DOSEN :
Ns. Weni Siatang, S.Kep,.M.Kes
Disusun Oleh :
Keompok IV
1. Muh Farhan Rizqullah 1801019
2. Rynelda Randa R 1801023
3. Iqram Aristyo Faizul 1801054
4. Ana Faridah 1801017
5. Siti Mulyani S Konta 1801028
6. Widiah Samsir 1801001
7. Grazella Rante Tandu 1801007
8. Widiana 1801024
9. Nadika Mutya P 1801013
Dengan segala kerendahan hati kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul : Asuhan Keperawatan dengan Klien Gangguan Alam Perasaan
(Waham).
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan yang belum
terjangkau oleh penulis, maka penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada ibu selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa dan beberapa pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada kami mendapat imbalan yang
setimpal dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Gangguan alam perasaan, ditandai dengan syndrome depresi parsial/penuh,
atau kehilangan minat/kesenangan pada aktivitas yang biasa dan yang dilakukan
pada waktu lalu ditandai dengan gangguan fungsi sosial/okupasi.
Waham adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan, ide-
ide pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan tidak bisa diubah dengan
logika/bukti-bukti yang nyata.
Waham adalah keyakinan isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau
tidak cocok dengan inteligensi dan latar belakang kebudayaan walaupun hal-hal
itu mustahil.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang penerapan proses asuhan
keperawatan terhadap klien dengan gangguan alam perasaan (waham).
2. Tujuan Khusus
a. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan
gangguan alam perasaan.
b. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil
pengkajian
c. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap pasien
dengan keluhan gangguan alam perasaan dengan kebutuhan pasien.
d. Perawat mampu melakukan intervensi tindakan yang nyata sesuai dengan
perencanaan tindakan keperawatan dan prioritas masalah.
e. Perawat mampu menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan
dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai
pada efek dari masalah tersebut.
WAHAM
B. Etiologi
1. Teori Psikodinamika
Teori psikoanalitik berfokus pada hubungan anak dan orang tua, yang
tidak memuaskan sejak dini, dengan proses berduka yang tak terselesaikan.
Ini mengakibatkan individual terfiksasi pada tahap marah, dari proses
berduka, dan mengarahkannya ke diri sendiri. Ego tetap lemah sementara
superego menjadi luas dan menjadi sifat menghukum.
Teori kognitif menunjukkan keyakinan bahwa depresi terjadi sebagai
akibat dari gangguan kognitif, menimbulkan evaluasi negatif tentang diri
selama proses pikir terganggu. Individu menjadi pesimis dan memandang diri
terhadap berharga dan tidak adekuat, serta hidup dalam keputusasaan.
2. Teori Biologi
Karena adanya beberapa kekuatan/pengaruh dari beberapa penyakit
keluarga yang mempunyai gejala yang sama.
3. Teori Dinamika Keluarga
Karena orang tua yang terlalu pemarah, menuntut dan kaku, tidak
percaya pada diri sendiri, mudah tersinggung.
Rentang respon neurologist :
C. Psikopatologi Waham
Seseorang yang merasa terancam dengan orang lain, atau dirinya sendiri
mempunyai pengalaman kecemasan dan timbul perasaan bahwa sesuatu yang
tidak menyenangkan akan terjadi dan menyangkal ancaman tersebut, terhadap
persepsi diri atau objek realita melalui manifestasi, kesan terhadap suatu kejadian
atau suatu keadaan dilanjutkan dengan memproyeksi pikiran dan perasaannya ke
lingkungan, sehingga pikiran, perasaan keinginannya yang negatif dan tidak dapat
diterima akan datang dari luar dirinya, akibatnya orang tersebut berusaha untuk
memberi alasan atau rasional tentang interprestasi perangai (dirinya sendiri/
terhadap realitas dirinya sendiri dan orang lain).
D. Manifestasi Klinis
1. Yakin bahwa pikirannya bertanggung jawab terhadap kejadian/bencana.
2. Berpikir bahwa dirinya mendapat kekuatan super dari yang maha kuasa.
3. Curiga, pemarah, takut, ditunjukkan pada lingkungan atau orang lain.
4. Perhatian menurun, sulit berkonsentrasi pada aktivitas sederhana/kejadian
5. Pola bicara tidak logis/inkoheren
6. Pola tidur tidak teratur
7. Ambivalen
E. Macam-Macam Waham
1. Waham agama : yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.
2. Waham kebesaran : yaitu keyakinan klien yang berlebihan terhadap dirinya
atau kekuatannya.
3. Waham somatik : klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu, terserang
penyakit atau di dalam tubuhnya terdapat binatang.
4. Waham curiga : klien yakin bahwa ada orang/sekelompok orang yang sedang
mengancam dirinya.
5. Waham nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia ini/
sudah meninggal dunia.
6. Waham sisip pikir : yaitu klien yakin bahwa orang lain mengetahui isi
pikirannya, padahal ia tidak pernah menyatakan pikirannya pada orang
tersebut.
7. Waham kontrol pikir : yaitu klien yakin bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan luar.
G. Diagnosa Keperawatan
Pohon Masalah
Kerusakan Akibat
komunikasi verbal
Perubahan proses Masalah Utama
pikir waham
H. Perencanaan
1. Diagnosa : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan
proses pikir waham.
Tujuan umum : Klien dapat melakukan komunikasi verbal
Tujuan khusus : 1.Klien dapat membina hubungan saling percaya
2.Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi
3.Klien dapat membina hubungan realitas
4.Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Perencanaan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Jangan menambah dan mendukung waham klien
c. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
d. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri.
e. Beri tujuan pada penampilan dan kemampuan klien yang realitas.
f. Observasi kebutuhan sehari-hari.
g. Bicara dengan klien dalam kontak realitas
h. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok
i. Diskusikan dengan keluarga tentang gejala waham, cara merawatnya.
2. Diagnosa 2 : Perubahan proses pikir berhubungan dengan harga diri rendah
kronis
Tujuan umum : Proses pikir baik sesuai dengan realita.
Tujuan khusus : 1.Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
4.Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai kondisi
5.Klien dapat menggunakan sistem pendukung yang ada.
Perencanaan :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Diskusikan kemampuan dan aspek yang dimiliki.
c. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
d. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
e. Beri kesempatan pada klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan
f. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
BAB III
TINJAUAN KASUS
V. Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36,5oC
N : 84 kali/menit
RR : 22 kali/menit
b. Ukur : TB : 168 cm, BB : 65 kg
Tidak ada keluhan fisik
Keterangan :
: Laki-laki / perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal satu rumah
: Bercerai
Sejak perceraian Tn. A tinggal dengan ayah dan dua orang saudaranya.
2. Konsep Diri
a. Citra diri
Klien merasa dirinya tampan tanpa ada kecacatan atau kekurangan pada
dirinya.
b. Identitas
Saya adalah seorang pekerja di PT. karet, sekarang saya tidak bekerja
lagi.
c. Peran
Sekarang saya tidak bisa bekerja dan beraktivitas seperti orang yang
lainnya.
d. Ideal diri
Jika saya sembuh nanti saya ingin melanjutkan kuliah.
e. Harga diri
Saya merasa tidak dihargai oleh keluarga karena tidak dibelikan mobil.
Masalah keperawatan :
Waham kebesaran
3. Hubungan Sosial
Orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah istrinya, sebelum
mengalami gangguan kejiwaan, klien sering aktif dalam organisasi
masyarakat.
4. Spiritual
Klien merasa dirinya selalu dilindungi oleh Tuhan, klien selalu mengikuti/
melaksanakan sholat 5 waktu.
VII. Status Mental
a. Penampilan
Cara berpakaian klien kurang rapi, tapi selalu bersih karena diganti tiap
hari.
b. Pembicaraan
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, hanya saja Tn. A tidak mau
memulai pembicaraan bila tidak dimulai duluan, tidak mau memulai
pembicaraan bila tidak dimulai duluan, dan kadang-kadang membisu, klien
sering tidak nyambung dengan pertanyaan perawat.
Masalah keperawatan :
Kerusakan komunikasi verbal.
c. Aktivitas motorik
Tampak gemetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentang kaki.
d. Alam perasaan
Gembira yang berlebihan, karena merasa mobil baru akan menjemputnya
pulang.
Masalah keperawatan :
Waham kebesaran.
e. Interaksi selama wawancara
Selalu mempertahankan pendapatnya
Masalah keperawatan :
Gangguan komunikasi verbal.
f. Persepsi
Selalu timbul ide-ide baru dari dirinya sendiri dan bercerita dari satu topik
ke topik lain yang masih ada hubungan.
MK : perubahan persepsi sensori.
g. Isi pikir
Selalu meninggi setiap semua cerita.
Masalah keperawatan :
Waham kebesaran.
h. Tingkat kesadaran
Tn. A kelihatan bingung.
i. Memori
Klien tidak ingat siapa nama isteri klien.
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berhitung sederhana dengan baik.
VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Frekuensi : 2 x sehari
Jumlah : 1 porsi dihabiskan.
b. BAB/BAK
BAB : 1x / hari
BAK : 3-4 x / hari
c. Mandi
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
d. Istirahat dan tidur
Klien tidak memiliki masalah gangguan tidur.
e. Mekanisme koping
Benial, proyeksi dan disosiasi.
ANALISA DATA
Masalah
No Data
Keperawatan
1 Data Subjektif : Waham kebesaran
Klien mengatakan adanya orang yang ingin merebut
posisinya.
Data Objektif :
Cerita selalu meninggi bicara spontan dan lambat.
2 Data Subjektif : Harga diri rendah
Saya ingin memiliki mobil
Saya merasa tidak dihargai oleh keluarga dan
teman-teman
Data Objektif :
Tidak percaya diri
Sering melamun
Dan duduk sendiri
POHON MASALAH
Nama : Tn. A
Ruang : Murai
Diagnosa Perencanaan
No Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
30 Kerusakan TUM :
Agustus komunikasi Klien dapat melakukan
2009 verbal komunikasi verbal
berhubungan TUK :
dengan waham 1.Klien dapat membina 1.1. Klien dapat 1.1.1. Bina hubungan saling percaya 1.1.1.Hubungan saling percaya
hubungan saling mengungkapkan Salam terapeutik sebagai dasar interaksi yang
percaya. perasaannya dan Perkenalkan diri terapeutik
keadaan saat ini Jelaskan tujuan interaksi
secara verbal. Ciptakan lingkungan yang tenang
Buat kontrak yang jelas
Tepati waktu
1.1.2. Jangan membantah dan dukung waham 1.1.2.Meningkatkan orientasi realita
klien klien dan rasa percaya klien
Katakan perawat menerima dan yakin
Katakan perawat tidak mendukung
1.1.3. Observasi apakah waham klien 1.1.3.Waham harus dikenal terlebih
mengganggu aktivitas sehari-hari dahulu oleh perawat agar
intervensi efektif.
2.Klien dapat Klien dapat 2.1.1. Beri pujian pada penampilan dan 2.1.1.Memberikan hal yang positif
mengidentifikasi menunjukkan kemampuan klien yang realitas. atau pengakuan akan
kemampuan yang kemampuan yang meningkatkan harga diri klien.
dimiliki dimilikinya. 2.1.2. Diskusikan dengan klien kemampuan 2.1.2.Meningkatkan/mengingatkan
Klien dapat yang dimiliki pada waktu lalu dan saat kembali pengetahuan dan
menyebutkan ini yang realistis. kemauan klien
kelemahan yang 2.1.3. Jika klien selalu bicara tentang 2.1.3.Untuk mengetahui sampai
ada pada dirinya. wahamnya, dengarkan sampai dimana kebutuhan waham
kebutuhan waham tidak ada. klien
3.Klien dapat 3.1. Klien dapat 3.1.1.Observasi kebutuhan klien sehari-hari. 3.1.1.Untuk mengetahui apa
mengidentifikasi menjelaskan semua kebutuhan klien.
kebutuhan yang tidak kebutuhan yang 3.1.2.Diskusikan kebutuhan yang tidak 3.1.2.Untuk mengidentifikasi apa
terpenuhi tidak terpenuhi. terpenuhi baik selama di rumah maupun yang menjadi kebutuhan klien
di rumah sakit. dan pemecahan masalahnya.
3.1.3.Atur situasi agar klien tidak mempunyai 3.1.3.Agar waham klien tidak
waktu untuk menggunakan wahamnya. meningkat.
4.Klien dapat 4.1. Klien dapat 4.1.1. Berbicara dengan klien dalam 4.1.1.Untuk menghindari waham
berhubungan dengan bercerita/sesuai konteks realitas.
realitas dengan realitas. 4.1.2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas 4.1.2.Agar klien dapat berorientasi
kelompok dengan realitas.
4.1.3. Berikan pujian terhadap tindakan 4.1.3.Meningkatkan harga diri klien
positif yang dilakukan oleh klien. sehingga berani bergaul
dengan lingkungannya.
5.Klien dapat 5.1. Setelah 2 kali 5.1.1.Diskusikan dengan keluarga tentang : 5.1.1.Untuk mencegah terjadinya
dukungan dari pertemuan klien Gejala waham kembali waham.
keluarga dapat membina Cara merawatnya
hubungan dan Lingkungan keluarga, follow up
dukungan dari
keluarga
Klien dapat minum Diskusikan dengan keluarga/klien tentang 6.1.1.Untuk mencegah terjadinya
6.Klien dapat obat tepat waktu, dan obat, dosis, frekuensi, efek dan efek kesalahan dalam pemberian
menggunakan obat dosis. samping. obat.
dengan benar Diskusikan perasaan klien setelah minum obat 6.1.2.Untuk mengetahui bagaimana
reaksi obat terhadap tubuh
klien.
2 30 Perubahan TUM :
Agustus proses pikir Klien mampu
2009 waham berhubungan dengan
kebesaran orang lain tanpa merasa
berhubungan rendah diri
dengan harga
diri rendah TUK :
kronis 1. Klien dapat 1.1. Klien dapat 1.1.1. Diskusikan dengan klien kelebihan yang 1.1.1. Mengidentifikasi hal-hal
memperluas menyebutkan ada pada dirinya. positif yang dimiliki klien
kesadaran diri kemampuannya 1.1.2.Beritahu klien bahwa manusia tidak ada 1.1.2. Menghadirkan realitas
2. Klien dapat yang ada setelah 1x yang sempurna, semua memiliki yang ada pada diri klien
menyelidiki dirinya pertemuan. kelebihan dan kekurangan.
3. Klien dapat 1.2. Klien dapat 1.1.3.Anjurkan klien untuk lebih 1.1.3. Memberi kesempatan
mengevaluasi menyukai meningkatkan kelebihan yang ada pada berhasil lebih tinggi.
dirinya. kelemahan pada dirinya.
4. Klien dapat membuat dirinya dan menjadi
rencana yang realistis halaman untuk
5. Klien mendapat mencapai
dukungan dari keberhasilannya.
keluarga untuk
meningkatkan harga 2.1.Klien dapat 2.1.1.Diskusikan dengan klien ideal dirinya, 2.1.1. Untuk mengetahui sampai
dirinya. menyebutkan cita- apa harapan selama di rumah sakit, dimana realitis dari harapan
cita dan harapan rencana klien setelah pulang dan apa klien
yang sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapai.
kemampuan setelah 2.1.2.Bantu klien mengembangkan antara 2.1.2. Membantu klien
1 x pertemuan. kemampuan yang dimilikinya. membentuk harapan yang
2.1.3.Beri reinforcement positif terhadap realistis
keberhasilan yang telah dicapai. 2.1.3. Memberi penghargaan
terhadap perilaku positif.
3.1. Klien dapat 3.1.1.Bantu klien mengidentifikasikan atau
menyebutkan keinginan yang berhasil dicapainya. 3.1.1. Mengingatkan klien bahwa
keberhasilan yang 3.1.2.Kaji bagaimana perasaan klien dengan ia tidak selalu gagal.
pernah dialaminya. keberhasilannya tersebut. 3.1.2. Memberi kesempatan
3.2. Klien dapat 3.2.1. Bicarakan kegagalan yang pernah untuk menilai dirinya sendiri.
menyebut dialami klien dan sebab-sebab terjadinya 3.2.1. Mengetahui sejauh mana
kegagalan yang kegagalan. kegagalan tersebut
pernah dialaminya. 3.2.2. Kaji bagaimana respon klien terhadap mempengaruhi klien.
kegagalan tersebut dan cara mengatasi. 3.2.2. Mengetahui koping yang
selama ini yang digunakan
oleh klien
4.1. Klien dapat 4.1.1. Bantu klien untuk merumuskan tujuan
menyebutkan yang ingin dicapai. 4.1.1. Klien tetap realistis
tujuan yang ingin 4.1.2. Diskusikan dengan klien tujuan yang terhadap kemampuan yang
dicapai setelah 1 ingin dicapai. dimilikinya.
kali pertemuan. 4.1.3. Bantu klien memilih prioritas tujuan 4.1.2. Mempertahankan klien
yang akan dicapai. untuk tetap realistis
4.1.3. Agar prioritas yang dipilih
Keluarga dapat 5.1.1. Anjurkan pada keluarga untuk memberi sesuai kemampuan
berespon dan kesempatan berhasil pada klien.
memperlakukan 5.1.2. Anjurkan keluarga untuk menerima 5.1.1. Memberikan kesempatan
klien secara tepat. klien apa adanya. pada klien untuk sukses.
5.1.3. Anjurkan keluarga untuk melibatkan 5.1.2. Membantu meningkatkan
klien setiap pertemuan dalam keluarga. harga diri
5.1.3. Meningkatkan interaksi
klien dengan keluarga klien
No.
Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
30 TUK I 1. Salam terapeutik Selamat siang pak (tersenyum) S : Nama saya M, saya suka dipanggil H
Agustus 2009 Memperkenalkan diri O : Suara pelan
13.00-13.30 Berjabat tangan Bicara spontan
Duduk bersebelahan Ekspresi tenang
Membuat kontrak A : Adanya hubungan saling percaya
Menunjukkan sikap empati P : Pertemuan berikutnya klien dapat mengidentifikasi
Nama saya, mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti kemampuan yang dimiliki.
Bengkulu, praktek di sini selama satu minggu.
TUK 3 Selamat siang Bapak ! apa bapak sudah Sholat Zukur S : Klien mengatakan saya ingin dan harus memiliki sebuah
Mengingat kontrak apakah Bapak masih ingat kita akan mobil.
membicarakan apa ? O : Emosi sedikit meningkat
Sekarang tolong Bapak jelaskan apa kebutuhan sehari-hari Suara pelan
Bapak dan apa kebutuhan Bapak yang tidak terpenuhi ? Kontak mata
Menyimpulkan cerita klien, bahwa ia sekarang lagi A : Telah dapat diidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan
membutuhkan sebuah mobil. klien
Menjelaskan kepada klien bahwa kita tidak terlalu P : Pertemuan berikutnya klien dapat berhubungan dengan
mengharapkan sesuatu yang diluar kemampuan. realitas.
Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas-aktivitas
bermanfaat dan tidak ada waktu untuk wahamnya.
Bapak besok kita bertemu lagi untuk bercerita lagi.
TUK 4 Selamat pagi ! Bapak kelihatannya sudah rapi sekali. S : Klien bercerita saya dulunya hampir tertangkap di
Malaysia karena membawa intan emas dan berlian untuk
Bapak masih ingat kontrak kemarin ? presiden
Mengajak klien bercerita tentang keadaan yang realitas O : Semangat
pada hari ini. Kontak mata
Menganjurkan klien untuk bermain dan bergabung Banyak berbicara tentang kelebihan yang dimiliki.
bersama teman-teman klien yang lainnya. A : Klien belum dapat berhubungan dengan realitas dan perlu
Memberi pujian terhadap tindakan yang dilakukan pasien. ditingkatkan lagi
P : Pertemuan berikutnya besok luas, masih pada intervensi
yang sama perlu ditingkatkan
PENUTUP
A. Kesimpulan
penuh, atau kehilangan minat/kesenangan pada aktivitas yang biasa dan yang
ide-ide pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan tidak bisa diubah dengan
B. Saran
dalam proses penyembuhan dan mampu merawat pasien di rumah agar tidak
kambuh lagi hari ini. Dikarenakan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam
memotivasi pasien untuk cepat sembuh dan meningkatkan harga diri pasien serta
kepercayaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart dan Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Budi Ana Keliat, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.