1
KATA PEGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehinggah saya dapat menyelesaikan makalah terapi modelisasi dan terapi
aktivitas kelompok keperawatan jiwa dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan
hambatan yang saya hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat dan bantuan dari
teman-teman saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis
juga tidak lupa mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang memberi semua
bantuan, dorangan dan doa.
Tidak lupa pula saya mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini
dikarenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I pendahualuan
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Rumusan masalah
Bab II pembahasan
1. Terapi modalitas
A. Pengertian terapi modalitas
a. Terapi individu
b. Terapi lingkungan
c. Terapi biologis
d. Terapi kognitif
e. Terapi keluarga
B. Saran
C. Daftar pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu
penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini
dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.
Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan
mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus,
kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana
mekanisme koping yang dipilih oleh seorang individu. Dari sini kemudian baru menentukan
apakah perilaku individu tersebut adaptif atau maladaptive.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa
yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku terjadi. Perbedaan
pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan
model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model social, model perilaku, model
eksistensial, model medical, berbeda pula dengan model stress – adaptasi. Masing-masing
model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa termasuk terapi modalitas.
Terapi modalitas sendiri mempunyai teknik dan jenis sendiri dalam menangani pasien jiwa
yang dari kami mahasiswa belum mengetahui dengan baik, oleh karena itu kami membuat
makalah ini dengan tujuan mengetahui lebih dalam tentang apa itu terapi modalitas dan
dapat membagikan ilmu tentang terapi modalitas kepada teman-teman juga.
Berbagai model pendekatan penanganan klien gangguan jiwa terdapat model terapi
kelompok, dimana model terapi kelompok dibagi lagi menjadi salah satunya yaitu Terapi
Aktivitas Kelompok. Suatu pendekatan terapi yang dilakukan sekelompok pasien secara
bersama–sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang therapys atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih yang bertujuan untuk
memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal, mengubah perilaku klien
menjadi adaptif.
Terapi Aktivitas Kelompok dibagi menjadi empat yaitu: Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Kognitif Persepsi, Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori, Terapi Aktivitas
4
Kelompok Orientasi Realitas, dan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Masing-masing
dari jenis terapi aktivitas kelompok dikhususkan untuk beberapa jenis gangguan saja, missal
pada Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif Persepsi ditujukan kepada pasien
dengan kondisi perubahan sensori persepsi dan klien menarik diri da perubahan sensori
persepsi yang telah mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok, pasien dengn gangguan perilaku
kekerasan yang telah kooperatif, pasien halusinasi dan pasien gangguan konsep diri (harga
diri rendah), Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi ditujukan kepada pasien dengan kondisi
menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi inter personal dan kerusakan komunikasi
verbal yang telah berespon sesuai dengan stimulus, Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Sensori ditujukan kepada pasien dengan kondisi gangguan isolasi sosial, menarik diri, harga
diri rendah yang disertai dengan kurang komunikasi verbal.
Penelitian yang sudah dilakukan oleh Handayani (2009), bahwa Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori (Audio Visual) berpengaruh positif terhadap kemampuan
bersosialisasi pada pasien harga diri rendah di RSJ. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Dan
penelitian Yusuf (2009) menyimpulkan bahwa Terapi Aktivitas Kelompok dapat
meningkatkan hubungan sosial pada penderita psikososial di RSJ. Radjiman Wediodiningrat
Lawang. Oleh karena itu, pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok harus dilakukan
sebaikbaiknya sesuai standar nasional pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok. Namun
pada kenyataannya terkadang dalam pelaksanaannya masih saja belum sesuai dengan
intruksi kerja yang seharusnya. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
perawat yang bersangkutan, seperti misal jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan atau
pengetahuan, tingkat keterampilan, beban kerja, motivasi, dan kondisi ekonomi perawat.
Disamping pengetahuan perawat, dorongan atau keinginan dalam diri (motivasi) akan
turut menentukan penerapan suatu jenis terapi. Motivasi merupakan kondisi mental yang
5
mendorong dilakukannya suatu tindakan (action or activities) dan memberikan kekuatan
(energi) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan atau mengurangi
ketidakseimbangan. Penerapan suatu jenis terapi aktivitas kelompok terjadi karena ada
kemauan dalam diri perawat untuk melakukan terapi tersebut. Tanpa adanya dorongan
dalam diri perawat untuk melakukan suatu jenis terapi, maka terapi jarang dilakukan atau
bahkan dilimpahkan kepada para perawat yang sekedar magang atau praktik profesi di
ruangan tersebut. Yang kita tau bahwa banyak sekali manfaat dari Terapi Aktivitas
Kelompok tersebut, seperti yang dikutip pada penelitian-penelitian terdahulu bahwa Terapi
Aktivitas Kelompok mempengaruhi secara significant dari progrees kesembuhan Para
pasien gangguan jiwa. Pelaksanaan dari Terapi Aktivitas Kelompok seharusnya benar-benar
dilakukan oleh perawat yang berkompeten dan memiliki kualifikasi tertentu dalam Terapi
Aktivitas Kelompok.
B. Tujuan
Unutuk mengetahui tentang apa itu terapi modalitas dan terapi aktivitas kelompok.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
6. Adakah pengaruh tingkat pengetahuan perawat dan motivasi kerja perawat terhadap
pelaksanaan Terapi Aktivitas?
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif ( Prabowo, 2014).
7
3. Tujuan Terapi Modalitas
Tujuan dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan jiwa adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).
8
B. Jenis Terapi Modalitas
Menurut Susana & Hendarsih, 2011 jenis terapi modalitas dibagi menjadi 8 yaitu:
a. Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan
hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan
yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku
klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi,
dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini
terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu
menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu
meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:
a) Tahapan orientasi
b) Tahapan kerja
c) Tahapan terminasi
b. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.
Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Perawat mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga
diri, belajar ketrampilan dan perilaku baru yang bertujuan untuk memampukan klien
dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang
diperlukan untuk beralih dari rumah sakit ke komunitas.
9
c. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medikal di
mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep
yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa
semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model
medikal adalah pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma
spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.
Ada beberapa jenis terapi somatik gangguan jiwa meliputi:
1. pemberian obat (medikasi psikofarmaka)
2. intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT)
3. foto terapi dan bedah otak.
10
d. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi
yang dituntut oleh anggotanya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja),
fase 3 (terminasi).
e. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok,
suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi
kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya
adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal,
dan mengubah perilaku maladaptif. Tahapannya meliputi: tahap permulaan, fase
kerja, diakhiri tahap terminasi.
f. Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat
proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi
dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini
adalah:
1. Role model
2. Kondisioning operan
3. Desensitisasi sistematis
4. Pengendalian diri
5. Terapi aversi atau releks kondisi
11
g. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat
berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal.
Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional
anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah
anak tersebut.
Prinsip Terapi Bermain
1. Terapis membina hubungan yang hangat
2. Merefleksikan perasaan anak
3. Mempercayai anak dapat menyelesaikan masalah
4. Interpretasi perilaku anak
5. Indikasi: anak depresi, anak cemas, anak abuse, dewasa dengan stres
pasca trauma.
12
2. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan oleh
seorang perawat pada sekelompok klien dengan masalah keperawatan yang sama (Keliat
& Pawirowiyono, 2014)
B. Manfaat terapi aktivitas kelompok
b. Mengembangkan stimulasi sensoris dengan tipe musik, seni dan menari berupa
aktivitas seperti menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan. Dengan tipe
relaksasi berupa aktivitas seperti belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam,
relaksasi otot dan imajinasi
1. Tujuan :
14
3) Meningkatkan kesegaran jasmani
4) Mengekspresikan perasaan.
c. Terapi aktivitas kelompok orientai realitas Klien di orientasikan pada kenyataan yang
ada disekitar klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang
yang dekat dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien
dan waktu saat ini dan yang lalu. Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas adalah
pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap orang,
waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas
maupun secara didaktik.
1. Tujuan :
1) Klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan, sensari
somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
2) Klien dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
3) Pembicaraan Klien sesuai realitas
4) Klien mampu mengenali diri sendiri
5) Klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat 19
d. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi
dengan individu yang ada disekitar klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan
dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
15
2. Tujuan khusus :
1) Klien mampu menyebutkan identitasnya
2) Menyebutkan identitas anggota kelompok
3) Berespon terhadap anggota kelompok
4) Mengikuti aturan main.
5) Mengemukakan pendapat dan perasaannya
3. Karakteristik :
1) Klien kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan
ruangan 20
2) Klien menarik diri, kontak sosial kurang
3) Klien dengan harga diri rendah
4) Klien curiga, gelisah, takut dan cemas
5) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban
sesuai pertanyaan
e. Teknik penyaluran energi Penyaluran energi merupakan teknik untuk
menyalurkan energi secara konstruktif dimana memungkinkan pengembangan
pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan amarah dan rasa batin
secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan.
1. Tujuan :
1) Menyalurkan energi, destruktif ke konstruktif
2) Mengekspresikan perasaan
3) Meningkatkan hubungan interpersonal
E. Tahapan terapi aktivitas kelompok
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang.
Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase prakelompok; fase awal
kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam
Cyber Nurse, 2009).
16
a. Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota,
kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan.
Menurut Dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang
ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan
maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah
: sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak
terlalu berat (Yosep, 2007).
b. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru.
Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase,
yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan
Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming,
dan norming.
1) Tahap Orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader
menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
2) Tahap Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu
memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu
kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku
yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).
3) Tahap Kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim
satu sama lain (Keliat, 2004).
c. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis
(Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari
produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemand
irian (Yosep, 2007).
17
d. Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman
kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-
hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004)
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi modalitas merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang dilakukan
untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan
bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus
bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada
ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits, 2011).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah salah satu terapi modalitas yang
dilakukan oleh seorang perawat pada sekelompok klien dengan masalah keperawatan
yang sama (Keliat & Pawirowiyono, 2014)
B. Saran
Bagi petugas kesehatan, dalam pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan
gangguan kejiwaan salah satu caranya yaitu dengan diberikan terapi modalitas dan terpi
aktivitas kelompok. Akan tetapi sebelum dilakukan terapi tersebut perawat perlu
mempelajari konsep dan teori terapi tersebut agar terapi terlaksana dengan baik dan hasil
yang maksimal.
19
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha
Medika. Yogyakarta.
Nasir, Abdul Dan Abdul Muhith.2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar
Dan Teori.Salemba Medika. Jakarta.
Prabowo, Eko.2014. Konsep Dan Apliikasi : Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha Medika.
Yogyakarta.
Purawaningsih, W & Karlina, I.2010. Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha Medika.Yogyakarta.
Susana, S.A, & Hendarsih, S.2011. Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa.
EGC.Jakarta.
Keliat, B. (2014). Terapi Aktivitas Kelompok (B. Angelina, Ed.). Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media. Herman
Ade Surya Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa ( herman ade
surya Direja, Ed.). Yogjakarta: Nuha Medika.
Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
20