Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh

NAMA: MAHI MINCE BULU

Nim : PO5303212210359

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAIKABUBAK

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis sehinnga penyusunan makalah yang berjudul “TERAPI
MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA ” dapat diselesaikan tanpa kesulitan yang
besar.

Adapun penyusunan makalah ini sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Jiwa. Saya dapat menyelesaikan ini dengan melakukan pencarian.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan. Untuk itu saya senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi
perbaikan penyusunan makalah ini.

Akhir kata, saya mohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Semoga makalah ini
bermanfaat.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................... i

HALAMAN PENGANTAR........................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1

B. Rumusan Masalah..............................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................3

BAB II, TINJAUAN TEORI


Pengertian..................................................................... 4

B. Jenis-jenis terapi modalitas..................................................5

1. Terapi Individual................................................................ 6

2. Terapi Kelompok............................................................... 7

3. Terapi Keluarga.................................................................. 8

4. Terapi Lingkungan..............................................................9

5. Terapi Biologis................................................................. 10

6. Terapi kognitif.................................................................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................13
B. Saran......................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di
berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi
perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien
(modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi terapi ini
bisa dipakai untuk terapi keperawatan keluarga.

Terapi modalitas Adalah berbagai pendekatan penanganan klien gangguan


jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan
gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.

Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi


kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa
gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area
psikoedukatif, dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab
perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor
predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan
penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana
mekanisme koping yang dipilih oleh seorang individu. Dari sini kemudian baru
menentukan apakah perilaku individu tersebut adaptif atau maladaptive.

Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda


terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku
terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual
kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan pandangan
model social, model perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula
dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik
dalam terapi gangguan jiwa.

Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-


spirit dan modalitas (cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam
kehidupan sehari-hari dan praktek keperawatannya. Terapi Modalitas menjadi
salah satu cara bagi perawat untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik
dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media penyembuh dalam
rangka menolong orang lain, kelompok atau masyarakat dari masalah kesehatan.

Terapi modalitas merupakan terapi yang merubah kebiasaan seseorang


menjadi lebih produktif dan menjalani kehidupan yang lebih sehat. Dalam terapi
medalitas diantaranya yaitu senam kaki pada pederita Diabetes Melitus. World
Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penduduk dunia yang
menderita diabetes mellitus pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat paling
sedikit menjadi 366 juta. Indonesia menempati urutan ke - 4 terbesar dalam
jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk.

Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, penyakit diabetes mellitus


merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. Namun perhatian
terhadap penanganan diabetes mellitus di negara berkembang masih kurang,
terutama tentang komplikasi yang ditimbulkan akibat diabetes mellitus (Suyono,
2006 dalam Pramesti, 2013).

Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus yang sering dijumpai


adalah kaki diabetik (diabetic foot), yang dapat ber- manifestasikan sebagai
ulkus, infeksi dan gangren dan artropati Charcot (Reptuz, 2009; dikutip
Andarwanti, 2009). Ada dua tindakan dalam prinsip dasar pengelolaan diabetic
foot yaitu tindakan pencegahan dan tindakan rehabilitasi. Tindakan rehabilitasi
meliputi program terpadu yaitu evaluasi tukak, pengendalian kondisi metabolik,
debridemen luka, biakan kuman, antibiotika tepat guna, tindakan bedah
rehabilitatif dan rehabilitasi medik. Tindakan pencegahan meliputi edukasi
perawatan kaki, sepatu diabetes dan senam kaki (Yudhi, 2009 dalam Flora,
Hikayati & Purwanto, 2014).

Berdasarkan uraian diatas bahwa Senam Kaki pada penderita Diabetes


Melitus dapat mencegah terjadinya kadar gula darah sehingga penting untuk
diterapkan pada pasien yang menderita diabetes melitus. Maka dari itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbandingan antara Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Melitus yang Melakukan senam dengan yang tidak di
Kota Langsa Tahun 2015.
B.RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Terapi modalitas Dalam keperawatan jiwa


2. Apa Tujuan dari terapi terapi modalitas
3. Apa saja peran perawat dalam terapi modalitas

C. TUJUAN PENULISAN

a. Untuk mengetahui terapi individu

b. Untuk mengetahui terapi kelompok

c. Untuk mengetahui terapi keluarga

d. Untuk mengetahui terapi Lingkungan

e. Untuk mengetahui terapi biologis

f. Untuk mengetahui terapi kognitif

g. Untuk mengetahui terapi perilaku


BAB II

PEMBAHASAN

A. TERAPI MODALITAS

1. Pengertian

Terapi modalitas Adalah berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa


yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa
denga perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.

Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang menggunakan


kemampuan fisik atau elektrik. Terapi modalitas bertujuan untuk membantu proses
penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami oleh klien. (Lundry & Jenes, 2009
dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di institusi
maupun di masyarakat yg bermanfaat dan berdampak terapeutik. Terapi modalitas adalah
suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada dengan tanpa disadari dapat menimbulkan
respons tubuh berupa energi sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004).
Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri, perawatan gangren,
perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan peregangan, range of motion, dan terapi
hiperbarik.

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai untuk terapi Keperawatan
Komunitas.

2. Prinsip Pelaksanaan

Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak
terapi atau penyembuhan.
3. Dasar Pemberian Terapi Modalitas

a. Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku manusia

b. Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi yang
mengandung reaksi( respon yang baru )

c. Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya faktor-faktor
yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu sehingga reaksi indv tersebut
dapat diprediksi ( reward dan punishment )

d. Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam menunjuang dan
menghambat perilaku individu dalam kelompok social

e. Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan
sosial ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistic

B. Jenis Terapi Modalitas

a. Terapi individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan


hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang
terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien.
Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan
dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan
tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.

Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu


menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu
meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:

a) Tahapan orientasi

b) Tahapan kerja

c) Tahapan terminasi

Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan klien. Yang
pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan saling percaya
dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting untuk mengawali hubungan agar
klien bersedia mengekspresikan segala masalah yang dihadapi dan mau bekerja sama
untuk mengatasi masalah tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat. Setelah klien
mempercayai perawat, tahapan selanjutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan
apa yang menjadi latar belakang munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi,
juga penderitaan yang klien hadapi. Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara
perawat dan klien untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan
perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
tersebut.

Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat


sebagai terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi diri. Klien
mengungkapkan apa yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya memperhatikan
konteks cerita klien akan tetapi harus memperhatikan juga bagaimana perasaan klien saat
menceritakan masalahnya. Dalam fase ini klien dibantu untuk dapat mengembangkan
pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk
berani mengambil risiko berubah perilaku dari perilaku maladaptive menjadi perilaku
adaptif.

Setelah kedua fihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang
mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih terkendali maka
perawat dapat melakukan terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk melakukan
terminasi adalah apabila klien telah merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri,
social dan pekerjaan, serta yang lebih penting adalah tujuan terapi telah tercapai.

b. Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi
kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya
adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan
mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap permulaan, fase kerja,
diakhiri tahap terminasi.

Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase
orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam
interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut
dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan cara
mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal
pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok. Fase
permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.

Di fase kerja terapis membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus
pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota
kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai
tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama
kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku dengan
saling mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai
sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.

Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam
hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota
kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi terhadap
setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota
kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa
mendatang.

c. Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga
mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah
keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang
dituntut oleh anggotanya.

Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase
3 (terminasi).

Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-
isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua
atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha
mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-
masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga,
peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di
mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan
terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

d. Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada
nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

Perawat mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri,


belajar ketrampilan dan perilaku baru yang bertujuan untuk memampukan klien dapat hidup
di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih
dari rumah sakit ke komunitas.

Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan,


pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Klien
juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus ditaati, harapan lingkungan, tekanan
peer, dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga mendorong
komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan
perilaku yang baru.

Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan
kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat
hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk
beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.

e. Terapi Biologis

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di
mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang
lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak
mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah
pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku
abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.

Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi:

a) pemberian obat (medikasi psikofarmaka)

b) intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT)

c) foto terapi

d) dan bedah otak.

Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan
jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.

f. Terapi Kognitif

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang


mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu
mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola
berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut.

Tujuan Terapi Kognitif


a) Mengembangkan pola pikir yang rasional

b) Menggunakan pengetesan realita

c) Membantu perilaku dengan pesan internal

Intervensi :

a) Mengajar substitusi pikiran

b) Penyelesaian masalah

c) Memodifikasi percakapan diri negative

d) Pelaksanaan terapi kognitif

e) Mengajarkan untuk mensudtitusikan pikiran pasien, belajar menyelesaikan


masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.

g. Tetapi Perilaku

Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat
proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari
perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:

a. Role model

b. Kondisioning operan

c. Desensitisasi sistematis

d. Pengendalian diri

e. Terapi aversi atau releks kondisi

Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh
perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari melalui
praktek dan meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan teknik
kondisioning operan dan desensitisasi.

Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi


penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah ditampilkan oleh klien.
Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang didapat maka perilaku tersebut akan
dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya seorang klien begitu bangun tidur
langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat memberikan pujian terhadap perilaku
tersebut. Besok pagi klien akan mengulang perilaku segera mandi setelah bangun tidur
karena mendapat umpan balik berupa pujian dari perawat. Pujian dalam hal ini adalah
reward atau penghargaan bagi perilaku positif klien berupa segera mandi setelah bangun.

Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi sistematis
yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan secara
bertahap memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau situasi yang menimbulkan
kecemasan tersebut secara bertahap dalam keadaan klien sedang relaks. Makin lama
intensitas pemaparan stimulus makin meningkat seiring dengan toleransi klien terhadap
stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau
kecemasannya akan stimulus tersebut.

Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih dengan
teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah kata-kata negatif
menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka klien sudah memiliki kemampuan untuk
mengendalikan perilaku yang lain sehingga menghasilkan terjadinya penurunan tingkat
distress klien tersebut.

Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif. Caranya
adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk merusak perilaku yang
maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan ini dapat berupa menghilangkan stimulus positif
sebagai “punishment” terhadap perilaku maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar
untuk tidak mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan diterima
akibat perilaku negatif tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sampai dengan saat ini tidak ada jenis terapi yang dapat mengatasi semua masalah
gangguan jiwa klien. Kombinasi terapi merupakan keharusan. Untuk itu perawat
mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengkombinasikan berbagai terapi sehingga
perubahan perilaku yang dicapai akan maksimal. Untuk mencapai langkah ini tentu dituntut
semakin meningkatnya pengetahuan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan berbagai
pendekatan/strategi terapi ini. Belajar berkelanjutan karenanya menjadi hal yang wajib
dilakukan setiap perawat jiwa.

B. SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa mampu memahami pemberian


terapi untuk pasien, sehingga bisa menentukan terapi yang cocok untuk pasien yang
mengalami masalah kejiwaan.
DAFTAR PUSTAKA

Flora R, Hikayati, Purwanto. 2014. Jurnal dengan Judul: Pelatihan senam kaki pada
penderita diabetes Mellitus dalam upaya pencegahan Komplikasi diabetes pada kaki
(diabetes foot). Universitas Sriwijaya, Fakultas Kedokteran. (dikutip pada tanggal 25
Desember 2014)

http://nursing-community.blogspot.com/2013/06/kelompok-9-terapi-medik-dan-
terapi.html

http://www.academia.edu/7835924/Senam_Kaki (dikutip pada tanggal 26 Desember


2014)

Pramesti, DE. 2013. Jurnal dengan Judul: Perbedaan Pengetahuan Tentang


Perawatan Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Pendidikan Kesehatan Di Desa Kedunggading Kecamatan Ringinarum Kabupaten
Kendal. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. (dikutip
pada tanggal 25 Desember 2014)

Setyodi & Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai