PENDAHULUAN
2.1.2 Anemia
2.1.2.1 Definisi
Anemia adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau haemoglobin (Hb) lebih rendah
dari nilai normal (Beck, 1996). Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan
haemoglobin dibawah 11 g % pada trimester 1 dan 3 atau kadar kurang dari 10,59 g % pada
trimester 2 (Sarwono, 2002).
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume
pada sel darah merah (hemotokrit) per 10 ml darah (Sylvia Anderson, 1994). Anemia lebih
sering dijumpai dalam kehamilan hal ini di sebabkan karena dalam kehamilan keperluan
akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan dalam darah dan sum-sum
tulang. (Sarwono, 2002).
Berdasarkan penyelidikan di Jakarta anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi :
Anemia defisiensin besi 62,3 % (kekurangan zat besi),
Anemia megaloblastik 29,0 % (kekurangan vitamin B12)
Anemia hipoplastik 8,0 % (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentuk)
Anemia hemolitik 0,7 % (gangguan pembentukan sels-sel darah) (Sarwono, 2002)
Anemia defisiensi besi adalah dimana keadaan kadar haemoglobin hemotokrit dan sel darah
merah lebih rendah dari normal sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman,
2004). Yaitu kerusakan produksi sel darah merah yang diakibatkan dari penurunan jumlah
zar besi yang disimpan di dalam tubuh yang diperlukan untuk sintesis Hb (Ester Monica,
1998).
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding defisiensi zat gizi lain,
seperti asam folat, vitamn B12, protein, vitamin dan trace elemen lainnya (Wirakusuma S.
Emma, 1999)
Anemia gizi besi bisa berakibat buruk bagi penderitanya, terutama bagi golongan rawan gizi,
yaitu anak balita, anak sekolah, wanita hamil dan menyusui, serta terutama yang
berpenghasilan rendah. Anak yang terkena anemia gizi akan terganggu pertumbuhan fisik
dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. Selain itu, aktifitas fisiknya juga akan
menurun. Pada ibu anemia gizi mengakibatkan kerawanan saat melahirkan, perdarahan,
berat bayi lahir rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan anak. Sedangkan
pada ibu menyusui, kualitas air susu rendah dan jumlah berkurang. (Wirakusuma S. Emma,
1995)
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan
perdarahan sebanyak 50 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30-40 mg
disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta, makin sering seorang
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan
menjadi makin anemis.Sebagia gambaran berapa banyak kebutuhan pada setiap kehamilan :
Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr Fe
Terdapat dalam plasenta 300 mgr Fe
Untuk darah janin 100 mgr Fe
Jumlah 900 mgr Fe
(Wirakusuma S. Emma, 1995)
2.1.2.2 Klasifikasi Anemia
Anemia dapat diklasifikasi menurut morfologi sel darah merah yaitu sebagai berikut :
1. Amenia normositik normokrom
Dimana ukuran dan bentuk bentuk sel- sel darah merah normal serta mengandung
haemaglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebabkan
adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan
endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sum-sum. (Sylvia Anderson, 1994)
2. Anemia makrositik normokrom
Berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena
konsetrasi haemoglobinnya normal. Hal ini disebabkan oleh gangguan atau terhentinya
sintesis asam nukleat DNA seperti pada defisiensi B12 dan atau asam folat serta kemoterapi
kanker. (Anderson, 1994)
3. Hipokrom Anemia mikrositik
Hipokrom berarti mengandung haemoglobin dalam jumlah yang kurang dari nomal. Hal ini
umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi) seperti pada anemia defisiensi
besi, kehilangan darah kronik atau gangguan sistesis globin seperti pada talasemia.
(Anderson, 1994).
a. Vitamin A
Penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi dan
juga diperlukan untuk pemelihaan jaringan mata. Sumber vitamin A: hewani seperti minyak
ikan kuning telur, nabati seperti wortel, sayuran yang berwarna hijau, buah-buahan yang
berwarna merah seperti tomat, pepaya (Depkes, 1993)
b. Vitamin B komplek
Vitamin B komplek mengandung vitamin B1, B2, asam nikotin (niasin), B6, B12 dan asam
folik. Vitamin B1 penting untuk pembakaran hidrat arang, guna menghasilkan tenaga serta
urat saraf. Sumber vitamin B1: hewani ; telur, ginjal, otak ikan. Nabati; beras tumbuk
kacang-kacangan, beras merah, daun singkong dan daun kacang panjang. Vitamin B2
penting untuk pernafasan antar sel, pemelihaan jaringan saraf, kulit dan kornea mata.
Sumber vitamin B2; bermacam-macam buah, sayur biji kacang (Dep kes, 1993). Vitamin
B12 penting sekali bagi keberfungsian sel-sel sum-sum tulang, sistem persyarafan dan
saluran cerna. Sumber vitamin B12 ialah hati, telur, ikan, kerang, daging, unggas, susu, dan
keju (Arisman, 2004)
c. Vitamin D
Kekurangan vitamin D selama hamil berkaitan dengan gangguan metabolisme calsium pada
ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia dan tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia
enamel gigi bayi dan osteomalasia pada ibu. Sumber vitamin D ialah susu yang telah
diperkaya dengan vitamin D (Arisman, 2004)
5) Kebutuhan yodium
Kekurangan yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme yang
selanjutnya berkembang menjadi kreatinisme karena peran hormon tiroid dalam
perkembangan pematangan otak menempati posisi strategia. Koreksi terhadap kekurangan
yodium sebaiknya dilakukan sebelum atau selama 3 bulan pertama kehamilan. Anjuran
asupan perhari untuk wanita hamil dan menyusui sebesar 200 mg. Dalam bentuk garam
beryodium, pemberian suplementasi pada hewan ternak, pemberian minyak beryodium
peroral atau injeksi. (Arisman, 2004).
6) Kebutuhan calsium
Kalsium bersama dengan garam fosfor yang diperlukan untuk tulang dan gigi janin. (Dep
kes, 1993). Kadar kalsium dalam darah wanita hamil menurun drastis sampai 5% daripada
wanita tidak. Asupan yang dianjurkan kira-kira 1200 mg perhari bagi wanita hamil yang
berusia diatas 25 tahun dan cukup 800 mg untuk mereka yang berusia lebih muda. Sumber
utama kalsium ialah susu dan hasil olahannya yoghurt, keju, udang, sarang burung, sarden
dalam kaleng, sayuran warna hijau tua. (Arisman, 2004)
7) Zat besi
Kebutuhan wanita hamil akan meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah)
sebesar 200-300% perkiraan besaran zat besi yang perlu disimpan selama hamil ialah 1040
mg. Dari jumlah ini 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya
hilang. Sebanyak 300 mg besi diteransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg lenyap
ketika melahirkan. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet karena
itu suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan kepada wanita yang bergizi baik.
Setiap wanita hamil dianjurkan untuk menelan zat besi sebanyak 30 mg tiap hari. Takaran ini
tidak akan terpenuhi hanya melalui makanan oleh sebab itu suplemen sebesar 30-60 mg
dimulai pada minggu ke12 kehamilan yang diteruskan sampai 3 bulan pasca partum perlu
diberikan setiap hari . (Arisman, 2004)
8) Asam folat atau folic acid
Merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya selama hamil berlipat dua. (Arisman,
2004).
Asam folat diperlukan untuk memelihara pertumbuhan janin dan mencegah terjadinta
anemia macrocytic megaloblastik. Kebutuhan selama hamil antara 400-800 gram perhari.
Folic acit sangat sensitif terhadap panas tinggi sehingga apabila makanan dimasak terlalu
lama akan merusak folic acit (Dep kes, 1993).
Jenis makanan yang banyak mmengandung asam folat atau folic acit adalah ragi (1000
mg/100 g.) Hati (250 mg/100 g), brokoli, sayuran berwarna hijau, bayam, asparagus, dan
kacang-kacangan sumber lain seperti ikan, daging, jeruk dan telur. (Arisman, 2004)
2.1.5 Sikap
2.1.5.1 Pengertian
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek ( Notoatmodjo,2003).
Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi dan kesiapan antisipasif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap
stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar,2002).
Newcomb salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo,
2003).
Sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia karena pembentukan
sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja, tetapi pembentukannya
senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan alternatif yaitu
senang atau tidak senang, mendukung atau tidak mendukung, menjauhi atau menjauhi
(Azwar, 2002)
2.1.5.2 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(obyek).
2. Merespon (Responding)
Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah
berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valving)
Mengajak orang untuk mengerjakan atau mendiskumsikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab ( Responsibel)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihan resiko merupakan sikap yang
paling tinggi.
2.3 Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang nutrisi dengan kejadian
anemia selama kehamilan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan untuk menjawab
tujuan penelitian berdasarkan masalah yang telah ditetapkan antara lain; desain penelitian,
populasi sample,dan sampling, identifikasi variabel penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
bahan dan alat/instrument penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian/ pengumpulan
data dan analisis data.
Almatsier S, 2002. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chamberlain, G 1994. Obstetri dan Ginekologi Praktis. Alih Bahasa R.F Maulany.
Jakarta:Widya Medika.
Damaeyer E.M, 1995. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Alih Bahasa
Arisman M.B. Jakarta: Widya Medika.
Depkes RI, 1993. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
.
FKUI, (2000), Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Wirakusuma, S Emma (1999), Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus
Agriwidya.