Anda di halaman 1dari 16

Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa


Dosen: Kens Napolion, SKp,.M.Kep,.Sp.Kep.J

Widiah Samsir 1801001 Asriani 1801002


Mulyati 1801003 Nurjanah 1801004
Satriani 1801006 Grazella R.T 1801007
Nuranjani 1801008 Maria Hanifah 1801009
YunaFaujiah 1801010 Nada Patanduk 1801011
NadikaMutya P 1801013 Risda Amelia 1801014
Selvianti Anggela 1801016 Ana Faridah 1801017
Jody Supriadi 1801018 Muh.Farhan R 1801019
Ismeralda L 1801020 Martina Y.W 1801021
Muliani Indah S 1801022

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
S1 KEPERAWATAN
2020

1
BAB I
PENNDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Jhonson (1997), kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi
sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan
interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep
diri yang positif dan kestabilan emosional. Kesehatan jiwa juga dapat
diartikan sebagai keadaan sejahtera yang dikaitkan dengan kebahagiaan,
kegembiraan, asan, pencapaian, optimisme, dan harapan. Sedangkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan itu sendiri
sebagai sehat fisik, mental dan sosial bukan sematamata keadaan tanpa
penyakit atau kelemahan. Jadi Seseorang dapat dianggap sehat jiwa jika
mereka mampu bersikap positif terhadap diri sendiri, memiliki kestabilan
emosi, memiliki konsep diri yang positif dan memiliki rasa bahagia dan
puas (Dalam Videbeck, 2008).
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan
multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat
bervariasi. Penyebab gangguan jiwa yang banyak diderita terjadi karena
frustasi, napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah
keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi. Namun jika dilihat dari
persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi. Di Indonesia sendiri
berdasarkan (Rikesda tahun 2007) bahwa prevelansi gangguan jiwa berat
sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000
penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Angka gangguan jiwa
di Indonesia telah mencapai 10% dari populasi penduduknya.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-
beda terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan
jiwa itu terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk
model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda
dengan pandangan model social, model perilaku, model eksistensial,
model medical, berbeda pula dengan model stress – adaptasi. Masing-

2
masing model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa.
Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang
dimaksud dengan terapi modalitas yang bertujuan mengubah perilaku
klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang
adaptif.
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa.
Terapi ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku
yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo, 2014). Terapi
Modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat
mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhan. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh perawat
pada pasien dengan masalah kejiwaan yaitu, terapi aktivitas kelompok dan
terapi keluarga.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok sebagai
target asuhan. Terapi Aktivitas Kelompok dilakukan untuk meningkatkan
kematangan emosional dan psikologis pada pasien yang mengidap
gangguan jiwa pada waktu yang lama. Didalam kelompok terjadi dinamika
dimana setiap anggota kelompok saling bertukar informasi dan berdiskusi
tentang pengalaman serta membuat kesepakatan untuk mengatasi masalah
anggota kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok memberikan hasil yang
lebih besar terhadap perubahan perilaku pasien, meningkatkan perilaku
adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif. Bahkan Terapi Aktivitas
Kelompok memberikan modalitas terapeutik yang lebih besar dari pada
hubungan terapeutik antara dua orang yaitu perawat dan klien (Direja,
2011).
Sedangkan terapi keluarga merupakan suatu psikoterapi modalitas
dengan fokus pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam
pelaksanaannya terapis membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan
memperbaiki keadaan yang maladaptif, kontrol diri pada anggota yang
kurang serta pola hubunganyang tidak konstruktif. Terapi keluarga lebih

3
menggunakan pendekatan terupeutik untuk melihat masalah individu
dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan proses interpersonal
(Prabowo, 2014).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari terapi modalitas?
2. Bagaimana tujuana dari terapi modalitas?
3. Apa saja Peran perawat dalam terapi modalitas?
4. Apa saja jenis-jenis terapi modalitas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari terapi modalitas
2. Untuk mengetahui tujuan dari terapi modalitas
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi modalitas
4. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian terapi modalitas


Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa.
Terapi ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku
yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo,2014).
Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-
farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan
sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengann lingkungan
masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada
ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits, 2011).
B. Tujuan terapi modalitas
Tujun dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan jiwa
adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).
C. Peran perawat dalam terapi modalitas
Secara umum penan perawat dalam pelaksanaan terapi modalitas
bertindak sebagai leader,fasilitator,evaluator,dan motivator ( Nasir dan
Muhits, 2011). Tindakan tersebut meliputi:
1. Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga,
misalnya perawat menjelaskan mengapa komunikasi itu penting ,apa
visi seluruh keluarga,kesamaan harapan apa yang dimiliki semua
anggota keluarga

5
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung
klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuuk berubah. Perawat
menyakinkan bahwa anggota keluarga klien mampu memecahkan
masalah yang dihadapi anggota keluarganya.
3. Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan.
Perawat menunjukkan institusi kesehatan mana yang harusbekerja
sama dengan keluarga dan siapa yang bisa diajak konsultasi
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui
penyuluhan, perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya. Bila ada
anggota keluarga yang kurang memahami perilaku sehat didiskusikan
atau bila ada keluarga yang membutuhkan perawatan.
D. Jenis-jenis terapi modalitas
1. Terapi Aktivitas Kelompok
a. Pengertian
terapi kelompok adalah terapi psikologis yang dialakukan
secra kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan
gangguan interpersonal (Yosep,2008).
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi
yang kegiatannya diikuti oleh beberapa pasien yang mempunyai
masalah yang sama atau sejenis dan dipandu oleh satu atau lebih
terapis pada saat yang sama dengan cara berdiskusi satu sama lain.
(Susana,2011)
menurut Depkes RI terapi aktivitas kelompok merupakan
salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap
sejumlah pasien pada waktu yang sama untukm memantau dan
meningkatkan hubungan antar anggota (Prabowo,2014).
b. Kerangka teoritis Terapi Aktivitas Kelompok
1) Model lokal konflik
Model Terapi Aktivitas Kelompok ini pimpinan kelompok
harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada
anggota untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan
perasaaan untuk penyelesaian masalah atau konflik.

6
2) Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori
komunikasi dan komunikasi teraupetik. Dengan model ini
leader memfasilitasi komunikasi efektif yang bertujuan untuk
membantu meningkatkan keterampilan intepersonal dan sosial
anggota kelompok.
3) Model interpersonal
Pada model ini terapis bekerja sama dengan individu dan
kelompok. Anggota kelompok dapat belajar dari interaksi antar
anggota dan terapis. Melalui kesalahan persepsi dapat dikoreksi
dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.
4) Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk
berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau
peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Anggota memainkan
peran sesuai dengan yang pernah dialami. (Direja,2011)
c. Jenis/macam Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok terdiri dari empat jenis
purwaningsih (2010).
1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
Merupakan terapi yang bertujuan untuk membantu pasien
menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir
dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
2) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
Merupakan terapi aktivitas yang digunakan untuk
menstimulasi pada sensasi pasien, kemudian diobservasi reaksi
sensori pasien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui
gerakan tubuh, ekspresi muka dan ucapan. Terapi aktivitas ini
untuk menstimulasi sensori pasien yang mengalami
kemunduran fungsi sensoris.
3) Terapi aktivitas kelompok orientasi realita

7
Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk
mengorientasikan pasien terhadap situasi nyata. Biasanya
dilakukan pada kelompok yang mengalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Pasien diorientasikan pada
kenyataan yang ada disekitar pasien yaitu diri sendiri, orang
lain yang dekat dengan pasien, lingkungan yang pernah
mempunyai hubungan dengan pasien dan waktu saat ini
maupun yang lalu.
4) Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Merupakan terapi yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pasien dalam melakukan interaksi sosial maupun
berperan dalam lingkungan sosial. Pasien dibantu untuk
melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
pasien.
d. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
Tujuan terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih
(2010).
1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
 Meningkatkan kemampuan orientasi realita
 Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
 Meningkatkan kemampuan intelektual
 Mengungkapkan perasaannya
 Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang
lain
2) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
 Meningkatkan kemampuan sensori
 Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
 Meningkatkan kesegaran jasmani
 Mengekspresikan perasaan
3) Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
 Pasien mampua mengidentifikasi stimulus internal dan
eksternal

8
 Pasien dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan
 Pembicaraan pasien sesuai realita
4) Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
 Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal
 Pasien dapat memberi tanggapan terhadap orang lain
 Pasien dapat mengungkapkan idenya dan saling bertukar
persepsi dengan orang lain
 Pasien menerima stimulus eksternal yang berasal dari
lingkungan
e. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Purwaningsih (2010) Terapi Aktivitas Kelompok
mempunyai beberapa manfaat:
1) Umum
 meningkatkankemampuan uji realitas (reality testing)
melalui komunikasi dan umpan baik dengan atau dari orang
lain
 melakukan sosialisasi
 membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif
dan afektif
2) Khusus
 Meningkatkan identitas diri
 Menyalurkan emosi secara konstruktif
 Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau
sosial
3) Rehabilitasi
 Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
 Meningkatkan kemampuan sosial
 Meningkatkan kemampuan empati
 Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan
masalah

9
f. Tahapan dalamTerapi Aktivitas Kelompok
Fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok menurut
purwaningsih (2010) adalah sebagai berikut:
1) Pre kelompok
Pada fase ini dimulai dengan membuat tujuan,
merencanakan siapa yang menjadi leader, anggota, tempat dan
waktu kegiatan kelompok dilaksanakan serta proposal lengkap
dengan media apa saja yang digunakan beserta dana yang
dibutuhkan.
2) Fase awal
Pada fase awal ini ada tiga tahapan yang tejadi yaitu:
 Orientasi yaitu anggota mulai mengembangkan sistem
sosial masing-masing, leader mulai menunjukkan rencana
terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
 Konflik merupakan masa sulit dalam proses kelompok,
anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam
kelompok, bagaimana peran anggota, tugas anggotanya dan
saling ketergantungan yang akan tejadi.
 Kebersamaan yaitu anggota mulai bekerja sama untuk
mengatasi masalah dan anggota mulai menemukan siapa
dirinya.
3) Fase kerja
Pada fase ini kelompok sudah menjadi sebuah tim, pada
fase ini akan terjadi:
 Fase yang menyenangkan bagi leader dan anggotannya
 Perasaan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan
hubungan saling percaya yang telah terbina
 Semua anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati
 Tanggung jawab setiap anggota sama, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistis

10
 Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan
tujuan dan tugas kelompok dalam menyelesaikan tugasnya.
 Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif
4) Fase terminasi
Ada 2 jenis teminasi, yaitu terminasi akhir dan terminasi
sementara. Anggota kelompok mungkin akan mengalami
terminasi premature, sukses atau tidak sukses. Terminasi dapat
menyebabkan kecemasa,regresi atau kecewa. Untuk hal itu
terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menujukkan sikap
betapa bermaknnya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota
untuk memberi umpan balik pada tiap anggota. Akhir terapi
aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre atau post
test.
g. Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
Peran perawat dalam memberikan terapi aktivitas kelompok
menurut purwaningsih (2010) sebagai berikut:
1) Tugas sebagai leader dan co leader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola
komunikasi dalam kelompok,membantu kelomopok untuk
menyadari dinamisnyakelomok, menjadi motivator, membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta
memimpin dan mengarahkan jalannya terapi aktivitas
kelompok.
2) Tugas sebagai fasilitator
Perawat sebagai fasilitator adalah perawat harus ikut serta
dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan
tujuan memberikan stimulus pada anggota kelompok lain agar
dapat mengikuti jalannya kegiatan terapi aktivitas kelompok.
3) Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer adalah mengamati serta mencatat
respon pasien, mengamati jalannya proses terapi aktivitas
kelompok dan menangani anggota kelompok yang drop out.

11
2. Terapi keluarga
a. Pengertian
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat
masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga
dan menitik beratkan pada proses interpersonal.Tetapi keluarga
merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi
secara terbuka dan interaksi keluarga secara sehat (Nasir dan
Muhits, 2011).
Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk psikoterapi
kelompok yang berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia adalah
mahluk sosial dan bukan suatu mahluk yang terisolir.
b. Kerangka teoritis Terapi keluarga
1) Model struktural (Minuchin)
Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya adalh
keluarga adalah suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai
sarana dalam memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga
berkurang apabila kebutuhan individu dan anggota lainnya
dijumpai maladaptive dan tidak bisa saling menyesuaikan.
Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi dari maladaptif
menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan keluarga.
Usaha terapi meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur
dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh anggota
keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling
memahami karakter.
2) Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah
suatu sistem yang terdiri  dari berbagai subsistem, seperti
pernikahan, orang tua-anak & saudara kandung (sibling)
dimana setiap subsistem tersebut dibagi kedalam subsistem
individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu
subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian

12
lainnya bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut
yaitu masyarakat.
c. Tujuan :
1) Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-
masing anggota keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
4) Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
5) Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun
dari luar anggota keluarga
6) Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat
perkembangan anggota keluarga
d. Manfaat terapi keluarga :
1) Klien
 Mempercepat proses penyembuhan
 Memperbaiki hubungan interpersonal.
 Menurunkan angka kekambuhan
2) Keluarga
 Memperbaiki fungsi & struktur keluarga
 Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien
sehingga lebih dapat . menerima, toleran & menghargai
klien sebagai manusia
 Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam
membantu klien dalam proses rehabilitasi
e. Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga
Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah
melakukan asuhan keperawatan yang relevan dimana untuk
perawat yang tidak memiliki sertifikasi dalam melaksanakan terapi
adalah memberikan psiko edukasi pada keluarga sedangkan bagi
yang memiliki sertifikasi adalah memberikan terapi sesuai dengan
kondisi pasien. Sementara itu, menurut Newman intervensi yang
dilakuakn perawat mencakup intervensi primer dan tersier yaitu :

13
1) Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh
anggota keluarga.
2) Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang
mendukung klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk
berubah
3) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan
kesehatan
4) Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll
f. Peran Keluarga Dalam Terapi keluarga
1) Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat
melihat bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya.
2) Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka.
3) Membantu anggota bagaimana memandang orang lain.
4) Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah
dipahami klien.
5) Membangun self esteem.
6) Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk
interaksi.
7) Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang
sistematis.
8) Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi aktivatas kelompok dan terapi keluarga merupaka terapi
modalitas yang melihat masalah dalam konteks lingkungan dan keluarga.
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang
kegiatannya diikuti oleh beberapa pasien yang mempunyai masalah yang
sama atau sejenis dan dipandu oleh satu atau lebih terapis pada saat yang
sama dengan cara berdiskusi satu sama lain sedangkan Terapi keluarga
adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu dalam
konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitikberatkan pada proses
interpersonal.
B. Saran
Bagi petugas kesehatan, dalam pemberian asuhan keperawatan
untuk pasien dengan gangguan kejiwaan salah satu cara paling efektif
yaitu diberikan terapi keluarga maupun terapi aktivitas kelompok karena
terapi tersebut. Namun sebelum dilakukan terapi tersebut perawat perlu
mempelajari konsep dan teori terapi tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika

Nasir, Abdul Dan Abdul Muhith. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa:


Pengantar Dan Teori. Jakarta: Salemba Medika

Prabowo, Eko.(2014). Konsep Dan Apliikasi : Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika

Purawaningsih, W & Karlina, I. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa ,


Yogyakarta: Nuha Medika

Susana, S.A, & Hendarsih, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan


Jiwa, Jakarta: EGC

Videbeck.S.L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep.Iyus. (2008) . Keperawatan Jiwa. Bandung : Pt Rafika Aditama

16

Anda mungkin juga menyukai