Allport, 1954 dikutip Notoatmodjo (2003) yaitu .
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to be have)
Ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam
pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyanan dan emosi memegang
peranan penting.

2.2 Kerangka Konsep

2.3 Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang nutrisi dengan kejadian
anemia selama kehamilan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan untuk menjawab
tujuan penelitian berdasarkan masalah yang telah ditetapkan antara lain; desain penelitian,
populasi sample,dan sampling, identifikasi variabel penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
bahan dan alat/instrument penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian/ pengumpulan
data dan analisis data.

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional, di mana peneliti melakukan observasi satu kali saja dan
pengukuran variabel dependent dan independent pada saat pemeriksaan atau pengkajian data
(Nursalam, 2003).

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu hamil yang tinggal di desa ngebruk
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang pada bulan November - Desember.
3.2.2. Sampel
Tekhnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu
besar sampel ditentukan berdasarkan tujuan penelitian, kemudian memilih sampel yang
diinginkan secara tidak acak. Hal ini diasumsikan bahwa sampel-sampel tersebut sesuai
dengan karakteristik populasi yang telah ditetapkan (Vockell dalam Sevilla, 1993). Pada
penelitian ini kriteria inklusinya adalah:
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
a. Responden bisa membaca dan menulis.
b. Semua Ibu hamil
c. Tidak dalam keadaan sakit berat yang menimbulkan dampak terjadinya anemia seperti
perdarahan, Diabetes melitus dengan komplikasi nefropati, TBC dengan haemoptoe, Gagal
ginjal yang telah mencapai stadium end stage ( terjadi gangguan pada produksi H.
Eritropoitin ), leukemia.
d. Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
a. Responden yang bertempat tinggal sementara didaerah yang diteliti.
b. Responden yang pernah diperiksa Hb dan atau telah mendapatkan pemberian tablet Fe
selama kehamilan saat ini.
Dalam menentukan kriteria inklusi ibu hamil tidak dalam keadaan sakit berat yang
berdampak pada anemia peneliti mengunakan catatan medik responden.
Untuk mempertimbangkan masalah etik dalam penelitian ini, maka peneliti mengunakan
anonimity pada setiap pengambilan dengan tujuan menjaga kerahasiaan setiap data yang
diperoleh dari responden.

3.3. Variabel penelitian


3.3.1. Variabel Independen (bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap
kebutuhan nutrisi.
3.3.2. Variabel Dependen (tergantung)
Variabel dependent/tergantung dalam penelitian ini adalah kejadian anemia selama
kehamilan.

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional dan variabel yang diteliti adalah
Variabel Definisi Operasional Parameter Cara mengukur Skala Skore
Bebas (Independent)
Pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi
Hasil tahu ibu setelah melakukan penginderaan tentang nutrisi selama kehamilan
Pengetahuan ibu tentang :
- Kebutuhan nutrisi selama kehamilan
- Pola makan yang bergizi selama kehamilan
- Manfaat nutrisi bagi ibu dan janin
- Akibat kurangnya nutrisi selama kehamilan bagi ibu dan janin.
Kuesioner
Ordinal
75 % 100% baik
56% - 75% cukup
< 56%
kurang
Sikap
Terikat (dependent) Anemia
Respon ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi selama hamil yang disertai kecendrungan
untuk bertindak
Anemia adalah apabila kadar hoemoglobin dalam darah kurang dari 11 g%
Sikap ibu dalam mengkon sumsi makanan sehari-hari selama hamil :
- Frekuensi makan ibu dalam sehari
- Porsi makanan sesuai dengan kebutuhan gizi ibu pada masa kehamilan
- Jenis makanan yang banyak mengandung intake protein vit. C dan tablet besi asam folat
Pemeriksaan Hb
Kuesioner
Test
Ordinal
ordinal
Skala likert untuk pertayaan positif : no : 1,3,4,6,8,10
SS : 4
S:3
TS : 2
STS : 1

Pertanyaan negatif : 2,5,7,9.


STS : 4
TS : 3
S:2
SS : 1
Kemudian dihitung dengan menggunakan Skor T.
Sikap positif apabila T > Mean data
Sikap negatif apabila T < Mean data
Hb 11 gr% tidak anemia
Hb 9-10,9 gr% anemia ringan
Hb 7-8,9 gr% anemia sedang
Hb < 7g% anemia berat
(Manuaba,1998)

3.5 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Ngebruk, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Adapun pelaksanaan penelitian pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2006.

3.6 Instrument penelitian


3.6.1 Instrumen
Instrumen penelitian yang dipergunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap
ibu hamil tentang nutrisi dengan kejadian anemia di desa Ngebruk Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang adalah kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner menggunakan bentuk
pertanyaan tertutup (closed ended) yaitu setiap pertanyaan telah disediakan alternatif
jawaban dan setiap responden hanya memilih salah satu diantaranya serta peneliti
melakukan pemeriksaan sahli untuk mengetahui kadar Hb responden.

3.6.2 Uji Validitas Instrument


Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa
yang kita ukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu
mengukur apa yang kita ukur maka perlu dilakukan uji coba. Dalam uji coba ini sample
yang diambil harus sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Rumus yang digunakan
dalam hal ini adalah korelasi product moment ( notoatmodjo, 2005 ). Skor yang ada
dikorelasikan dengan skor total. Hasil korelasi berupa indeks korelasi ( r xy ) yang diperoleh
dengan rumus :
Keterangan
X : Skor setiap butir pertanyaan Y : Skor total setiap butir pertanyaan
: rata-rata skor tiap pertanyaan : rata-rata skor total
x: X-y:Y

3.6.3 Uji reliabilitas


Pengukuran reliabilitas instrument penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji
reliabilitas internal menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu :
Keterangan : : reliabilitas instrumen
: indeks korelasi instrument

3.7 Pengumpulan Data dan analisa data


3.7.1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kuesioner pada keluarga yang akan diteliti,
instrumen yang digunakan adalah instrumen kuisioner dengan jenis pertanyaan Closed-
ended yang berjumlah 35 pertanyaan dengan jawaban multiple coice. Serta lembar
observasi peneliti.

3.7.2. Analisa Data deskriptif


1. Variabel Pengetahuan
Untuk mengukur pengetahuan ibu hamil terdiri dari 16 pertanyaan positif. Setiap pertanyaan
positif menjawab benar diberi bobot 1 (satu), dan menjawab salah diberi bobot 0 (nol)
Setelah itu dihitung dengan menggunakan rumus: P = F/n x 100%
Dimana P : Prosentasi
F : Jumlah jawaban yang benar
n : Jumlah skor maksimal,jika pertanyaan dijawab benar (Arikunto, 1998)
Setelah prosentasi diketahui kemudian hasilnya diinterprestasikan dengan : Kriteria Baik :75
% -100 %, Cukup :56 % - 75 %, Kurang :kurang
Dari 56 % (Arikunto, 1998) .
2. Variabel sikap
Untuk mengukur sikap pada ibu hamil terdiri dari 10 pertanyaan yaitu pertanyaan positip
(1,3,4,6,8,10) dan pertanyaan negatif (2,5,7,9) dan diukur dengan menggunakan skala likert
yang terdiri dari 4 jawaban yaitu:
Untuk jawaban pertanyaan positif
Sangat Setuju (SS) : 4
Setuju (S) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
Untuk jawaban pertanyaan negatif
Sangat Setuju (SS) : 1
Setuju (S) : 2
Tidak Setuju (TS) : 3
Sangat Tidak Setuju (STS) : 4
Kemudian dihitung nilai skor menjawab kuesioner dengan rumus :
Dimana :
x = skor responden
x = nilai rata rata kelompok
s = standar deviasi ( simpanan baku )
Dan dari nilai yang didapatkan, untuk menginterpretasi hasil dicari nilai median T (Md-T),
jika :
a. Nilai T > median T, berati subyek mempunyai sifat favorable (positif)
median T, berati subyek mempunyai sikap unfavorable (negatif)b. Nilai T
(Azwar, 1995)
Sesuai tujuan penelitian , maka untuk mendapat korelasi antara kedua variabel tersebut
digunakan Uji korelasi spearman rho menggunakan komputer program SPSS for windows
dengan derajat kemaknaan < 0,05 . apabila R hitung < Rtabel dengan nilai probabilitas
(signifikansi atau nilai P) > alpha 0.05, maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan
pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang nutrisi dengan kejadian anemia selama kehamilan.
Sebaliknya jika R hitung > R tabel dengan nilai probabilitas (signifikansi atau nilai P) <
alpha 0.05, maka Ho ditolak, artinya ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang
nutrisi dengan kejadian anemia selama kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S, 2002. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arisman (2004) Gizi Dalam Daur Kehidupan:Buku ajar Ilmu Gizi.Jakarta:EGC.

Azwar, S (2002) Sikap Manusia :Teori dan Pelaksanaanya,edisii kedua.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Cunningham,F.G,(1995) Obstetri williams (william obstetrics) / F. Gary Cunningham, Paul


C.MacDonald, Norma F.Gant;alih bahasa ,Joko suyono

Chamberlain, G 1994. Obstetri dan Ginekologi Praktis. Alih Bahasa R.F Maulany.
Jakarta:Widya Medika.

Damaeyer E.M, 1995. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Alih Bahasa
Arisman M.B. Jakarta: Widya Medika.

Depkes RI, 1993. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
.
FKUI, (2000), Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Purwanto H, (1999). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo S, (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Wirakusuma, S Emma (1999), Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus
Agriwidya.

Anda mungkin juga menyukai