Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

KEPERAWATAN KELUARGA

DISUSUN OLEH:

OLEH KELOMPOK I

AGNES YANADA : 12114201190004

ALFA O TASIDJAWA : 12114201190005

ALFREDO G SIAHAYA : 12114201190006

ALMA S KAMANASA : 12114201190009

ANDARIAS KOBAON : 12114201190014

ANJELY SEILATU : 12114201190018

ASDE SEKEWAEL : 12114201190025

BLANDINA LARTUTUL : 12114201190033

BENJAMIN LESNUSA : 12114201190030

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI S1-ILMU

KEPERAWATAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ns. Fandro A.
Tasidjawa, M.Kep pada mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa 1 . Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan juga
penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ns. Fandro A. Tasidjawa, M.Kep,


selaku dosen Keperawatan Kesehatan Jiwa 1 yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Ambon, 13 Maret 2021

Kelompok I
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 4

1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
3. Manfaat Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 5

1. Model Konsep Keperawatan


2. Peran Perawat

BAB IV REVIEW PERAN PERAWAT JIW………...…………………….. 17

1. Peran Perawat Jiwa Komunitas


2. Peran Perawat Jiwa Di Rumah Sakit

BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keperawatan merupakan pengabdian atau pekerjaan social yang


dilakukan untuk kesejatraan dan kesembuhan orang lain. Maka haruslah tergerak
motif-motif dimana perawat harus tidak mementingkan diri sendiri, tidak egois,
tanggung jawab pada peawatan, mementingkan kesejatraan orag yang dirawatnya
dan harus dibimbing oleh keseluruhan tanggungjawab keperawatan. terlebih lagi
perawat yang bekerja merawat pasien gangguan jiwa harus menghadapi orang-
orang dengan gangguan psikologis dan membantu psikiater dalam proses
penyembuhan. (Djati & Imansyah, 2016)

Djati & Imansyah, (2016) menjelaskan keperawatan jiwa atau mental


diharapkan mampu mengkaji secara komprehensif, menggunakan ketrampilan
memecahkan masalah secara efektif dengan pengambilan keputusan klinik yang
komplek (advokasi), melakukan kolaborasi dengan profesi lain, peka terhadap
issue yang mencakup dilemma etik, pekerjaan yang menyenangkan, tanggung
jawab fisikal. Jadi peran keperawatan jiwa professional telah berkembang secara
komplek dari elemen-elemen sejarah aslinnya. Peran perawat disisni sangatlah,
karena sembuh dan tidaknnya pasien juga dididukung oleh ketelatenan perawat
dalam memberikan perhatian dalam setiap step terapi penyembuhannya. Perawat
harus memperhatikan dan mengontrol kesehatan dari setiap pasien yang
dirawatnya secara mendetail baik dari sisi medis maupun terapi mental, karena
perkembangan yang terjadi pada setia pasien harus dilaporkan pada psikiater
sehingga dapat dengan cepat diperoleh kesembuhan.

Gunarsa (2008) dalam Djati & Imansyah, 2016 juga menyebutkan,


seorang perawat yang berdedikasi tinggi yakni seorang perawat yang mempunyai
tujuan pengabdian diri demi kesejatrahan orang lain dan perlu memperhatikan
hubungan-hubungan dalam perawatan yaitu humbungan timbal balik antara
individu, hubungan dengan pasien, perawatan individu secara keseluruhan dan
hubungan dengan keluarga pasien. Dilain sisi Jhonson, dkk mengatakan bahwa
perawat juga harus bisa mengerti kondisi dan emosi orang yang dirawatnya
biasannya melukiskan dir sendiri menjadi orang yang lebih toleran maupun
mengendalikan diri, mempunyai pengaruh seta bersifat humanistik.

Perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia dimulai sejak zaman dulu


kala, ketika ganguan jiwa dianggap kerusakan, sehingga para dukun berusaha
mengeluarkan roh jahat. Seiring perkembangan keperawatan jiwa di dunia,
perkembangan jiwa di Indonesia juga pun turut berkembang. Hal dimulai sejak
zaman kolonial. Sebelum ada RSJ di Indonesia, pasien gangguan jiwa ditampung
di RS sipil atau RS militer di Jakarta, Semarang dan Surabaya, yang ditampung
pada umumnya penderita gangguan jiwa berat. Kemudian mulailah didirikan RS
jiwa. (Djati & Imansyah, 2016)

Faktanya ada beberapa kasus yang mengabarkan bahwa orang dengan


gangguan jiwa sering diperlakukan tidak manusiawi seperti kasus yang terjadi
dikabupaten jombang dikutip dari artikel (Ibad, 2013) seseorang dengan gangguan
jiwa ngamuk dan melempar-lempar batu pada siapa saja yang mendekatinnya,
sehingga akhirnnya ia ditangkap dan diikat ole warga sekitar. Tidak hanya
mengikat saja penduduk sekitar juga memukuli. Setelah dipukuli penduduk sekitar
mengembalikannya pada keluarga dan meminta pihak keluarga untuk
mengurunggnya.

Dari fakta kasus diatas menunjukan betapa pentinggnya memahami kondisi-


kondisi pasien dirumah sakit jiwa. Bagaimana perawat dapat memperlakukan
orang-orang yang memerlukan orang-orang yang menderita gangguan jiwa secara
manusiawi. Perawat harus bisa mengatasi pasien yang mengamuk dengan
pendekatan humanistic, bukan memukili, mengikat dan memasung. Perawat harus
lebih memahami kondisi emosional pasiennya dan memperlakuan pasien dengan
penuh kesabaran. (Djati & Imansyah, 2016)

Dalam memberikan pelayanan perawat hendaklah menggunakan kealihan-


kealihan tersebut. Hal tersebut dapat dicapai apabila perawat memperlihatkan
sikap carring kepada pasien dengan memperlihatkan kata-kata yang lemah lembut,
sentuhan, membrikan rasa aman yang disebut dengan empati.

Empati diperlukan agar perawat dapat memahami apa keinginan melalui


perspektif pasien dan menjalani hubungan yang baik pada pasien sehingga dapat
terjalin kerjasama antara perawat dan pasien dalam proses penyembuhan,
pemberian obat maupun terapi pada pasien. Karena pasien dengan gangguan jiwa
juga membutuhkan peran serta dukungan dari orang-orang disekitanya bukan
dengan mengucilkan, mengasingkan bahkan memasung tidak akan mengatasi
masalah dari penderita gangguan jiwa bahkan menambah parah penyakitnnya
(Primadila,2011 dalam Djati & Imansyah, 2016).

Oleh karena itu perawat harus memahami kondisi emosi, pikiran dan berbagai
perspektif orang yang dirawatnnya dan merasakan apa yang dirasakan oleh pasien
yang dirawatnya. Dari keahlihan-keahlihan yang harus dimiliki tersebut, menjadi
hal yang menarik bagaimana perawat mengimplementasikan keahlihan tersebut
pada pasien yang notabene mengalami gangguan kejiwaan.

1.1 Tujuan Penulisan

Agar pembaca dapat memahami tentang keperawatan kesehatan jiwa baik


global di Indonesia dan pertumbuhan perawat jiwa di Indonesia.

1.2 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut ini :
1. Dosen
Bagi dosen, makalah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan penilaian.
2. Mahasiswa
Bagi mahasiswa, makalah ini dapat digunakan sebagai referensi dan literature
3. Masyarakat
Bagi masyarakat, makalah ini dapat digunakan sebagai bacaan yang dapat
menambah ilmu pengetahuan.
BAB II

TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Perawat

Peran perwata sangat penting dalam dunia medis dimana perawat sangat
dibutuhkan dalam menunjang kinerja dokter agar dapat memberikan pelayanan
yang tepat terhadap klien. Perawat juga adalah tenaga medis yang paling sering
berinteraksi dengan pasien. Dia adalah barisan pertama dalam pemeriksaan pasien
sebelum pasien tersebut ditangani oleh dokter. Perawat merupakan kunci penting
dalam memberikan informasi mengenai keadaan pasien sebelum dilakukan
penanganan lanjut oleh dokter, oleh karena itu profesi perawat tidak dapat
dipisahkan dari system kesehatan secara keseluruhan (Fhirawati, et all 2020)

Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan profesional memiliki peran


sebagai pemberi asuhan,pendidik, advokat klien, konselor, agen pengubah,
pemimpin, manajer, manajer kasus, serta peneliti dan pengembang praktik
keperawatan (Gangadharan, Narwal, & Gangadharan, 2017; Pasthikarini,
Wahyuningsih, & Richard, 2018 dalam Wahyudi, 2020).

Suprajitno (2004), menjelasakan perawat yang memberikan asuhan


keperawatan mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien dengan


menggunakan proses keperawatan

2. Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien


dengan tenaga kesehatan yang lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan
klien, membela kepentingan klien, dan membantu keluarga untuk
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.

3. Sebagai pendidik klint, perawat membantu klien meningkatkan


kesehatannnya melalui pemberian pengetahuan yang terkait tindakan
keperawatan dan tindakan medic yang diterima keluarga sehingga
keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahui.

4. Sebagai coordinator, perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan


potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan keluarga secara
terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan atau tumpang
tindih.

5. Sebagai kolaborator, perawat bekerja sama dengan tim kesehatan yang lain
dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan
keperawatan guna memenuhi kebutuhan dasar keluarga.

6. Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi inovasi dalam berpikir,


besikap, dan bertingkah laku dan meningkatkan ketrampilan keluarga agar
menjadi sehat.

PMK No 26 tahun 2019, UU No 34 Tahun 2014, dalam menyelenggarakan


praktik perawat bertugas sebagai :

1. Pemberi asuhan keperawatan

2. Penyuluh dan konselor bagi pasien

3. Pengelola pelayanan keperawatan

4. Peneliti keperawatan

5. Pelakasana tugas berdasarkan pelimphan wewenang

6. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu


BAB III

REVIEW TERKAIT PERAN PERAWAT JIWA

1. Peran Perawat Jiwa Di Komunitas


Judu Jurnal : Peran dan motivasi perawat kesehatan jiwa
dalam program bebas pasung: studi kasus di
Mataram

Nama jurnal: Berita Kedokteran Masyarakat


(BKM Journal of Community Medicine and
Public Health)

Volume dan halaman: Volume 32, No 8, Halaman 287-294

Tahun: 2016

Penulis: Arif Rahman , Carla Raymondalexas


Marchira , Ibrahim Rahmat

Tanggal review: 7 maret 2021

Reviewer : Blandina Lartutul


Latar belakang Perawat kesehatan jiwa komunitas adalah
perawat yang ditempatkan di Puskesmas dan
ditunjuk untuk melakukan layanan kesehatan
jiwa di wilayah kerja puskesmas, dengan
peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
secara langsung, sebagai pendidik dan
sebagai koordinator kegiatan dalam
pelaksanaan program bebas pasung dan
dapat memberikan pelayanan ksehatan
dengan asuhan keperawatan yang dimana
semacam pengobatan, dan di anjurkan
mengikuti latihan self care, sehingga dapat
mandiri dan dapat bekerja dengan produktif
kembali.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan peran perawat kesehatan
mental dan motivasi pelaksanaan program
bebas kendali (program bebaspasung) di
Puskesmas, Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Subjek penelitian perawat penanggung jawab program


kesehatan jiwa di puskesmas yang pernah
mengikuti pelatihan BC CMHN (Basic
Course in Community Mental Health
Nursing sejumlah 10 orang.
Metode penelitian Jenis penelitian kualitatif dengan desain
studi kasus, Subjeknya sepuluh perawat
program kesehatan mental, tiga orang dari
keluarga penderita, dua pegawai dinas
kesehatan masyarakat dan satu orang mantan
pegawai penderita gangguan jiwa.

Hasil penelitian Dari hasil yang di dapat


1. Peran perawat kesehatan jiwa dalam
pelaksanaan program.
peran kesehatan jiwa memiliki peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan
secara langsung.
 Memberikan tindakan
keperawatan kepada keluarga
dan penderita
2. Peran perawat sebagai kordinator
kegiataan.
 Sebagai kordinator kegiataan,
perawat berperan dalam
memetahkan kasus pasung
3. Motivasi perawat kesehatan jiwa
dalam pelaksanaan program bebas
pasung.
 Motivasi intrinsik perawat
kesehatan jiwa (motivation
factor) adalah berupa bentuk
pekerjaan. Hasil penelitian
menggambarkan bahwa
perawat kesehatan jiwa
menyukai perannya sebagai
pelaksana
4. Motivasi perawat kesehatan jiwa
dalam pelaksanaan program bebas
pasung.
 Motivasi intrinsik perawat
kesehatan jiwa (motivation
factor) adalah berupa bentuk
pekerjaan. Hasil penelitian
menggambarkan bahwa
perawat kesehatan jiwa
menyukai perannya sebagai
pelaksanaan.

Kelebihan Perawat kesehatan jiwa di Kota Mataram


tengah melaksanakan program bebas
pasung, sesuai denga tugas nya yaitu
merawat pasien dan memberikan edukasi
baik kepada pasien maupun keluarga dan
dapat menjadi mentor untuk
memperdayakan penderita agar dapat
melakukan kegiatan secara mandiri, dan juga
menerapkan asuhan keperawatan dengan
demikian pelayanan pasien menjadi
sempurna, sehingga pasien bisa nyaman dan
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Kekurangan Perawat kesehatan jiwa perlu melaksanakan
program bebas pasung namun belum
terlaksana secara maksimal terkait kondisi
kerja yang di alami oleh perawat untuk itu
perlu meningkatkan kerjasama dengan
tokoh agama, masyarakat dan semua lintas
sektoral di Kota Mataram dalam
pelaksanaan program bebas pasung,
terutama dalam upaya preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif, sehingga masalah-
masalah terkait penyakit jiwa dapat teratasi.
Perbedaan dengan rencana penelitian Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan desain studi kasus. untuk
melakukan wawancara mendalam dengan
beberapa informan untuk memperoleh
tanggapan informan terhadap peran perawat
kesehatan jiwa terkait pelaksanaan program
bebas pasung.

2. PERAN PERWAT JIWA DI RS


Judul Jurnal Kopetensi Perawat Dalam Merawat Pasien
Gangguan Jiwa
Nama Jurnal Nursing Compocies In Taking Care Patient
With Mental Disordes
Volume Dan Halaman Volume 11 Dan No . 2 Halaman 230 - 239
Tahun 2016
Penulis Ah. Yusuf, Rizki Fitryasari, Hanik Endang
Nihayati, Rr. Dian Tristiana
Tanggal Review 7 Maret 2021

LATAR BELAKANG Palayanan keperawatan merupakan


bagian yang tidak dipisahkan dari
pelayanan kesehatan yang berperan
dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal pada tatanan individu, keluarga
dan masyarakat.
kompetensi perawatberhubungan erat
dengan kemampuan dam motivasi kerja
yang kuat dalam memberikan pelayan.
kompetensi yang dimiliki perawat,
tercermin pada pelaksanaan tugas
keperawatan dalam pelayanan kepada
pasien, tidak terkecuali pada perawat di
rumah sakt jiwa (rsj).
TUJUAN PENELITIAN Penelitian mengidentifikasi 8 tema
sebagai hasil penelitian.
proses pemunculan tema tersebut
diuraikan berdasarkan tujuan penelitian.
SUBJEK PENELITIAN Kompetensi merupakan campuran dari
sebuah keterampilan (skill) dengan
karakteristik personal (hye-won & mi-
ran 2014 : mohtashami et al. 2013).
hasil penelitin ini didapatkan beberapa
tema terkait dengan kompetensi perawat
dalam merawat pasien dengan gangguan
jiwa.
METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan desain
kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskritif untuk
mengganbarkan kompetensi perawat
dalam pasien gangguan jiwa.
HASIL PENELITIAN Penelitian mengidentifikasi 8 tema
sebagai hasil penelitian. proses
pemunculan tema tersebut diuraikan
berdasarkan tujuan penelitian.
tujuan penelitian pertama adalah
persepsi perawat tentang kompetensi
perawat dalam merawat pasien
gangguan jiwa, terdiri dari 3 tema,
yaaitu melaksanakan asuhan
keperawatan, melaksanakan standar
prosedur operasional (sop) di ruang dan
melaksanakan terapi modalitas
keperawatan jiwa.
tujuan penelitia 2 adalah hambatan yang
ditemuidalam mengaplikasikan
kompetensi sebagai perawat jiwa
meliputi 5 tema, yaitu hambatan dalam
pelaksanaan dokumentasi keperawatan,
fasilitas yang terbatas, kurang efektifnya
pelaksanaan manajemen d ruangan,
kondisi sumber daya manusia yang
dimiliki serta kondisi pasien yang
dirawat.
KELEBIHAN Perawat kesehatan jiwa di rumah sakit
sudah sangat baik karena mereka
melakukan komunikasi dengan pasien
gangguan jiwa
dan memberikan perhatian yang lebih
dan juga dapat mengontrol emosi
mereka ketika sedang melakukan
komunikasi dengan pasien jiwa.
KEKURANGAN Perawat kesehatan jiwa perlu
meningkatkan kerja sama dengan tokoh
agama, masyarakat dan semua lintas
sektoral di masyarakat.
agar proses penyembuhan pasien bisa
berjalan dengan baik.
PERBEDAAN DENGAN RENCANA Penelitian menggunakan desain
PENELITIAN kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskritif untuk
menggambarkan kompetensi perawat
dalam pasien gangguan jiwa.
kompetensi perawat diukur berdasarkan
persepsi perawat rsj tentang kinerja
yang harus dimiliki selama bekerja di
rsj
DAFTAR PUSTAKA

Ballard, K. A., 2012. Issue And Trends In Psychiatric Mental Health Nursing. In
psychiatric nursing, Jones And Baelett Publisher, PP. 21-38. Available
at:http://nursing.jbpub.com/book/psychiatric.

Budiawan, I.N., suarjana, I.K & wijaya, I.P.G., 2015. Hubungan Kompetensi,
Motivasi Dan Beban Kerja Dan Kinerja Perawat Pelaksanaan Di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Bali. Public health and preventive medicine archive, 3(2).

Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan; 2013.
Djati, Imansyah (2016) Empati Perawat Pasien Gangguan Jiwa. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/42057/. Diakses Pada 13 Maret 2021
Lestari W, Wardhani YF. 2016. Stigma dan Penanganan Penderita Gangguan Jiwa
Berat Yang Dipasung (Stigma and Management on People with Severe Mental
Disorders with Pasung). https://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/9250
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2019 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__26_Th_219_ttg_Pe
raturan_Pelaksanaan_UU_Nomor_38_Tahun_2014_tentang_Keperawatan.pdf

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.


https://dinkes.padangpariamankab.go.id/assets/media/cdfe56bdb01ba10b9382cf61c67
be1a9.pdf

Wahyudi. 2020. Pengalaman Perawat Menjalani Peran Dan Fungsi Perawat Di


Puskesmas Kabupaten Garut. Jurnal Sahabat Keperawatan, Vol. 2; No. 1

Anda mungkin juga menyukai