Disusun oleh :
Alfiani nurlatifah
Astri Nurastuti
Aldi yusup
Indi rahmawati
Intan debrina
Refi sanjaya
Vicka meidiana
i
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya. Yang telah melimpahkan rahmat hidayah
serta inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah tentang Konsep
Recovery Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca. Karna kebenaran hanya milik Allah SWT dan yang salah, dosa,
khilaf hanya milik kami.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
2.3 Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada proses Penyembuhan
.. 4
3.1 Kesimpulan............................................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
b. Mengetahui Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada proses
Penyembuhan
c. Mengetahui terapi generalis
d. Mengetahui terapi spesialis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa
yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa
dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis
mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan
dengan memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis. Dalam
pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa berdasarkan pada kompetensi
yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan.
3
Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan
oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupu
terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak
penting dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak
dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan
jiwa. Terapi alternatif komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart,
2013).
4
sama dengan klien dalam membina hubungan terapiutik sebagai bagian dari tim
pelayanan kesehatan.
c. Pemberian Obat
Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien dalam mendapatkan
pengobatan psikofarmakologi. Pada beberapa pelayanan perawat bertugas
menentukan jadwal dosis berdasarkan dosis kebutuhan obat seta kebutuhan klien,
mengatur pemberian obat dan selalu waspada terhadap efek serta penanganan
efek obat.
d. Monitor Efek Obat
Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka. Peran dalam
memantau efek obat seperti membuat standarisasi pengukuran efek obat terhadap
target gejala, mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi
berlawanan dan mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta
keyakinannya terhadap perawatan. Obat harus diberikan sesuai dengan dosis
yang direnkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat sebelum menentukan
apakah memiliki dampak terapiutik yang adekuat pada klien.
e. Edukasi Pengobatan
Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan edukasi pada klien
dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi meliputi pemberian informasi lengkap
kepada klien dan keluarga sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan
dan menerimanya. Edukasi tentang obat merupakan kunci penting agar efektif
dan aman dalam mengonsumsi obat-obat psikotropika, kolaborasi klien dalam
merencanakan tritmen dan kepatuhan klien terhadap regimen terapi obat.
5
memeberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien (Manked et
al,2010).
ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya dapat
ditoleransi dengan baik oleh klien. Dalam beberapa kasus, stelah program awal
tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah dengan pemberian obat antridepresan:
untuk bulan pertama setelah remisi program remisi trigmen dilakukan seminggu
sekali, kemudian berkurang secara bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA,
2001).
Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan Falcone,2011).
Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk
mengatasi kodisi depresi yang bertahan (Nahas dan Anderson,2011). Tingkat respon
terhadap ECT 80% atau lebih untuk sebagian besar klien lebih baik daripada tingkat
respon terhadap obat antidepresan, sehingga terapi dianggap sebai antidepresan yang
paling efektif (Keltner dan Boschini,2009).
Peran perawat
Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan ECT. Peran
ini meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi. Dukungan Emosi dan
Pendidikan. Asuhan keperawatan diberikan kepada klien dan keluarga setelah
dijelaskan bahwa ECT merupakan pilihan program tritmen. Peran paling penting
perawat adalah memberikan kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan
perasaan, termasuk masalah yang terkait dengan mitos atau yang berkaitan dengan
ECT. Perawat dapat mengajarkan klien dan keluarga, mempertimbangkan ansietas,
kesiapan untuk belajar, dan kemampuan untuk memahami penjelasan yang
diberikan.
Asuhan Keperawatan Sebelum Prosedur Tritmen, pemberian asuhan
keperawatan ini meliputi peninjauan kembali proses konsultasi, memastikan bahwa
setiap kelainan hasil tes laboratorium telah ditangani, dan memeriksa bahwa
peralatan dan perlengkapan yang diperlukan telah memadai dan berfungsi.
Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah ke ruan tritmen,
baik dengan berjalan kaki atau dibawah dengan menggunakan kursi roda, didampingi
seorang perwat dan dengan siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap
6
mendapingi klien selama pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada
klien.
Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus berdekatan
dengan dengan ruang tritmen untuk memudahkan akses staf anastesi keluar masuk
dalam keadaan darurat. Setelah klien berada diruan pemulihan perawat harus harus
mengokservasi klien sampai benar-benar pulih. Perawoat harus meyakinkan kodisi
klien dan secara periodic mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan yang singkat,
sangat membantu klien dalam proses pemulihan. Perawat harus menjelaskan bahwa
sebagian besar masalah memori akan hilang dalam beberapa minggu.
7
4. Iktisas Terapi Kelompok
Peran Perawat
8
Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan untuk
memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia, terapis musik bekerja di berbagai fasilitas dan perawatan kesehatan.
Meskipun terapis musik secara khusus dilatih untuk menggunakan musik dalam
berbagai cara terapi, ada banyak situasi di mana perawat dapat menerapkan
intervensi musik ke dalam rencana perawatan pasien (Lindquist, 2014).
Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah, gelombang otak,
suhu tubuh, pencernaan, dan hormon adrenal) melibatkan irama dan getaran yang
terjadi secara rutin, berkala dan terdiri dari osilasi (Crowe, 2004 dalam Lindquist,
2014). Intervensi musik memberikan pasien / klien stimulus menghibur yang dapat
membangkitkan sensasi menyenangkan sambil memfokuskan perhatian individu ke
musik bukan pada pikiran stres, nyeri, ketidaknyamanan, atau rangsangan
lingkungan lainnya (Lindquist, 2014).
c. Humor
Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama antara
komedi-klub humor dan humor terapi. Tujuan dari menggunakan humor terapi
sebagai terapi komplementer harus jelas untuk kepentingan klien atau pasien, bukan
untuk terapis/perawat sebagai kepuasan pribadi atau hanya untuk kesenangan
"(Steven Sultanoff, 2012 dalam Lindquist, 2014). Humor terapi telah didefinisikan
sebagai setiap intervensi yang mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan dengan
merangsang ekspresi. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan, sebagai terapi
komplementer, memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi baik fisik, emosi,
kognitif, sosial, dan spiritual "(AATH, 2000 dalam Lindquist, 2014).
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya
gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress
diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari
berkembangnya mental illness pd diri seseorang. Prinsip Keperawatan Jiwa, antara lain:
a. Manusia
b. Lingkungan
c. Kesehatan
d. Keperawatan
Kesehatan jiwa meliputi :
a. Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
b. Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
c. Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara
langsung dan asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan
10
aktifitas perawat kesehatan jiwa yang membantu upaya penanggulangan maslah
kesehatan jiwa.
3.2 Saran
Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam
penanganan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah kesehatan jiwa yang
ada serta upaya penanganannya dengan baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
12