1
PRAKATA
Atas berkat rahmad Allah yang Maha Esa saya telah menyelesaikan tugas
penyusunan makalah mengenai diet untuk luka bakar yang merupakan salah satu
materi yang harus diselesaikan pada semester dua ini.
Semoga makalah yang saya susun dapat bermanfaat serta memberikan
banyak informasi dan pengertian lebih banyak lagi mengenai apa itu diet untuk
luka bakar
Apabila masih terdapat beberapa kekurangan mengenai isi ataupun
penulisan saya mahon maaf yang sebesar-besarnya.
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
Bab 1Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................. 2
C. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Luka Bakar .............................................................................. 3
B. Macam Luka Bakar ................................................................................... 3
C. Pengertian Diet Luka Bakar ........................................................................ 4
D. Alasan Diet Luka Bakar .............................................................................. 4
E. Akibat Luka Bakar ....................................................................................... 4
F. Makanan Diet Luka Bakar ........................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 9
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 10
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat
yang dialamiseseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh terbakar.
Sewaktu kejadian luka bakar, terjadi rasa sakit yang sangat hebat karena ujung
– ujung dari saraf rusak s e h i n gga m e n i m b u l k a n p e r a s a a n s a k i t ya n g
t e r u s m e n e r u s . Lu k a b a k a r d a p a t d i s e b a b k a n o l e h p a n a s , k i m i a ,
l i s t ri k , c a h a ya , a t a u r a d i a s i . Lu k a b a k a r s a n ga t berbahaya karena
dapat menyebabkan kematian.
4
disebabkan kurangnya perhatian petugas k e s e h a t a n . " m e n u r u t p ak a r
a h l i gi z i s e k i t a r 7 5% p e r s e n s t a t u s gi z i p a s i e n ya n g dirawat di
rumah sakit mengalami penurunan. Karena itu pelayanan gizi
pasien,khususnya bagi penderita luka bakar, yang dirawat di rumah sakit
perlu dilakukansecara dini agar dapat dilakukan upaya pemberian nutrisi yang
diperlukan. Pemberian nutrisi bukan sekedar memberi makan, tapi juga harus
memperhatikan kebutuhan gizi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian luka bakar?
2. Ada berapakah macam-macam luka bakar?
3. Apa yang dimaksut dengan diet luka bakar?
4. Mengapa dilakukan diet luka bakar?
5. Makanan sepertia apa yang sesuai untuk diet lika bakar?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian luka bakar
2. Mengetahui macam-macam luka bakar
3. Mengetahui pengertian diet luka bakar
4. Mengetahui alasan mengapa perlu dilakukan diet luka bakar
5. Mampu menyajikan makanan yang sesuai untuk diet luka bakar
5
BAB II PEMBAHASAN
6
Dapat dikatakan jika menderita luka bakar derajat III maka orang
tersebut mengalami kerusakan seluruh sel kulit dan otot, serta
pembuluh darah mengalami penggumpalan. (Moenadjat, 2001).
d. Derajat IV, luka bakar semakin parah dan merusak jaringan tubuh
yang semakin banyak, seperti otot, tendon, bahkan tulang. Pasien tidak
akan merasakan rasa apapun karena pada tahap ini kerusakan sudah
mencapai sel saraf. (Moenadjat, 2001).
7
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan
menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka
bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik
dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi
kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurrang.
Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
(dr. Safriani Yovita)
Luka bakar terutama yang luas >20% menyebabkan terjadinya
gangguan keseimbangan di dalam tubuh, di antaranya adalah gangguan
metabolisme protein, KH dan lemak. Luka bakar juga menyebabkan
terjadinya proses inflamasi, semakin berat kerusakan jaringan respon
inflamasi yang muncul akan lama bertahan dan makrofag akan
menghasilkan mediator inflamasi seperti sitokin, TNF-α dan sel fagosit
nekrotik. Meningkatnya stress oksidatif juga menyebabkan produksi
radikal bebas meningkat dan penurunan kadar trace
element(Sjamsyuhidayat,2002).
Stress oksidatif menyebabkan kerusakan jaringan sekunder dan
mengganggu fungsi imun setelah luka bakar (Rock,1997; Khorasani,
2008). Inflamasi yang tidak terkendali menyebabkan inflamasi sistemik
dan penekanan sistem imun yang sangat berbahaya karena akan
berkembang menjadi SIRS dan MODS (Monadjat, 2009).
Stres oksidatif akibat luka bakar akan menyebabkan
ketidakseimbangan antara Reactive Oxygen Species (ROS) dan
antioksidan endogen. Kadar MDA pada luka bakar akan meningkat sesuai
8
intensitas oksidatif, sehingga MDA akan akan berkurang bila sistem
pertahanan baik (Gayatri, 2010).
Albumin merupakan sumber antioksidan hewani yang berfungsi sebagai
pengikat radikal sehingga berperan dalam proses pembersihan dan
penangkapan ROS (Sunatrio, 2003). Kapsul ekstrak
9
Pembedahan, infeksi luka yang parah, luka bakar dan trauma, dan kondisi
defisit nutrisi meningkatkan kebutuhan akan nutrisi. Kurang nutrisi dapat
meningkatkan resiko infeksi dan mengganggu proses penyembuhan luka.
Sedangkan obesitas dapat menyebabkan penurunan suplay pembuluh
darah, yang merusak pengiriman nutrisi dan elemen-elemen yang lainnya
yang diperlukan pada proses penyembuhan. Selain itu pada obesitas
penyatuan jaringan lemak lebih sulit, komplikasi seperti dehisens dan
episerasi yang diikuti infeksi bisa terjadi (DeLaune & Ladner, 2002).
Berikut adalah kebutuhan zat gizi secara umum untuk pasien luka bakar:
1. Protein
Kekurangan protein dapat mengganggu pembentukan kapiler,
proliferasi fibroblast, sintesis proteoglycan, sintesis kolagen, dan
remodeling luka. Kekurangan protein juga mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh, dengan akibat menurunnya fagositosis leukosit dan
meningkatnya kerentanan terhadap infeksi (Arnold et al., 2006).
Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia, protein yang dibutuhkan
pasien luka bakar dalam sehari yaitu sekitar 20-25% dari kebutuhan
kalori total. Jika kebutuhan protein tidak dipenuhi akan menyebabkan
penurunan sistem kekebalan tubuh, kehilangan massa otot yang cukup
banyak, serta memperlambat proses penyembuhan.
Ikan gabus diketahui mempunyai senyawa-senyawa penting bagi
tubuh manusia, di antaranya protein yang tinggi, lemak, air dan
mineral, sehingga bisa menjadi alternatif suplemen yang dapat
meningkatkan status gizi. Keunggulan ikan gabus dibandingkan
dengan produk lainnya adalah pada kelengkapan komposisi asam
amino dan kemudahannya untuk dicerna (Taslim,2005).
2. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber gula yang digunakan tubuh sebagai
sumber energi utama. Proses penyembuhan luka bakar membutuhkan
energi yang cukup besar, oleh karena itu dibutuhkan sumber energi
10
tubuh yang juga cukup banyak untuk menunjang hal tersebut. Sumber
energi didapatkan dari karbohidrat, sehingga pasien dengan luka bakar
memerlukan sebanyak 50 hingga 60 persen karbohidrat dari total
kalori dalam sehari. Bila kebutuhan dari pasien luka bakar tersebut
adalah 2500 kalori, maka jumlah karbohidrat yang harus dikonsumsi
dalam sehari adalah 312 sampai 375 gram. Jika karbohidrat tidak
terpenuhi, maka energi yang dihasilkan akan berkurang, atau malah
tubuh akan mengambil sumber protein – yang seharusnya melakukan
perbaikan jaringan, sebagai sumber energi, pengganti karbohidrat.
3. Lemak
Kebutuhan lemak untuk pasien luka bakar tidak terlalu tinggi
seperti protein dan karbohidrat. Lemak memang dibutuhkan tubuh
untuk proses penyembuhan dan sebagai ekstra cadangan energi untuk
meningkatkan proses metabolisme. Tetapi terlalu banyak lemak yang
dimakan malah akan berdampak buruk bagi kesehatan. Lemak yang
terlalu tinggi mengakibatkan peradangan di dalam tubuh dan
menurunkan sistem imun, sehingga penyembuhan akan semakin sulit
dilakukan. Jumlah lemak yang dibutuhkan dalam sehari adalah 15-
20% dari total kalori. Lebih baik mengonsumsi sumber lemak yang
baik, yaitu makanan dengan lemak tidak jenuh tinggi seperti kacang,
alpukat, minyak zaitun, dan ikan.
4. Vitamin dan mineral
Tidak hanya zat gizi makro yang diperlukan, tetapi berbagai zat
gizi mikro juga diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pemberian vitamin A, B, C, dan D dalam jumlah tinggi sangat
dianjurkan bagi pasien luka bakar. Selain itu, mineral yang juga
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak adalah zat besi, seng,
natrium, kalium, fosfor, dan magnesium. Makanan seperti daging sapi,
hati sapi, daging ayam tanpa kulit, merupakan sumber yang baik untuk
vitamin A, zat besi dan seng. Sedangkan vitamin C bisa didapatkan
dari berbagai buah-buahan.
11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
1. Luka bakar adalah luka pada kulit yang disebabkan oleh sesuatu yang
panas, sehingga membakar kulit dan meninggalkan luka.
2. Macam luka bakar di bedakan menjadi embat derajat keparahan yaitu
derajat 1,2,3,dan 4.
3. Diet luka bakar adalah pemilihan sumber makanan dan pengaturan
makanan yang tepat dibutuhkan para pasien luka bakar untuk membantu
penyembuhan serta pemulihannya.
4. Diet luka bakar di tujukan untuk mengembalikan energi yang hilang dari
pasien luka bakar, dan membantu memperbaiki kerusakan jaringan yang
terjadi.
5. Makan yang sesuai untuk diet luka bakar untu masing- masing nutrisi
adalah berbeda seperti karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
12
Daftar Pustaka
Miller, S. F., Bessey, P., Lentz, C. W., et al.. National Burn Repository 2007
report: A synopsis of the 2007 call for data. Journal of Burn Care &
Research, 2008 , 29(6).p.862–870.
Gallagher-Allred C, Deering CP, Dorner B. Jour15. nal of Parenteral and Enteral
Nutrition.2002; 26(1): 40-46
Tanchoco CC, et al. Respirology. 2001; 6: 16. 43-50.
Sullivan MM, et al. J Hosp Infect . 2001;49: 268-17. 273
Sofyan Effendy1, Agussalim Bukhari2, Nurpudji A. Taslim pengaruh zink,
vitamin c, dan ekstrak ikan gabus terhadap keseimbangan nitrogen pasien
luka bakar grade ii a-b.2015,. Jurnal Ilmu Gizi Klinis, Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
Syuma Adhy Awan,Nurpudji Astuti, Agussalim Bukhari, Meta Mahendradatta
Abu Bakar Tawali., 2014., manfaat suplementasi ekstrak ikan gabus
terhadap kadar albumin, mda pada luka bakar derajat ii,. Jurnal Bagian
Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Suharjono, Sakinah Annura, Iswinarno Doso Saputro, dan Dwi Rahayu Rusiani ,.
2016,. jurnal evaluasi penggunaan albumin pada pasien luka bakar di
rsud dr. Soetomo.,Departemen Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.,Departemen Ilmu Bedah Plastik, Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.,Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Noer, S.M., Saputro, D.I., and Perdanakusuma D.S., 2006.Penanganan Luka
Bakar. Surabaya: Airlangga University Press.
Cucereanu-Badica, L, Luca-Vasiliu L.,Grintescu L., Lascar I.. The Correlation
Between Burn Size and Serum Albumin Level in The First 48 Hours After
BurnInjury.Jurnal Roman de Anastezie Terapie Intensiva, 2013,Vol.20
No.1 p.5-9.
Cucereanu-Badica, L, Luca-Vasiliu L., Grintescu L., Lascar I.. The Correlation
Between Burn Size and Serum Albumin Level in The First 48 Hours After
Burn Injury.Jurnal Roman de Anastezie Terapie Intensiva, 2013,Vol.20
No.1 p.5-9.
13