Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TERAPI MODALITAS

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas Mata Kuliah

Keperawatan Jiwa

Oleh :

Kelompok 3

1. Atika fahmita (19112217)


2. Azfahra otema (19112218)
3. Bagus irwanda (19112219)
4. Hariani purnama lina (19112234)
5. Ikhsan jumaris (19112236)
6. Oktri suryani (19112251)
7. Putri rahma nesa (19112254)
8. Rossy amarthia lasfi (19112259)
9. Willian azhar (19112263)

Dosen Pengampu :

Ns. Guslinda, M.Kep., Sp. J

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kami
bersyukur kepada Ilahi Rabbi yang telah memberikan Hidayah dan Taufik-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Terapi Modalitas” terselesaikan dengan
baik.

Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa itu definisi terapi modalitas,
dasar-dasar pemberian terapi modalitas, jenis terapi modalitas , serta dan bagaimana strategi
pelaksanaan Terapi Modalitas.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.

Padang, 20 Mei 2021

penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang……………………………………………………………………….

B. Tujuan ……………………………………………………………………………….

C. Manfaat ……………………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian…………………………………………………………………………….

2. Dasar dasar pemberian terapi modalitas…………………………………………..

3. Jenis jenis terapi modalitas ………………………………………………………….

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..

B. Saran……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multikaual, suatu
penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Causal gangguan jiwa selama ini di
kenali meliputi kausal pada area organo biologis, area fsikoedukatif, area sosiokultural. Dalam
konsep stres adaptasi penyebab perilaku mal adaptif di gambarkan sebagai tahapan mulai adanya
factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian
terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih
oleh seorang individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah prilaku inindividu tersebut
adaptif atau mal adaptif.

Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang terhadap
apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku terjadi. Perbedaan
pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model
psiko analisa dengan pandangan model sosial, model perilaku, model eksitensial, model medical,
berbeda pula dengan model stress adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik
dalam terapi gangguan jiwa.Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang
dimaksud dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang
bervariasi yang bertujuan merubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptif
menjadi perilaku yang adaptif.

Banyak klien dengan gangguan jiwa dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering
tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertaibentakan dan pengawalan" oleh sejumlah
anggota keluarga bahkan polisi. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai
sehingga selama perawatan klien dan keluarga diharapkan sudah mendapat pendidikankesehatan
tentang cara merawat klien, (manajemen terapi modalitas). Asuhan keperawatan yang diberikan
di rumah sakit jiwa terhadap klien perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah
sakit umum. Terapi modalitas yaitu terapi yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku dan
mengorientasi kondisi lingkungan serta dapat berkomunikasi dengan baik kepada teman yang
berada dilingkunganya. Seluruh terapi ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses
keperawatan. Itulah beberapa alasan yang membuat penulis ingin mendalami materi tentang
terapi modalitas, di samping sebagai tugas mata kuliah keperawatan jiwa.
B. Tujuan

1. Tujuan umum

- Mahasiswa mampu memahami terapi modalitas

2. Tujuan khusus

- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian terapi modalita.

- Mahasiswa mampu mengimplementasikan jenis-jenisnya terapi modalitas kepada klien.

- Mahasiswa mampu memahami tujuan terapi modalitas.

C. Manfaat

Hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terkait. Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan mengenai terapi modalitas
serta bisa menerapkan ilmu pengetahuan yang diproleh selama perkuliahan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Terapi Modalita

a) Pengertian

Gangguan jiwa merupakan penyakit multikausal (neuro biologis, psikoanalitik,


sosiokultural). Banyak model konsep yang mencoba menjelaskan fenomena gangguan jiwa.
Pendekatan terapi yang beraneka ragam, salah satunya terapi modalitas/modality treatment.
Terapi modalitas adalah terapi yang dilakukan dengan melakukan berbagai pendekatan
penanganan pada klien gangguan jiwa. Terapi modalitas menekankan potensi yang dimiliki klien
(modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Terapi ini juga didefinisikan sebagai
suatu pendekatan penanganan klien dengan berbagai gangguan yang bertujuan mengubah
perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
Sementara itu, menurut Yusuf, dkk. (2015) terapi modalitas adalah berbagai macam alternatif
terapi yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa, yang merupakan bentuk penyimpangan
perilaku dengan penyebab pasti belum jelas. Oleh karenanya, diperlukan pengkajian secara
mendalam untuk mendapatkan faktor pencetus dan pemicu terjadinya gangguan jiwa. Selain itu,
masalah kepribadian awal, kondisi fisik pasien, situasi keluarga, dan masyarakat juga
memengaruhi terjadinya gangguan jiwa. Selain itu, masalah kepribadian awal, kondisi fisik
pasien, situasi keluarga, dan masyarakat juga memengaruhi terjadinya gangguan jiwa.

Stuart (2016) menjelaskan dalam terapi modalitas dibutuhkan adanya koordinasi. Perawat
memiliki peran penting dalam merancang program keperawatan yang komprehensif. Pilihan
pengobatan yang paling tepat pada setiap klien bersifat individual dan merupakan gambaran dari
rencana pengobatan. Koordinasi dalam melakukan perawatan merupakan tanggung jawab utama
perawat yang bersama-sama klien dalam membina hubungan terapeutik sebagai bagian dari tim
pelayanan kesehatan. Perawat harus mengintegrasikan pengobatan farmakologis dengan berbagai
pengobatan nonfarmakologis yang dilandasi pengetahuan, keamanan, efektivitas, serta
penerimaan klien.

b) Dasar-Dasar Pemberian Terapi Modalitas

a. Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku manusia.


b. Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi yang
mengandung reaksi (respons yang baru).

c. Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya faktor-faktor yang
sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu sehingga reaksi indv tersebut dapat
diprediksi (reward dan punishment).

d. Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam menunjuang dan
menghambat perilaku individu dalam kelompok sosial.

e. Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan sosial ke
arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistik.

c) Jenis-Jenis Terapi Modalitas

1. Terapi Individual

Terapi individual juga dikenal sebagai psikoterapi, terapi bicara, atau konseling adalah
proses kolaborasi antara terapis dan klien yang bertujuan untuk memfasilitasi perubahan dan
meningkatkan kualitas hidup. Terapi ini dapat membantu orang menghadapi hambatan yang
mengganggu kesehatan emosional dan mental, dan juga dapat meningkatkan perasaan positif
seperti rasa welas asih, harga diri, cinta, keberanian, dan kedamaian. Banyak orang merasa
bahwa mereka menjalani pengobatan terapeutik untuk menjadi lebih sadar diri, dan mereka
menjalani psikoterapi sebagai sarana pertumbuhan diri dan aktualisasi diri.

Psikoterapi dapat mengobati kondisi kesehatan mental yang spesifik dan terdiagnosis
seperti kecemasan, depresi, atau ADHD, selain kekhawatiran sehari-hari, seperti masalah
hubungan, manajemen stres, ambisi karir, atau masalah lain yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan mental seseorang. Bila masalah spesifik atau kondisi kesehatan mental mulai
menyebabkan beragam masalah dan mengganggu aktivitas normal seseorang, mungkin sudah
waktunya untuk mencari terapi. Kesedihan bisa terwujud dalam bentuk kepercayaan, perasaan,
perilaku, dan sensasi bermasalah dalam tubuh. Seorang terapis dapat memfasilitasi perubahan
gaya hidup, berfungsi sebagai telinga, membantu mengidentifikasi penyebab gejala yang
mendasarinya, dan memberikan strategi atau teknik khusus untuk mengubah pikiran, perilaku,
atau emosi yang tidak diinginkan. Melalui terapi, orang mengumpulkan alat untuk mengelola
gejala, mengurangi stres, dan menghadapi tantangan.

Sejumlah spesialis dapat memberikan psikoterapi kepada klien, dan kualifikasi untuk
menjadi psikoterapis umumnya ditentukan oleh dewan perizinan negara. Dalam kebanyakan
kasus, terapis memiliki setidaknya gelar master, meskipun siswa dalam proses mendapatkan
gelar master dapat melakukan terapi di bawah arahan seorang supervisor.

Secara umum, tujuan psikoterapi adalah untuk berbicara mengenai masalah kesehatan
mental dan membantu klien menyembuhkan, menumbuhkan, dan bergerak menuju kehidupan
Terapi yang yang lebih produktif dan sehat secara psikologis. baik adalah yang berpusat pada
klien, dan tujuan spesifik terapi akan ditentukan oleh pasien bersama terapis. Sesi psikoterapi
individu biasanya berlangsung antara 45 dan 60 menit. Frekuensi dan durasi terapi akan
diselesaikan sangat tergantung pada kebutuhan, tujuan pengobatan, dan kemajuan pasien.
Banyak masalah segera dengan terapi jangka pendek, dan masalah kronis atau kompleks lainnya
memerlukan komitmen jangka panjang sebelum perbaikan direalisasikan. Pada akhirnya,
keinginan dan tekad individu untuk sembuh memainkan peran penting dalam keberhasilan
psikoterapi. Menemukan terapis yang tepat juga merupakan komponen penting terapi yang
efektif. Penelitian telah menunjukkan bahwa hasil psikoterapi memiliki lebih sedikit risiko untuk
kambuh pada kondisi umum, seperti depresi dan kecemasan. Selain itu, ditemukan bahwa efek
positif terapi bertahan lama setalah perawatan selesai. Faktanya, banyak klien melaporkan
kondisi membaik jauh setelah terapi berakhir. Secara umum, psikoterapi seringkali lebih efektif
daripada obat psikotropika atau perawatan medis, yang dapat menyebabkan efek samping
berbahaya. Selain itu, banyak modalitas terapeutik berbasis bukti (berdasarkan studi penelitian
dan pengamatan klinis) dan telah dianalisis untuk efektivitas.

Ada berbagai jenis terapi dan pendekatan psikologis untuk memahami dan membantu,
dan terapis dapat menggunakan pendekatan pengobatan tunggal, atau menggabungkan beberapa.
Pendekatan perawatan ini disebut modalitas, dan contoh modalitas psikoterapi termasuk
humanistik, perilaku kognitif, fokus emosional, feminis, dan psikoanalitik.

1) Terapi Perilaku

Terapi perilaku adalah istilah umum untuk jenis terapi untuk mengobati gangguan kesehatan
mental. Bentuk terapi ini berusaha untuk mengidentifikasi dan membantu mengubah perilaku
yang berpotensi merusak diri sendiri atau tidak sehat. Terapi ini didasarkan pada gagasan bahwa
semua perilaku dipelajari dan bahwa perilaku tidak sehat dapat diubah. Fokus pengobatan sering
pada masalah saat ini dan bagaimana cara mengubahnya.Ada sejumlah jenis terapi perilaku yang
berbeda:

a) Terapi perilaku kognitif


Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT) adalah bentuk
perawatan perilaku jangka pendek dan terfokus pada masalah yang
membantu orang melihat hubungan antara keyakinan, pikiran, dan perasaan,
dan pola perilaku serta tindakan selanjutnya. Melalui CBT, orang-orang
mengetahui bahwa persepsi mereka secara langsung mempengaruhi tanggapan mereka
terhadap situasi tertentu. Dengan kata lain, proses berpikir seseorang
menginformasikan perilaku dan tindakannya. Terapi perilaku kognitif bukanlah
teknik pengobatan yang berbeda; sebaliknya, ini adalah istilah umum yang mengacu
pada sekelompok terapi yang memiliki kesamaan dalam metodologi terapeutik.
Kelompok ini mencakup terapi perilaku emotif rasional, terapi kognitif, dan terapi
perilaku dialektik, misalnya.Terapi perilaku kognitif didasarkan pada keyakinan
bahwa persepsi seseorang tentang kejadian bukan kejadian itu sendiri yang
menentukan bagaimana perasaan dan tindaka nnya. Misalnya, jika seseorang
dengan kecemasan sangat percaya bahwa "semuanya akan berubah dengan buruk
hari ini" maka pikiran negatif ini dapat mempengaruhi dia untuk hanya berfokus pada
hal-hal negatif yang mungkin terjadi saat dirasakan yang menghalangi atau sama
sekali menghindari pemikiran atau tindakan yang mungkin menyangkal sistem
kepercayaan negatif itu. Setelah itu, ketika tidak ada yang berjalan baik pada siang
hari, orang tersebut mungkin orang merasa lebih cemas daripada sebelumnya, sistem
kepercayaan negatif dapat diperkuat, dan tersebut berisiko terjebak dalam lingkaran
negatif dan kontinu yang negatif dan kecemasan. Gerak tubuh seseorang saat
berbicara dengan terapis perilaku kognitif percaya bahwa dengan menyesuaikan
pikiran kita, kita dapat secara langsung mempengaruhi emosi dan perilaku kita.

Kesalahan kognitif yang umum dan asumsi disfungsional yang terkait meliputi:
- Referensi diri :Setiap orang selalu mem fokuskan perhatiannya pada saya,
terutama saat saya gagal.Abstraksi elektif: Hanya masalah saya yang
penting. Saya diukur dari kegagalan saya.
- Overgeneralizing. Jika ada sesuatu yang benar dalam satu setting, itu benar di
setiap setting.
-Tanggung jawab yang berlebihan: Saya ber tanggung jawab atas setiap kegagalan
dan setiap hal buruk yang terjadi.
-Dichotomous thinking: Melihat dunia secara ekstrem, hitam atau putih, tidak ada
apa apanya.

Proses perilaku kognitif didasarkan pada model pendidikan di mana dalam terapi dibantu
untuk melupakan reaksi orang-orang negatif dan mempelajari reaksi emosional dan
perilaku baru yang positif terhadap situasi yang menantang. Dengan meruntuhkan
masalah yang luar biasa menjadi bagian-bagian kecil yang dapat dikendalikan, dan
kemudian menetapkan dan mencapai tujuan jangka pendek, terapis secara bertahap
menyesuaikan cara orang dalam perawatan berpikir, merasakan, dan bereaksi dalam
situasi yang menantang. Mengubah sikap dan perilaku dapat membantu orang belajar
mengatasi masalah spesifik secara positif dan produktif. Terapi perilaku melibatkan lebih
dari sekadar duduk dan berbicara tentang apa pun yang ada dalam
pikiran.Pendekatan terstruktur ini memastikan bahwa terapis dan individu dalam perawatan
difokuskan pada tujuan setiap sesi, memastikan bahwa waktu yang dihabiskan dalam terapi
produktif.
Teknik CBT menggabungkan banyak alat terapeutik yang berbeda untuk membantu
orang dalam terapi mengevaluasi pola dan keadaan emosional mereka. Terapis CBT
dapat menggunakan teknik umum seperti jurnal, relaksasi, dan Latihan sosial, fisik, dan
pemikiran untuk membuat seseorang menyadari pola emosional dan tingkah lakunya.
Untuk memperkuat terapi ini, pekerjaan rumah (seperti latihan praktis, membaca, atau
menulis tugas) diselesaikan oleh individu dalam perawatan, di luar waktu terapi yang
dijadwalkan. Pekerjaan rumah adalah aspek penting dari banyak rencana perawatan CBT
dan menantang individu yang terkena dampak untuk terus bekerja secara mandiri, bahkan
setelah terapi berakhir.

b Sistem desensitisasi

Sistem desensitisasi sangat bergantung pada pengkondisian klasik. Ini sering digunakan
untuk mengobati fobia. Klien diajari untuk mengganti respons ketakutan terhadap fobia
dengan respons relaksasi. Klien pertama kali diajarkan teknik relaksasi dan pernapasan.
Setelah menguasai, terapis akan perlahan mengekspos ketakutan klien dalam dosis tinggi
sementara mereka berlatih teknik ini.

c. Terapi aversi

Terapi aversi sering digunakan untuk mengatasi masalah seperti penyalahgunaan narkoba
dan alkoholisme. Terapis bekerja dengan mengajari orang untuk mengasosiasikan
stimulus yang diinginkan namun tidak sehat, dengan stimulus yang sangat tidak
menyenangkan. Stimulus yang tidak menyenangkan bisa jadi sesuatu yang menyebabkan
ketidaknyamanan. Misalnya, seorang terapis mungkin mengajari klien untuk
mengasosiasikan alkohol dengan ingatan yang tidak menyenangkan.

2) Terapi Bermain

Terapi bermain merupakan bentuk terapi yang terutama ditujukan pada anak. Dalam
bentuk terapi ini, seorang terapis mendorong anak untuk mengeksplorasi peristiwa kehidupan
yang mungkin berpengaruh pada keadaan saat ini, dengan cara dan kecepatan pilihan anak,
terutama melalui permainan tapi juga melalui bahasa. Terapi bermain, dapat membantu individu
berkomunikasi, mengeksplorasi pikiran dan emosi yang tertekan, mengatasi trauma yang belum
terselesaikan, dan mengalami pertumbuhan pribadi dan dipandang secara luas sebagai perawatan
kesehatan mental penting, efektif, dan tepat perkembangan. Meskipun bermain sering dianggap
hanya sebagai cara bagi individu, terutama anak-anak, untuk bersantai, penelitian ilmiah telah
membuktikan bahwa permainan merupakan faktor penting dalam perkembangan anak yang
sehat. Studi menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir memiliki miliaran sel otak, namun sel-sel
muda ini tidak memiliki interkonektivitas saraf kompleks yang merupakan karakteristik otak
manusia yang matang dan berfungsi penuh. Neurosains telah mengungkapkan bahwa mayoritas
pertumbuhan otak terjadi dalam lima tahun pertama kehidupan anak-anak, dan tindakan bermain
berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan interkoneksi antarneuron. Hubungan
saraf ini memainkan peran penting dalam bidang utama kehidupan anak, seperti pembelajaran,
pengembangan sosial, perkembangan emosional, dan ingatan.

Bermain dianggap sangat penting bagi perkembangan kesehatan anak-anak yang pernah
mengalami stres atau trauma masa lalu. Efek trauma cenderung berada di area nonverbal otak
hippocampus, amigdala, thalamus, dan batang otak kapasitas seseorang untuk berkomunikasi dan
memproses masalah buruk berada di lobus frontal otak. Akibatnya, anak-anak yang terkena
trauma mungkin merasa sulit untuk membiarkan orang lain tahu bahwa mereka memerlukan
pertolongan. Aktivitas fisik dan bermain peran yang terkait dengan terapi bermain telah terbukti
berperan dalam membantu menggerakkan ingatan dan sensasi traumatis dari area otak nonverbal
ke lobus frontal. Ketika anak-anak mengalami masalah pribadi yang merugikan, mereka sering
bertindak atau terlibat dalam perilaku yang tidak pantas. Orangtua mungkin ingin membantu tapi
mungkin merasa sulit atau tidak mungkin menawarkan bantuan yang efektif jika seorang anak
tidak mampu atau tidak mau mendiskusikan masalahnya. Terapi bermain dianggap salah satu
cara paling bermanfaat untuk membantu anak-anak yang mengalami tantangan emosional atau
tingkah laku. Meskipun pendekatan ini dapat memberi manfaat bagi orang-orang dari segala
usia, ini dirancang khusus untuk merawat anak-anak di bawah usia 12 tahun. Sesi yang khas
dapat berlangsung selama 30-45 menit dan dapat dilakukan hanya dengan satu anak atau dalam
kelompok.

Selama perawatan, terapis menciptakan ling kungan yang nyaman dan aman di mana
anak diperbolehkan bermain dengan batasan sesedikit mungkin. Ruang konseling ini sering
disebut sebagai ruang bermain dan dilengkapi dengan pilihan mainan khusus yang dimaksudkan
untuk mendorong anak mengekspresikan perasaannya serta mengembangkan perilaku yang lebih
sehat. Interaksi anak dengan mainan ini pada dasarnya berfungsi sebagai kata-kata simbolis anak.
Hal ini memungkinkan terapis untuk belajar tentang pemikiran dan emosi spesifik yang mungkin
sulit dipahami oleh anak atau sulit diungkapkan secara verbal.

Mainan yang digunakan dalam terapi termasuk kotak pasir dengan patung miniatur,
bahan seni, lego atau mainan konstruksi lainnya, kostum atau pakaian lainnya, boneka binatang,
boneka manusia, rumah boneka dengan perabotan mini, perlengkapan olahraga dalam ruangan,
dan permainan dalam ruangan lainnya. Terapis juga dapat menggabungkan penggunaan alat dan
teknik seperti tanah liat, pengarsipan terapeutik, musik, tarian dan gerakan, drama/permainan
peran, serta visualisasi kreatif.

Pada awalnya anak-anak dalam terapi umumnya diperbolehkan bermain sesuai keinginan.
Seiring kemajuan pengobatan, terapis mungkin mulai mengenalkan item tertentu atau aktivitas
bermain yang terkait dengan masalah yang dihadapi anak. Terapi bermain dapat bermanfaat bagi
anak dalam berbagai cara seperti mendorong kreativitas, mempromosikan penyembuhan dari
kejadian traumatis, memfasilitasi ekspresi emosi, mendorong pengembangan keteram pilan
pengambilan keputusan yang positif, mengenalkan cara berpikir dan perilaku baru, belajar
pemecahan masalah. Keterampilan, mengembangkan keterampilan sosial yang lebih baik, dan
memfasilitasi komunikasi masalah atau masalah pribadi.

Terapi bermain mungkin bersifat nondirektif atau direktif. Terapi bermain nondirektif
didasarkan pada gagasan bahwa jika memungkinkan kondisi terapeutik yang optimal dan
kebebasan bermain, anak-anak dalam terapi akan dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Pendekatan ini dipandang tidak mengganggu karena ada sedikit instruksi dari terapis tentang
bagaimana seorang anak harus terlibat dalam permainan. Terapi bermain direktif melibatkan
masukan yang jauh lebih besar dari terapis dan didasarkan pada keyakinan bahwa hasil terapi
yang lebih cepat dapat diperoleh daripada sesi terapi nondirektif.

Terapi bermain juga bisa digunakan untuk mengobati masalah yang dihadapi remaja dan
orang dewasa. Pada masa dewasa, kebanyakan orang telah kehilangan kemampuan mereka untuk
main-main mengeksplorasi diri mereka sendiri. Terapis bermain dilatih untuk membantu remaja,
orang dewasa, dan bahkan lansia mempelajari kembali nilai-nilai permainan. Eksplorasi yang
dilakukan telah terbukti dapat meningkatkan perilaku kognitif dan fisik, dan ada sejumlah
penelitian yang signifikan dari bidang neurofisiologi dan biologi molekular yang mendukung
terapi bermain sebagai teknik terapeutik yang valid untuk masa kanak-kanak masa lalu. Semakin
banyak organisasi dan pakar berdedikasi untuk bermain dalam penelitian dan advokasi percaya
bahwa permainan itu penting bagi orang-orang dari segala usia. Bermain telah dipakai untuk
mengoptimalkan pembelajaran, meningkatkan hubungan, dan mening katkan kesehatan dan
kesejahteraan. Orang dewasa dan anak-anak yang terlibat dalam aliansi terapeutik berfokus pada
permainan memiliki kesempatan untuk memilih dari berbagai modalitas seperti gerakan yang
(permainan tubuh), permainan pasir, permainan impian, permainan alam, permainan sosial,
permainan berpura-pura (fantasi), permainan kreatif, mendongeng, dan bermain vokal. Terapi
bermain dapat digunakan untuk mengatasi berbagai tantangan kesehatan yang dialami orang
dewasa, terutama jika digabungkan dengan modalitas perawatan lainnya. Salah satu manfaat
yang paling signifikan adalah permainan dapat memberikan lingkungan yang nyaman dan aman
yang mungkin mendorong orang dewasa untuk mendekati masalah yang lebih serius.

Terapi bermain dapat digunakan untuk mengobati (pada anak-anak atau orang dewasa),
seperti demensia, tekanan posttraumatic, obsesi dan kompulsi, ADHD (Attention deficit
hyperactivity), suasana hati, gangguan kecemasan, depresi, dan sebagainya. Terapi bermain telah
terbukti menjadi pendekatan terapeutik yang efektif untuk orang-orang dari semua kelompok
usia, meskipun anak di bawah umur sangat memperhatikan jenis perawatan ini. Terapis dapat
menggunakan beberapa panduan dan praktik umum dalam perawatan untuk mendorong manfaat
terbesar bagi orang-orang yang merawatnya. Saat bekerja dengan seorang anak, seorang terapis
dapat memberikan terapi tambahan untuk orang dewasa yang memainkan peran Sepanjang
terapi, terapis biasanya akan menekankan kunci dalam kehidupan anak. pada promosi
pengembangan kesehatan mental dan psikososial, menjelaskan rencana perawatan kepada orang
yang menerima perawatan dan wali hukum anak, jika perlu. Terapis juga dapat
mengkoordinasikan bahwa perawatan dengan dokter atau profesional perawatan kesehatan
lainnya untuk memastikan kesejahteraan anak tetap menjadi prioritas pengobatan. Jika secara
tidak tepat disentuh oleh seorang anak dalam perawatan, terapis mungkin merasa lebih baik
untuk menjelaskan bahwa penting agar tubuh setiap orang dihormati, mendokumentasikan
kejadian tersebut, kemudian mendiskusikan situasi tersebut dengan wali hukum anak pada
kesempatan paling awal. Seorang terapis mungkin juga merasa perlu untuk membuat pengaturan
untuk mencegah anak, atau orang yang mereka cintai, dari merasa ditinggalkan, jika ada istirahat
dalam perawatan.

b. Terapi Lingkungan (Mileu Therapy)

Milieu adalah kata bahasa Prancis yang berarti "tengah", sementara itu dalam terjemahan
bahasa Inggris, kata milieu berarti "lingkungan", oleh karena itu terapi ini disebut juga terapi
lingkungan. Terapi ini adalah pengobatan gangguan mental atau ketidakpercayaan dengan
membuat perubahan substansial dalam keadaan dan lingkungan hidup pasien dengan cara
meningkatkan keefektifan bentuk terapi lainnya. Tujuan terapi lingkungan adalah memanipulasi
lingkungan sehingga semua aspek pengalaman di rumah sakit klien dianggap terapeutik. Dalam
lingkungan terapeutik ini, klien diharapkan dapat belajar mengatasi adaptif, interaksi dan
keterampilan hubungan yang dapat digeneralisasikan ke aspek lain dalam hidupnya.

Skinner menguraikan tujuh asumsi dasar dasar komunitas terapeutik yang menjadi:

1) Kesehatan pada setiap individu harus direalisasikan dan didorong untuk tumbuh: semua
individu dianggap memiliki kekuatan dan keterbatasan. Aspek sehat individu ini diidentifikasi
dan berfungsi sebagai fondasi bagi pertumbuhan kepribadian dan kemampuan untuk berfungsi
lebih adaptif dan produktif dalam semua aspek kehidupan.

2) Setiap interaksi adalah kesempatan untuk intervensi terapeutik: dalam situasi terstruktur ini,
hampir tidak mungkin untuk menghindari interaksi interpersonal (interpersonal interaction).
Situasi ideal ada bagi klien untuk meningkatkan keterampilan hubungan komunikasi dan
pengembangan.

3) Klien memiliki lingkungannya sendiri: klien membuat keputusan dan memecahkan masalah
yang berkaitan dengan unit lingkungannya. Dengan cara ini kebutuhan pribadi akan otonomi dan
juga kebutuhan yang berkaitan dengan kelompok secara keseluruhan terpenuhi.

4) Setiap klien memiliki tingkah lakunya: setiap individu dalam komunitas terapeutik diharapkan
bertanggung jawab atas tingkah lakunya sendiri.

5) Tekanan rekan adalah alat yang berguna dan hebat: perilaku norma kelompok dibentuk
melalui tekanan teman. Umpan balik bersifat langsung dan sering, sehingga berperilaku dengan
cara yang dapat diterima oleh anggota masyarakat lainnya menjadi penting.
6) perilaku yang tidak tepat ditangani saat terjadi: Individu memeriksa pentingnya perilaku
mereka, melihat bagaimana hal itu mempengaruhi orang lain, dan mendiskusikan cara
berperilaku yang lebih tepat dalam situasi tertentu.

7) Pembatasan dan hukuman harus dihindari: Perilaku merusak biasanya dapat dikendalikan
dengan diskusi kelompok. Namun, jika seseorang membutuhkan kontrol eksternal, isolasi
sementara lebih disukai daripada pembatasan yang panjang atau hukuman kasar lainnya.

Tujuan terapi lingkungan:

1) Memanipulasi lingkungan sehingga semua aspek pengalaman di rumah sakit klien dianggap
terapeutik.

2) Klien diharapkan untuk belajar koping adaptif, interaksi dan keterampilan hubungan yang
dapat digeneralisasi ke aspek lain dari hidupnya.

3) Mencapai otonomi klien.

Prinsip terapi lingkungan :

1) Mempromosikan penghormatan mendasar bagi indi vidu (baik klien dan staf).

2) Untuk memanfaatkan peluang komunikasi antara klien dan staf untuk manfaat terapeutik
maksimal.

3) Untuk mendorong klien bertindak setingkat dengan kemampuan mereka dan untuk
meningkatkan harga diri mereka.

4) Mempromosikan sosialisasi.

5) Memberikan kesempatan bagi klien untuk menjadi bagian dari manajemen lingkungannya.

6) Individu bertanggung jawab atas tindakannya sendiri

7) Tekanan rekan digunakan untuk memperkuat pera turan dan peraturan.

8) Menggunakan pendekatan kelompok.

9) Diskusi kelompok didahulukan sebagai pendekatan untuk perilaku menyimpang.

10) Fungsi perawat adalah bertindak dengan cara yang secara konsisten mempromosikan tujuan
ini.
Konsep terapi lingkungan dikembangkan dari keinginan untuk melawan dampak negatif
dan regresif dari pelembagaan: mengurangi kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara
independen, adopsi nilai dan sikap institusional, dan kehilangan komitmen di dunia luar.
Beberapa strategi telah dikembangkan untuk mengatasi dampak negatif ini, antara lain:

1) Distribusi tenaga Pendekatan

Terapi lingkungan melibatkan "perataan" hirarki kendali sehingga semua peserta


memiliki suara pengambilan . Proses ini dapat mencakup keseluruhan populasi unit perawatan,
atau dewan pengurus dapat mengambil keputusan akhir berdasarkan masukan dari berbagai
kelompok klien dan anggota staf yang lebih kecil.Tujuan akhir dari setiap program pengobatan
adalah otonomi klien. Hal ini dapat dicapai melalui kemajuan bertahap melalui sejumlah
program pengobatan atau dengan secara bertahap meningkatkan independensi dalam program
yang diberikan. Sadar memasukkan rencana untuk meningkatkan kemandirian adalah sarana
untuk mencapai otonomi klien.

2) Komunikasi Terbuka

Meskipun pentingnya komunikasi terbuka telah banyak dikenal dalam literatur, namun
masih belum menjadi kenyataan dalam banyak peraturan. Salah satu alasan mengapa ini terjadi
adalah ketidakamanan orang-orang yang berwenang. Komunikasi terbuka membutuhkan
pengambilan risiko. Mempertanyakan dan mengkritik mungkin mengancam, di mana ada sedikit
risiko jika tidak ada umpan balik yang diperbolehkan. Norma budaya, pertahanan pribadi dan
pola komunikasi yang mapan dapat menghalangi komunikasi. Di lingkungan terapeutik,
keputusan pengobatan sering dilakukan oleh klien itu sendiri, oleh karena itu memerlukan
informasi untuk mengambil keputusan yang efektif. Tidak perlu mengkomunikasikan informasi
pribadi namun klien dan staf harus menyadari tujuan pengobatan individual untuk memastikan
setiap orang bekerja menuju tujuan yang sama. Dalam suasana ini, kerahasiaan eksklusif
digantikan oleh rasa saling percaya, kejujuran dan komunikasi terbuka.

3) Interaksi terstruktur

Seorang psikiatri Amerika, K.A. Menninger, mempelopori konsep pola interaksi


terstruktur berupa terapi sikap. Keuntungan dari pendekatan interaksi terstruktur adalah bahwa
semua anggota staf mendekati klien secara konsisten, mengakui area diagnostik tertentu,
sehingga mempersingkat waktu pengobatan. Kekurangan dari pendekatan ini adalah bahwa
begitu diagnosis dibuat dan sikap yang ditentukan ada sedikit fleksibilitas dalam pola interaksi.
Fluktuasi harian dalam kondisi klien mungkin tidak diperhitungkan, dan beberapa anggota staf
terkadang tampak kaku dalam menanggapi klien mereka.

4) Kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan.

Fokus kegiatan ini adalah pada manfaat bagi klien dan bukan kepada agensi. Bekerja
dalam situasi yang realistis dan penghargaan yang tepat mungkin merupakan aktivitas sentral
terbaik untuk semua klien. Beberapa faktor berkontribusi terhadap program terapi kerja yang
efektif.

a) Klien perlu memilih jenis pekerjaan yang ingin mereka lakukan.

b) Kegiatan kerja harus diarahkan untuk mengem bangkan keterampilan yang akan
berguna dalam situasi pekerjaan aktual. Kecenderungan saat ini adalah menempatkan
klien pada pekerjaan dan memberikan dana untuk dukungan staf di lingkungan kerja.
Berbagai kegiatan memberi kesempatan untuk menguji area yang berbeda untuk
kepentingan pekerjaan di masa depan.

5) Keterlibatan masyarakat dan keluarga dalam proses pengobatan

Sebagai hasil dari pengobatan yang lebih efektif dan filosofi perawatan manusiawi, pusat
kesehatan mental masyarakat muncul. Rawat inap dianggap diinginkan hanya untuk penyakit
akut. Untuk akses mudah, pusat kesehatan mental ditempatkan dengan nyaman di lingkungan
sekitar. Menurut pendekatan terapi lingkungan, klien disimpan di lingkungan mereka yang biasa,
misalnya, pusat perawatan hari atau rumah singgah, dan teruskan sebagian besar kegiatan rutin
mereka saat menerima perawatan. Jika salah satu anggota keluarga dirawat di rumah sakit,
sebuah usaha dilakukan untuk melanjutkan keterlibatan keluarga. Ini adalah cara efektif untuk
memperbaiki interaksi keluarga dan meminimalkan isolasi akibat rawat inap satu anggota
keluarga.

6 Adaptasi lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.

Untuk mengembangkan potensi penuhnya, seseorang harus memiliki lingkungan yang


disesuaikan dengan kebutuhannya saat ini. Mengadaptasi lingkungan untuk memenuhi beberapa
kebutuhan ini sangat menantang karena perpanjangan terapi lingkungan untuk semua kelompok
usia dan dimasukkannya anggota keluarga dengan individu dari berbagai usia di lingkungan
pengobatan. Klien yang mengalami kemunduran atau yang kewalahan membutuhkan lebih
banyak struktur dan dukungan; Klien lain mendapatkan keuntungan dari program yang
mempromosikan otonomi dan tanggung jawab. Program yang memberikan peningkatan
tanggung jawab bertahap akan menjadi solusi yang efektif.
Efek terapeutik dan antiterapi dari terapi lingkungan akan rumah sakit percaya pada jenis
pendekatan ini untuk pasien tergantung pada aturan rumah sakit. Jika organisasi yang sakit
mental, efeknya dapat dicapai. Jika tidak, sulit bagi unit untuk mencapai tujuan ini. Kelebihan
dari terapi jenis ini adalah terapi ini menciptakan jenis perilaku dan perilaku yang berbeda pada
pasien karena lingkungannya, seperti rumah. Selain itu, kelebihan lain dari jenis terapi ini antara
lain:

1) Alih-alih mengadopsi peran sakit, pasien membuat keputusan dalam manajemen lingkungan
dan merawat pasien lain. Dengan kata lain, dia menjadi kurang dependen dan pasif.

2) Pasien belajar untuk mengadopsi perilaku yang dapat diterima di lingkungan terapeutik seperti
belajar mengendalikan permusuhan.

3) Pasien belajar membuat keputusan yang meningkatkan kepercayaan dirinya.

4) Lingkungan dalam terapi ini mencakup lingkungan fisik yang aman, anggota tim perawatan,
dan klien lainnya, yang didukung oleh batasan yang jelas dan perilaku konsisten.

5) Lingkungan terapeutik adalah ruang yang aman, suasana yang tidak menghukum, yang
meminimalkan tekanan lingkungan dan memberi kesempatan untuk beristirahat dan mengasuh
diri, waktu untuk berfokus pada perkembangan kekuatan, dan kesempatan untuk belajar
mengidentifikasi alternatif atau solusi untuk masalah dan untuk belajar tentang psikodinamik
dari masalah tersebut.

6) Pasien dapat mengembangkan hubungan yang harmonis dengan anggota masyarakat lainnya.
7) Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.

8) Menjadi sosio-sentris.

9) Belajar untuk hidup dan berpikir secara kolektif dengan anggota masyarakat.

Meskipun memiliki beragam kelebihan, tidak dapat dimungkiri jenis terapi ini juga memiliki
kekurangan. Kekurangan ini antara lain:

1) Peran yang samar antara staf dan pasien.

2) Tanggung jawab kelompok dapat dengan mudah men jadi tanggung jawab siapa pun.

3) Kebutuhan dan kekhawatiran individu mungkin tidak terpenuhi. 4 Pasien mungkin sulit
menemukan transisi ke masyarakat.

5) Terapi ini terbatas hanya pada pasien rawat inap. 6 Resolusi konflik diperlukan sebagai bagian
dari kete staframpilan
6) Rasio client-to-staff rendah.

7) Membutuhkan komunikasi terbuka terus menerus diantara semua staf dan klien.

Terapi Keluarga

Terapi sistem keluarga mengacu pada sistem yang berpikir dalam pandangannya tentang
keluarga sebagai unit emosional. Ketika sistem berpikir yang mengevaluasi bagian bagian suatu
sistem dalam kaitannya dengan keseluruhan diterapkan pada keluarga, ini menunjukkan bahwa
perilaku keduanya sering diinformasikan dan tidak dapat dipisahkan dari fungsi keluarga asal
seseorang. Keluarga yang mengalami konflik di dalam unit dan mencari bantuan profesional
untuk mengatasinya mungkin menganggap pendekatan sistem keluarga sebagai pendekatan yang
bermanfaat. Menurut Stuart (2016), terapi keluarga mengacu pada dua hal:

1) Tindakan pada keluarga yang spesifik dan kerangka kerja konseptual yang lebih luas.

2) Tindakan yang mencakup perawatan berpusat pada keluarga, psikoterapi keluarga dan
pasangan, membangun keterampilan keluarag, beberapa kelompok keluarga, dan dukungan di
rumah. Terapi sistem keluarga didasarkan pada teori sistem keluarga Murray Bowen, yang
menyatakan bahwa individu tidak dapat dipisahkan dari jaringan hubungan mereka. Seperti
psikoanalis lain pada masanya, Murray Bowen tertarik untuk menciptakan proses pengobatan
yang lebih ilmiah dan objektif sebagai alternatif kerangka kerja diagnostik konvensional dan
bahasa patologis. Bowen percaya bahwa semua terapis telah mengalami tantangan dalam
keluarga asal mereka dan bahwa kesadaran akan hal ini dapat membantu terapis menormalkan
perilaku manusia terhadap orang-orang dalam perawatan. Bowen memperkenalkan teori sistem
keluarga pada akhir tahun 1960-an setelah bertahun-tahun meneliti pola keluarga penderita
skizofrenia yang menerima perawatan dan pola keluarga asalnya sendiri.

Terapi individual tradisional seringkali membahas jiwa batin individu untuk


menghasilkan perubahan dalam hubungan dan aspek kehidupan lainnya. Teori Bowen
menunjukkan bahwa ini bermanfaat untuk mengatasi struktur dan perilaku sistem hubungan yang
lebih luas, yang ia percaya berperan dalam pembentukan karakter. Menurut Bowen, perubahan
perilaku salah satu anggota keluarga cenderung berpengaruh pada cara keluarga berfungsi seiring
berjalannya waktu. Banyak bentuk terapi keluarga didasarkan pada teori sistem keluarga.
Pendekatan sistem keluarga umumnya termasuk dalam kategori struktural, strategis, atau
intergenerasional.

1) Terapi keluarga struktural, yang dirancang oleh Salvador Minuchin, melihat hubungan
keluarga, perilaku, dan pola seperti yang ditunjukkan dalam sesi terapi untuk mengevaluasi
struktur keluarga. Terapi ini menekankan aktivitas/kegiatan, seperti bermain peran dalam sesi,
terapis juga memeriksa subsistem dalam struktur keluarga, seperti subsistem orang tua atau
saudara.
2) Terapi keluarga yang strategis, yang dikembangkan oleh Jay Haley, Milton Erickson, dan
Cloe Madanes, antara lain, mengkaji proses dan fungsi keluarga, seperti pola atau pemecahan
masalah, dengan mengevaluasi perilaku keluarga di luar sesi terapi. Teknik terapeutik mencakup
reframing atau mendefinisikan ulang skenario masalah atau menggunakan intervensi paradoks
(misalnya menyarankan keluarga untuk mengambil tindakan yang tampaknya bertentangan
dengan tujuan terapeutik mereka) untuk menciptakan perubahan yang diinginkan. Terapis
keluarga yang strategis percaya bahwa perubahan dapat terjadi dengan cepat, tanpa analisis
intensif terhadap sumber masalah.

3) Terapi keluarga antargenerasi mengakui pengaruh generasi pada perilaku keluarga dan
individu. Mengidentifikasi pola perilaku multigenerasi, seperti manajemen kecemasan, dapat
membantu orang melihat bagaimana masalah mereka saat ini berakar pada generasi sebelumnya.
Bowen merancang pendekatan ini pada terapi keluarga, menggunakannya dalam perawatan
untuk individu dan pasangan serta keluarga. Teknik yang digunakan Bowen seperti
menormalkan tantangan keluarga dengan mendiskusikan skenario serupa di keluarga lain,
menggambarkan reaksi anggota keluarga masing-masing alih-alih melakukan tindakan tersebut,
dan mendorong anggota keluarga untuk menanggapi dengan pernyataan "Saya" dan bukan
pernyataan yang menuduh.

Genogram, atau gambaran riwayat medis keluarga dan hubungan interpersonal, dapat
digunakan untuk menyoroti faktor psikologis, sifat turun-temurun, dan masalah signifikan
lainnya atau kejadian masa lalu yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Bowen
menggunakan genogram untuk penilaian dan pengobatan. Pertama, dia akan mewawancarai
setiap anggota keluarga untuk menciptakan sejarah keluarga yang terperinci yang akan dimulai
setidaknya tiga generasi. Bowen kemudian menggunakan informasi ini untuk membantu
menyoroti informasi penting serta masalah kesehatan perilaku atau mental yang berulang dari
generasi ke generasi. Dia awalnya percaya bahwa dibutuhkan tiga generasi untuk mengetahui
gejala skizofrenia dalam keluarga, meskipun dia kemudian merevisi perkiraan ini menjadi
sepuluh generasi.

Delapan konsep teoritis utama membentuk dasar pendekatan Bowenian. Konsep-konsep


ini saling terkait, dan pemahaman menyeluruh masing-masing mungkin diperlukan untuk
memahami yang lain.Konstruksi teoritis ini mencakup:

1) Diferensiasi diri, konsep inti pendekatan Bowen, mengacu pada cara seseorang dapat
memisahkan pikiran dan perasaan, merespons kecemasan, dan mengatasi variabel-variabel
kehidupan sambil mengejar tujuan pribadi. Individu dengan tingkat diferensiasi tinggi
mungkin lebih mampu mempertahankan individualitas sambil tetap menjaga kontak
emosional dengan kelompok. Seseorang dengan tingkat diferensiasi yang rendah mungkin
mengalami perpaduan emosional, merasakan apa yang dirasakan kelompok, karena
keterbatasan batas interpersonal antara anggota keluarga. Orang yang sangat berbeda
mungkin lebih cenderung mencapai kepuasan melalui usaha mereka sendiri, sementara
orang-orang dengan orang yang kurang berkembang mungkin mencari validasi dari orang
lain.

Segitiga emosional merupakan jaringan stabilitas sistem hubungan manusia yang paling kecil
(sistem hubungan yang lebih besar dapat dianggap sebagai jaringan segitiga yang saling terkait).
Dedi dua orang mungkin ada untuk sementara waktu tapi mungkin menjadi tidak stabil karena
kecemasan diperkenalkan. Sistem tiga orang, bagaimanapun, dapat menyediakan lebih banyak
sumber daya untuk mengelola dan mengurangi

2) kecemasan keseluruhan di dalam kelompok. Terlepas dari potensi peningkatan stabilitas,


banyak segitiga menetapkan peraturan mereka sendiri dan ada dengan dua sisi selaras dan satu
sisi dalam konflik - situasi yang dapat menyebabkan kesulitan. Hal yang biasa terjadi pada anak-
anak untuk di triangulasi dalam hubungan orang tua mereka. Proses proyeksi keluarga, atau
transmisi kecemasan

3) orang tua, kesulitan hubungan, dan kekhawatiran emosional pada anak di dalam segitiga
emosional, dapat berkontribusi pada pengembangan masalah emosional dan masalah lainnya
pada anak. Orang tua (first day) mungkin terlebih dahulu memusatkan kecemasan atau
kekhawatiran pada anak dan, ketika anak bereaksi terhadap hal ini dengan mengalami
kekhawatiran atau kecemasan pada gilirannya, mungkin mencoba "memperbaiki" masalah ini
atau mencari bantuan profesional. Namun, ini mungkin sering memiliki dampak negatif lebih
lanjut karena anak mulai terpengaruh oleh kekhawatiran dan mungkin menjadi tergantung pada
orang tua untuk "memperbaikinya". Apa yang biasanya mengarah pada perbaikan paling banyak
pada anak adalah manajemen, dari pihak orang tua, dari keprihatinan mereka sendiri.

4) Proses penularan multigenerasi, menurut Bowen, menggambarkan cara individu mencari


pasangan dengan tingkat diferensiasi yang serupa, yang berpotensi menyebabkan perilaku dan
kondisi tertentu diteruskan dari generasi ke generasi. Pasangan di mana masing masing pasangan
memiliki tingkat diferensiasi yang rendah mungkin memiliki anak-anak yang tingkat diferensiasi
lebih rendah. Anak-anak ini pada memiliki akhirnya mungkin memiliki anak dengan tingkat
diferensiasi yang lebih rendah lagi. Ketika individu meningkatkan tingkat diferensiasi mereka,
menurut Bowen, mereka mungkin dapat mematahkan pola ini, mendapatkan kelegaan dari gejala
diferensiasi rendah mereka, dan mencegah gejala dari kembalinya atau terjadi pada anggota
keluarga lainnya.

5) Perpotongan emosional menggambarkan situasi di mana seseorang memutuskan untuk


mengatasi kesulitan emosional atau masalah lain lainnya dalam sistem keluarga dengan secara
emosional menjauhkan diri dari anggota keluarga lainnya. Memotong hubungan emosional dapat
berfungsi sebagai upaya untuk mengurangi ketegangan dan stres dalam hubungan dan
menangani masalah interpersonal yang belum terselesaikan, namun hasil akhirnya seringkali
merupakan peningkatan kecemasan dan ketegangan, walaupun hubungannya mungkin kurang
penuh dengan konflik yang tampak jelas. Bowen percaya bahwa cutoff emosional akan membuat
orang lebih penting dalam hubungan baru, yang akan menambah tekanan pada hubungan
tersebut, pada gilirannya.

6) Posisi saudara menggambarkan kecenderungan anak anak tertua, menengah, dan termuda
untuk mengambil peran spesifik dalam keluarga karena perbedaan harapan, disiplin orang tua,
dan faktor lainnya. Misalnya, anak yang lebih tua mungkin diharapkan bertindak sebagai orang
dewasa miniatur dalam lingkungan keluarga. Peran ini mungkin dipengaruhi oleh posisi saudara
dari orang tua dan saudara.

7) Proses emosional masyarakat menggambarkan bagaimana prinsip-prinsip yang mempengaruhi


sistem emosional keluarga juga mempengaruhi sistem emosional masyarakat. Individu dalam
masyarakat mungkin mengalami kecemasan dan ketidakstabilan yang lebih besar selama periode
regresi, dan kesejajaran dapat dicatat antara fungsi emosi masyarakat dan keluarga. Faktor-faktor
seperti kelebihan populasi, ketersediaan sumber daya alam, kesehatan ekonomi, dan sebagainya
dapat mempengaruhi masa regresif ini.

8) emosional keluarga inti mencerminkan kepercayaan Bowen bahwa keluarga inti cenderung
Proses di empat bidang utama: konflik pasangan intim, perilaku bermasalah atau masalah dalam
satu pasangan, jarak emosional, dan gangguan fungsi pada anak-anak. Kegelisahan dapat
menyebabkan perkelahian, pertengkaran, kritik, atau terlalu banyak kinerja tanggung jawab,
dan / atau perilaku jarak jauh. Meskipun sistem kepercayaan dan sikap tertentu seseorang
terhadap hubungan dapat mempengaruhi perkembangan isu sesuai dengan pola hubungan,
Bowen menganggapnya sebagai hasil dari sistem emosional keluarga.

Terapi sistem keluarga telah digunakan untuk mengobati banyak masalah kesehatan
mental dan perilaku. Secara umum, ini dapat dianggap sebagai pendekatan yang efektif untuk
masalah-masalah yang tampaknya berhubungan atau terwujud dalam keluarga asal. Terapi
sistem keluarga terbukti efektif dengan keluarga, pasangan, dan individu. Hal penting bagi
terapis keluarga adalah membedakan antara fungsi keluarga yang adaptif dan maladaptif agar
secara tepat dapat mengidentifikasi target gejala untuk tindakan pada keluarga. Stuart (2016)
menyebutkan bahwa perawat memiiki banyak kesempatan untuk mendorong hubungan keluarga
yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling suportif, dan rujukan untuk
terapi serta dukungan. Dalam menjalankan peran ini, perawat harus mengintegrasikan teori
berbasis keluarga dengan ilmu tindakan pada keluarga dalam program klinis, memberikan dan
mempromosikan tindakan pada keluarga berbasis bukti, serta advokasi untuk keluarga dan
penggantian pihak ketiga untuk tindakan pada keluarga.

Pendekatan ini dapat membantu dalam mengatasi kondisi seperti skizofrenia,


ketergantungan alkohol dan zat, bipolar, kegelisahan, masalah kepribadian,depresi, dan masalah
makan dan makanan. Meskipun terapi sistem keluarga Bowenian adalah cara pengobatan yang
populer yang oleh para terapis dan orang orang dalam pengobatan telah membuktikan
keefektifan pendekatan ini, saat ini terdapat dasar bukti empiris yang mendukung pendekatan ini.
Meskipun basis bukti berkembang, lebih banyak data terutama dari sumber yang objektif dapat
membantu mengkonfirmasi keefektifannya.

Kritik kedua dari pendekatan ini adalah netralitas yang tampaknya tak tergoyahkan dari
para praktisi. Beberapa ahli kesehatan mental percaya bahwa dengan tetap bersikap netral, tidak
terpengaruh, atau diam, para praktisi terapi sistem keluarga mungkin memberikan persetujuan
diam diam terhadap perilaku berbahaya individu dalam terapi yang mungkin mengekspos diri
mereka atau orang lain dan Terapi Kelompok

Perubahan terbaru dalam dunia psikiatri, yang kebanyakan terjadi setelah tahun 1970,
telah memperjelas usaha untuk menggerakkan perawatan pasien psikiatri dari perawatan
longitudinal dan institusionalisme dalam rumah sakit jiwa ke arah perawatan jangka pendek di
bidang psikiatri rumah sakit umum, dan di luar tata cara rumah sakit.

Perubahan revolusioner di psikofarmakologi, di mana metode terapeutik yang sudah


usang kemudian diadopsi oleh tim kesehatan mental, telah memberikan dorongan pada
penciptaan metode pengobatan baru. Salah satu jenis pengobatan baru tersebut adalah terapi
kelompok. Terapi kelompok adalah jenis psikoterapi, di mana pasien yang telah dipilih
dimasukkan ke dalam sebuah kelompok yang dipimpin oleh psikoterapis. Hal ini bertujuan
merangsang pasien membantu pasien lainnya dalam pengobatan sehingga dapat menciptakan
perubahan pada kepribadian dan perilaku pasien.

Terapi kelompok, sesuai namanya, adalah jenis terapi psikologis yang dilakukan dengan
sekelompok orang, bukan antara profesional kesehatan mental secara individu. Biasanya, orang-
orang dalam kelompok menghadapi masalah yang sama, seperti kecemasan atau kecanduan.
Keuntungan terbesar dari terapi kelompok adalah membantu pasien menyadari bahwa dia tidak
sendiri dan bahwa ada orang lain yang memiliki masalah serupa. Hal ini sering dianggap
anugerah dan sangat melegakan bagi seorang pasien.

Berada dalam terapi kelompok juga dapat membantu pasien mengembangkan


keterampilan baru untuk berhubungan dengan orang lain. Dinamika sebuah kelompok sering
mencerminkan masyarakat pada umumnya, dan belajar bagaimana berinteraksi dengan anggota
kelompok lainnya dapat membantu pasin dalam hubungannya di luar kelompok. Selain itu,
anggota kelompok yang memiliki masalah yang sama dapat saling mendukung, dan mungkin
menawarkan saran untuk menangani masalah tertentu yang mungkin tidak dipikirkan. Pada
awalnya, pasien mungkin tidak merasa nyaman ketika mendiskusikan masalah di depan orang
asing. Namun, kenyataan bahwa orang lain menghadapi situasi yang sama seperti dirinya dapat
membantu pasien membuka diri dan mendiskusikan perasaannya.

Selain itu, segala sesuatu yang terjadi dalam sesi terapi kelompok sangat dirahasiakan.
Sesi terapi kelompok bervariasi, namun format dasarnya adalah sekelompok kecil pasien yang
bertemu secara reguler untuk mendiskusikan perasaan dan masalah mereka dan memberikan
dukungan bersama. Tidak seperti kelompok pendukung swadaya, sesi dipandu oleh seorang
terapis profesional kelompok. Terapis bertindak sebagai moderator dan yang dilatih secara
khusus dalam terapi mungkin menyarankan "ema" atau topik untuk diskusi kelompok.
Terkadang, terapis akan mengizinkan anggota kelompok untuk memilih topik untuk sesi ini.
Sebagai bagian dari sesi terapi kelompok, para anggota mencoba mengubah cara lama mereka
berperilaku dan berpihak pada cara baru yang lebih produktif. Biasanya, ada banyak interaksi
dan diskusi di antara anggota kelompok. Anggota juga dapat melakukan kegiatan tertentu, seperti
mengatasi ketakutan dan kecemasan tertentu. Terapi kelompok dapat membantu orang dengan
berbagai jenis masalah kesehatan mental. Seperti terapi individual, terapi kelompok dapat
memberi manfaat bagi orang-orang dengan kondisi seperti kegelisahan, panik, depresi, masalah
keluarga, kecanduan, dll. Dalam beberapa kasus, orang orang yang mengambil bagian dalam
terapi kelompok juga akan menjalani konseling individual. Susunan kelompok bervariasi; dalam
beberapa kasus, kelompok terdiri dari orang-orang yang memiliki kondisi yang sama (misalnya
depresi). Dalam kasus lain, kelompok tersebut dicampur.

Jenis dan tujuan terapi kelompok menurut Rawlins, Wiliams, dan Beck (1993):

1) Kelompok terapeutik

Bertujuan mencegah masalah kesehatan, mendidik, mengembangkan potensi,


meningkatkan kualitas kelompok dengan angota saling bantu dalam menyelesaikan
masalah.

2) Terapi kelompok
Membuat sadar diri, meningkatkan hubungan interpersonal dan membuat perubahan.
3) Terapi aktivitas kelompok
Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok yang dilakukan secara
bertahap. Selain itu, dapat juga berupa melakukan hal yang menjadi hobinya seperti
menyanyi, saat melakukan hobi, terapis mengobservasi reaksi pasien berupa ekspresi
perasaan secara nonverbal.Seorang psikolog klinis, direktur Rhode Island Cognitive
Behavioral Therapy and Coaching, Ben Johnson, PhD, ABPP, menjelaskan bahwa ada
beberapa manfaat terapi kelompok yang dapat dirasakan oleh pesertanya, antara lain:

- Kelompok memberikan dukungan. Mendengar dari orang lain dengan masalah serupa
membantu pasien melihat bahwa pasien tidak sendiri dalam masalah yang dihadapi,
apakah pasien bergulat dengan serangan panik, depresi, atau masalah kesehatan mental
lainnya. Banyak orang mengalami rasa lega setelah mengikuti terapi kelompok.

- Kelompok menyediakan tempat untuk didengar dan mendengar. Pasien bisa


mendapatkan perspektif yang lebih luas mengenai situasi pasien lainnya, dan itu dapat
membantu pasien tersebut mengatasi masalah dengan lebih baik.
- Kelompok bisa mendorong pasien sembuh. Mendengar bagaimana anggota lain berhasil
mengatasi rasa depresi atau masalah kesehatan mental lainnya bisa mendorong pasien
untuk bekerja lebih keras demi kesembuhannya.

-Kelompok mempromosikan keterampilan sosial. Kelompok tidak hanya membantu


meredakan rasa isolasi, tapi juga memberi kesempatan untuk berlatih kembali terlibat
dengan orang lain. Dengan berpartisipasi dalam sebuah kelompok, pasien bisa bertemu
dan berinteraksi dengan orang lain.Kelompok bisa mengajari seorang pasien
tentang diri mereka sendiri. Setiap orang dalam kelompok itu seperti memegang cermin dan
diharapkan bisa melihat dirinya melalui mata mereka sendiri. Ini adalah cara untuk
menemukan titik-titik buta yang mungkin menghalangi kemampuan seseorang
masalahnya.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam
upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. (Kusumawati
F & Hartono Y, 2011)

Terapi modalitas adalah suatu bentuk terapi yang diberikan dalam upaya mengubah
perilaku pasien dan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif baik secara fisik maupun
psikologis. Berdasarkan definisi ini maka terapi modalitas dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Terapi modalitas adalah terapi utama
dalam keperawatan jiwa. Jenis-jenis terapi modalitas diaPntaranya adalah terapi psikoanalisis
psikoterapi, terapi modifikasi perilaku, terapi kelompok, terapi rehabilitas. terapi psikodrama,
terapi lingkungan. Prosedur pelaksanaan terapi ini adalah menjadikan perawat sebagai
terapismendasarkan potensi yang dimiliki klien sebagai titik tolak terapi untuk penyembuhan.
Untuk bentuk terapi modalitas klien dapat dilakukan dengan pendekatan sesuai dengan
karakteristik setiap klien serta strategi pelaksanan, baik untuk klien maupun untuk keluarga.
Manfaat dari terapi ini adalah mengembalikan perilaku klien dari yang mal adaptif menjadi
adaptif.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan pada makalah ini antara lain dalam manajemen
terapi modalitas perlu strategi yang mungkin dapat dilakukan untuk dijadikan alternatif dalam
merawat klien dengan gangguan jiwa, serta mengaplikasikan strategi pelaksanaan bagi klien dan
keluarga sehingga nantinya penyakit gangguan jiwa dapat diminalisir serta keluarga mampu turut
dalam perawatan sehingga sebisa mungkin faktor predisposisi serta presipitasi untuk
menimbulkan gangguan jiwa tidak terjadi dan dapat dimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai