Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LUKA BAKAR DENGAN TINDAKAN


RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENURUNKAN INTENSITAS
NYERI

Dosen Penanggung Jawab : Hadi Kusuma Atmaja, SST., M.Kes

Disusun Oleh :
NAMA: PURNATIKA
NIM: P07120421120N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh kurunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan sebuah makalahdengan tema “Asuhan Keperawatan pada
Pasien Luka Bakar dengan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk
Menurunkan Intensitas Nyeri”. Makalah yang menurut kami benar. Kami telah
berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakannya. Namun, kami menyadari
masih dalam proses belajar sehingga masih banyak yang harus diperbaiki.

Oleh sebab itu, bimbingan dan arahan dari dosen, kami harapkan agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Kami mempersembahkan karya ini
untuk semua teman kami, untuk kedua orangtua kami, untuk dosen kami, dan
untuk kepentingan bersama dalam menciptakan tenaga-tenaga perawat profesional
ke depannya.

Berhubungangan dengan hal tersebut, semoga makalah yang sederhana ini


dapat dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran keperawatan kedepannya.

Kritik dan Saran senantiasa dinantikan agar makalah ini menjadi lebih baik
dimasa mendatang amin.

Mataram, Agustus 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
D. Manfaat ........................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Combutsio/Luka Bakar....................................................4


B. Klasisikasi Combutsio/Luka Bakar..............................................8
C. Fase-fase Combutsio/Luka Bakar.................................................... 12
D. Etiologi Combutsio/Luka Bakar..................................................... 13
E. Patofisiologi Combutsio/Luka Bakar............................................. 14
F. Manifestasi Klinis Combutsio/Luka Bakar.................................... 17
G. Pemeriksaan Penunjang Combutsio/Luka Bakar............................ 18
H. Penatalaksanaan Combutsio/Luka Bakar....................................... 19
I. Komplikasi Combutsio/Luka Bakar............................................... 22

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian........................................................................................ 24
B. Diagnosa........................................................................................... 31
C. Intervensi.......................................................................................... 32
D. Implementasi.................................................................................... 41
E. Evaluasi............................................................................................ 41

BAB IV. PEMBAHASAN


A. Review Jurnal ................................................................................ 42

BAB V. SARAN DAN KESIMPULAN


A. Kesimpulan...................................................................................... 46
B. Saran .............................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 47

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang
dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang
terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua
sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua
puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan
tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi
gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%.
Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai
harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara
dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam
perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat
meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka
bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya,
penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan
permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang
lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang
panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari
pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi
ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda
dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka
bakar `yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih
besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada
kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan

iii
memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang
lain.Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit,
patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan
derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan
hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan
langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur,
status` kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi
beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan combutsio?
2. Bagaimana klasifikasi dari combutsio?
3. Bagaimana fase dari combutsio?
4. Bagaimana etiologi dari combutsio?
5. Bagaimana fatofisiologi dari combutsio
6. Bagaimana manifestasi klinis dari combutsio
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari combutsio?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari combutsio?
9. Bagaimana komplikasi dari combutsio?
10. Bagaimana konsep askep dari combutsio?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas Keperawatan Kritis
mengenai Combutsio serta Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah
terjadinya Combutsi.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan combutsio?
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari combutsio?
3. Untuk mengetahui fase dari combutsio?
4. Untuk mengetahui etiologi dari combutsio?

iii
5. Untuk mengetahui fatofisiologi dari combutsio
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari combutsio
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari combutsio?
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari combutsio?
9. Untuk mengetahui komplikasi dari combutsio?
10. Untuk mengetahui konsep askep dari combutsio?

D. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan tentang
gangguan pada sistem integumen khusunya pada luka bakar untuk
mahasiswa. Dan dapat
dijadikan referensi bagi mahasiswa lainnya.
2. Untuk Kampus
Makalah ini dapat menjadi tambahan bahan bacaan di
perpustakaan. Dan dapat di gunakan juga sebagai bahan acuan untuk
mencari referensi.

iii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Combustio/ Luka Bakar


Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi
dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh
hantaran/radiasi electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenajar, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas,
kimia atau radio aktif (Wong, 2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan
jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas)
lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan
luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi
jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan
gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan
sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan.
Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan
jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami
kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber
panas/penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi
kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel (Yepta,
2003).

iii
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api
langsung maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka
bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya
tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga
(Sjamsuidajat, 2004).
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan
disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti
kabel listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau
basa kuat (Triana, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja
hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat
yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang
intensif (PRECISE, 2011)
Ada empat tujan utama yang berhubungan dengan luka bakar :
1. Pencegahan
2. Implementasi tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien –
pasien luka bakar yang
3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui
penanganan dini , spesialistik serta individual
4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekontruksi
dan program rehabilitasi (brunner & suddarth vol 3:1912).
B. Klasifikasi Combustio/ Luka Bakar
1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik

iii
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di
dalam proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut.
Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang
berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi
oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh
darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan
biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka
tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa
bekas.
b. Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian
dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi,
melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih
tinggi di atas
permukaan kulit normal, nyeri karena
ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar
derajat II ada dua:
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai
bagian superficial dari dermis,
apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
Luka sembuh dalam waktu 10-
14 hari.
2) Derajat II dalam (deep)

iii
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama,
tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

c. Luka bakar derajat III ( Full Thickness)


Kerusakan meliputi seluruh ketebalan
dermis dan lapisan yang lebih dalam,
apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea

rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat,


kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena
koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak
timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10
tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun
dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan
perineum.

iii
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun
atau di atas usia 50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera
inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
4. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan
beberapa metode yaitu :
a. Rule of Nine
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
i. Total : 100%

iii
b. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan
dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut :

C. Fase Combustio/Luka Bakar


1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita
akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway
tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar,
namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat
pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber
panas. Luka yang terjadi menyebabkan:

iii
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur
atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur
D. Etiologi Combustio/ Luka Bakar
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik
secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas
yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan
suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat
menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka
bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,
dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat
membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami
memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik
cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan
berupa cedera kontak.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat
rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat

iii
dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan,
luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain
dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja,
luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan. Uap
panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan
radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas
panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi.
Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga
ke saluran napas distal di paru.
3. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas
dan oklusi jalan nafas akibat edema.
4. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan
tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik
yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat
menyebabkan luka bakar tambahan.
5. Zat kimia (asam atau basa)
6. Radiasi
7. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
E. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari
suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat
hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat
koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa
saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang
dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka
bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis
dan keganasan organ dapat terjadi.

iii
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar
dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit
dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera
full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan
oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar
mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi
sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka
bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya
integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium
serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan
pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya
kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah
jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai
respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang
meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya
vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24
hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya
dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler,
syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke
dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena
edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas
distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada
saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5
liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar,
respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi
cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah

iii
terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat
destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan
berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain
itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah
mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan
plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia
dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga
ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar dapat dijumpai
hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan
meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon
lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya
volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan
menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat
tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin
menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan
gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan
faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin
serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.
Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan
pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.

iii
iii
F. Manifestasi Klinis

Kedalaman dan Perjalanan


Penyebab Luka Bagian Kulit Penampilan Kesem
Bakar Yang terkena Gejala Luka buhan
Derajat Satu Kesemuta Memerah;menja
Tersengat Hiperestesia d
matahari (super i putih jika Kesembuhan
Terkena Api sensitive) Ditekan lengkap dalam
dengan mereda jika Minimal atau waktu satu minggu
intensitas rendah Epidermis didinginkan tanpa edema Pengelupasan kulit
Derajat Dua Melepuh, dasar
luka berbintik –
Bintik
merah,epidermi
Tersiram air Nyeri s Pembentukan
mendidih Hiperestesia retak, Parutdan
Terbakar oleh Sensitif permukaan Depigmentasi
nyala api Epidermis dan terhadap luka basah Infeksi dapat
Derajat Tiga Bagian udara Edema Mengubahnya
Terbakar nyala api Dermis yang dingin Kering ;luka menjadi derajat tiga
Terkena cairan Epidermis, Tidak terasa bakarberwarna Pembentukan eskar
mendidihdalam Keseluruhan nyeri putih seperti Diperlukan
waktu Dermis dan Syok badan kulit atau Pencangkokan
yang lama kadang – Hematuri dan berwarna Pembentukan parut
Tersengat aruskadang kemungkinan gosong. dan hilangnya
listrik jaringan hemolisis Kulit retak kountur serta fungsi
Subkutan Kemungkin dengan bagian kulit.
terdapat luka kulit yangHilangnya jari

iii
masuk dan
keluar (pada tangan atau
luka bakar tampak ekstermitas dapat
listrik) Edema Terjadi

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
a. Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera
b. Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas
terhadap pembuluh darah.
c. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan
adanya infeksi atau inflamasi.
d. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya
kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2)
atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin
terlihat pada retensi karbon monoksida.
e. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal,
natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan,
hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
f. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
g. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein
pada edema cairan.
h. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat
karena cedera jaringan.

iii
i. Ureum
j. Protein
k. Hapusan Luka
l. Urine Lengkap, dllRontgen : Foto Thorax, dll
2. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
3. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka
bakar lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak.
H. Penatalaksanaan Luka Bakar
Pengoabatan luka bakar diberikan berdasarkan luas dan beratnya
luka bakar serta pertimbangan penyebabnya.Resusitasi cairan
penting dalam menangani kehilangan cairan intravascular.Oksigen
diberikan melalui masker atau ventilasi buatan.Luka bakarnya
sendiri dapat di tutupi balutan steril basah atau kering.Penambahan
obat topkal dapat juga diindikasikan.Luka baka berat memerlukan
debridement luka dan transpalasi.
Menurut R. Sjamsuhidajat, (2010) Penatalaksanaan medis pada
penderita luka bakar sebagai berikut:
1. Mematikan sumber api
2. Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh
tubuh (menyelimuti, menutup bagian yang terbakar, berguling,
menjatuhkan diri ke air).
3. Merendam atau mengaliri luka
4. Setelah sumber panas hilang adalah dengan merendam luka bakar
dalam air atau menyiram dengan air mengalir selama kurang lebih 15
menit. Pada luka bakar ringan tujuan ini adalah untuk menghentikan
proses koagulasi protein sel jaringan dan menurunkan suhu jaringan
agar memperkecil derajat luka dan mencegah infeksi sehingga sel-sel
epitel mampu berfoliferasi.
5. Rujuk ke Rumah Sakit

iii
6. Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit
yang memiliki unit luka bakar dan selama perjalanan pasien sudah
terpasang infus.
7. Resusitasi
8. Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas .namun bila
terjadi syok segera di lakukan resusitasi ABC.
a) Pernafasan:
1) Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi.
2) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi
Bronkhokontriksi obstruksi gagal nafas.
b) Sirkulasi
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah
ke ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.
a. Airway Management
1) Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu
pada pasien tidak sadar.
2) Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal.
3) Pembedahan (krikotiroldotomi) bila indikasi trauma
silafasial/gagal intubasi.
b. Breathing/Pernapasan
1) Berikan supplement O2.
2) Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks.
3) Pantau oksimetri nadi dan observasi.
c. Circulation
1) Nilai frekuensi nadi dan karakternya
2) Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit
3) Perawatan local
Untuk luka bakar derajat I dan II biasa dilakukan perawatan
lokal yaitu dengan pemberian obat topical seperti salep
antiseptic contoh golongan: silver sulfadiazine, moist
exposure burn ointment, ataupun yodium providon.
9. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.

iii
10. Resusitasi cairan Baxter.
Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar bias
menggunakan rumus yang di rekomendasikan oleh Envans, yaitu:

Luas luka dalam persen x BB(kg) = mL


NaCl /24 jam Luas luka dalam persen x BB
(kg) = mL Plasma/24 jam 2000 cc gluksosa
5%/24 jam

Dewasa : Baxter. ( RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. )


Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal ( RL : Dextran = 17 : 3 )
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc

½ diberikan 8 jam pertama


½ diberikan 16 jam
berikutnya. Hari
kedua :
Dewasa: Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.

11. Monitor urine dan CVP.


12. Topikal dan tutup luka
a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan
nekrotik.
b. Tulle.
c. Silver sulfa diazin tebal.

iii
d. Tutup kassa tebal.
e. Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
13. Obat – obatan:
a. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai hasil kultur.
c. Analgetik : kuat (morfin, petidine)
d. Antasida : kalau perlu
I. Komplikasi Combustio/ Luka Bakar
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen merupakan proses
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome. Akibat kegagalan respirasi terjadi
jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam
jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling. Berkurangnya peristaltic usus dan
bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar.
Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan
lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam
feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini
merupakan tanda-tanda ulkus curling.
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan
hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang
adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah,
perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada

iii
tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut. Haluran urine yang tidak memadai dapat
menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya
hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.

iii
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data biografi
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamt, tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan
pengkajian klita perlu informasi selain dari klien. Umur
seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan
tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun
memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F
dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan
memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan
pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar
(Combustio) adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna
kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri
harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak
nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami
luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah
sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila
edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb
lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta
keluhan klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan
pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase
emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase
akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang)

iii
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh
klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan
meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler,
paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah
anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan
6. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri
body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik
mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga
membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien
dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.
a. Bernafas
Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Yang dikaji adalah serak;
batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi
nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
b. Makan dan Minum
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan
apabila terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien.

iii
Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan
anoreksia, mual, dan muntah.
c. Eliminasi:
haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
d. Gerak dan Aktifitas :
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
e. Istirahat dan Tidur
Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh
kondisi klien ddan akan mempengaruhi proses penyembuhan
f. Pengaturan Suhu
Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada
beberapa jam pertama pasca luka bakar, kemudian sebagian
besar periode luka bakar akan mengalami hipertermia karena
hipermetabolisme meskipun tanpa adanya infeksi
g. Kebersihan diri
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan
karena klien tidak dapat melakukan sendiri.
h. Rasa Aman
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar
mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok.

iii
1) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam
sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan
mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema
lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
2) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit
samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut
tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72
jam setelah cedera.
3) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih
sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat
meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar
dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka
bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi
otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
i. Rasa Nyaman
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua
sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat
tiga tidak nyeri.
j. Sosial
masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Sehingga klien mengalami ansietas, menangis, ketergantungan,
menyangkal, menarik diri, marah.
k. Rekreasi
Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang dialami
l. Prestasi

iii
Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya
m. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi
respon klien terhadap penyakitnya
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh
panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat
kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan
lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah
pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna
rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka
bakar, grade dan luas luka bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata,
lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan
penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas,
bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan
dan bulu hidung yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir
kering karena intake cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen

iii
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami
peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi
kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada
tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang
masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas
tambahan ronchi
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi
adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi
adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakan tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman,
sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka
baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai
bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok
hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit
1) Luas luka bakar
Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah
satu metode yang ada, yaitu metode “rule of nine” atau
metode “Lund dan Browder”

iii
2) Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4
macam, yaitu luka bakar derajat I, derajat II, derajat III dan
IV, dengan ciri-ciri seperti telah diuraikan dimuka.
3) Lokasi/area luka
Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu
memerlukan perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang
dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka
bakar mengenai derah wajah, leher dan dada dapat
mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya
disebabkan karena edema pada laring . Sedangkan jika
mengenai ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan
sirkulasi ke
daerah ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan
scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan nafas
(airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi
(circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai
mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea,
kerusakan retina dan menurunnya tajam penglihatan.

Bagian tubuh
1 th 2 th Dewasa

Kepala leher 18% 14% 9%

Ekstrimitas atas
18% 18% 18 %
(kanan dan kiri)

Badan depan 18% 18% 18%

Badan belakang 18% 18% 18%

Ektrimitas bawah
27% 31% 30%
(kanan dan kiri)

iii
Genetalia 1% 1% 1%

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka
bakar
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d deformitas dinding dada, keletihan otot-
otot pernafasan, hiperventilasi
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (evaporasi akibat
luka bakar)
4. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hipermetabolisme dan kebutuhan bagi kesembuhan luka
6. Resiko infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun
7. Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada penampilan tubuh (trauma)
8. Ansietas b.d perubahan pada status kesehatan dan pola interaksi
9. Defisiensi pengetahuan b.d proses penanganan luka bakar

iii
C. RENCANA KEPERAWATAN

DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TD, nadi, 1. mengetahui
keperawatan selama suhu dan respirasi. kondisi pasien
selama ....x24 jam 2. Identifikasi adanya 2. mengetahui
diharapkan nyeri perubahan TTV. TTV pasien
berkurang. 3. Cek secara periodik 3. mengetahui
Kriteria hasil: TTV pasien. keadaan pasien
a. nyeri berkurang 4. Kaji secara 4. mengetahui
b. mengontrol nyeri komprehensif tentang nyeri yang
c. TTV normal nyeri, meliputi : lokasi, dirasakan
d. mampu karakteristik, dan
mengekspresikan onset, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas,
intensitas / beratnya
nyeri, dan factor-
factor predisposisi. 5. mengetahui
5. Observasi isyarat – nyeri yang
isyarat non verbal dari dirasakan
ketidaknyamanan ,
khususnya dalam
ketidakmampuan
untuk berkomunikasi 6. memudahkan
secara efektif. dalam
6. Gunakan komunikasi berkomunikasi
terapeutik agar pasien
dapat 7. mengurangi
mengekspresikan nyeri nyeri yang
7. Anjurkan penggunaan dirasakan
tekhnik non
farmakologi (ex:
relaksasi, guided

iii
imagery, terapi musik,
distraksi,aplikasi
panas-dingin, masase,
dll). 8. mengurangi
8. Berikan anelgetik nyeri
untuk mengurangi
nyeri . 9. agar nyeri tidak
9. Cegah tindakan yang bertambah
tidak dibutuhkan. 10. agar dapat
10. Posisikan pasien pada mengurangi
posisi yang nyaman. nyeri
2 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji reflek menelan, 1. Dugaan cedera
keperawatan ..x24jam perhatikan pengaliran inhalasi
diharapkan pola nafas air liur 2. Takipnea,
klien akan efektif. 2. Awasi frekuensi nafas. penggunaan otot
Kriteria hasil: Irama, kedalaman, bantu, sianosis
perhatikan adanya menunjukkan
a. Suara nafas bersih
pucat/sianosis distress
b. Respirasi rate:16-24
3. Auskultasi pernafasan
kali/mnt
paru;perhatikan 3. Obstruksi jalan
c. Tidak ada dispnea
adanya stridor nafas dapat
d. Tidak ada sianosis.
4. Tinggikan kepala terjadi sangat
tempat tidur;hindari cepat (48 jam
menggunakan kepala pertama)
dibawah kepala 4. Meningkatkan
5. Ajarkan klien un-tuk ekspansi paru
batuk efektif dan ber- 5. Mempermudah
nafas dalam setiap 1-2 dalam member-
jam selama 24 jam, sihkan saluran
kemudian se-tiap 2-4 nafas bagian
jam, dan perubahan atas,
posisi. memobilisasi
6. Letakan peralatan sekret.

iii
suction oral dalam 6. mendorong klien
jangkaun klien un-tuk untuk member-
digunakan sen-diri sihkan sendiri
oleh klien. sekresi oral dan
7. Lakukan endotra-cheal sputum.
suction jika 7. Menghilangkan
diperlukan, dan sekresi dari sa-
monitor serta doku- luran nafas bagi-
mentasikan karak- an atas. Warna,
teristik sputumnya. konsistensi, bau
8. Kolaborasi dan banyaknya
dapat mengindi-
 berikan O2(masker) kasikan adanya
 Awasi GDA infeksi.
8. O2 memperbaiki
hipoksemia/asido
sis. Data dasar
untuk status
pernafasan.
PaO2 , dari 50;
9. Berikan bantuan
PaCO2 >50 dan
spirometri/fisioterapi
penurunan PH
dada
menunjukkan
inhalasi asap.
9. Membantu
mengalirkan area
dependen,
spirometri
dilakukan untuk
memperbaiki
ekspansi paru

3 Setelah diberikan asuhan 1. Pertahankan catatan 1. agar cairan

iii
keperawatan selama intake dan output yang tetap adekuat
....x24 jam diharapkan akurat. 2. agar tidak
volume cairan adekuat. 2. Monitor status hidrasi terjadi
KriteriaHasil : (kelembaban kekurangan
a. Menunjukkanperbaik membran mukosa, cairan
ankeseimbangancaira nadi adekuat, tekanan
ndibuktikanolehhalua darah ortostatik). 3. mampu
ran urine individu, 3. Monitor TTV. mengontrol
b. tanda-tanda vital tingkat cairan
stabil, 4. Jaga keakuratan
c. membrane pemasukan dan 4. mengetahui
mukosa lembab. pengeluaran. cairan masuk
d. turgor kulit baik 5. Kolaborasipemberianc dan keluar
airan IV. 5. memaksimalk
an masukan
cairan

iii
4 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji, catat ukuran, 1. Memberikan
keperawatan selama warna, kedalaman luka, informasi dasar
....x24 jam diharapkan perhatikan jaringan
kerusakan integritas kulit nekrotik 2. Menyiapkan
minimal Kriteria hasil: 2. Berikan perawatan luka jaringan untuk
bakar yg tepat dan penanaman dan
a. menunjukkan
tindakan kontrol infeksi menurunkan
pnyembuhan luka
risiko infeksi
tepat waktunya
b. menunjukkan
3. Tinggikan area graft 3. Menurunkan
regenerasi jaringan
bila mungkin edema,ris
pembekakan
4. Pertahankan balutan graft
diatas area graft baru 4. Area mungkin
ditutupi oleh
5. Kolaborasi: bahan dg
siapkan prosedur bedah permukaan
/ balutan biologis tembus pandang
5. mempercepat
penyembuhan
5. Setelah diberikan asuhan 1. Kaji berat badan 1. Kebutuhan kalori
keperawatan selama sebelum luka bakar didasarkan pada
....x24 jam diharapkan berat badan pre
pasien dapat 2. Konsulkan pada ahli luka baka
mempertahankan 85-90% diet 2. Untuk
berat badan sebelum luka melakukan
bakar. kajian nutrisi.
Criteria hasil : 3. Kaji pola makan, 3. Sebagai data
a. mampu kesukaan, alergi dasar pengkajian
mengidentifikasi makanan dalam 72 jam status nutrisi
kebutuhan nutrisi setelah makan.

b. tidak ada tanda


4. Catat intake kalori 4. Data kuantitatif

iii
malnutrisi intake kalori
(jumlah kalori)
c. tidak menunjukkan 5. Ukur berat badan
5. Berat badan akan
penurunan berat setiap hari untuk
stabil jika intake
badan yang berarti mengikuti kecende-
kaloti terpenuhi
rungan be at badan
(kecuali: jika pro-sedur
operasi me-merlukan
6. Mencegah
pemba-tasan
stoma-titis &
pergerakan).
meningkat kan
6. Lakukan oral higiene
selera makan
setiap shift/jika
7. Nyeri menurun-
dibutuhkan.
kan selera makan
7. Sediakan waktu
istirahat sebelum jam
8. Mempermudah
makan jika klien
perawatan diri
mengalami nyeri
karena prosedur atau
9. Klien akan selera
treatmen.
dengan makanan
8. Sediakan alat bantu
yang disukai.
untuk mempermudah
10. Kebutuhan kalori
makan.
seringkali perlu
9. Dorong klien/keluarga
ditingkatkan
unttk membawa
11. Klien anoreksia
makanan kesukaan dari
meyakini bahwa
rumah.
makan tidaklah
10. Berikan nutrisi
bermanfaat
suplemen diantara jam
makan.
11. Berikan motivasi
positif untuk makan.

iii
6 Setelah diberikan asuhan 1. Bersihkan lingkungan 1. agar tidak ada
keperawatan selama dengan benar setelah sumber infeksi
....x24 jam diharapkan digunakan pasien. yang masuk
tidak terjadi infeksi pada 2. Ajarkan pasien cara 2. memberkan
pasien. mencuci tangan yang pengetahuan
Kriteria hasil: baik dan benar. pasien dan
a. Mengidentifikasi terhindar dari
faktor yang dapat 3. Ajarkan kepada pasien kotoran dari
menimbulkan resiko dan keluarga tanda tangan
b. menjelaskan dan gejala infeksi dan 3. memberikan
kembali tanda dan kapan harus pengetahuan
gejala yang melaporkannya ke pada pasien dan
mengidikasi resiko pihak pelayanan keluarga
infeksi. kesehatan.
c. Menggunakan 4. Pertahankan tehnik 4. mempertahanka
sumber dan isolasi jika diperlukan. n kebersihan
pelayanan kesehatan luka
untuk mendapatka 5. Batasi pengunjung jika
informasi. diperlukan. 5. agar tidak
menanbah
sumber infeksi
yang masuk

7 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji makna 1. Episode traumatik


keperawatan selama .. kehilangan/perubahan mengakibatkan
x24 jam diharapkan pada pasien perubahan tiba-
dapat menerima keadaan tiba dan
diri Kriteria hasil: 2. Terima dan akui memerlukan
ekspresi frustasi, dukungan
a. mentakan
marah, menarik diri 2. Penerimaan
penerimaan situasi
perasaan
diri
3. Bersikap realistis dan membantu
b. bicara dg
positif selama perbaikan

iii
keluargatentang pengobatan 3. Meningkatkan
perubahan yg terjadi kepercayaan
c. membuat tujuan antara perawat dg
untuk masa depan 4. Berikan penguatan pasien
positif thd kemajuan
dan dorong usaha
untuk mengikuti 4. Kata-kata
rahabilitasi penguatan dpt
mendukung
5. Dorong interaksi terjadinya perilaku
keluarga koping positif

5. Mempertahankan
garis komunikasi
dan memberikan
dukungan kepada
pasien

iii
8 Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pendekatan 1. Pendekatan yang

keperawatan selama dengan pasien dilakuakan

...x24 jam diharapkan menggunakan teknik dengan pasien

rasa cemasdankhawatir komunikasi terapieutik dapat

yang mengurangi

dirasakanpasienberkuran 2. Beri kesempatan pada beban kecemasan

g pasien untuk pasien dalam


mengungkapkan menghadapi
kriteria hasil:
perasaanya. operasi.
a. Pasien mengatakan 3. Jelaskan tentang 2. Dengan
bahwa cemasnya prosedur pembedahan mengungkapkan
berkurang. sesuai jenis operasi. perasaan pasien
b. Pasien tampak rileks. 4. Instruksikan pasien ketegangan dan
menggunakan teknik kehawatiran
relaksasi. yang dirasakan
dapat berkurang.
3. Pasien yang
teradapatasi
dengan prosedur
pembedahan
yang akan
dilaluinya akan
merasa lebih
nyaman.
4. Dengan
melakukan
teknik relaksasi
pasien dapat
mengurangi
tingkat tegangan
dan
kecemasannya.
9 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji pengetahuan 1. Memberikan

iii
keperawatan selama pasien tentang dasar
....x24 jam diharapkan prognosis penyakit pengetahuan
pengetahuan pasien 2. Kaji ulang perawatan dimana pasien
bertambah. Kriteria luka bakar, skin graf dpt membuat
hasil: 3. Diskusikan perawatan pilihan
kulit,contoh memakai berdasarkan
a. pasien menyatakan
pelembab informasi
pemahaman kondisi,
4. Jelaskan proses 2. Meningkatkan
prognosis,pengobatan
jaringan parut dan kemampuan
b. berpartisipasi dalam
perlunya penggunaan perawatan diri
program pengobatan
pakaian penekan yg stlh pulang
tepat 3. Gatal, lepuh, dan
5. Identifikasi tanda sensitivitas luka
gejala yg memerlukan yg sembuh dpt
evaluasi medik: diharapkan dlm
inflamasi, demam, waktu yg lama
peningkatan drainase 4. Meningkatkan
luka pertumbuhan
kulit agar
kembali normal
5. Deteksi dini
trjadinya
komplikasi

D. IMPLEMENTASI
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Kozier et al, 1995). Pelaksanaan implementasi akan mengidentifikasi,
mengapa sesuatu terjadi, apa yang terjadi, kapan, bagaimana dan siapa
yang melakukan intervensi (Deden Dermawan, 2012)
E. EVALUASI
Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/ perbuatan dengan

iii
standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana
tujuan tercapai.Evaluasi keperwatan : membandingkan efek/hasil
suatutindakan keperawatan dengan norma atau kriteria tujuan yang
sudah dibuat. (Deden dermawan,2012).

iii
BAB IV
PEMBAHASAN

A. REVIEW

DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

iii
1 Setelah dilakukan 11. Monitor TD, nadi, 11. mengetahui
asuhan keperawatan suhu dan respirasi. kondisi pasien
selama selama ....x24 12. Identifikasi adanya 12. mengetahui
jam diharapkan nyeri perubahan TTV. TTV pasien
berkurang. 13. Cek secara periodik 13. mengetahui
Kriteria hasil: TTV pasien. keadaan pasien
e. nyeri berkurang 14. Kaji secara 14. mengetahui
f. mengontrol nyeri komprehensif tentang nyeri yang
g. TTV normal nyeri, meliputi : lokasi, dirasakan
h. mampu karakteristik, dan
mengekspresikan onset, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas,
intensitas / beratnya
nyeri, dan factor-
factor predisposisi. 15. mengetahui
15. Observasi isyarat – nyeri yang
isyarat non verbal dari dirasakan
ketidaknyamanan ,
khususnya dalam
ketidakmampuan
untuk berkomunikasi 16. memudahkan
secara efektif. dalam
16. Gunakan komunikasi berkomunikasi
terapeutik agar pasien
dapat 17. mengurangi
mengekspresikan nyeri nyeri yang
17. Anjurkan penggunaan dirasakan
tekhnik non
farmakologi (ex:
relaksasi, guided
imagery, terapi musik,
distraksi,aplikasi
panas-dingin, masase,

iii
Pada makalah ini, akan berfokus pada asuhan keperawatan pada pasien
luka bakar dengan masalah nyeri akut berhubungan dengan yang terbuka,
kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja
hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat
yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang
intensif (PRECISE, 2011)
Ada empat tujan utama yang berhubungan dengan luka bakar :
5. Pencegahan
6. Implementasi tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien –
pasien luka bakar
7. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui
penanganan dini , spesialistik serta individual
8. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekontruksi
dan program rehabilitasi (brunner & suddarth vol 3:1912).
Nyeri merupakan salah satu manifestasi klinis yang serius
pada luka bakar derajat II. Kulit yang terbakar mengakibatkan cidera
terhadap jaringan tubuh, keadaan tersebut akan menimbulkan nyeri
karena hampir disemua jaringan tubuh terdapat ujung-ujung saraf halus
yang menyalurkan impuls nyeri. Nyeri digambarkan sebagai sensoris
yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial.
Menurut Doengoes, M.E., 2000, dalan Rencana Asuhan
Keperawatan , perencanaan masalah keperawatan nyeri Akut salah
satunya yaitu dengan penggunaan tekhnik non farmakologi yaitu
tekhnik relaksasi nafas dalam yang bertujuan untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan.

iii
Hal ini seperti terungkap dalam jurnal Aryani, Agustini
dengan judul pembarian teknik relaksasi pernafasan pada terafi latihan
pasif menurunkan intensitas nyeri pada pasien luka bakar derajat II di
RSUP Sanglah. Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa
penatalaksanaan nyeri yang efektif tidak hanya mengurangi
kenyamanan fisik tetapi juga meningkatkan mobilisasi lebih awal dan
membantu pasien kembali bekerja lebih dini, memperpendek masa
hospitalisasi dan mengurangi biaya perawatan kesehatan. Nyeri yang
berlangsung lama dapat berubah menjadi nyeri kronis yang lebih
membahayakan dari sebelumnya . Terapi latihan pasif dan teknik
relaksasi pernafasan merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk
menurunkan intensitas nyeri. Latihan pasif pada hakekatnya merupakan
cara memelihara ekstensibilitas otot dan mencegah perlengketan otot
sehingga memperoleh efek relaksasi dan perlemasan otot .Teknik
relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan,
menurunkan kelelahan sehingga akan meningkatkan kontrol nyeri.
Teknik relaksasi ini efektif digunakan pada pasien nyeri akut dan tidak
memerlukan biaya.

iii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

B. KESIMPULAN

Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi


lambat dan perlahan,berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan
memejamkan mata (Setyono & Kushariyadi, 2011).
Teknik relaksasi nafas dalam ini bermanfaat untuk pasien agar
mendapatkan peraaan yang tenang dan aman, mengurangi rasa nyeri,
pasien tidak mengalami stress dan lain-lain.

C. SARAN
Nutrisi, hygiene, dan istirahat yang cukup dapat membantu
meningkatkan system imun dari tubuh penderita yang mengalami
masalah pada bagian systemimun.

iii
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Cetakan II.
Jakarta : Salemba Mahardika.
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong
W,editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction
Publishing Jogjakarta

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3.
Jakarta: EGC

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8.


Jakarta:
EGC.
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta:
Aditya Media
Erick Chandowo. 2011. Laporan Pendahuluan Luka Bakar 3.
Available.on
http://www.academia.edu/7710988/LAPORAN_PENDAH
ULUAN_LUKA_BAKAR_3 diakses tanggal 3 Agustus
2021
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta:
EGC.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Lukman Abdul. 2011. Askep Luka Bakar Combustio. Available.on
Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media
Aeuscullapius

49
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Nanda International. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarata:
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta:
EGC

50

Anda mungkin juga menyukai