OLEH :
NIM : P07120421064N
LAPORAN KASUS
KEPERAWATAN JIWA “Ny.U“
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI WILAYAH KERJA UPT BLUD PUSKESMAS SELONG
TANGGAL 27–30 SEPTEMBER 2021
BAB I
PENDAHULUAN
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan jiwa
pada klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan di Wilayah Kerja UPT BLUD
Puskesmas Selong.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan pengkajian pada pasien
dengan resiko perilaku kekerasan
b. Untuk meningkatkan kemampuan dalam menentukan diagnosa keperawatan
jiwa pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan
c. Untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat intervensi keperawatan
jiwa pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan
d. Untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat implementasi keperawatan
jiwa pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan
5
C. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi Institusi yang terkait, khususnya dalam usaha
meningkatkan pengetahuan tentang pelayanan keperawatan jiwa atau kesehatan
pada klien yang mengalami resiko perilaku kekerasan
2. Bagi Masyarakat
a. Menjadi informasi bagi masyarakat tentang perawatan jiwa pada penderita
resiko perilaku kekerasan
b. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang cara pecegahan,
perawatan, dan pengobatan pada pasien perilaku kekerasan
D. METODE PENULISAN
Pada penyusunan laporan kasus asuhan keperawatan jiwa, penulis menggunakan
beberapa pendekatan untuk menggunakan data mengenai pembahasan Asuhan
Keperawatan jiwa pada pasien dengan “resiko perilaku kekerasan“.
1. Studi kepustakaan
Dalam metode ini penulis mendapatkan informasi tentang resiko perilaku
kekerasan dari buku-buku maupun literatur-literatur yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.
2. Studi kasus
Dalam metode ini penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan jiwa
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, penatalaksanaan dan
evaluasi. Dalam mengumpulkan data, penulis mengamati secara langsung dengan
melakukan kunjungan rumah dan menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
a. Interview
Yaitu mengadakan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, seperti: klien,
keluarga, dan tim kesehatan lainnya untuk memperoleh data yang diperlukan.
b. Observasi
Selain menggunakan metode wawancara penulis juga mengadakan pengamatan
langsung supaya dapat melihat langsung segala kegiatan yang dilaksanakan
oleh pelaksana keperawatan jiwa di ruangan serta mengetahui keadaan klien
selama masa perawatan.
6
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara umum yaitu pengkajian secara menyeluruh tentang
semua sistem tubuh dengan cara pemeriksaan secara: inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi.
3. Mengadakan diskusi dengan dosen, pembimbing dan CI ruangan.
4. Mempelajari status klien dan catatan medik/studi dokumentasi.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan kasus ini penulis membagi secara garis besar menjadi lima bab.
Adapun sistematikanya sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan meliputi :
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Metode penulisan dan
d. Sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teori yang meliputi :
a. Konsep Dasar
1) Pengertian
2) Psikopatologi
3) Penatalaksanaan medis
b. Konsep Dasar Asuhan Keperwatan
1) Pengkajian
2) Diagnosa keperawatan
3) Perencanaan / intervensi
4) Pelaksanaan / implementasi
5) Evaluasi
3. BAB III Tinjauan kasus :
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan / intervensi
d. Pelaksanaan / implementasi
7
e. Evaluasi
4. BAB IV Pembahasan
Dalam bab ini akan membahas mengenai kesenjangan asuhan keperawatan yang
ditemukan dalam praktek lapangan dengan teori.
5. BAB V Kesimpulan & saran.
6. Lampiran
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Menurut Iyus Yosep (2007), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,
baik kepada dir isendiri, maupun orang lain.
Menurut Depkes RI (2000), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik, maupun
psikologis. Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko
menimbulkan bahaya langsung pada diri sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan
sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara
verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak
adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (2011),
perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
Menurut Mustofa (2010), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat
terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau
riwayat perilaku kekerasan.
Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang
melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat
ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontol (Yosep, 2007)
9
3. Perubahan Perilaku
a. Agresif pasif
b. Menarik diri
c. Bermusuhan
d. Sinis dan curiga
e. Mengamuk
f. Nada suara keras
g. Kasar.
4. Perubahan Sosial
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai
5. Perubahan Spiritual
a. Merasa diri kuasa
b. Merasa diri benar
c. Keragu-raguan
d. Tak bermoral
e. Kreativitas terhambat
F. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri
antara lain:
1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek
lain.
2. Proyeksi
13
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahaya kan masuk ke alam sadar.
Misalnya seorang anak yang sangat benci pada temannya yang tidak disukainya.
4. Reaksiformasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan
sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.
Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya.
5. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak
begitu berbahaya. Misalnya, seorang pria yang meluapkan emosinya dengan rekan
kerjanya.
G. Pohon Masalah
Gangguan Pemeliharaan
Kesehatan
Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
1. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya : clorpromazine HCL yang digunakan mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat dipergunakan dosis efektif rendah, contoh
: Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan
transquelillzer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun
demikian keduannya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
b. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan maupun berkomunikasi, karena itu didalam terapi ini tidak
harus diberikan pekerjaan terapi sebagai bentuk kegiatan membaca koran,
main catur, setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau
berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan itu bagi dirinya.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok
untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal.
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapi terhadap sejumlah pasien pada waktu yang sama untuk memantau
dan meningkatkan hubungan antar anggota.
d. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat
melakukan lima tugas kesehatan yaitu, mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan
lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber daya pada
masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan
dapat mencegah perilaku maladaptive (primer), mengulangi perilaku
maladaptive (sekunder) dan memulihkan perilaku maladaptive dan adaptive
sehingga derajat kesehatan pasien dan keliuarga dapat ditingkatkan secara
optimal.
15
e. Terapi Somatik
Menurut Deskep RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi
yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah
perilaku tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terpai
adalah perilaku pasien (Prabowo, 2014).
f. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau electro convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis
pasien. Terapi ini awalnya untuk menangani skozofrenia membutuhkan 20-30
kali terapi, biasanya dilaksanakan setiap 2-3 hari sekali
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pasien,
hirarki, perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji
pula afek pasien yang berhubungan dengan perilaku agresif. Kelengkapan
pengkajian dapat membantu perawat dalam membina hubungan terapeutik dengan
pasien, mengkaji perilaku yang berpotensi kekerasan, mengembangkan suatu
perencanaan, mengimplementasikan perencanaan, dan mencegah perilaku
kekerasan (Yosep, 2010).
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan
mengelola perilaku agresif. Intervensi dapat melalui rentang intervensi
keperawatan.
a. Kesadaran Diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapi dapat mempengaruhi
komunikasinya dengan pasien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas,
marah, atau apatis maka akan sulit baginya membuat pasien tertarik. Untuk
mencegah semua itu, maka perawat harus terus menerus meningkatkan
kesadaran dirinya dan melakukan supervise dengan memisahkan antara
masalah pribadi dan masalah pasien.
b. Pendidikan Pasien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara
mengekspresikan marah yang tepat. Banyak pasien yang mengalami kesulitan
mengekspresikan perasaan, kebutuhan, hasrat dan bahkan kesulitan
16
BAB III.
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. “U”
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Kelayu Jorong
Tanggal Pengkajian : 27 September 2021
Keterangan :
: Laki-laki / Perempuan
: Laki-laki meninggal / Perempuan meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: : Garis Tinggal Serumah
: Klien
Penjelasan : Klien tinggal serumah berdua dengan ibunya
20
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan bersyukur dan puas dengan anggota tubuhnya.
b. Identitas Diri
Klien mengatakan identitasnya saat ini adalah sebagai seorang perempuan,
klien mampu menyebutkan nama, umur, dan agamanya.
c. Peran Diri
Klien mengatakan dirinya berperan sebagai seorang anak dari ibunya.
d. Harga Diri
Klien mengatakan percaya diri dengan keadaannya, klien bisa berinteraksi
dengan orang disekitar rumahnya.
e. Ideal Diri
Klien mengatakan tetap bangun pagi.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang paling berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dihidupnya adalah ibunya.
b. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan dapat berinteraksi dengan orang di sekitar rumahnya.
c. Peran serta dalam kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan apabila sedang kumpul berbicara di sekitar rumahnya, ia
ikut untuk kumpul walau tidak berbicara.
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan dirinya beragama Islam dan percaya adanya Allah SWT.
b. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan tidak mau untuk sholat.
F. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien sedikit kurang rapi, kuku kotor, gigi kotor, rambut kurang rapi.
MK : DPD (Defisit Perawatan Diri)
2. Pembicaraan
Pembicaraan klien lambat, bicara kurang jelas, tampak bingung, dan sulit untuk
memulai pembicaraan.
21
3. Aktifitas Motorik
Klien mampu melakukan aktivitas.
4. Alam Perasaan
Klien mengatakan kadang merasa sedih apabila ingat almarhum bapaknya.
5. Afek
Afek klien tumpul karena ekspresi perasaan berkurang.
6. Interaksi Selama Wawancara
Klien kooperatif selama wawancara, klien kadang mampu menjawab pertanyaan
yang diberikan, tidak ada kontak mata klien.
7. Persepsi Halusinasi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan-bisikan yang tidak jelas.
8. Proses Pikir
Klien mampu menjawab pertanyaan perawat secara singkat.
9. Isi Pikir
Klien ingin cepat sembuh dan tidak ingin di rawat kembali di RSJ.
10. Tingkat Kesadaran
Kesadaran klien Compos Mentis, mampu berorientasi dengan ruang, tempat, dan
waktu.
11. Memori
Klien mampu mengingat semua kejadian dimasa lalu, tidak ada yang terganggu
dari memori klien.
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung dari 1- 10 dan sebaliknya.
13. Kemampuan Penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana seperti mencuci tangan terlebih
dahulu sebelum makan.
14. Daya Tilik Diri
klien menerima dan mengakui penyakitnya dan tidak menyalahhkan siapapun atas
penyakit yang dideritanya.
22
G. Kebutuhan Di rumah
1. Makan dan minum
Klien mengatakan makan 3x sehari dan selalu menghabiskan makanannya, minum
7-8 gelas sehari.
2. Defekasi/Berkemih
Klien BAB 1 kali sehari, BAK 3-4 x sehari.
3. Mandi
Klien mengatakan jarang mandi, kadang 1 kali sehari pada pagi hari, jarang
menggosok gigi dan juga keramas.
4. Berpakaian
Klien mengatakan hanya mengganti pakaian satu kali saja, dan sering memakai
baju yang sama setiap harinya dan diganti apabila klien merasa sudah merasa
kotor
5. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur dengan nyaman pada malam hari dan kadang-kadang
tidur pada siang hari.
6. Penggunaan Obat
Klien minum obat 3 kali sehari dengan pengawasan perawat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan akan rutin untuk minum obat.
8. Aktifitas di Dalam Rumah
Klien mengatakan setelah bangun pagi ia menaruh pakaian kotor bekas BAK
kemudian sarapan.
9. Aktifitas di Luar Rumah
Klien tidak mampu berbelanja sendiri.
H. Mekanisme Koping
Keluarga klien mengatakan klien sering tertawa sendiri. Klien juga sering mengigau
saat tidur dan klien jarang berinteraksi dengan orang di sekitaran rumahnya, ia keluar
jika hendak berbelanja saja. Klien melampiaskan amarah pada objek sekitarnya.
J. Pengetahuan
Klien menyadari akan penyakit yang dideritanya klien tidak mengetahui kegunaan
obat yang didapatkannya dan tidak mengetahui nama obat yang dikonsumsinya. Klien
hanya berharap proses penyembuhan pada dirinya.
K. Aspek Medik
1. Diagnosa Medik : Skizoprenia
2. Terapi Medik : Risperidone dan Lorazepam
L. Daftar Masalah Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Defisit Perawatan Diri
24
M. Pohon Masalah
Gangguan Pemeliharaan
Kesehatan
Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
DO :
1. Pandangan mata klien kosong.
2. Klien merusak tembok rumah.
3. Klien memecahkan kaca rumah.
4. Klien mengamuk tanpa sebab sebelum di
bawa ke RS.
5. Pembicaraan klien lambat, bicara tidak
jelas, tampak bingung, dan sulit untuk
memulai pembicaraan.
2. DS : Defisit Perawatan Diri
1. Keluarga klien mengatakan klien belum
mandi dan jarang menggosok gigi.
DO :
1. Klien tampak tidak rapi, kuku kotor, gigi
26
b. Intervensi Keperawatan
penyebab perilaku
kekerasan. 2.1 Klien SP 1 :
mengungkapkan 1. Mengidentifikasi
perasaannya penyebab PK
2. Mengidentifikasi
2.2 Klien dapat
tanda dan gejala
mengungkapkan PK
penyebab 3. Mengidentifikasi
PK yang
perasaan
dilakukan
jengkel/kesal 4. Mengidentifikasi
(dari diri akibat PK
5. Menyebutkan
sendiri,
cara
lingkungan atau mengendalikan
orang lain). PK.
6. Membantu
Pasien
mempraktikkan
latihan cara fisik
1.
7. Menganjurkan
Pasien
memasukkan
cara 1 kedalam
jadwal kegiatan
harian.
SP 2 :
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien.
2. Melatih klien
cara fisik 2:
pukul kasur dan
bantal
3. Menganjurkan
Pasien untuk
memasukkan
cara fisik 2
kedalam jadual
kegiatan harian
29
SP 3 :
1. Mengevaluasi
jadual kegiatan
harian Pasien
2. Melatih cara
verbal
3. Menganjurkan
klien untuk
memasukkan cara
verbal kedalam
jadual kegiatan
harian
SP 4 :
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien
2. Melatih klien
cara spiritual
3. Menganjurkan
klien untuk
memasukkan
cara spiritual
kedalam jadwal
kegiatan harian
SP 5 :
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien.
2. Menjelaskan
dan melatih
klien minum
obat dengan
benar
3. Menganjurkan
klien
memasukkan
jadwal minum
obat kedalam
jadwal kegiatan
harian.
30
SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan
masalah yang
dirasakan
keluarga dalam
merawat Pasien
PK
2. Menjelaskan
pengertian, tanda
dan gejala serta
proses terjadinya
PK
3. Menjelaskan cara
merawat Pasien
dengan PK
SP 2 Keluarga :
1. Melatih keluarga
mempraktikkan
cara merawat
klien dengan PK.
2. Melatih keluarga
mempraktikkan
langsung cara
merawat klien
dengan PK
SP 3 Keluarga :
1. Melatih keluarga
membuat jadwal
aktivitas di
rumah, termasuk
31
minum obat.
2. Defisit TUM : Setelah dilakukan SP I :
Perawatan Diri Pasien dapat tindakan 1. Diskusikan
memenuhi kebutuhan keperawatan bersama klien
perawatan diri selama 3 x 24 jam, pentingnya
diharapkan klien kebersihan diri
TUK : mampu : dengan
1. Pasien dapat 1. Menyebutkan menjelaskan
mengenal tentang tentang pengertian
kebersih-an diri kebersihan diri, tentang arti bersih
seperti : dan tanda-tanda
Badan tidak bersih
bau, gigi bersih, 2. Minta pasien
baju rapi dan untuk menyebu
tidak berbau tkan 3 dari 5
2. Pasien dapat kebersihan diri
menyebutkan 3. Bantu pasien
pentingnya mengungkap-kan
kebersihan diri arti kebersihan
untuk kesehatan diri
yaitu mencegah 4. Berikan pujian
terkena positif setelah
penyakit, dan pasien mampu
memberikan mengungkap-kan
rasa segar dan kebersihan diri
nyaman pada 5. Ingatkan pada
tubuh pasien untuk
3. Pasien dapat memelihara
menjelaskan kebersihan diri
cara merawat seperti mandi 2
diri kali sehari yaitu
pagi dan sore
hari, dengan
2. Pasien dapat menyikat gigi,
melakukan keramas,
Kebersihan diri menyisir rambut,
dengan bantuan 1. Pasien berusaha dan menggunting
untuk kuku bila panjang
memelihara
kebersihan diri, SP 2 :
yaitu mandi 1. Motivasi klien
memakai sabun untuk mandi
2. Ajarkan klien
32
SP 3 :
1. Monitor klien
dalam
melaksanakan
kebersihan diri
secara teratur dan
ingatkan klien
keramas,
menyisir rambut,
menyikat gigi dan
4. Klien dapat mengganti baju
dukungan keluarga 2. Ajarkan klien
dalam cara makan yang
meningkatkan 1. Keluarga baik dan benar
kebersih-an diri selalu 3. Beri pujian jika
mengingatkan klien berhasil
klien tentang melakukan
hal-hal yang kebersihan diri
berhubungan
dengan SP 4 :
kebersihan diri 1. Jelaskan pada
2. Keluarga keluarga klien
menyiapkan tentang penyebab
sarana untuk kurang minatnya
membantu klien dalam
klien menjaga menjaga
kebersihan diri kebersihan diri
33
2. Anjurkan
keluarga untuk
menyiapkan
sarana dalam
menjaga
kebersihan diri
3. Diskusikan
dengan keluarga
mengenai hal-hal
yang dilakukan,
seperti :
Mengingatkan
klien untuk
mandi, keramas,
dan mengganti
baju.
4. Beri pujian atas
keberhasilan
klien
5. Ajarkan klien
cara toileting
Atau BAK dan
BAB yang baik
dan benar
34
A:
35
baju, menyisir
rambut, dan
memotong kuku)
2. Rabu, DS : S:
29 September 1. Keluarga klien 1. Keluarga klien
2021 mengatakan klien mengatakan sudah
sedikit marah apabila jarang marah apabila
keinginan klien lama keinginannya lama
di respon. di respon.
2. Klien mengatakan 2. Keluarga klien
sudah mandi, tetapi mengatakan klien
belum mengganti baju senang setelah
latihan berdandan
(mengganti baju,
menyisir rambut dan
memotong kuku)
DO :
O:
1. Bicara klien tidak jelas
1. Klien mampu untuk
dan sulit untuk
melaksanakan cara
memulai pembicaraan.
fisik 2 seperti
memukul kasur dan
2. Klien tampak sedikit bantal.
kurang rapi, kuku 2. Klien belum mampu
kotor, rambut kurang melaksanakan cara
rapi. untuk merawat diri
(mengganti baju,
menyisir rambut,
dan memotong
kuku)
37
Kemampuan : A:
1. Klien mampu untuk Masalah Keperawatan
melaksanakan cara (Resiko Perilaku
fisik 2 seperti pukul Kekerasan,
kasur dan bantal. Defisit Perawatan Diri)
2. Klien belum mampu 1. SP2 Resiko Perilaku
melaksanakan cara Kekerasan teratasi
untuk merawat diri 2. SP 2 Defisit
(mengganti baju, Perawatan Diri
menyisir rambut, dan belum teratasi
memotong kuku)
Diagnosa : P:
dan bantal.
2. Melatih melakukan
cara menjaga
ttd
kebersihan diri
Sri Latifah Hidayati
(mengganti baju,
menyisir rambut dan
memotong kuku).
1. Identifikasi
kemampuan dan latih
cara verbal
2. Latih klien cara
berdandan (mengganti
baju, menyisir
rambut, dan
memotong kuku )
3. Kamis, DS : S:
30 September 1. Keluarga klien 1. Keluarga klien
2021 mengatakan klien mengatakan klien
sudah tidak marah sudah tidak marah
apabila keinginan klien apabila keinginan
lama di respon. klien lama di respon.
2. Klien mengatakan 2. Klien mengatakan
sudah mandi dan merasa senang
mengganti baju. setelah latihan
berdandan
DO : (memotong kuku)
1. Bicara klien tidak O:
jelas namun klien 1. Klien mampu
sudah bisa tersenyum. melakukan kegiatan
2. Klien lebih rapi sesuai dengan
karena sudah kemampuannya.
mengganti baju dan 2. Klien mampu
menyisir rambut, memotong kuku dan
tetapi kuku klien memperbaiki
tampak kotor penampilan menjadi
lebih rapi dari
Kemampuan :
39
ttd
:
1. Latih klien menyapu
rumah
2. Latih klien cara
makan yang baik dan
40
benar
41
BAB IV.
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian yang di kaji yaitu biodata, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga, TTV,
pemeriksaan fisik, dan mengkaji pola aktifitas klien. Sedangkan Pada tinjauan
kasus hampir sama dengan tinjauan teori tapi lebih lengkap yaitu ditambahkan
dengan pengkajian data psikologis, data sosial, Pemeriksaan fisik dengan
mnggunakan Head to toe, dilengkapi dengan data penunjang dan terapi.
Selain itu pengkajian tinjauan teoritis dilakukan hanya berfokus pada
Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) itu sendiri baik itu secara subjek maupun
objektif, hal ini berbeda dengan pengkajian tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus
pengkajian dilakukan berdasarkan keluhan klien atau keluarga klien itu sendiri
dan tidak hanya berfokus pada pengkajian teoritis, sehingga pengkajian yang
dihasilkan dari tinjauan kasus akan berbeda dengan pengkajian teoritis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang penulis angkat pada tinjauan kasus ada 2, yaitu
Resiko Perilaku Kekerasan dan Defisit Perawatan Diri.
Resiko Perilaku Kekerasan disebabkan karena keluarga klien mengatakan klien
akan marah dan mengamuk apabila keinginan klien tidak langsung di turuti
bahkan dapat sampai memecahkan kaca jendela rumah.
Defisit Perawatan Diri : klien mengatakan mandi 1 x sehari
Apabila dibandingkan antara masalah keperawatan jiwa landasan teori dengan
tinjauan kasus, ternyata sama.
C. PERENCANAAN
Rencana keperawatan yang dibuat penulis sesuai dengan diagnosa
keperawatan jiwa yang sudah ditegakkan yang tujuannya, yaitu untuk diagnosa I
42
D. PELAKSANAAN
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien pada tinjauan kasus
berdasarkan intervensi yang telah dibuat.
Setiap selesai memberikan tindakan keperawatan, respon klien harus benar-benar
diperhatikan, hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan klien dan untuk
menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
Tetapi tindakan yang diberikan pada tiap harinya berubah ada yang berkurang
ada juga yang tetap, hal ini kembali lagi pada keadaan klien yang mulai
membaik, sehingga intervensinya ada yang dilanjutkan ada juga yang tidak.
E. EVALUASI
Evaluasi yang digunakan yaitu evaluasi formatif, dilakuakan pada hari ke 1,2,3
pada masing-masing diagnosa sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil dari
rencana tindakan yang telah dibuat serta evaluasi somatif berdasarkan respon
hasil secara keseluruhan pada evaluasi akhir.
43
BAB V.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengkajian pada klien dengan resiko perilaku kekerasan ditemukan keluhan
utama yang muncul adalah klien suka mengamuk dan memukul apabila sesuatu
yang diinginkan tidak dapat di dapatkan.
Diagnosa yang muncul pada kasus ditemukan 2 masalah utama, yaitu Resiko
Perilaku Kekerasan, Defisit Perawatan Diri.
Intervensi pada kasus disesuaikan dengan intervensi pada teori dan mengacu
pada diagnosa yang ditemukan.
B. SARAN
1. Dalam merawat klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan hendaknya
diperhatikan masalah yang muncul dan harus memperhatikan prioritas
penanganan yang sesuai / tepat dan yang terpenting dari semua itu adalah
bina komunikasi terapeutik dan hubungan saling percaya.
2. Hendaknya perawat selalu melakukan pengkajian fisik yang lengkap,
sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat dan sesuai dengan
keadaan klien pada saat itu.
44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
46
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Menurut Iyus Yosep (2007), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik kepada dir isendiri, maupun orang lain.
Menurut Depkes RI (2000), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik, maupun
psikologis. Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu
beresiko menimbulkan bahaya langsung pada diri sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan
sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan
secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara
yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat
(2011), perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
47
1. Asertif
Apabila kemarahan dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang
lain.
2. Frustasi
Respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan
3. Pasif
Perilaku yang merasa tidak mampu mengungkapkan perasaannya sehingga
kemarahan tersebut hanya dipendam.
4. Agresif
Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman tanpa niat melukai.
5. Amuk atau Kekerasan
Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara
menakutkan, member kata-kata ancaman, disertai melukai pada tingkat
ringan, dan yang paling berat adalah melukai atau merusak secara serius.
49
E. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain:
1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalny seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan kerjanya
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahaya kan masuk ke alam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada temannya yang tidak
disukainya.
4. Reaksiformasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya.
5. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya. Misalnya, seorang pria yang meluapkan
emosinya dengan rekan kerjanya.
b. Factor predisposisi
1) Gangguan jiwa di masa lalu
2) Pengobatan sebelumnya
3) Trauma karena aniaya fisik, seksual, atau tindakan criminal
4) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
c. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien
d. Factor emosional
Klien merasa tidak aman, merasa terganggu, dendam, dan jengkel.
e. Factor mental
Cerewet, kasar, keremahan dan suka berdebat
f. Latihan. Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
sindiran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan prilaku kekerasan
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis
c. Harga diri rendah
52
Ketidakefektifan
penatalaksanaan Prilaku Kekerasan Defisit perawatan diri :
program Teraputik Masalah Utama mandi dan berhias
Ketidakefektifan
koping keluarga : Gangguan Konsep
Ketidakmampuan diri : Harga diri
keluarga merawat rendah Kronis
klien di rumah
53
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. TUK dan TUM
1 2 3 4 5 6
Resiko : TUM 1.1 Klien mau membalas salam 1.1.1 Beri salam dan panggil nama
perilaku Klien tidak 1.2 Klien mau menjabat tangan 1.1.2 Sebutkan nama perawat sambil
mencederai mencederai diri jabat tangan
diri sendiri 1.3 Klien mau menyebut nama 1.1.3 Jelaskan maksud hubungan
berhubungan TUK interaksi
dengan 1. Klien dapat 1.4 Klien mau tersenyum 1.1.4 Jelaskan kontrak yang akan
perilaku membina dibahas
kekerasan hubungan saling 1.5 Klien mau kontak mata 1.1.5 Beri rasa aman dan simpati
percaya 1.6 Klien mau mengetahui 1.1.6 Lakukan kontak mata singkat
nama perawat tapi sering
54
1 2 3 4 5 6
3. Klien dapat 3.1 Klien mampu mengungkapkan 3.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan
mengidentifik perasaan saat marah/jengkel apa yang dialami dan dirasakan
asi tanda dan saat marah
gejala 3.1.2 Observasi tanda-tanda perilaku
perilaku kekerasan pada klien
kekerasan 3.1.3 Simpulkan bersama klien tanda
dan gejala jengkel/ kesal yang di
alami
3.2 klien dapat menyimpulkan tanda
dan gejala jengkel/ kesal yang
55
dialami.
1 2 3 4 5 6
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat mengungkapkan 4.3.1 Anjurkan klien untuk
mengidentifik perilaku kekerasan yang biasa mengungkapkan perilaku
asi perilaku dilakukan kekerasan yang biasa dilakukan
kekerasan klien .
yang biasa 4.2 Klien dapat bermain peran 4.3.2 Bantu klien bermain peran sesuai
dilakukan dengan perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
4.3 Klien dapat mengetahui cara yang 4.3.3 Bicarakan dengan klien apakah
biasa dilakukan untuk dengan cara yang dilakukan klien
menyelesaikan masalah masalahnya selesai
1. Klien dapat 1.1 Klien dapat menjelaskan akibat 1.1.1 Bicarakan akibat dan cara yang
mengidentikasi dari cara yang digunakan dilakukan klien
akibat perilaku a. Akibat pada klien sendiri 1.1.2 Bersama klien menyimpulkan
kekerasan b. Akibat pada orang lain akibat cara yang digunakan oleh
c. akibat pada lingkungan klien
1.1.3 Tanya pada klien apakah ia ingin
56
1 2 3 4 5 6
2. Klien dapat 2.1 Klien dapat menyebutkan contoh 6.1.1 Diskusikan kegiatan fisik yang
mendemonstrasi pencegahan perilaku kekerasan biasa dilakukan klien
kan cara fisik secara fisik : 6.1.2 Beri pujian atas kegiatan fisik
untuk mencegah a. Tarik nafas dalam yang biasa dilakukan klien
perilaku b. Pukul kasur dan bantal 6.1.3 Diskusikan dua cara fisik yang
kekerasan c. Dll : kegiatan fisik paling mudah dilakukan untuk
mencegah perilaku kekerasan,
yaitu tarik nafas dalam dan
pukul kasue serta bantal
untuk melatih cara bicara yang 7.3.2 Susun jadwal kegiatan untuk
baik melatih jadwal yang telah
dipelajari
7.4.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan cara bicara yang baik
dengan mengisi jadwal kegiatan
(self evaluation)
7.4.2 Validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan latihan
7.4.3 Berikan pujian atas keberhasilan
klien
7.4 Klien melakukan evaluasi 7.4.4 Tanyakan kepada klien :
terhadap kemampuan cara Bagaimana perasaan Budi
bicara yang sesuai dengan setelah latihan bicara yang baik?
jadwal yang telah di susun apakah keinginan marah
berkurang?
8 Klien dapat 8.1 Klien dapat menyebutkan 8.1.1 Diskusikan dengan klien
mendemonstra kegiatan ibadah yang biasa kegiatan ibadah yang pernah
sikan cara dilakukan dilakukan
spiritual untuk
mencegah 8.2 Klien dapat mendemonstrasikan
8.2.1 Bantu klien menilai kegiatan
perilaku cara ibadah yang dipilih
ibadah yang dapat dilakukan di
61
STRATEGI PELAKSANAAN
4. Mengidentifikasi akibat PK
1. MenganjurkanPasien untuk
memasukkan cara verbal kedalam
jadual kegiatan harian
5. Evaluasi
Evaluasi pada pasien
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilak marah,
perilaku marah yang biasa dilakukan dan akibat perilaku marahnya.
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku marah secara teratur
sesuai jadwal yaitu:
1) Secara fisik
2) Secara social atau verbal
69
3) Secara spiritual
4) Dengan terapi psikofarmaka
70
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut:
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
72
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia
harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
73
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri.
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat
D. Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi
74
F. Pohon Masalah
G. Diganosa Keperawatan
Menurut Depkes (2000:32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
defisit perawatan diri sesuai dengan bagan 1.1 yaitu :
H. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
Tujuan Umum.
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus.
Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan untuk
keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan
perawatan diri.
a. Tujuan:
Intervensi
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Kriteria evaluasi
Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan
disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari-hari, dan
merapikan penampilan.
Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan
cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri
seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Kriteria evaluasi
Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin
dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari,
penampilan bersih dan rapi.
Intervensi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk
mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Kriteria evaluasi
Klien selalu tampak bersih dan rapi.
Intervensi
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Keluarga selalu mengingatkan hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri,
keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri,
dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
Intervensi
78
Tindakan Keperawatan
Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-
laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
a). Berpakaian
b). Menyisir rambut
c). Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a). Berpakaian
b). Menyisir rambut
c). Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai
berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan caramakan yang tertib
c) Menjelaskancaramerapihkanperalatanmakansetelahmakan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan
berikut:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
a) Berpakaian
b) Menyisirrambut
c) Bercukur
SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
80
a) Berpakaian
b) Menyisirrambut
c) Berhias
SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
mandiri
a. Tujuan
1) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kurang perawatan diri.
b. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang
baik maka Saudara harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat
meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam
perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Saudara lakukan:
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta :
Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri
edisi 3. Jakarta. EGC.