Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA

“KONSEPTUAL KEPERAWATAN MODEL PERILAKU “

DISUSUN OLEH :

NAMA : EVI NOVIANA NINGSI

NIM : BT 2001009

KELAS : 2 A

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa
dengan judul “ KONSEPTUAL KEPERAWATAN MODEL PERILAKU “.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Keperawatan Jiwa. Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah yang akan kami buat selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Watampone, Juni 2022

Penulis
KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................

A. Pengertian Model konseptual jiwa……………………………………


B. menjelaskan model perilaku……………………………………………
C. mengaplikasikan model perilaku ……………………………………
D. Peran perawat/terapy dalam penerapan ……………………………..

BAB III PENUTUP....................................................................................... ..

A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi keperawatan sebagai profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan
prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah
ada. Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir dengan simbol-simbol yang nyata. Sedangkan konsep keperawatan merupakan
ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Model konseptual
keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang
melibatkan perawat didalamnya.

Model konseptual keperawatan jiwa sebagai usaha-usaha untuk menguraikan fenomena


mengenai keperawatan jiwa. Teori keperawatan jiwa digunakan sebagai dasar dalam
menyusun suatu model konsep dalam keperawatan dan model konsep keperawatan
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.

Model konseptual keperawatan jiwa terdiri dari beberapa pendekatan salah satunya model
prilaku. Model prilaku sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanaya
interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan seseorang mempunyai
pengalaman baru.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konseptual keperawatan jiwa ?
2. Bagaimana model perilaku?
3. Mengaplikasikan masa perilaku ?

C. Tujuan
1. Untuk memahami model konseptual keperawatan jiwa
2. Untuk memahami model perilaku
3. Mengaplikasikan model perilaku pada keperawatan jiwa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Konseptual keperawatan jiwa

Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena,


menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan diafragma
( christensen.2009, hal 123 ).Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu
obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi
seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Model konsep adalah rangkaian konstruksi
yang sangat abstrak dan berkaitan yang menjelaskan secara luas fenomena-fenomena,
mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah. ( christensen.2009, hal 29 ).

Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep atau definisi yang
memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena –fenomena
dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep tersebut dengan maksud untuk
menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori
dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian.
(christensen.2009, hal 26 ).

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi
pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya.Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan. Konsep keperawatan terus
dikembangkan dan diterapkan serta diuji melalui pendidikan dan praktik keperawatan
(christensen.2009, hal 29 ).

Tujuan dari model konseptual keperawatan ( christensen.2009, hal 33 ) :

1. Menjaga konsisten asuhan keperawatan.


2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku paien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien
atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American
nurses’ association mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebaai ilmunya dan
penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya ( Stuart. 2007, hal. 2 ).

B. Model Perilaku

Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul jika hubungan antara
stimulus dan respons tidak terkondisikan dengan baik oleh seorang individu sehingga
menimbulkan kecemasan yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan jiwa. Behaviorism
sebagai ilmu psikologi timbul dari rcaksi terhadap model introspeksi yang berfokus pada isi
dan opcrasi pikiran. Behaviorismadalah ilmu psikologi yang berfokus pada perilaku yang
dapat diamati dan apa yang dapat dilakukan individu secara eksternal untuk mengubah
perilaku. Ilmu ini tidtak berupaya menjelaskan cara kerja pikiran ( videbeck.2008 hal 66 ).

Para ahli behaviorismyakin bahwa perilaku dapat diubah oleh sisteni pujian dan hukuman.
Untuk individu dewasa, menerima gaji secara teratur merupakan umpan balik positif yang
konstan. Gaji merupakan umpan balik positif yang kontinu dan merupakan salah satu alasan
individu terus bekerja setiap hari dan berupaya melaksanakan tugas de- ngan baik. Gaji ini
membantu memotivasi perilaku positif di tempat kerja. Apabila seseorang tidak menerima
gaji, ia kemungkinan besar berhenti bekerja ( videbeck. 2008 hal 66 ).

Apabila seorang pengendara motor terus- menerus mengebut (perilaku negatif dan tidak
pernah tertangkap, ia cenderung terus mengebut. Apabila pengendara tersebut ditilang
(umpan balik negatiO, ia cenderung mengurangi kecepatan motor- nya. Akan tetapi, jika
pengendara tersebut tidak ditangkap karena mengebut selama empat minggu berikutnya
(umpan balik negatif dihilangkan), ia cenderung kembali mengebut ( videbeck. 2008 hal 66 ).
1. Edward Lee Thorndike (1874 - 1949)

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara


peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). ( videbeck, 2008 hal 66 )

a. Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat.
b. Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.

Eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa
supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk
memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan
kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial
and error learning atau selecting and connecting lerning” dan berlangsung menurut hukum-
hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering
disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.

Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini
mengikuti hukum-hukum berikut ( videbeck. 2008, hal 66 ) :

a. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh
suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b. Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih
(digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
c. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila
akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut


( videbeck.2008 hal 67 ):

a. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response). Hukum ini mengatakan bahwa pada
individu diawali oleh proses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam
respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
b. Hukum Sikap (Set/Attitude). Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang
tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan
keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun
psikomotornya.
c. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element), Hukum ini mengatakan bahwa
individu dalam proses belajar memberikan respon hanya pada stimulus tertentu saja
sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).
d. Hukum Respon by Analogy. Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan
respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat
menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah
dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke
situasi baru. Makin banyak unsur yang sama/identik, maka transfer akan makin mudah.
e. Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting). Hukum ini mengatakan bahwa
proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara
tertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang
sedikit demi sedikit unsur lama.

Thorndike mengemukakan revisi hukum belajar antara lain ( videbeck. 2008 67 ):

a. Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan, saja tidak cukup untuk
memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan
stimulus respon belum tentu diperlemah.
b. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk
perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
c. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling
sesuai antara stimulus dan respon.
d. Akibat suatu perbuatan dapat menular (spread of effect) baik pada bidang lain maupun
pada individu lain.
2. Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936)

Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan
Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi
yang diinginkan.

Urutan kejadian melalui percobaan terhadap anjing ( cheney. 2004, hal 11 ):

a. US (unconditioned stimulus) = stimulus asli atau netral: Stimulus tidak dikondisikan


yaitu stimulus yang langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang
anjing untuk mengeluarkan air liur.
b. UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent behavior) respon
tak bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur anjing keluar
karen anjing melihat daging.
c. CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung
menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US
secara terus-menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan
anjing mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
d. (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang muncul dengan hadirnya
CS, Misalnya: air liur anjing keluar karena anjing mendengar bel.

Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasan dapat diketahui bahwa daging
yang menjadi stimulus alami (UCS = Unconditional Stimulus = Stimulus yang tidak
dikondisikan) dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan (CS =
Conditional Stimulus = Stimulus yang dikondisikan). Ketika lonceng dibunyikan ternyata air
liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.

Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan
respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya (cheney. 2004, hal 11 ).

3. Burrhus Frederic Skinner (1904 - 1990)

Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku
(behavior modification) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada
perilaku yang tidak tepat. ( Rantus. 2011, hal 200 ).

Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku
operasn (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat
berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. ( Rantus. 2011, hal 200 ).

Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas Skinner
membuat eksperiment sebagai berikut: dalam laboratorium. Skinner memasukkan tikus yang
telah dilaparkan dalam kotak yang disebut”Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan
berbagai peralatan, yaitu tombol, alat pembeli makanan, penampung makanan, lampu yang
dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. ( Rantus. 2011, hal 200 ).

Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama
tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol,
makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan
perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping. ( Rantus. 2011, hal 201 ).

Yang terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah


pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya
pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku
berkurang atau menghilang. ( Rantus. 2011, hal 201 ).

Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dan lain-
lain), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujuim bertepuk tangan,
mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, juara 1 dan sebagainya).
(Rantus.2011,hal 201 ).

Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda / tidak memberi penghargaan,


memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dan lain-lain). ( Rantus. 2011, hal 201 ).
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain: ( Rantus. 2011, hal 202 )

a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk ini lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwalvariable rasio reinforcer.
g. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori, Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai
salah satu cara untuk mendiskripsikan siswa menurut Skinner hukuman yang baik adalah
anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya misalnya anak perlu mengalami
sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verba maupun
fisik seperti : kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
(Rantus. 2011, hal 202 ).

Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi di dalam situasi pendidikan
seperti penggunaan rangking juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata
pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampun yang
diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi
yang ditunjukkan para siswa; misalnya: penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika,
menyanyi, menari, atau olahraga. ( Rantus. 2011, hal 200 ).

C. Aplikasi Model Perilaku


1. Pandangan tentang penyimpangan perilaku

Perilaku dipelajari. Penyimpangan terjadi karena manusia telah membentuk kebiasaan


perilaku yang tidak diinginkan. Karena perilaku dapat dipelajari, maka perilaku juga tidak
dipelajari. Perilaku menyimpang terjadi berulang karena berguna untuk mengurangi ansietas.
Jika demikian, perilaku yang lain dapat mengurangi ansietas dapat dipakai sebagai pengganti.
2. Indikasi model Perilaku

Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual (misalnya
impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (misalnya exhibisionisme). Dapat dicoba pada
pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (misalnya gagap,
enuresis, dan berjudio secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan
reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan
(hipo) mania

3. Proses terapeutik

Terapi merupakan proses pendidikan. Penyimpangan perilaku tidak dihargai. Perilaku yang
lebih produktif dikuatkan. Terapi relaksasi dan latihan keasertifan merupakan pendekatan
perilaku.

4. Peran pasien dan terapis

Pasien. Mempraktekan teknik perilaku yang digunakan. Mengerjakan pekerjaan rumah dan
penggalakan latihan. Pasien membantu mengembangkan hierarki perilaku.

Terapis. Mengajar pasien tentang pendekatan perilaku, membantu mengembangkan hierarki


perilaku, dan menguatkan perilaku yang diinginkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model konseptual keperawatan memiliki fungsi sebagai rancangan pedekatan penyelesaian


masalah keperawatan. Rancanga tentunya adalah rencana kerja yang berfungsi sebagai
gambaran kepada perawat untuk menyelesaikan masalah keperawatan.

Model konseptual keperawan jiwa digunakan perawatan sebagai senjata dasar dala
menyelesaikan masalah gangguan kesehatan jiwa. Model konseptual keperawatan jiwa
menggambarakan bagaimana seseorang perawat dapat menyelesaikan sebuah masalah
keperawatan mempunyai kerangka konsep yang profesional.

Salah satunya adalah model konseptual perilaku yang menyelesaikan masalah keperawatan
jiwa dengan melihat interaksi antara stimulus dan respon yang berasosiasi dengan baik.

B. Saran
1. Perawat dalam menyelesaikan masalah keperawatan jiwa dengan model perilaku yang
harus diperhatikan terfokus pada bagaimana hubungan stimulus dan respon dari individu
sehingga perawat bisa mencegah terjadinya kecemasan yang mengakibatkan gangguan
jiwa pada individu.
2. Pendidikan keperawatan : dalan pengajaran model perilaku harus memberikan penjelasan
dan gambaran metode ini sehingga para mahasiswa perawat dapat mengerti konsep
dasarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Isaacs,Ann. 2005.Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatri Edisi 3.


Jakarta:EGC

Stuart, Gail. 2007 . Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta:EGC

Yosep, Iyus. 2009. KeperawatanJiwa. Bandung: PT. RefikaAditama

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Selemba Medika
RANGKUMAN

Model Perilaku

Dikembangkan oleh H.J. Eysenck, J. Wilpe dan B.F. Skinner. Terapi modifikasi perilaku

dikembangkan dari teori belajar (learning theory).Belajar terjadi jika ada stimulus dan timbul
respon, serta respon dikuatkan (reinforcement). Proses terapi:

Terapi pada model perilaku dilakukan dengan cara

1) Desentisasi dan relaksasi, dapat dilakukan bersamaan. Dengan teknik ini diharapkan
tingkat kecenmasan klien menurunkan.
2) Asertif training adalah belajar mengungkapkan sesuatu secara jelas dan nyata 2 tanpa
menyinggung perasaan orang lain.
3) Positif training. Mendorong dan menguatkan perilaku positif yang baru dipelajari
berdasarkan pengalaman yang menyenangkan untuk digunakan pada perilaku yang akan
datang.
4) 4) Self regulasi. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama melatih
serangkaian standart perilaku yang harus dicapai oleh klien. Selanjutnya klien diminta
untuk melakukan self observasi dan self evaluasi terhadap perilaku yang ditampilkan.
Langkah terakhir adalah klien diminta untuk memberikan reinforcement (penguatan
terhadap diri sendiri) atas perilaku yang sesuai.
1. Apa ilmu yang dipelajari dalam psikologi….
a. Proses fisiologis dalam tubuh
b. Respon tubuh terhadap stimulus
c. Tingkah laku dan perbuatan manusia
d. Mekanisme stimulus dan respon manusia
e. Hubungan indrea,pikiran dan perbuatan
2. Psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa.apa saja yang
dipelajari dalam kaitan tersebut….
a. Gejala gejala perilaku,proses dan latar belakangnya
b. Hubungan faktor psikologis dan fungsi fisiologis
c. Psikodinamika,psikonalisa dan prognosa perilaku
d. Rentang respon dan mekanisme timbulnya perilaku
e. Psikopatologi,psikodinamika dan rentang respon
3. Apa yang menyebabkan manusia berperilaku….
a. Adanya stimulus
b. Adanya stressor
c. Adanya kemauan
d. Adanya dorongan
e. Adanya keinginan
4. Psikologi deferensial dan psikodiagnostik,menguraikan tentang prrbedaan perbedaan
antar individu.apa perbedaan individu yang diungkap pada hal tersebut…?
a. Minat
b. Bakat
c. Motivasi
d. Intelegensi
e. Loyalitas
5. Apa cabang psikologi yang menggunakan wawancara,observasi dan test psikologi dalam
aktivitasmu….
a. Psikopatologi
b. Psikodiagnostik
c. Psikologi klinis
d. Psikologi perusahaan
e. Psikologi pendidikan
6. Apa contoh aktivitas manusia yang dipelajari pada psikologi social…
a. Aktivitas manusia pada situasi belajar
b. Aktivitas manusia pada situasi kelompok
c. Aktivitas manusia pada situasi seleksi pegawai
d. Aktivitas manusia pada situasi lingkungan umum
e. Aktivitas manusia pada situasi lingkungan khusus
7. Manusia dituntut memiliki kemampuan untuk dapat menyesuaikan perilakunya sesuai
pandangan dan harapan orang lain .apa ciri perilaku manusia di maksud pada pernyataan
tersebut…
a. Usaha dan perjuangan
b. Orientasi pada tugas
c. Kelangsungan perilaku
d. Kepekaan social
e. Individu unik
8. Masyarakat dipesisir mempunyai keahlian yang berbeda dengan masyarakat di daerah
pegunungan.apa yang melatarbelakangni perbedaan keahlian tersebut…
a. Pola asuh
b. Letak geografis
c. Kebutuhan hidup
d. Tantangan alam
e. Kebudayaan
9. Apa yang dimaksud dengan sikap….
a. Respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus
b. Respon perilaku dari suatu stimulus yang bisa internal
c. Respon naluriah manusia terhadap pemenuhan kebutuhan
d. Respon psikososial individu terhadap pemenuhan kebutuhan
e. Respon yang menyertai setiap perilaku yang ditampilkan
10. Saudara sebagai perawat melaksanakan pendidikan kesehatan kepada pasien,dengan
tujuan pasien memahami penyakit yang dialaminya.Apa dominanperilaku yang menjadi
tujuan saudara melakukan penkes…
a. Psikomotor
b. Sikap
c. Pengetahuan
d. Kesadaran
e. Kemauan

Anda mungkin juga menyukai