Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERUBAHAN PROSES PIKIR : WAHAM


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2
Dosen Pembimbing : Lilik Ma’rifatul A, S.Kep,Ns. M.Kes

Kelompok 4 : kelas 3D

1. Maulida isnainia (201701134)


2. Dewi arifah (201701135)
3. Semol kubol (201701139)
4. Khuzaimatul abidah (201701147)
5. Luqmanul hakim (201701157)
6. A’am marifatus S. (201701171)
7. Nabila desy ananda (201701173)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI


MOJOKERTO
TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan bisa
membuat tugas ini dengan judul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Perubahan Pola Pikir : Waham”. Tugas ini kami ajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 2,tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mohon untuk kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar penulis dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
makalah ini.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tugas
ini,semoga tugas ini dapat di jadikan bahan perbandingan dalam penulisan karya-
karya lainnya.

Mojokerto, 05 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB 1PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI................................................................................................3

2.1 Definisi.......................................................................................................................3

2.2 Klasifikasi.............................................................................................................4

2.3 Manifestasi Klinis......................................................................................................5

2.4.1 Etiologi................................................................................................................6

2.4.2 Rentang Respon..................................................................................................8

2.4.3 Fase-Fase Waham...............................................................................................8

2.4.4 Patofisiologi..................................................................................................11

2.4.5 Penatalaksanaan....................................................................................................12

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................27

BAB 3 TINJAUAN KASUS.............................................................................................28

3.1 Trigercase.................................................................................................................28

3.5 Proses Keperawatan.............................................................................................31

Pengkajian..................................................................................................................31

3.5.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................................36

3.5.3 Nursing Care Plan (NCP)..................................................................................37

3.5.4 Strategi Pelaksanaan (SP) Berdasarkan Pertemuan..........................................43

iii
BAB 4 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN................45

3.5 Implementasi (Strategi Pelaksanaan Tindakan Kepeawatan)..................................45

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui
pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering
ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan pasien
skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya
serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat
dilihat oleh orang lain (Tomb, 2003 dalam Purba, 2008).
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas,
merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari
ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan
terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan
internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak
dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi
pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain (Purba,
2008).
Menurut data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, pasien gangguan berjumlah 15.720 orang,
dari jumlah tersebut penderita skizofrenia adalah sebanyak 12.021 orang
(76,46%). Pasien gangguan jiwa yang di rawat inap berjumlah 1.949 orang,
sedangkan untuk pasien rawat inap yang mengalami skizofrenia paranoid
sebanyak 1.758 orang (90,20%). Pasien rawat inap yang mengalami gangguan
jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan,
sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap

1
bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizoprenia dengan prilaku waham
sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (Medical Record, 2010).
Tindakan perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan pada pasien
waham memiliki beberapa terapi yang digunakan salah satunya yaitu terapi
modalitas, dimana terapi modalitas yang umum dilaksanakan adalah terapi
bermain, terapi aktivitas kelompok (TAK), terapi individual, terapi keluarga,
terapi milieu, terapi biologis, intervensi krisis, hipnosis, terapi perilaku, terapi
singkat dan terapi pikiran jasmani rohani. Dalam terapi individual, tindakan
praktek keperawatan pada pasien waham adalah pembentukan hubungan yang
terstruktur dan satu persatu antara perawat dengan klien untuk mencapai
perubahan pada diri klien, mengembangkan suatu pendekatan yang unik dalam
rangka menyelesaikan konflik, dan mengurangi penderitaan serta untuk
memenuhi kebutuhan klien yaitu dengan pemberian asuhan keperawatan
(Erlinafsiah, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep teori waham?
2. Bagaimana proses terjadinya waham?
3. Bagaimana manifestasi waham?
4. Bagaimana penatalaksanaan pasien waham?
5. Bagaimana asuhan keperawatan waham?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori waham.
2. Untuk mengetahui proses terjadinya waham.
3. Untuk mengatahui manifestasi klinis waham.
4. Untuk mengatehui penatalaksanaan pasien waham.
5. Untuk mengetahui asuhan keparawatan waham.

2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal
(Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI,
1994).
Waham yaitu keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh atau kuat, tidak
sesuai dengan kenyataan tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
budaya, selalu dikemukakan secara berulang-ulang, biarpun telah dibuktikan
kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum (Lilik
Ma’rifatul A, 2011).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi / informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat
kuat dan sangat terkenal. Hal ini sesuai dengan penjelasan Varcarolis dalam
Fundamental of Psychatric Mental Health Nursing (2006: 397)
Key Word : keyakinan, dipertahankan, terus menerus, tidak sesuai dengan
kenyataan.

2.2 Klasifikasi
1. Waham kebesaran

3
Keyakinan klien terhadap suatu kemampuan, kekuatan, pendidikan,
kekayaam atau kekuasaan secara luar biasa.
Contoh: saya ini ratu adil, nabi, superman dll “ Saya ini titisan bung
karno, punya banyak perusahaan, punya rumah di berbagai negara dan bisa
menyembuhkan berbagai macam penyakit.”
2. Waham curiga
Keyakinan klien terhadap seseorang atau kelompok secara berlebihan
yang berusaha merugikan, mencederai, mengganggu, mengancam,
memata-matai dan membicarakan kejelekan dirinya
Contoh: “Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya.”
3. Waham agama
Keyakinan klien yang bertema tentang agama atau kepercayaan yang
berlebihan.
Contoh: “Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus
menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga.”
4. Waham somatic/hipokondrik
Keyakinan klien terhadap tubuhnya ada suatu yang tidak beres seperti
ususnya busuk, otaknya mencair, perutnya ada kuda. Contoh: “ Sumsum
tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak
kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang.”

5. Waham nihilistik
Keyakinan klien terhadap dirinya atau orang lain sudah meninggal
atau dunia sudah hancur dan sesuatunya tidak ada apa-apa lagi.
Contoh: “ Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang
ada disini adalah roh – roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”

6. Waham Dosa

4
Yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah atau berbuat dosa
perbuatannya tidak dapat di ampuni lagi.
7. Waham Bizar
A. Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain
disisipkan kedalam pikiran dirinya
B. Siar pikir/ broadcasting adalah keyakinan klien bahwa ide dirinya
dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang ia
pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada orang
tersebut
C. Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran,
emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan
diluar dirinya yang aneh

2.3 Manifestasi Klinis


1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan social
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif

5
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Hegyne kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir waham adalah
sebagai berikut :
a. Menolak makan.
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
c. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
2.4 Proses terjadinya waham

2.4.1 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
A. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosional tidak efektif
B. Faktor Sosial Budaya

6
Seseorang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham

C. Faktor Psikologi
Hubungan tidak harmonis, peran ganda bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap
kenyataan
D. Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
E. Faktor Genetik.

2. Faktor Presipitasi
A. Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
B. Faktor Biokimia
Dopamin, Noreepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab kepada seseorang.
C. Faktor Psikologi
Kecemasan yang memanjang dan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.

7
2.4.2 Rentang Respon

2.4.3 Fase-Fase Waham


1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan – kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang – orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas.Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong untuk melakukan kompensasi
yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenhi tetapi
kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia
seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang
sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam
kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa
ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahya penghargaan
saat tumbuh kembang (life span history).

8
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standart lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.Misalnya, saat lingkungan sudah banyak
yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihi ligkungan tersebut.Padahal self reality
– nya sangat jauh.Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman,
pengaruh, support system semuanya sangat rendah.

3. Fase control internal exsternal


Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakni atau apa apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu
yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk di akui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan di terima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal.Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dikakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan.Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang – ulang.Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan

9
tidak berfungsi normal (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinansi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya.Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)
6. Fase improving
Apabila tidak ada konvrontasi dan upaya – upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah kepada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masalalu atau kebutuhan –
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat
menetap dan dulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien
dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa
apa- apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi
sosial.

10
2.4.4 Patofisiologi

11
2.4.5 Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan
memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien
yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah
dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun
klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik
dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah.
Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi
lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan
terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi
seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang
semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada
gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai
suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan


2.5.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses
keperawatan.
A. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis, pendidikan
dan pekerjaan.
B. Alasan Masuk
Umumnya klien yang mengalami Waham di bawa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain,

12
gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.
C. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah
ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan.
D. Faktor precipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress seperti
kehilangan, didikan yang keras dari keluarga yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk memiliki perasaan egois serta menyebabkan ansietas. Pada pasien
Waham tingkat emosional yang tinggi akan kepercayaan bahwa dirinya adalah
sesuatu yang pantas untuk dititukan dan diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah dalam kehidupannya.

E. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
F. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep Diri
1. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
2. Identitas diri

13
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
3. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut.
4. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien
dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,
penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
c. Hubungan Sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya
yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok /
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam
berinteraksi dengan orang lain.

d. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan

G. Status Mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti
biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis klien.

14
b. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan.
c. Aktivitas motoric
Gerakan yang perlu di catat dalam hal tingkat aktifitas
(letargik,tegang,gelisah,agitasi) jenis (tik, tremor, seringai) dan isyarat tubuh.
Pada pasien Waham aktivitas yang ditampilkan klien tampak gelisah, percaya
diri bahwa yang dilakukan adalah benar.
d. Afek dan Emosi
Pada klien dengan Waham biasanya ditemukan beberapa afek dan emosi,
diantaranya adalah :
1. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
2. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
3. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
4. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
e. Interaksi selama Wawancara
Keadaan yang ditampilkan klien dengan Waham saat wawancara bisa
ditemukan klien tampak percaya diri dengan segala sesuatu yang dia omongkan
dan defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran tentang
dirinya)
f. Persepsi Sensori
1. Tidak ada halusinasi
2. Tidak ada ilusi
3. Tidak ada depersonalisasi
4. Tidak ada realisasi
5. Tidak ada gangguan somatusensorik

15
g. Proses Pikir
1. Proses pikir
 Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
 Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
 Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya
 Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang
lainnya.
 Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian
dilanjutkan kembali
 Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
2. Isi fikir
 Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
 Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang
sebenarnya tidak ada.
 Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
 Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan
yang bermakna yang terkait pada dirinya.
 Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang
mustahil atau diluar kemampuannya.
 Jenis Waham
1) Waham agama yaitu keyakinan bertema tentang agama/kepercayaan yang
berlebihan.
2) Waham somatic/hipokondria yaitu keyakinan klien terhadap tubuhnya ada
sesuatu yang tidak beres, seperti usunya busuk, otaknya mencair, perutnya ada
kuda.

16
3) Waham kebesaran yaitu keyakinan klien terhadap suatu kemampuan, kekuatan,
pendidikan, kekayaan atau kekuasaan secara luar biasa, seperti “saya itu ratu adil,
nabi, superman dan lain-lai”.
4) Waham curiga/kejaran yaitu keyakinan klien terhadap seseorang atau kelompok
secara berlebihan yang berusaha merugikan, mencederai, megganggu,
mengancam, memata-matai, dan membicarakan kejelekan dirinya.
5) Waham nihilistic yaitu keyakinan klien terhadap drinya/orang lain sudah
meninggal/dunia sudah hancur dan sesuatunya tidak ada apa-apanya lagi.
6) Waham dosa yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah/selalu salah/berbuat
dosa/perbuatannya tidak dapat diaumpuni lagi.
7) Waham bizar terdiri dari:
a. Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain disisipkan
kedalam pikirannya.
b. Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide darinya dipakai
oleh/disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang ia pikirnkan meskipun
ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada orang tersebut.
c. Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran,emosi dan
perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan di luar dirinya yang
aneh.
H. Tingkat Kesadaran
1. Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada
tujuan).
2. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
3. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang,
anggota tubuh klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi
klien mengerti semua yang terjadi dilingkungannya
4. Orientasi : waktu, tempat dan orang.
I. Memori
1. Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih
dari 1 bulan.

17
2. Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam
minggu terakhir.
3. Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja
terjadi.
4. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan
cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
J. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
1. Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
2. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang
karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan
kembali pembicaraan.
3. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau
pengurangan pada benda-benda yang nyata.
K. Kemampuan Penilaian
a. Gangguan Ringan
b. Gangguan bermakna
L. Daya Tilik
1. Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan / klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita
tentang penyakitnya
2. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan
yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang.

18
2.5.2 Pohon masalah

Effect resiko tinggi perilaku kekerasan

Core problem perubahan sensori waham

causa Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

2.5.3 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan proses fikir : Waham


2. Resiko tinggi melakukan perilaku kekerasan:resiko mencedarai
diri,orang lain.
3. Koping individu tidak efektif

2.5.4 Intervensi (Ncp)

Diagnosa Perencanaan
Keperawata Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria hasil
n
Gangguan TUM : klien
proses pikir: dapat
waham mengontrol
wahamnya.
TUK 1:
Klien dapat 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan Hubungan saling

19
membina bersahabat saling percaya percaya akan
hubungan 2. Ada kontak dengan klien menimbulkan
saling mata dengan kepercayaan klien
percaya. 3. Mau berjabat menggunakan pada perawat,
tangan prinsip sehingga akan
4. Mau menjawab komunikasi memudahkan
salam terapeutik : dalam pelaksanaan
5. Klien mau a. Beri salam tindakan
duduk terapeutik selanjutnya.
berdampingan (panggil nama
6. Klien mau klien)
mengutarakan b. Perkenalkan
perasaan diri sebutkan
nama perawat
dengan sopan
c. Jujur dan
menepati janji

d. Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
apa adanya
e. Jelaskan tujuan
interaksi
f. Ciptakan
lingkungan
yang tenang
g. Buat kontrak
yang jelas
(topic, waktu,

20
tempat)
h. Yakinkan klien
dalam keadaan
aman dan
perawat siap
menolong
i. Yakinkan
bahwa
kerahasiaan
klien akan
tetap terjaga
2. Jangan
membantah dan
mendukung
waham klien
3. Observasi apakah
waham klien
mengganggu
aktivitas sehar-
hari dan
perawatan diri

TUK 2 : 1. Mampu 1. Beri pujian pada Meningkatkan


Klien dapat mempertahank penampilan dan orietasi klien pada
mengidenti an aktivitas kemampuan klien realita dan rasa
fikasi sehari- hari yang realistic percaya klien pada
kemampua 2. Klien dapat 2. Diskusikan dengan perawat
n yang mengontrol klien kemampuan
dimiliki wahamnya yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat

21
ini yang realistic.
(hati-hati terlibat
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan dengan
aktivitas sehari-
hari dan
perawatan diri)
kemudian
anjurkan untuk
melakukan saat
ini
4. Jika klien selalu
berbicara tentang
wahamnya
dengarkan
sampai
kebutuhan
waham tidak ada.
(perawat perlu
memperhatikan
bahwa klien
penting).
TUK 3 : 1. Klien dapat a. Observasi Reinforcement
Klien dapat menyebutkan kebutuhan klien adalah penting
mengidenti kebutuhan sehari-hari untuk
fikasi terpenuhi b. Diskusikan meningkatkan

22
kebutuhan 2. Klien dapat kebutuhan klien kesabaran diri
yang tidak melakukan yang tidak klien.
terpenuhi aktivitas terpenuhi selam Mengetahui
3. Klien tidak dirumah dan di penyebab curiga
menggunakan / umah sakit dan intervensi
membicarakan c. Hubungkan selanjutnya.
wahamnya kebutuhan atau
harapan yang
belum terpenuhi
dengan timbulnya
waham
d. Tingkatkan
aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien
dan memerlukan
waktu dan tenaga.
e. Atur siruasi agar
klien tidak
mempunyai waktu
untuk
menggunakan
wahamnya.

TUK 4 : 1. Klien mampu 1. Berbicara dengan Dengan


Klien dapat berbicara secara klien dalam meningkatkan
berhubungan realitas konteks realitas aktivitas tidak
dengan realitas. 2. Klien mengikuti (realitas diri, orang akan mempunyai
terapi aktivitas lain, waktu dan waktu untuk
kelompok tempat) mengikuti

23
2. Sertakan klien wahamnya
dalam terapi
aktivitas
kelompok :
orientasi realitas
3. Berikan pujian
pada tiap kegiatan
positive yang
dilakukan klien
TUK 5 : 1. Keluarga dapat 1. Diskusikan dengan Reinforcement
Klien dapat membina keluarga tentang : adalah penting
dukungan hubungan saling a. Gejala waham untuk
keluarga percaya dengan b. Cara mningkatkan
perawat merawatnya kesadaran klien
2. Keluarga dapat c. Lingkungan akan realitas
menyebutkan keluarga
pengertian, d. Follow up dan
tanda dan obat
tindakan untuk 2. Anjurkan keluarga
merawat klien melaksanakan
dengan waham dengan bantuan
perawat

TUK 6 : 1. Klien 1. Diskusikan dengan Perhatian keluarga


klien dapat menyebutkan klien dan kelurga dan pengertian
menggunakan obat manfaat, dosis tentang obat, dosis, keluarga akan
dengan be nar dan efek frekuensi, efek dapat membantu

24
samping obat samping obat dan klien dalam
2. Klien dapat akibat penghentian mengendalikan
mendemonstrasi 2. Diskusikan wahamnya
kan penggunaan perasaan klien
obat dengan setelah minum Obat dapat
benar obat mengontrol
3. Klien 3. Berikan obat dan waham yang
memahami observasi setelah dialami klien
akibat minum obat
berhentinya
obat tanpa
konsultasi
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan
obat

2.5.5 Implementasi /SP

Diagnosa Pasien Keluarga


Keperawatan
Gangguan isi SP 1 SP 1
pikir : a. Mengidentifikasi kebutuhan a. Mengidentifikasi masalah
waham b. Keluarga bicara konteks realita keluarga dalam merawat pasien
c. Keluarga latih pasien untuk b. Menjelaskan proses terjadinya

25
memenuhi kebutuhannya waham
d. Keluarga masukkan dalam c. Menjelaskan tentang cara
jadwal kegiatan pasien merawat pasien waham
d. Latih (simulasi) cara merawat
e. RTL keluarga / jadwal untuk
merawat pasien
SP 2 SP 2
1. Evaluasi( SP 1) a. Keluarga evaluasi kemampuan
2. Identifikasi potensi / SP 1
kemampuan yang dimiliki b. Latih keluarga caramerawat
3. Pilih dan latih potensi (langsung kepasien)
4. Kemampuan yang dimiliki c. Menyusun RTL keluarga
5. Masukkan jadwal pasien
SP 3 SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu a. Evaluasi kemampuan keluarga
(SP 1 & 2) b. Evaluasi kemampuan pasien
b. Memilih kemampuan lain yang c. RTL keluarga
dapat dilakukan  Follow up
c. Pilihdan latih potensi  Rujukan
kemampuan lain yang dimiliki
d. Masukkan dalam jadwal

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma'rifatul, Zainuri Imam, Akbar Amar. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Aziz R, dkk.2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD dr Amino
Gondo Utomo

26
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Muhith, Abdul.2015.Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
CV Andi Offset

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Trigercase
Tn. A 30 tahun beragama Islam, anak ketiga dari empat bersaudara. Tn. A Tinggal
di desa kemiri kec. Nongkojajar dan Tn. A termasuk orang yang taat beragama,
keyakinannya dengan agamanya sangat kental. Tn. A merupakan santri di salah
satu pondok pesantren selama 10 tahun. Tn.A telah mempelajari banyak kitab dan

27
merasa sudah sangat memahami kitab-kitab tersebut sehingga pada suatu ketika
Tn.A merasa bahwa dirinya adalah seorang Nabi yang diutus Allah untuk
mengajarkan agamanya di bumi dan hidup hanya untuk beribadah. Tn. A
meyakini bahwa ia dapat berkomunikasi secara langsung dengan Allah dan
dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan doa-doanya. Tn.A
selalu mengatakan bahwa, “aku adalah Nabi yang diutus oleh Allah. Aku
harus selalu memakai baju putih dan memanjangkan jenggotku agar aku
masuk surga”, ketika mengatakanya dengan nada tegas, wajahnya tegang
dan mata melotot, dan Tn. A mengatakannya dengan berulang-ulang.
Menurut keluarga bahwa perilaku itu muncul 2 bulan setelah orangtua Tn.A yang
mendidik dengan keras itu meninggal. Keluarga juga mengatakan bahwa setelah
orang tua meninggal, Tn. A banyak mengurung diri di kamar sambil membaca
kitab-kitabnya. Terkadang mondar-mandir di depan kamar sambil berbicara
tentang isi kitab-kitabnya. Jika ditanya tentang orang tua menunjukkan
ekspresi sedih, sesekali marah dan melotot.
Karena keyakinannya itu Tn. A tidak mau melakukan apapun kecuali ibadah
dan menyebarkan ajaran-ajaran dalam agamanya (berdakwah), seperti tidak
mau mandi, tidak mau makan kecuali nasi putih saja hanya mau minum air
putih, terkadang juga tidak mau makan karena puasa, tidak mau gosok gigi,
tidak mau menyisir rambut, tidak mau keramas, kadang merasa tersinggung
bila diingatkan. Tn. A suka memakai baju berwarna putih dan tidak pernah
ganti sehingga pakaian klien terlihat lusuh.
Sering kali keluarga mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan Nabi atau
utusan Allah. Tetapi, Tn. A selalu bersikeras bahwa ia adalah seorang Nabi
dengan nada kasar, bahkan Tn. A mengancam akan tidak menolong siapa saja
yang tidak percaya padanya kelak saat hari kiamat. Karena keluarga dan saudara
merasa tak mampu untuk merawat Tn. A, lalu keluarga membawa Tn. A ke
RSJ.Tn A di bawa ke RSJ oada tanggal 23 agustus 2019.Tn.A dirawat di ruang
melati ,dengan nomer rekam medis 000925.saat di periksa di dapatkan hasil
pemeriksaan TD =100/70 mmHg, N =98x/menit ,RR= 26 x/menit ,Suhu = 36,8oC

28
Dan saat perawat mengkaji klien mengatakan “aku adalah Nabi yang diutus
oleh Allah. Aku harus selalu memakai baju putih dan memanjangkan
jenggotku agar aku masuk surga”. Dan klien mengungkapkannya dengan
berulang-ulang.

3.2 Model keperawatan yang cocok pada klien adalah :

1. Model Eksitensi (Pels,Roger,Glasser,Elis dll)


Klien merasa bahwa dirinya adalah seorang nabi utusan allah hal ini dapat
memicu presepsi klien tetnag dirinya dan klien menganggab bahwa dirinya
dapat mengobati orang sakit dengan doa – doanya.
2. Model Medikal (Meyer,Kraeplin,Spitzer dll)
Karena keyakinannya itu Tn. A tidak mau melakukan apapun kecuali ibadah
dan menyebarkan ajaran-ajaran dalam agamanya (berdakwah), seperti tidak
mau mandi, tidak mau makan kecuali nasi putih saja hanya mau minum air
putih, terkadang juga tidak mau makan karena puasa, tidak mau gosok gigi,
tidak mau menyisir rambut, tidak mau keramas, kadang merasa tersinggung
bila diingatkan. Tn. A suka memakai baju berwarna putih dan tidak pernah
ganti sehingga pakaian klien terlihat lusuh.

3.3 Terapi modalitas yang cocok pada klien adalah :

1. Terapi Individu
Karena pada terapi ini dapat membantu klien untuk menjadi individu yang
senormalnya,tidak mengsalahpresepsikan diri dan agar klien mampu menjadi
individu yang mampu mengubah isi pikir serta menyelesaikan konflik yang di
alaminya.selain itu klien di harapkan untuk tidak salah mepresepsikan
terhadap stimulus.

29
2. Terapi Kognitif
Terapi ini dapat mengebangkan pola pikir klien yang rasional dan dapat
mengubah pola pikir yang tidak rasional yang sering membuat klien
mengalami gangguan prilaku yang menganggap dirinya adalah nabi utusan
allah,serta mengubah prilaku yang tidak berdasarkan faktanya,serta dapat
membiasakan diri selalu realita terhadap stimulus

3.4 Terapi aktivitas kelompok (TAK) yang cocok pada klien adalah :
Terapi aktivitas kelompok yang cocok untuk klien waham adalah
terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi (TAKSP) realitas diri karena pada
kasus ini klien mengalami gangguan orientasi pada dirinya sendiri, klien
mengingkari keadaan yang nyata.
Topik: waham kebesaran
Tujuan Umum: klien dapat mengontrol wahamnya
Tujuan Khusus:
Sesi 1: klien dapat memenuhi kebutuhannya
Sesi 2: klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Sesi 3: klien dapat berhubungan dengan realitas

3.5 Proses Keperawatan

Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Desa kemiri kec.nongkojajar
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum

30
a. Keadaan Umum : Compos Mentis G-C-S = 4-5-6
b. Kesadaran : Baik
c. TTV : TD = 100/70 mmHg
N = 98x/menit
RR = 26 x/menit
Suhu = 36,8oC

Pemeriksaan Fisik TB:… Cm, BB: …..Kg

Keluhan Fisik : tidak ada

3. Psikososial
A. Genogram :

Keterangan :
= laki-laki 40 = klien/pasien

= perempuan = tinggal serumah

a. Pola komunikasi keluarga : Tertutup


b. Pola asuh : Klien di asuh oleh orangtuanya dengan
keras.
c. Pengambilan keputusan : Otoriter, dibuktikan dengan semua
keputusan di keluarga di ambil oleh orang tua klien.

31
B. Konsep Diri
a. Identitas diri : Klien beranggapan kalau dirinya Nabi karena ia rajin
beribadah dan merasa bisa berbicara dengan Allah.
b. Peran : Klien sebagai orang yang taat beragama di
lingkungannya yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
c. Ideal diri : Klien berharap keluarganya/lingkungannya
mempercayai keyakinannya sebagai Nabi yang diutus Allah
d. Harga diri : Harga diri klien tinggi, klien menganggap dirinya
sebagai orang yang berharga yang bisa menyembuhkan berbagai
penyakit, namun sebenarnya klien sedang mengalami harga diri
rendah.
C. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Orangtua
b. Peran serta kegiatan kelompok/ masyarakat : klien tidak pernah
mengikuti kegiatan kelompok ( sosial ) dilingkungan
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : keyakinan yang
dibicarakan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak sesuai
dengan pemikiran oarng-orang di lingkungannya

D. Spritual : Klien sangat rajin beribadah

d. Status Mental
A. Penampilan

Tidak rapi
Jelaskan : Klien tampak kotor, rambut kotor, kusut, gigi
kotor dan kuning, kuku hitam dan panjang
B. Pembicaraan: Keras

Jelaskan : Klien kelihatan sangat bersemangat,


Pandangan mata klien tampak tajam wajah

32
tegang, ketika menceritakan masalahnya,
terutama saat menceritakan bahwa dirinya Nabi
yang diutus Allah
C. Aktivitas Motorik: Tegang
Jelaskan : Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel.
D. Afek dan emosi : Tumpul

Jelaskan : Menurut keluarga setelah orantua meninggal


Tn. A banyak mengurung diri di kamar

E. Interaksi selama wawancara : Mudah tersinggung

Jelaskan : Menurut keluarga klien mudah marah, cepat


tersinggung semenjak di tinggal orangtua
meninggal.
F. Persepsi Sensory
Apakah ada gangguan : Ada
Halusinasi : Merasa dia adalah Nabi, dan bisa
menyembuhkan berbagai penyakit
Ilusi : Tidak ada.
G. Proses Pikir
Proses pikir : Nonrealistik
Isi pikir : Waham Kebesaran

Ditandai dengan klien mengatakan dirinya Nabi yang diutus Allah


H. Tingkat Kesadaran

Waktu : Klien kurang dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ, dan
dia kurang mengerti kapan saja waktu ia harus mandi
Tempat : Klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ
Orang : Kilen dapat mengenali seseorang.

33
I. Memory
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu, misalnya saat
orangtuanya tiada

J. Tingkat Konsentrasi dan berhitung


Klien mampu berhitung dengan baik, saat diberi soal penambahan,
klien mampu menjawab dengan baik

e. Analisa Data
No Data Masalah
1. Ds: Perubahan proses
Tn.A mengatakan “aku adalah Nabi yang diutus oleh pikir: waham
Allah. Aku harus selalu memakai baju putih dan Kebesaran
memanjangkan jenggotku agar aku masuk surga”.
Do:
Wajah tegang, mata melontot merah dan dengan nada
tegas

2. Ds: Deficit perawatan


Keluarga mengatakan Tn.A tidak mau makan kecuali diri
nasi putih saja dan hanya mau minum air putih,
terkadang juga tidak mau makan karena puasa, tidak
mau mandi, tidak mau gosok gigi, tidak mau menyisir
rambut, tidak mau keramas, tidak mengganti baju
Do:
Gigi Tn. A berwarna kuning, rambutnya tidak tertata
rapi, baju terlihat lusuh
3. Ds: Resiko tinggi PK
Keluarga mengatakan Tn. A akan mengancam tidak
menolong siapa saja yang tidak percaya padanya kelak

34
saat hari kiamat. Tn.A selalu bersikeras bahwa ia adalah
Nabi yang diutus Allah.
Do:
Tn. A berkata dengan nada kasar

4. Ds: ISOS
Keluarga klien mengatakan bahwa setelah orangtua
meninggal Tn.A sering kali mengurung diri di kamar
dan tidak ingin berbicara dengan orang lain.
Do: -

35
3.5.2 Diagnosa Keperawatan
A. Pohon Masalah

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses fikir: Waham Kebesaran
2. Koping individu tidak efektif
3. Resiko tinggi melakukan perilaku kekerasan
4. Isolasi Sosial
C. Diagnosa Prioritas
1. Gangguan proses fikir : Waham Kebesaran
Axis 1 : Gangguan
Axis 2 : Waham
Axis 3 : Proses Pikir
Axis 4 : Kebesaran

36
3.5.3 Nursing Care Plan (NCP)
Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria hasil
Gangguan Tujuan Umum:
proses pikir: klien dapat
waham mengontrol
Kebesaran wahamnya.
Tujuan Khusus 1:
Klien dapat 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan Hubungan saling
membina bersahabat saling percaya percaya akan
hubungan saling 2. Ada kontak dengan klien menimbulkan
percaya. mata dengan kepercayaan klien
3. Mau berjabat menggunakan pada perawat,
tangan prinsip sehingga akan
4. Mau menjawab komunikasi memudahkan
salam terapeutik : dalam pelaksanaan
5. Klien mau a. Beri salam tindakan
duduk terapeutik selanjutnya.
berdampingan (panggil nama
6. Klien mau klien)
mengutarakan b. Perkenalkan
perasaan diri sebutkan
nama perawat
dengan sopan
c. Jujur dan
menepati janji
d. Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
apa adanya

37
e. Jelaskan tujuan
interaksi
f. Ciptakan
lingkungan
yang tenang
g. Buat kontrak
yang jelas
(topic, waktu,
tempat)
h. Yakinkan klien
dalam keadaan
aman dan
perawat siap
menolong
i. Yakinkan
bahwa
kerahasiaan
klien akan
tetap terjaga
2. Jangan
membantah dan
mendukung
waham klien
3. Observasi apakah
waham klien
mengganggu
aktivitas sehar-
hari dan
perawatan diri
Tujuan Khusus 2 : 1. Mampu 1. Beri pujian pada Meningkatkan

38
Klien dapat mempertahank penampilan dan orietasi klien pada
mengidentifikasi an aktivitas kemampuan klien realita dan rasa
kemampuan yang sehari- hari yang realistic percaya klien pada
dimiliki 2. Klien dapat 2. Diskusikan dengan perawat
mengontrol klien kemampuan
wahamnya yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat
ini yang realistic.
(hati-hati terlibat
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan dengan
aktivitas sehari-
hari dan
perawatan diri)
kemudian
anjurkan untuk
melakukan saat
ini

4. Jika klien selalu


berbicara tentang
wahamnya
dengarkan
sampai
kebutuhan
waham tidak ada.

39
(perawat perlu
memperhatikan
bahwa klien
penting).
Tujuan Khusu 3 : 1. Klien dapat 1. Observasi Reinforcement
Klien dapat menyebutkan kebutuhan klien adalah penting
mengidentifikasi kebutuhan sehari-hari untuk
kebutuhan yang terpenuhi 2. Diskusikan meningkatkan
tidak terpenuhi 2. Klien dapat kebutuhan klien kesabaran diri
melakukan yang tidak klien.
aktivitas terpenuhi selam Mengetahui
3. Klien tidak dirumah dan di penyebab curiga
menggunakan / umah sakit dan intervensi
membicarakan 3. Hubungkan selanjutnya.
wahamnya kebutuhan atau
harapan yang
belum terpenuhi
dengan timbulnya
waham
4. Tingkatkan
aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien
dan memerlukan
waktu dan tenaga.
5. Atur siruasi agar
klien tidak
mempunyai waktu
untuk
menggunakan

40
wahamnya.

Tujuan Khusus 4 : 1. Klien mampu 1. Berbicara dengan Dengan


Klien dapat berbicara secara klien dalam meningkatkan
berhubungan realitas konteks realitas aktivitas tidak
dengan realitas. 2. Klien mengikuti (realitas diri, orang akan mempunyai
terapi aktivitas lain, waktu dan waktu untuk
kelompok tempat) mengikuti
2. Sertakan klien wahamnya
dalam terapi
aktivitas
kelompok :
orientasi realitas
3. Berikan pujian
pada tiap kegiatan
positive yang
dilakukan klien
Tujuan Khusus 5 : 1. Keluarga dapat 1. Diskusikan dengan Reinforcement
Klien dapat membina keluarga tentang : adalah penting
dukungan keluarga hubungan saling a. Gejala waham untuk
percaya dengan b. Cara mningkatkan
perawat merawatnya kesadaran klien
2. Keluarga dapat c. Lingkungan akan realitas
menyebutkan keluarga
pengertian, d. Follow up dan
tanda dan obat
tindakan untuk 2. Anjurkan keluarga
merawat klien melaksanakan
dengan bantuan
dengan waham
perawat
Tujuan Khusus 6 : 1. Klien 1. Diskusikan dengan Perhatian keluarga

41
klien dapat menyebutkan klien dan kelurga dan pengertian
menggunakan obat manfaat, dosis tentang obat, dosis, keluarga akan
dengan benar dan efek frekuensi, efek dapat membantu
samping obat samping obat dan klien dalam
2. Klien dapat akibat penghentian mengendalikan
mendemonstrasi 2. Diskusikan wahamnya
kan penggunaan perasaan klien
obat dengan setelah minum Obat dapat
benar obat mengontrol
3. Klien 3. Berikan obat dan waham yang
memahami observasi setelah dialami klien
akibat minum obat
berhentinya
obat tanpa
konsultasi
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan
obat

3.5.4 Strategi Pelaksanaan (SP) Berdasarkan Pertemuan

Diagnosa Pasien Keluarga


Keperawatan
Gangguan isi Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
pikir : a. Mengidentifikasi kebutuhan a. Mengidentifikasi masalah
waham b. Keluarga bicara konteks realita keluarga dalam merawat
kebesaran c. Keluarga latih pasien untuk pasien
memenuhi kebutuhannya b. Menjelaskan proses

42
d. Keluarga masukkan dalam terjadinya waham
jadwal kegiatan pasien c. Menjelaskan tentang cara
merawat pasien waham
d. Latih (simulasi) cara
merawat
e. RTL keluarga / jadwal
untuk merawat pasien

Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2


a. Evaluasi( Strategi Pertemuan a. Keluarga evaluasi kemampuan
1) Strategi Pelaksanaan 1
b. Identifikasi potensi / b. Latih keluarga caramerawat
kemampuan yang dimiliki (langsung kepasien)
c. Pilih dan latih potensi c. Menyusun RTL keluarga
d. Kemampuan yang dimiliki
e. Masukkan jadwal pasien
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu a. Evaluasi kemampuan keluarga
(Strategi Pelaksanaan 1 & 2) b. Evaluasi kemampuan pasien
b. Memilih kemampuan lain yang c. RTL keluarga
dapat dilakukan 1. Follow up
c. Pilihdan latih potensi 2. Rujukan
kemampuan lain yang dimiliki
d. Masukkan dalam jadwal

43
BAB 4
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

3.5 Implementasi (Strategi Pelaksanaan Tindakan Kepeawatan)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


PADA KLIEN WAHAM
NAMA : Maulida isnainia Tanggal : 05 september 2019
Pertemuan : Ke-1 Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi

44
A. Kondisi : Ketika Tn. A merasa dirinya adalah Nabi yang diutus Allah, ia
menyakini bahwa ia dapat berkomunikasi secara langsung dengan
Allah dan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan
doa-doanya. Tn. A selalu mengatakan bahwa “aku adalah Nabi yang
diutus oleh Allah. Aku harus selalu memakai baju putih dan
memanjangkan jenggotku agar aku masuk surga”. Ketika mengatakan
dengan nada tegas, wajahnya tegang dan mata melotot.
B. Diagnosa : Waham Kebesaran
C. Tujuan :
1. Klien dapat BHSP
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3.Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
D. Tindakan Keperawatan : SP 1 (pasien)
1. Mengidentifikasi kebutuhan
2. Klien bicara konteks realita
3. Latih klien untuk memenuhi kebutuhannya
4. Masukkan jadwal kegiatan klien

2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak”
“Bagaimana kabar bapak pagi ini? hari ini bapak nampak segar sekali?
bapak sudah sarapan pagi apa belum? Apa bapak masih ingat dengan
menu tadi?”
“Bapak, kenalkan nama saya maulida isnainia bisa dipanggil suster
maulida”. Nama bapak siapa? kalo bapak lebih suka dipanggil dengan
nama siapa? O… suka dipanggil dengan nama bpk X, baiklah.”
“Saya Mahasiswa Keperawatan PPNI Mojokerto pak, saya bertugas disini
selama 1 minggu, dan pasti bapak akan sering ketemu saya nanti.”

45
b. Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan bapak pagi ini?”
“ Bagaimana ceritanya sampai bapak di bawa kesini?” Coba ceritakan
kepada saya.
c. Kontrak
- Topik
“Bapak, bagaimana kalau kita bercakap - cakap tentang perasaan
bapak saat ini?” tapi sebelum kita bercakap – cakap, apakah ada hal
yang bapak tanyakan atau keluhkan saat ini?”
- Waktu
“Apakah bapak sibuk hari ini, kalo bapak sibuk, bagaimana kalo kita
berbincang – bincangnya hanya 15 menit saja?”
- Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita
berbincang – bincang di teras depan saja?”
3. Fase Kerja
“Dulu bapak bekerja dimana? O.. bapak dulu seorang pelukis ya,! (Wahh
hebat ya bapak, saya juga ingin bisa pelukis seperti bapak).”
(jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klien penting. Karena
dengan begitu klien merasa diperhatikan sehingga klien akan mengungkapkan
perasaannya).
(Menberikan pujian pada setiap kegiatan positif yang dilakukan klien).
(Memberikan pujian kepada kemampuan klien yang realistis)
(Diskusikan kebutuhan klien apa aja hal yang tidak terpenuhi selama di rumah
sakit atau dirumah)
“apa keinginan bapak yang belum dilakukan selama di rumah dan di sini?”
4. Terminasi
a. Evaluasi klien (subyektif)

46
“Baiklah bapak, karena waktu kita sudah habis, sekarang bagaimana
perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
b. Evaluasi perawat (objektif)
(Klien dapat menceritakan hal – hal yang selama ini dialami oleh klien, dan
menceritaka kebutuhannya yang belum terpenuhi)
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana, apakah bapak ingin melanjutkan cerita bapak?
d.Kontrak
- Topik
“Nanti kita akan bertemu lagi untuk berbincang – bincang lagi dan
melakukan hal yang ingin bapak lakukan, bagaimana bapak? Apa bapak
setuju?”
“kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak”.
- Waktu
“ Enaknya kita nanti berbincang – bincang lagi jam berapa pak? Baiklah,
jadi kita akan berjumpa lagi besok ya pak, jam 08.00 WIB.”
- Tempat
“Dimana nanti kita berbincang-bincang lagi pak? Bagaimana kalau di tempat
yang sama
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM

NAMA : dewi arifah Tanggal : 05 september 2019


Pertemuan : Ke-2 Jam : 08.00 WIB
1. Fase Pra interaksi
A. Kondisi klien : Klien merasa senang berbincang-bincang dan merasa dirinya
lebih aman berfikir positif.
B. Diagnosa Keperawatan : Waham Kebesaran
C. Tujuan : 1. Klien dapat berkata dengan realita
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

47
D. Tindakan Keperawatan
Strategi Pelaksanaan 2 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP1)
2. Identifikasi potensi / kemampuan yang dimiliki
3. Pilih dan latih potensi
4. Kemampuan yang dimiliki
5. masukan dalam jadwal kegiatan pasien
2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak? Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, saya datang
lagi untuk membicarakan kegemaran bapak”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan bapak sekarang? Bapak masih ingat apa yang akan
kita bicarakan kali ini?”
c. Kontrak
- Topik
Baik, sesuai janji kita, hari ini kita berbincang-bincang tentang
kegiatan yang ingin bapak lakukan”

- Waktu
“bagaimana kalo kita berbincang – bincangnya selama 15-20 menit?
Selama itu kita juga melakukan beberapa hal yang ingin bapak
lakukan?”
-Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita
berbincang – bincang di taman saja?Seperti janji kita”
3. Fase Kerja
“Bagaimana pak, apa yang ingin bapak lakukan hari ini?”oww bapak ingin
melukis, baiklah pak kita coba melukis

48
“Wah.. rupanya bapak pandai melukis ya, tidak semua orang bisa melukis
seperti itu”
“bapak, jika bapak menginginkan sesuatu hal, sebaiknya jangan dipendam
saja, coba dilakukan”
“Ketika bapak dalam kesulitan jangan sungkan – sungkan untuk meminta
bantuan kepada orang terdekat, karena insyaallah orang terdekat bapak akan
membantu bapak.”
4.Terminasi
a. Evaluasi klien (subyektif)
“Baiklah pak, karena waktu kita sudah habis, sekarang bagaimana perasaan
bapak setelah kita berbincang-bincang tadi dan melakukan beberapa hal yang
ingin bapak lakukan?”
b. Evaluasi perawat (objektif)
“Klien dapat menceritakan hal – hal kebutuhannya yang belum terpenuhi
dan mencoba melakukannya?”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana, apakah bapak ingin melanjutkan kegiatan ini bapak?”

d. Kontrak
- Topik
“ Besok kita akan bertemu lagi untuk berbincang – bincang lagi dan
melakukan hal lain yang ingin bapak lakukan, bagaimana pak? Apa
bapak setuju?”
“kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak”.
-Tempat
“ Dimana besok kita berbincang-bincang lagi pak? Bagaimana kalau di
taman depan?”
- Waktu

49
“ Enaknya kita besok berbincang – bincang lagi jam berapa pak?
Bagaimana kalau pukul 13.00 WIB.

STRATEGI PEALAKSANAAN TINDAKAN KEPARAWATAN (SPTK)


PADA KLIEN WAHAM

Nama : aam marifatus S. Tanggal : 05 September 2019


Pertemuan : Ke 3 Jam : 13.00 WIB
1.Fase Prainteraksi
A. Kondisi : Klien merasa senang melukis dan senang berbincang-bincang dengan
perawat dan merasa ada memperhatikan klien tersebut. Klien dapat bercakap-
cakap dengan teman atau perawat.
B.Diagnosa keperawatan: Waham Kebesaran

50
C. Tujuan :
1. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
2. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki
D.Renacana Tindakan Keperawatan :
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Strategi Pelaksanaan 1 & 2)
b. Memilih kemampuan yang lain untuk dilakukan
c. Pilih dan latih kemampuan lain yang dimiliki
d. Masukkan dalam jadwal

2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi bapak” “sesuai kesepakatan kita kemarin, saya datang lagi pak”
b. Evaluasi Validasi
“Bapak sampai mana melukisnya? Bisa saya lihat?”
c. Kontrak
-Topik
“Nah, sekarang bagaimana jika hari ini kita bercakap-cakap tentang hoby
yang bapak miliki”

-Waktu
“Kira-kira berapa lama bapak mempunyai waktu untuk bercakap-cakap
tentang hoby bapak?”
“Bagaimana kalau 15 menit, apa bapak mau?”
-Tempat
“Dimana enaknya kita bercakap-cakap tentang hoby bapak?”
3. Fase Kerja
“Apa saja hoby yang bapak miliki?, saya catat ya pak, terus apa lagi pak?”

51
“Wah ternyata bapak hebat ya, tidak banyak lho orang yang mempunyai hoby
seperti yang bapak miliki”. (beri pujian tentang apa yang di ungkapkan oleh
pasien).
“Dapatkah bapak ceritakan kepada saya, kapan pertama kali bapak memilih
hoby itu?”
“Siapa yang dulu mengajarkan kepada bapak, di mana?”
“Dapatkah bapak peragakan kepada saya bagaimana bapak melakukan hoby itu
dengan baik?”
“Wahhh ternyata bapak hebat ya” “tidak semua orang bisa seperti bapak”, saya
ingin mempunyai bakat seperti bapak?”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bapak mau melakukan hoby bapak itu?”
“Lalu apa harapan bapak dari kemampuan yang bapak miliki ini?”
“Apakah ada yang lain kemampuan/hoby bapak yang lain selain ini?”
“oh ya pak, bapak sekarang waktunya minum obat. Bagaimana pak, apa bapak
ingat dengan warna obatnya?
“Iya betul sekali bapak, obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye
namanya CPZ gunanya agar tenang, dan yang putih ini namanya THP
gunanya rileks, dan yang jambu merah ini namnya HLP gunanya agar
pikiran jadi teratur. Semuanya diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 2 siang
dan jam 9 malam ya bapak”
”Mari pak saya bantu untuk mengambilkan obatnya.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”
“Sebelum minum obat ini bapak mengecek dulu lebel di kotak obat apakah
benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga nama obatnya sudah
benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi”

52
“bapak perlu minum obat ini agar pikirannya bapak jadi tenang, tidurnya juga
tenang”

4.Terminasi
a. Evaluasi klien (subyektif)
“Bagaimana parasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hoby dan obat
yang bapak minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
b. Evaluasi perawat (obyektif)
“Klien dapat menceritakan dan mengungkapkan hal-hal yang dialami oleh
klien, dan menceritakan semua kemampuan dan hobi yang selama ini telah
dimiliki”
“Klien dapat menceritakan tentang nama obat dan waktu minum obat”
4.Rencana Tindak Lanjut
“Setelah ini bapak melakukan kegiatan sesuai dengan yang bapak lakukan tadi.
Bapak bisa memasukkanya dalam jadwal kegiatan kontrak.”
5. Kontrak
-Topik
“Setelah ini pertemuan selanjutnya membicarakan kegiatan yang bisa bapak
optimalkan scara rutin”
-Waktu
“Kalau waktunya, apa pak punya pandangan jam berapa?, bagaimana kalau
seperti ini juga?”
“Ya sudah ya pak, terima kasih untuk waktunya, sampai jumpa lagi?”
-Tempat
“Dimana kita akan bertemu lagi, bagaimana kalau ditempat ini juga?”

53
STRATEGI PEALAKSANAAN TINDAKAN KEPARAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM

Nama : khuzaimatul A Tanggal : 05 september 2019


Pertemuan : Ke 4 Jam : 08.00 WIB
1.Fase Pra Interaksi
A. Kondisi : Ketika keluarga klien menjenguk klien di RS, keluarga klien
mengatakan bahwa klien Tn.A banyak mengurung diri dikamar, kadang

54
mondar mandir di depan kamar, dan kadang – kadang menunjukkan ekspresi
senang dan kadang sedih. Diharapkan klien mendapat dukungan dari keluarga
untuk proses kesembuhan klien. Klien sudah tenang, lebih banyak
bereinteraksi
B. Diagnosa : Waham Kebesaran
C. Tujuan : Klien dapat dukungan keluarga
D. Tindakan keperawatan Strategi Pelaksanaan 1 Keluarga :
1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan proses terjadinya waham
3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham
4. Latih (stimulasi) cara merawat
5. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien

2. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi pak,bu. Perkenalkan nama saya Khuzaimatul, saya mahasiswa
keperawatan PPNI Mojokerto. Pak,bu saya bertugas di sini selama 1 minggu,
ibu dan bapak akan sering ketemu dengan saya nanti. Dan saya yang merawat
Sdr.A selama ini. Nama bapak ibu siapa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu hari ini?”
“Bagaimana ceritanya sampai Tn.A dibawa kesini, coba bapak atau ibu
ceritakan kepada saya?”
c. Kontrak
- Topik
“Ibu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah Sdr. A dan
cara merawat Sdr.A?”
- Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang di ruang tamu ini?”

55
- Waktu
“Apakah bapak dan ibu sibuk hari ini, kalau sibuk, kita berbincang-bincang 15
menit saja?”
3. Fase Kerja
“Pak,bu, apa masalah yang bapak dan ibu rasakan selama merawat Sdr.A?”
“Apa yang sudah dilakukan dalam menghadapai sikap anak Sdr.A. Ketika klien
berbicara mata klien melotot, sering tampak tegang kalau berbicara dan
kadang-kadang kacau,ketika marah dengan nada tinggi.
“Untuk itu akan saya jelaskan bagaimana sikap dan cara menghadapinya,setiap
kali Sdr.A melakukan tindakan tadi,”
“Bapak dan ibu pertama-tama, jika sedamg bercakap-cakap dengan Sdr.A,
sebaiknya lebih memperhatikan wajah Sdr.A agar dia merasa di hargai dan
bisa mengendalikan wahamnya. Juga saat berbicara bapak dan ibu sebaiknya
mengindari nada tinggi,dan tidak keras-keras.”
“Kedua, Hal ini sebaiknya dilakukian oleh seluruh keluarga yang berinteraksi
dengan Sdr.A”
“Bapak dan ibu dapat bercakap-cakap denngan Sdr.A tentang kebutuhan yang
di inginkan Sdr.”
“Bagaimana kalau di coba sekarang?”
“Selain itu, Sdr.A perlu minum obat agar pikiranya jadi tenang, tidurnya juga
tenang.”
“Obatnya ada tiga macam, yang warna oarange namanya CPZ gunanya agar Tn
A tenang, yang putih ini namanya THP gunannya supaya rileks, dan yang
merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang. Semuanya ini
harus di minimum secara teratur 3 kali sehari pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7
malam.Jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan Dokter karena dapat
menyebabkan Sdr.A kambuh lagi.”
“Sdr.A sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jadwal
berikan kata pujian.”

56
4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Baiklah, bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang merawat Sdr.A di rumah?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan semua yang sudah saya jelaskan
tadi.’
c. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana, apakah bapak dan ibu ingin melanjutkan cerita ibu/bapak?”
d. Kontrak
- Topik
“Baiklah bagaimana kalau lain kali saya datang lagi kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat Sdr.A sesuai dengan
pembicaraan kita tadi?”

-Waktu
“Enaknya kita besok berbincang-bincang lagi jam berapa pak,bu? Kalau sama
seperti hari ini saja bagaimana pak,bu? Baiklah, jadi kita akan berjumpa besok
ya pak,bu jam 08.00?”
- Tempat
“Dimana besok kita berbincang-bincang lagi bu? Bagaimana kalau di tempat
yang sama?”

57
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM

NAMA :Nabila desy A Tanggal : 05 September 2019


Pertemuan : Ke – 5 Jam : 08.00 WIB
1. Fase Pra Interaksi
a. Kondisi : Keluarga klien mengatakan sudah ada perubahan terhadap
kondisi klien yang berbicara seperti biasa seperti sebelum

58
terjadi waham. Ketika berbicara tidak lagi bernada tinggi dan
tidak lagi membentak – bentak.
b. Diagnosa : Waham Kebesaran
c. Tujuan : 1. Keluarga dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
klien
2. Klien dapat dukungan keluarga
d. Tindakan Keperawatan : SP 2 (Keluarga)
a) Keluarga mengevaluasi kemampuan SP 1
b) Latih keluarga cara merawat (langsung ke pasien)
c) Menyusun Rencana Tindak Lanjut keluarga

2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi Pak/ Bu, sesuai janji kita kemarin kita sekarang bertemu lagi.”
b. Evaluasi/ Validasi

“ Pak/ Bu bagaimana dengan kegiatan kita kemarin yang sudah saya ajarkan
untuk Sdr.A?”
“ Apakah Bapak/ Ibu masih ingat dengan apa yang saya ajarkan kemarin?”
c. Kontrak
- Topik
“Baiklah, kalau begitu Pak/ Bu kita akan mengevaluasi kegiatan
kemarin.”
- Waktu
“ Bagaimana kalau kita mengevaluasinya hanya 15 menit saja?”
- Tempat
“ Bapak/ Ibu kita melakukannya di mana?”

59
“ Bagaimana Pak/ Bu kalau kita langsung ke Sdr.A saja, Sdr.A ada di
taman.”
3. Fase Kerja
“ Nah, coba Bapak/ Ibu praktikkan lagi bagaimana cara merawat Sdr.A?
Baiklah.”
“ Sekarang coba praktikkan cara memberkan pujian kepada kemampuan
yang dimiliki Sdr.A. Bagus.’
“ Sekarang coba Bapak/ Ibu cara memotivasi Sdr.A agar minum obat dan
melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal.”
“ Bagus sekali, ternyata Bapak/ Ibu sudah mengerti cara merawat Sdr.A.”
“Baiklah, Bapak/ Ibu bisa mempraktikkan juga di rumah.”
“Coba sekarang Bapak/ Ibu ulangi lagi. Bagus.”

4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana, apa Bapak/ Ibu sekarang mulai bisa merawat Sdr.A sendiri?”
b. Evaluasi Obyektif
“Bagaimana, apa Bapak/ Ibu bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi?
Baiklah.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana Bapak/ Ibu juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain,
sehingga nanti bisa mempermudah dan dapat membantu Bapak/ Ibu merawat
Sdr.A. Terima kasih atas waktunya Bapak/ Ibu.”
d. Kontrak
- Topik
“ Bapak/ Ibu, kita besok bertemu lagi dan kita akan mencoba lagi cara
merawat Sdr.A sampai Bapak/ Ibu lancar melakukannya.”
-Waktu
“ Enaknya kita besok bertemu lagi jam berapa Pak/ Bu?”

60
“ Kalau waktunya sama seperti sekarang bagaimana?”
“ Baiklah, jadi kita akan berjumpa lagi besok ya Pak/ Bu, jam 08.00 WIB.”
-Tempat
“Di mana Pak/ Bu kita bisa bertemu lagi?”
“ Bagaimana kita bertemu lagi di tempat ini ya Pak/ Bu!”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


PADA KLIEN WAHAM

Nama : Luqmanul hakim Tanggal : 05 september 2019


Pertemuan : Ke – 7 Jam : 08.00 WIB
1. Fase prainteraksi
A. Kondisi : Keluarga pasien mengatakan bahwa klien dapat
berkomunikasi dengan baik, tidak marah – marah lagi. Ketika pasien berbicara
sudah tidak bernada tinggi, mata juga tidak melotot ketika berbicara.

61
Diharapkan klien mendapat dukungan dari keluarga untuk proses kesembuhan
klien. Klien sudah tenang, lebih banyak bereinteraksi
B. Diagnosa : Waham Kebesaran
C. Tujuan :Klien dapat berhubungan dengan realitas.
D. Rencana Tindakan Keperawatan : Strategi Pelaksanaan 3 (Keluarga)
1. Mengevaluasi Kemampuan Keluarga
2. Mengevaluasi Kemampuan Pasien

2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi Pak/ Bu, sesuai janji kita kemarin kita sekarang bertemu lagi.”
b. Evaluasi/ Validasi

“ Pak/ Bu bagaimana dengan kegiatan kita kemarin yang sudah saya ajarkan
untuk Sdr.A?”
“ Apakah Bapak/ Ibu masih ingat dengan apa yang saya ajarkan kemarin?”
c. Kontrak
- Topik
“ Baiklah, kalau begitu Pak/ Bu kita akan mengevaluasi kegiatan kemarin.”
- Waktu
- “ Bagaimana kalau kita mengevaluasinya hanya 15 menit saja?”
- Tempat
“ Bapak/ Ibu kita melakukannya di mana?”
“ Bagaimana Pak/ Bu kalau kita langsung ke Sdr.A saja, Sdr.A ada di
taman.”
Fase 3. Kerja
“ Nah, coba Bapak/ Ibu praktikkan lagi bagaimana cara menghadapi
Sdr.A? Baiklah.”
“Sekarang coba bagaimana caranyauntuk mengalihkan perhatian Sdr.A
untuk menghindari tindakan-tindakan yang akan di lakukan. Bagus.

62
“Bagaimana kalau di coba lagi sekarang? Dan jangan lupa Bapak/Ibu
selalu memberikan motivasi dan hal-hal yang baik/positif,ya
Bapak/Ibu?”
“ Sekarang coba Bapak/ Ibu cara memotivasi Sdr.A agar minum obat dan
melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal.”
“ Bagus sekali, ternyata Bapak/ Ibu sudah mengerti cara merawat Sdr.A.”
“Baiklah, Bapak/ Ibu bisa mempraktikkan juga di rumah.”
“Coba sekarang Bapak/ Ibu ulangi lagi. Bagus.”
“Dan jangan lupa selalu kontrol untuk melihat perkembangan Sdr.A ya
Pak/Bu?”
“Sdr.A sudah banyak mengalami peningkatan sebelum Sdr.A dapat
dibawa pulang, Sdr.A akan di evaluasi lebih lanjut agar kondisinya
tidak lagi kambuh.”

Fase 4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah berbincang-bincang dengan saya
tentang cara merawat Sdr.A di rumah?”
b. Evaluasi Obyektif
“ Bagaimana, apa Bapak/ Ibu bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi?
Baiklah.”
c.Rencana Tindak Lanjut
“Setelah ini coba Bapak/Ibu mengingat jadwal yang sudah dibuat untuk keluarga
yang ada di rumah ya Pak/Bu?Dan lakukan yang sudah saya jelaskan dan
tolong untuk membantu Tn. A untuk meminum obatnya sesuai yang saya
ajarkan”
“Dan jangan lupa selalu kontrol ya Pak/Bu?Jika obatnya sesudah habis
Bapak/Ibu bisa kesini lagi untuk konsultasi.”
“Baiklah kalau begitu, saya kira cukup, ada yang perlu di tanyakan lagi Pak/Bu?”
“Iya sama-sama. Waalaikum sAalam

63
Proposal TAK Stimulus Persepsi: Mengontrol Waham
1. Tujuan
a. Tujuan umum: klien mempunyai kemampun untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulasi kepadanya.
b. Tujuan khusus:
- Klien dapat mempersepsikan yang paparkan.
- Klien dapat menyelesaikan masalah sesuai stimulus
yang dipaparkan.

64
2. Landasan Teori
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa pada umumnya dengan
keluhan tidak dapat diatur di rumah, misalnya mengamuk, diam saja,
mendominasi pembicaraan yang tidak sesuai realita. Terapi aktifitas
kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien
gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya
merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena
itu seorang perawat khususnya perawat jiwa harus mampu melakukan
TAK secara tepat dan benar. TAK adalah untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk
memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antara anggota.
Terapi yang menggunakan aktifitas mempersepsikan stimulus yang
terkait dengan pengalaman kehidupan dan menetapkan alternatif
penyelesaiannya. Klien yang mempunyai indikasi: klien dengan semua
gangguan perilaku.

3. Klien
a. Karakteristik Klien
Berdasarkan kajian yang dilakukan, karakteristik klien
yang dapat dilakukan dalam TAK ini adalah klien dengan
perubahan isi pikir: Waham.
b. Proses Seleksi
1) Hasil observasi sehari-hari di ruangan.
2) Informasi dari perawat ruangan.
3) Hasil diskusi kelompok.
4) Kontrak dengan klien yaitu kesadaran klien untuk
mengikuti kegiatan berdasarkan kesepakatan mengenai
kegiatan tempat dan waktu.
4. Metode dan Media
a. Metode

65
1) Diskusi kelompok dan tanya jawab.
2) Latihan
3) Simulasi
b. Alat
1) Kertas HVS
2) Pensil
3) Spidol white
4) White board
5) Contoh obat-obatan
c. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2) Ruangan nyaman dan tenang

5. Pengorganisasian
a. Waktu
1) Hari/Tanggal :
2) Jam : 08.00-08.45 WIB
3) Acara : 45 menit
a) Pembukaan : 5 menit

66
b) Perkenalan pada klien : 2 menit
c) Perkenalan TAK : 5 menit
d) Persiapan : 10 menit
e) Permasalahan : 20 menit
f) Penutup : 3 menit
b. Terapis
1) Leader
Bertugas:
a) Memimpin jalannya acara terapi aktifitas
kelompok.
b) Memperkenalkan anggota terapi aktifitas
kelompok.
c) Menetapkan jalannya tata tertib.
d) Menjelaskan tujuan diskusi.
e) Dapat mengambil keputusan dengan
menyimpulkan hasil diskusi pada kelompok
terapi diskusi tersebut.
f) Kontrak waktu.
g) Menyimpulkan hasil kegiatan.
h) Menutup acara.
2) Co Leader
Bertugas:
a) Mendampingin leader jika terjadi bloking.
b) Mengoreksi dan mengingatkan leader jika
terjadi kesalahan.
c) Bersama leader memecahkan penyelesaian
masalah.
3) Observer
Bertugas:

67
a) Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK
dari awal sampai akhir.
b) Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas
kelompok.
c) Mengobservasi perilaku pasien.

4) Fasilitator
Bertugas:
a) Membantu klien meluruskan dan menejelaskan
tugas yang harus dilakukan.
b) Mendampingi peserta TAK.
c) Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok.
d) Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan.
6. Proses Pelaksanaan
a. Perkenalan
1) Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan
ditunjuk oleh pembimbing untuk memulai menyebut
nama, kemudian leader menjelaskan tujuan dan
peraturan kegiatan dalam kelompok.
2) Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta
untuk lebih dulu menunjukkan tangannya.
3) Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus
minta izin pada perawat.
4) Pada akhir perkenalan pemimpn mengevaluasi
kemampuan identifikasi terhadap perawat dengan
menanyakan nama perawat yang ditunjuk oleh leader.
b. Permainan
1) Klien yang telah diseleksi dikumpulkan di tempat yang
cukup luas atau tempat yang telah ditentukan dan
duduk membentuk lingkaran.

68
2) Leader membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
dan memperkenalkan diri dan anggota terapis lain
beserta perannya. Kemudian leader meminta tiap klien
untuk menyebutkan nama dan bertanya perasaan klien
saat itu.
3) Selanjutnya leader membacakan tujuan dari kegiatan
dan aturan main yang harus dipatuhi oleh klien. Setelah
itu leader membuat kontrak waktu dengan klien.
4) Kemudian co leader memutar kaset lagu. Ketika lagu
dimulai, bola segera dioperkan dari leader berjalan ke
arah berlawanan jarum jam. Setelah satu putaran, bola
berhenti tepat pada leader dan leader memberikan
contoh kepada klien dengan memperkenalkan diri,
menceritakan hal-hal apa saja yang selama ini dirasakan
dan dipikirkan.
5) Setelah selesai, musik kembali dinyalakan dan bola
kembali berputar yang berlawanan dengan arah jarum
jam untuk memperagakan apa yang telah dicontohkan
oleh leader. Begitu seterusnya hingga semua klien
mendapatkan giliran untuk mengungkapkan perilaku
waham.
6) Selama kegiatan berlangsung observer mengamati
jalannya acara dan membacakan hasil kegiatan di akhir
acara.
c. Peer Review (Evaluasi Kelompok)
1) Klien dapat mengemukakan perasaannya setelah
memperkenalkan dirinya.
2) Klien mengemukakan perasaannya setelah
mengemukakan tentang perilaku halusinasi.
3) Klien mengemukakan pendapat tentang kegiatan ini.

69
d. Terminasi
1) Klien dapat menyebutkan kembali tujuan kegiatan.
2) Leader menjelaskan kembali tentang tujuan dan
manfaat dari kegiatan kelompok ini.

7. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi input
1) Tim berjumlah 5 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co
leader, 2 fasilitator dan 1 observer.
2) Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik.
3) Peralatan tape recorder dan kaset berfungsi dengan
baik.
4) Tersedia papan tulis dan spidol.
5) Klien memakai papan nama.
6) Tidak ada kesulitan memilih klien yangs sesuai dengan
kriteria dan karakteristik klien untuk melakukan terapi
aktifitas kelompok stimulasi persepsi.
b. Evaluasi Proses
1) Leader menjelaskan aturan main dengan jelas.
2) Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien dan
berbaur dengan klien.
3) Observer menempatkan diri di tempat yang
memungkinkan untuk dapat mengawasi jalannya
permainana.
4) 90% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti
kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.
c. Evaluasi Output
Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan
yang direncanakan.

70
1) 90% jumlah klien mampu menyebutkan identitas
dirinya.
2) 80% dari jumlah klien mampu menterjemahkan
perintah sebagai stimulus persepsi.
3) 90% dari jumlah klien berespon terhadap klien lain
dengan mendengarkan klien lain yang sedang berbicara.
4) 90% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main
yang telah ditentukan.
5) 50% dari jumlah klien mampu mengemukakan
pendapat tentang terapi aktifitas kelompok yang
dilakukan.

71
TAK STIMULUS PERSEPSI MENGONTROL WAHAM
SESI I : PEMENUHAN KEBUTUHAN
A. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kebutuhan yang belum terpenuhi
2. Klien melakukan kegiatannya
3. Klien tidak membicarakan tentang wahamnya
B. Setting
1. Klien duduk melingkar mengelilingi meja
2. Lingkungan tenang dan nyaman
C. Alat
1. Kertas HVS sejumlah peserta
2. Pensil
3. Spidol white board
4. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Latihan
E. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan:
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi:
a. Salam terapeutik: Terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini.
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin.
3) Waktu TAK adalah 90 menit.

72
3. Tahap Kerja:
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan.
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-
masing sebuah pensil untuk masing-masing klien.
c. Terapis menjelaskan pentingnya pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
d. Terapis memberikan contoh bagaimana menuliskan
daftar kebutuhan yang belum terpenuhi.
e. Terapis meminta tiap-tiap klien untuk menuliskan
daftar kebutuhan apa yang belum terpenuhi selama di
rumah sakit dan di rumah.
f. Terapis membimbing tiap-tiap klien sampai berhasil
menuliskannya.
g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing
klien setelah berhasil menulis daftra kebutuhan yang
belum terpenuhi.
4. Tahap Terminasi:
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa
menyusun daftar kebutuhan yang belum
terpenuhi.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok.
b. Tindak lanjut: terapis menganjurkan klien untuk
memenuhi kebutuhannya yang belum terpenuhi.

73
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien
TAK berikutnya.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan
tempat TAK.
F. Evaluasi dan Dokumentasi

Nama Peserta TAK


No Aspek yang di nilai
1 Menyebutkan pentingnya pemenuhan
kebutuhan kebutuhan sehari-hari.
2 Menyebutkan kebutuhan apa saja yang belum
terpenuhi.
Petunjuk:
- Dilakukan = 1
- Tidak dilakukan = 0

74
TAK STIMULUS PERSEPSI MENGONTROL WAHAM
SESI II : EKSPLORASI KEMAMPUAN

A. Tujuan
1. Klien mampu mempertahankan kemampuan yang dimilikinya selama ini.
2. Klien dapat mengontrol wahamnya dengan menggunakan kemampuannya
dalam kegiatan sehari-hari.
B. Setting
Klien duduk melingkar mengelilingi meja.
C. Alat
1. Kertas HVS sejumlah peserta
2. Pensil
3. Spidol white board
4. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Latihan
E. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan:
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi:
a. Salam terapeutik: Terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan apakah kebutuhan klien sudah terpenuhi atau belum.
3.Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Terapis menjelaskan aturan permainan:
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

75
b. Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis.
c. Waktu TAK adalah 90 menit.
3. Tahap Kerja:
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan.
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-masing sebuah pensil
untuk masing-masing klien.
c. Terapis meminta masing-masing klien untuk menuliskan kemampuan apa saja
yang dimilikinya saat ini yang realitas. (contoh: menjahit, menggambar, dll).
d. Terapis meminta masing-masing klien untuk menunjukkan kemampuannya
tersebut ke klien lain.
e. Terapis meminta untuk memasukkan kemampuan masing-masing klien ke
dalam jadwal kegiatannya sehari-hari.
f. Terapis membimbing masing-masing klien sampai berhasil menyelesaikannya.
g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing klien setelah berhasil
menyelesaikannya.
4. Tahap Terminasi:
a. Evaluasi:
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menuliskan kemampuan dan
mempraktekannya.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut: Terapis menganjurkan klien melaksanakan kemampuan masing-
masing klien untuk diterapkan di kesehariannya.
c. Kontrak yang akan datang:
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya.
2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.

76
F. Evaluasi dan Dokumentasi

Nama Peserta TAK


No Aspek yang di nilai
1 Menuliskan kemampuan yang dimiliki klien.
2 Mempraktekkannya di depan klien lain.
3 Memasukkan kemampuan masing-masing
klien ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.
Petunjuk:
- Dilakukan = 1
- Tidak dilakukan = 0

77
TAK STIMULUS PERSEPSI MENGONTROL WAHAM
SESI III: BICARA DALAM KONTEKS REALITA

A. Tujuan
1. Klien berbicara secara realitas.
B. Setting
1. Tempat TAK di ruangan tenang dan nyaman.
2. Klien duduk melingkar.
C. Alat
1. Spidol
2. White board
D. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Simulasi
E. Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam: terapis mengucapkan salam kepada klien.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan kabar klien hari ini.
2) Terapis menanyakan apakah klien sudah menerapkan yang
dimiliki ke dalam jadwal kegiatannya sehari-hari.
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.
2) Terapis menjelaskan aturan main:
a. Klien mengikuti dari awal sampai akhir.
b. Bila klien ingin keluar dari kelompok, harus meminta izin pada
terapis.

78
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya melakukan bicara dalam
konteks realita.
b. Terapis meminta klien untuk menyebutkan apa yang terjadi pada
klien, identitas klienm dan situasi yang di alami klien sehingga
mengalami waham.
c. Biarkan klien untuk menyelesaikan apa yang dibicarakannya.
d. Jika klien mulai membicarakan tentang wahamnya, dengarkan
sampai kebutuhan waham tidak ada.
e. Tekankan kepada klien bahwa yang dibicarakan klien tersebut
tidak benar dan berikan penjelasan situasi yang sebenarnya.
f. Terapis melakukan yang sama secara bergantian kepada klien
lain, dimulai dari klien yang duduk di sebelah kiri terapis, searah
jarum jam sampai semua mendapat giliran.
g. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai
mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut:
Klien bisa menerima bahwa yang dipikirkannya salah dan
menerapkan bahwa yang dipikirkan selama ini salah/tidak sesuai
realita.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis menyepakati kegiatan TAK.
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya.

79
5. Evaluasi dan Dokumentasi

Nama Peserta TAK


No Aspek yang di nilai
1 Menyebutkan apa yang terjadi pada klien,
identitas diri, dan situasi yang
menyebabkan klien menjadi waham.
2 Klien bisa keadaan yang sebenarnya.
Petunjuk:
- Dilakukan = 1
- Tidak dilakukan = 0

80

Anda mungkin juga menyukai