Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“DIET PADA LUKA BAKAR”

Dosen pembimbing:

Adrianita. S.Km

Disusun oleh kelompok 14 :

1. Yuli Yani

2. Yeni Apriliani

3. Yulmi Ristika Putri

YAYASAN SETIH SETIO MUARA BUNGO

AKADEMI KEPERAWATAN SETIH SETIO MUARA BUNGO

TAHUN AJARAN 2015/201


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu

tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penyusun

mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Gizi

dan Diet dengan judul “Diet pada luka Bakar” .

Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini tidak lepas dari adanya bantuan

bahkan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi

sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

Untuk itu, kepada dosen, saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan

makalah di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca.

Muara Bungo, 27 maret 2016

Penyusun,
Kelompok 14
DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................................i

Kata pengantar...........................................................................................................ii

Daftar isi.....................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................1

1. Latar belakang.................................................................................................1

2. Rumusan masalah...........................................................................................1

3. Tujuan.............................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................3

1. Pengertian luka bakar.....................................................................................3

2. Klasifikasi luka bakar.....................................................................................3

3. Penatalaksanaan diet pada luka bakar............................................................5

4. Fase luka bakar...............................................................................................8

5. Pembagian zona kerusakan jaringan..............................................................8

6. Syarat dan prinsip luka bakar.........................................................................9

7. Prinsip luka bakar...........................................................................................10

8. Pelayanan gizi pada luka bakar......................................................................11

9. Jenis diet dan indikasi....................................................................................12

10. Preskripsi diet................................................................................................13

BAB III.....................................................................................................................13

1. Kesimpulan.....................................................................................................14

2. Saran................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang
pernah/dapat dialami seseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh terbakar.
Sewaktu luka bakar terjadi, terjadi rasa sakit yang sangat hebat karena ujung-
ujung dari saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit yang terus menerus.
Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, kimia, listrik, cahaya, atau radiasi. Luka
bakar menjadi penting karena dapat menyebabkan kematian.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar
atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih
intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang
disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis
dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau
paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan
yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau percikan api.
Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko infeksi yang lebih besar
daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau
tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan
teknik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Selain teknik pengobatan dan perawatan luka bakar yang baik, pasien luka
bakar juga membutuhkan nutrisi yang baik untuk mendukung penyembuhannya.
Gangguan nutrisi pada pasien yang dirawat dapat disebabkan karena keadaan
penyakit penderita atau dapat juga disebabkan kurangnya perhatian petugas
kesehatan. Menurut pakar ahli gizi sekitar 75 persen status gizi pasien yang
dirawat di rumah sakit mengalami penurunan. Karena itu pelayanan gizi pasien,
khususnya bagi penderita luka bakar, yang dirawat di rumah sakit perlu dilakukan
secara dini agar dapat dilakukan upaya pemberian nutrisi yang diperlukan.
Pemberian nutrisi pun bukan sekadar memberi makan, tetapi juga harus
memperhatikan kebutuhan gizi penderita. Dengan demikian kerja sama antara
dokter yang merawat dengan ahli gizi amat diperlukan agar makanan yang
dihidangkan sesuai dengan kebutuhan penderita tersebut.

2. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud luka bakar.

2. Apa saja klasifikasi luka bakar.

3. jelaskan fase luka bakar.

4. Jelaskan penatalaksanaan diet pada luka bakar.

5. Sebutkan pembagian zona kerusakan jaringan

6. Sebutkan syarat dan prinsip pada luka bakar.

7. Jelaskan pelayanan gizi pada luka bakar

8. Sebutkan jenis diet dan indikasinya.

9. Sebutkan dan jelaskan preskripsi diet.

3 . Tujuan

1. Agar mahasiswa/I dapat menjelaskan apa yang dimaksud luka bakar.

2. Agar mahasiswa dapat menyebutkan klasifikasi luka bakar.

3. Mampu jelaskan fase luka bakar.

4. Untuk mengatahui penatalaksanaan diet pada luka bakar.

5. Agar mengatahui pembagian zona kerusakan jaringan

6. Sebutkan syarat dan prinsip pada luka bakar.

7. Mampu menjaskan pelayanan gizi pada luka bakar

8. Mampu menyebutkan jenis diet dan indikasinya.

9. Mampu menjelaskan preskripsi diet.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Luka bakar


Luka bakar adalah suatu perlukaan jaringan yang berasal dari permukaan
tubuh yang mengenai lapisan yang lebih dalam dengan berbagai derajat
kerusakan. Luka bakar dapat disebabkan oleh agen fisik yang menyebabkan
luka bakar ( panas, ultraviolet, radiograf, dan radiasi nuklir), listrik, kimia, dan
mekanisme abrasi. Kedaruratan luka bakar pada anak paling sering disebabkan
oleh faktor suhu. Luka bakar terjadi karena adanya transfer energy yang
abnormal yang mengenai jaringan yang disebabkan oleh faktor suhu, hirupan
asap panas, dan terkena aliran listrik.
Gambaran klinis yang timbul dan pronogsis penyakit tergantung pada suhu,
luas daerah yang terkena, lamanya terpaparan dan ada atau tidaknya hubungan
dengan cedera yang lain serta umur fisiologis penderita. Cidera yang sering
ditemukan adalah patah tulang, pendarahan, dan hirupan asap. Risiko
komplikasi terbanyak yang terjadi pada semua luka bakar adalah syok
hipovolemik. Komplikasi yang dapat timbul kemudian adalah infeksi,
perubahan metalbolik dan sepsis.
Dalam beberapa bulan atau tahun dapat terjadi gangguan fungsi, masalah
kosmetik, hipertrofi jaringan dan kontaktur.perlukan karena menghirup asap
atau udara panas terjadi dalam ruangan tertutup, dapat merusak bronchial distal
dan ranting alveolus. pada luka bakar listrik dengan tegangan tinggi gejala
yang ditimbulkan lebih berat di bandingkan dengan luka bakar listrik dengan
tegangan rendah,yakni berupa kerusakkan otot, kerusakan bagian dalam tubuh
dan thrombosis pembuluh darah. Bila kontak aliran listrik berlangsung hanya
sebentar pada tegangan tinggi umumnya hanya menimbulkan kelainan lokal
berbatas tegas, warna abu-abu, tanpa radang dari terasa nyeri.
2. Klasifikasi Luka bakar
Luka bakar pada umum nya di klasifikasikan menurut dalamnya luka bakar
dan lausnya luka bakar sebai berikut:
A. Menurut dalamnya luka bakar:
a. Luka bakar derajat I: hanya mengenai lapisan permukaan kulit atau
epidermis saja Luka bakar derajat
b. II: mengenai sebagian tebal kulit, yakni epidermis dan korium.
c. Luka bakar derajat III: mengenai seluruh tebal kulit atau dermis
terkadang juga mengenai jaringan lemak, otot atau tulang.
B. Berdasarkan luasnya:
1. Luka bakar mayor:
a. Luka bakar drajat II,yang meliputi 25% luas permukaan tubuh
dewasa atau > 20% luas permukaan tubuh pada anak-anak.
b. Luka bakar drajat III,>10% luas permukaan tubuh .
c. Luka bakar yang mengenai tanggan,muka,telingga,kaki atauu
perineum.
d. Perlukaan akibat hirupan,listrik,luka bakar dengan komlikasi
patah tulang atau cidera lainnya
e. Luka bakar pada pasien yang keadaannya buruk.
2. Luka bakar moderat tampa komlikasi:
a. Luka bakar drajat II,yang meliputi 15-25% luas permukaan
tubuh pada dewasa dan 10-25%luas permukaan pada anak-anak
b. Luka bakar drajat III,yang meliputi kurang dari 10% luas
permukaan tubuh.
3. Luka bakar minor:
a. Luka bakar drajat II kurang dari 15% luas permukaan tubuh
pada dewasa atau kurang dari 10% luas permukaan tubuh pada
anak-anak.
b. Luka bakar drajat III kurang dari 2% luas permukaan tubuh.

Perkiraan luas luka bakar dapat dilihat pada table 11.2 perkiraan luas
luka bakar menurut Lund dan Browder serta table 11.3 untuk
melengkapi luas luka baka rpada table 11.2.
Luka bakar yang disebabkan oleh suhu tinggi akan menimbulkan stress nutrisi
dan stres metabolik, melalui 3 mekanisme yaitu keadaan hipermetabolik yang
berangsung lama kerusakan dermis dan peningkatan kebutuhan energy.
Keadaan hipermetabolik yang berlangsung lama menyebabkan peningkatan BMR
yang sebanding dengan luas area tubuh yang terkenan luka bakar (lihat table
11.1). adanya kerusakan dermis akan memufdahkan infeksi masuk dan evaporasi
sehingga mengakibatkan peningkatan kebutuhan energi untuk mempertahankan
suhu tubuh. Peningkatan kebutuhan tubuh energy tercermin dari peningkatan
DIT,BMR,konsumsi oksigen dan produksi CO².

Table 11.1 luas luka bakar(%luas permukaan tubuh) dan peningkatan BMR(%)
Luas luka bakar % peningkatan BMR %
0-20 0-50
20-40 50-85
40-100 85-100
Table 11.2 perkiraan luas luka bakar menurut Lund dan Browder (modifikasi
skala Berkow’s).³
Bayi
baru 1 tahun 5 taun 10 tahun
Lahir
Kepala 19 17 13 11
Kedua tungkai atas 11 13 16 17
Kedua tungkai bawah 10 10 11 12
Leher 2
Dada dan perut 13
Punggung 13
Kedua lengan atas 8 Persentase ini tetap sama pada semua
Kedua lengan bawah 6 umur
Dedua tangan 5
Kedua bokong 5
Kedua kaki 7
Genetalia 1

100%
Table 11.3 perkiraan luas luka bakar beberapa bagian tubuh pada umur berbeda
(Modifikasi dari Lund Bowder)²
Bagian tubuh % umur dalam tahun
0 1 5 10 15 >15
A=1/2 kepala 9,5 8,5 6,5 5,5 4,5 3,5
B=1/2 tungkai atas 2,75 3,25 4,0 4,25 4,5 4,75
C=1/2 tungkai 2,25 2,25 2,75 3,0 3,25 3,5
bawah

3. Penatalaksanaan Diet pada Luka Bakar


Merencanakan terapi nutrisi yang efektif pada luka bakar harus didasari
pemahaman tentang fisiologi dan gangguan metabolik.kondisi hepermetabolik
tersebut sering kali disertai metabolism berat dan kehilangan masa otot
sehingga dukungan nutrisi yang agresif disertai penanganan infeksi yang
berkesinambungan dapat meningkatkan kesembuhan pada kasus luka bakar.
Pemberian terapi nutrisi dilakukan setelah fase angkut. Pemberian tersebut
bertujuan untuk mengganti cairan dan elektrolit tubuh yang hilang akibat luka
bakar memenuhu kebutuhan energy, protein,dan vitamin sehingga
mempercepat kesembuhan luka bakar dan mengusahakan tumbuh kembang
anak berjalan secara optimal.
Persyaratan diet luka bakar pada anak diharapkan dapat memenuhi tujuan
memenuhi tujuan pemberian diet, sebagai berikut.
A. kebutuhan energy dan protein pada anak luka bakar berhubungan dengan luas
luka bakar dapat dihitung seperti rumus dibawah ini:
kebutuhan energy (kkal/hari).
1,4(BMR×m²×24 jam) + BB(tumbuh+0,6 luas luka bakar)
Kebutuhan protein (g/hari)
BB×(AKG+0,5 luas luka bakar)
Keterangan:
BMR =kkal/m²/jam.
BB =berat badan (kg).
tumbuh =kkal/kg/24 jam
luas luka bakar =%luas luka bakar derajat II atau III
AKG =kebutuhan kalori normal sesuai umur
Untuk mengetahui luas permukaan tubuh dapat dihitung dengan memakai
rumus asalkan berat badannya diketahui, seperti dalam rumus dibawah ini.

Luas permukaan tubuh (m²) (4BB+7)


_________
(BB+90)
Keterangan :
BB = berat badan (kg)
Rumus lain tentang kalori yang dibutuhkan oleh penderita luka bakar menurut
Cureri, sbb.
Kebutuhan kalori (kkal)=(25×kg BB)+(40×% luka bakar)
Kebutuhan protein =1-4 g/kg BB/hari (rata-rata:1,5-2,5 g/kg).
B. kalori nonprotein diberikan dalam jumlah cukup, dapat berasal dari karbohidrat
dan lemak.
C. Kebutuha vitamin dan mineral meningkat pada luka bakar yang disebabkan
oleh suhu; terutama vitamin yang larut dalam air (2 kalai kebutuhan yang
dianjurkan/AKG), vitamin yang larut lemak dianjurkan sesui dengan
kebutuhan normal serta zat besi perlu ditambahkan sesui kebutuhan . ada
akjurkan untuk memberikan vitamin C,asam folat dan Zink secara rutin.
D. Kebutuah cairan sehari dihitung dengan rumus4 ml×BB(Kg) ×% luka bakar.
Cairan yang dipergunakan adalah ringer laktat dan dekstrosa 5% atau memakai
cairan elektrolit/ringer laktat dengan dosisi (1ml/kgBB/1%luas luka bakar),
dekstrosa 5%(30 ml/kg BB), darah/plasma/dekstran(1 ml/kg BB/1% luas luka
bakar).
Cara pemberian cairan: separuh dari kebutuhan cairan diberikan dalam 8 jam,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya dengan dosis rumatan. Jangan
menambahkan kalium ke dalam cairan. Keberhasilan terapi cairan dipantau
melalui pengukuran produksi dan berat jenis urine ; analisis gas darah
(arteri),elektrolit serum dan hematokrit.
E. Cara alimentasi yng dipilih bergantung pada luas dan lokasi luka bakar: ada
beberapa pilihan yang dianjurkan:
a. Diet biasa sesui dengan umur anak.
b. Diet dengan makanan ekstraa.
c. Diet formula melalui slang gastric,misalnya peptisol(suatu makanan
tambahan diet rumah sakit dan pengganti minuman).
d. Nutrisi parentelal total.

Setelah kebutuhan nutrisi dihitung kemudian dilakukan pemulihan jalur


dukungan nutrisi sesuai dengan kondisi klinis dan status metabolisme.
Pilihan jalur nutrisi secara enternal biasanya direkomendasikan pada pasien
luka bakar dan pada pasien sakit kritis lainnya. Pemberian nutrisi enternal
biasanya dilakukan hingga akhir minggu pertama. Akan tetapi, umumnya
terdapat masalah pada pasien luka bakar yang mendapat nutrisi enternal.
Masalah tersebut antara lain:
a. Retensi lambung, perlu evaluasi kemungkinan terjadi infeksi/sepsis.
b. Mual dan muntah, pemberian makanan melalui sonde dilakukan
dengan mendorong terlalu cepat, suhu makanan dingin, atau konsentrasi
makanan tinggi,
c. Diare, intoleransi terhadap laktosa, perubahan flora usus karena
antibiotika, atau hiperosmolalitas formula.
d. Hiperosmolalitas serum, kekurangan air pada luka bakar >30%.
e. Sonde kurang nyaman karena iritasi dan / atau anak tidak dapat
menerima.
f. Kenaikan berat badan sangat kurang.
g. Alimentasi intravena meningkatkan risiko infeksi, thrombosis vena,
emboli, tromboflebitis septik, sistemik kondidiasis, dsb.
4. Fase pada Luka Bakar
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar,
yaitu:
a. Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada
saluran nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya
eskar melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan
sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.
b. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS)
dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang
timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan
(luka dan sepsis luka).
c. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan
jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan
berlangsung lama

5. Pembagian zona kerusakan jaringan:


1. Zona koagulasi, zona nekrosis.
Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi
protein) akibat pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini
mengalami nekrosis beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah disebut
juga sebagai zona nekrosis.
2. Zona statis
Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona
koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai
kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no
flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapilar dan respon
inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan
mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
3. Zona hiperemi
Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa
vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan
umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan
spontan, atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona pertama.

6. Syarat dan Prinsip Diet pada Luka Bakar


Syarat-syarat diet luka bakar adalah:
A. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau Nutrisi
Enteral Dini (NED).
B. Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka
bakar yaitu:
a. Menurut Curreri : 25 kkal/kg BB aktual + 40 kkal x % luka bakar
b. Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka bakar. (Tabel
3.1)

Tabel 3.1 Kebutuhan energi sehari berdasarkan persen luka bakar


Luka Bakar (%) Kebutuhan Energi (kkal)
<10 1,2 x AMB
11-20 1,3 x AMB
21-30 1,5 x AMB
31-50 1,8 x AMB
> 50 2,0 x AMB
Sumber: Handbook No. 6 Principles of Nutritional Management of Disorders.
JADA, 1990.
C. Protein tinggi, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total.
D. Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energi total. Pemberian lemak
yang tinggi menyebabkan penundaan respon kekebalan sehingga pasien
lebih mudah terkena infeksi.
E. Karbohidrat sedang yaitu 50-60 % dari kebutuhan energi total. Bila pasien
mengalami trauma jalan napas (trauma inhalasi), karbohidrat diberikan 45-
55 % dari kebutuhan energi total.
F. Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan,
untuk membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin umumnya
ditambahkan dalam bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin
adalah sebagai berikut:
a. Vitamin A minimal 2 kali AKG
b. Vitamin B minimal 2 kali AKG
c. Vitamin C minimal 2 kali AKG
d. Vitamin E 200 SI
G. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng ,natrium, kalium, kalsium, fosfor,
dan magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk suplemen.
H. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan untuk
mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock.
7. Prinsip diet untuk luka bakar antara lain :
1. Kebutuhan kalori dapat dihitung dengan menggunakan rumus Ireton-Jones,
sementara kebutuhan proteinnya dapat diperkirakan berdasarkan rasio kalori
terhadap nitrogen atau jumlah protein yang dibutuhkan pada masing-masing
keadaan.
2. Terapi imunonutrisi dapat dilakukan dengan memberikan suplemen preparat
enteral yang mengandung glutamin, arginin, dan asam lemak omega 3.
Glutamin dan arginin merupakan asam-asam amino yang dalam keadaan
sehat tergolong non-esensial tetapi pada keadaan stres berat akan menjadi
asam-asam amino esensial. Kadar glutamin dan arginin yang memadai akan
mengendalikan respon inflamasi dan mempercepat proses penyembuhan.
3. Pemberian cairan dilakukan berdasarkan jumlah darah yang hilang dengan
ditambah jumlah keluar urine serta feses dan insensible waterloss.
4. Pemberian suplemen vitamin dan mineral diperlukan pada trauma, luka
bakar dan pembedahan. Vitamin C dengan takaran 500-1000 mg/hari
diperlukan untuk pembentukan kolagen bagi proses kesembuhan luka yang
optimal.
8. Pelayanan Gizi Pada Luka Bakar
a. Tujuan Diet Luka Bakar
Tujuan diet luka bakar adalah untuk mempercepat penyembuhan dan
mencegah terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi
secara optimal selama proses penyembuhan, dengan cara :
1. Mengusahakan dan mempecepat penyembuhan jaringan yang rusak
2. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif
3. Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia.
4. Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro.
b. Syarat Diet pada Luka Bakar
Syarat-syarat diet luka bakar adalah:
1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau Nutrisi
Enteral Dini (NED).
2. Kebutuhan energy dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas
luka bakar.
Luka Bakar (%) Kebutuhan Energi (kkal)
<10 1,2 x AMB
11-20 1,3 x AMB
21-30 1,5 x AMB
31-50 1,8 x AMB
>50 2,0 x AMB

3. Protein tinggi, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total.


4. Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energi total. Pemberian
lemak yang tinggi menyebabkan penundaan respon kekebalan
sehingga pasien lebih mudah terkena infeksi.
5. Karbohidrat sedang yaitu 50-60 % dari kebutuhan energi total.
6. Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan, untuk membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin umumnya
ditambahkan dalam bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin
adalah sebagai berikut:
a. Vitamin A minimal 2 kali AKG
b. Vitamin B minimal 2 kali AKG
c. Vitamin C minimal 2 kali AKG
d. Vitamin E 200 SI
7. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng ,natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan
magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk suplemen.
8. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara
intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan untuk mengganti
cairan yang hilang agar tidak terjadi shock.

9. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian


1. Diet Luka Bakar I
Diet Luka Bakar I diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan Air Gula
Garam Soda (AGGS) dan Makanan Cair Penuh dengan pengaturan sebagai
berikut :
a. 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong diberi AGGS dan
Makanan Cair Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan
kecepatan 50 ml/jam.
b. 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml
dengan kecepatan yang sama.
c. 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energi
ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit. Diatas
24 jam bila tidak ada keluhan kecepatan pemberian makanan dinaikkan
sampai dengan 100 ml/menit.
d. Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan Makanan Cair
Penuh diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian
makanan dihentikan selama 2 jam
Komposisi AGGS adalah :
1. Air 200 ml
2. Gula/sirup 25 gr / 30 ml
3. Garam dapur 2 gr / 2 bks
4. Soda kue 1 g / 1 bks
2. Diet Luka Bakar II
Diet Luka Bakar II merupakan perpindahan dari Diet Luka Bakar I, yaitu
diberikan segera setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan Makanan
Cair Penuh dengan nilai energi 1 kkal/ml, serta sirkulasi cairan tubuh normal.
Cara pemberiannya sebagai berikut :
a. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat berbentuk
cair, saring, lumat, lunak, atau biasa.
b. Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali sehari. Volume
setiap kali pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien, maksimal
300 ml.
c. Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali sehari dan
dapat dikombinasikan dengan Makanan Cair Penuh untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
d. Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi pemberian
disesuaikan dengan kemampuan pasien sehingga asupan zat gizi terpenuhi.

10. Preskripsi Diet (Penetapan Diet)


1. Pemberian makanan dapat dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran
darah ke saluran cerna kembali normal. Makanan yang diberikan harus
mudah dicerna dan diserap seperti larutan hidrat arang (maltodextrin)
2. Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan, seperti :
a. Ikan sebagai sumber protein hewani,
b. Tahu atau tempe sebagai sumber protein nabat.i
c. Sayur dan buah yang mudah dilumatkan seperti : wortel, labu siam,
lobak, pepaaya,dll.
3. Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang hijau dapat dianjurkan
untuk memberikan glutamin dan arginin yang banyak terdapat di dalam
produk kacang-kacangan, khususnya kacang merah. Minyak ikan yang kaya
akan vitamin A dan asam lemak omega 3 dapat pula diberikan sementara
minyak zaitun yang merupakan sumber asam lemak omega 9 dapat pula
dimakan mentah sebagai campuran susu atau formula enteralnya.
4. Gunakan susu skim untuk menambah kandungan protein dalam sereal, sup,
dll. Jangan gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan
karena santan terutama yang kental kaya akan asam lemak jenuh.
5. Minum banyak air untuk mengencerkan darah. Misalnya 1 gelas air mineral
setiap 2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun untuk buang air
kecil pada malam hari.
6. Untuk menghindari keletihan setelah sembuh dari trauma, luka bakar atau
pembedahan, kepada pasien dapat dianjurkan agar makan sedikit-sedikit
tetapi sering.
7. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
a. Bahan makanan yang dianjurkan merupakan semua bahan makanan
sumber energi dan protein seperi susu, telur, daging, ayam, dan keju,
serta gula pasir, dan sirup.
b. Bahan makanan yang tidak dianjurkan yaitu bahan makanan
hiperalergik seperti udang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka
secara langsung. Luka bakar perlu ditangani secara saksama untuk mencegah
kejadian yang mengancam jiwa. Prinsip utama penanganan luka bakar,
menurut situs burn survivors online, meliputi pengurangan rasa sakit,
mencegah infeksi, menyeimbangkan cairan dan elektrolit tubuh, serta asupan
gizi yang baik.
Diet pada luka bakar bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan
mencegah terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi
secara optimal selama proses penyembuhan.

B. Saran
1. Pengaturan diet sangat dibutuhkan oleh penderita luka bakar untuk
memastikan kebutuhan energinya tercukupi.
2. Respons metabolik pada luka bakar mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit, keseimbangan nitrogen negatif serta kehilangan berat badan
yang cepat. Dengan demikian energi dan protein pengganti pun perlu
diberikan secepatnya.
3. Pemberian makanan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi pasien. Bisa
melalui sonde, disajikan bubur halus, kasar, tim, ataupun nasi. Cara
pemberiannya pun sebaiknya bertahap dari porsi kecil hingga sesuai
dengan kebutuhan penderita.
4. Penanganan luka dan diet sebaiknya dilakukan di rumah sakit agar lebih
terkontrol dan untuk menghindari dampak lebih fatal pascakebakaran.

DAFTAR PUSTAKA

Instalasi Gizi PERJAN RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien


Indonesia. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dr. I.K.G. Suandi, Sp.A. Diet anaksakit. Gizi klinik, edisi 2. Jakarta : Penerbit.
Buku Kedokteran EGC, 2011.
Hartono, Andry. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. 2000. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suradita. 2008. Luka Bakar. http://askep.blogspot.com.
Oetoro, Samuel, Dr. 2000. Penatalaksanaan Nutrisi pada penderita Luka Bakar.
http://mnu-malang.com.

Anda mungkin juga menyukai