Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman, kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan bantuannya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan.
Adapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi salah satu
tugas tentang Peran Perawat Profesional.
Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun,
dami terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…….……………………………………...……………………...i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..iii
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...6
Daftar pustaka……………………………………………………………………….….iv
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata –
mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra
kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara – negara maju. Perawat dianggap
sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk itu perawat dituntut memiliki
skill yang memadai untuk menjadi seorang perawat profesional.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan
menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang.
Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif.
1.1 Tujuan
Peran perawat adalah merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kependudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang
bersifat konstan (Hidayat, 2007).Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun
1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik,
koordinator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat,
2008) terdiri dari :
5. Peran kolaborator
Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain- lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran konsultan
Di sini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
7. Peran pembaharu
Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
Menurut Puspita (2014) peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif sebagai upaya memberikan kenyamanan dan kepuasan pada pasien,
meliputi:
1. Caring, merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat, menghargai orang lain,
artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan- kesukaan seseorang dan
bagaimana seseorang berpikir dan bertindak.
2. Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi
dengan pasiennya.
3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman pasien.
4. Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional baik dari pasien
maupun perawat lain sebagai suatu hal yang biasa disaat senang ataupun duka.
5. Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan
komunikasi simpatis yang memiliki makna.
6. Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya.
7. Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat
dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
8. Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan
keterampilannya.
9. Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang
lain dengan menjaga kerahasiaan pasien kepada yang tidak berhak
mengetahuinya.
10. Listening artinya mau mendengar keluhan pasiennya.
11. Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan
duka , senang, frustasi dan rasa puas pasien.
2.2 Teknik Dalam Menjalankan Peran Perawat
Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup bahkan merupakan suatu
cita-cita bagi sebagian orang. Namun, adapula orang yang menjadi perawat karena suatu
keterpaksaan atau kebetulan, bahkan menjadikan profesi perawat sebagai alternatif
terakhir dalam menentukan pilihan hidupnya.Terlepas dari semua itu, perawat merupakan
suatu profesi yang mulia.Seorang perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan
merawat klien tanpa membeda-bedakan mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan
intervensi yang tepat yang dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi
nyawa orang lain.Seorang perawat juga mengemban fungsi dan peran yang sangat
penting dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik kepada klien. Namun,
sudahkah perawat di Indonesia melakukan tugas mulianya tersebut dengan baik?
Bagaimanakah citra perawat ideal di mata masyarakat? Perkembangan dunia kesehatan
yang semakin pesat kian membuka pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan
dan keperawatan. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat yang mulai menyoroti
kinerja tenaga-tenaga kesehatan dan mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam
pelayanan kesehatan.
Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, berpengaruh terhadap meningkatnya
tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan.
Oleh karena itu, citra seorang perawat kian menjadi sorotan. Hal ini tentu saja merupakan
tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama
memberikan pelayanan yang berkualitas agar citra perawat senantiasa baik di mata
masyarakat.
Menjadi seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi untuk
membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan kebanyakan
masyarakat telah didekatkan dengan citra perawat yang identik dengan sombong, tidak
ramah, genit, tidak pintar seperti dokter dan sebagainya. Seperti itulah kira-kira citra
perawat di mata masyarakat yang banyak digambarkan di televisi melalui sinetron-
sinetron tidak mendidik. Untuk mengubah citra perawat seperti yang banyak
digambarkan masyarakat memang tidak mudah, tapi itu merupakan suatu keharusan bagi
semua perawat, terutama seorang perawat profesional.
Seorang perawat profesional seharusnya dapat menjadi sosok perawat ideal yang
senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional dalam memberikan asuhan
keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat profesional memiliki pendidikan yang lebih
tinggi sehingga ia lebih matang dari segi konsep, teori, dan aplikasi. Namun, hal itu
belum menjadi jaminan bagi perawat untuk dapat menjadi perawat yang ideal karena
begitu banyak aspek yang harus dimiliki oleh seorang perawat ideal di mata masyarakat.
Perawat yang ideal adalah perawat yang baik. Begitulah kebanyakan orang menjawab
ketika ditanya mengenai bagaimana sosok perawat ideal di mata mereka. Mungkin
kedengarannya sangat sederhana. Namun, di balik semua itu, pernyataan tersebut
memiliki makna yang besar.
Masyarakat ternyata sangat mengharapkan perawat dapat bersikap baik dalam arti
lembut, sabar, penyayang, ramah, sopan dan santun saat memberikan asuhan
keperawatan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang masih menemukan perilaku
kurang baik yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap klien saat menjalankan
tugasnya di rumah sakit.Hal itu memang sangat disayangkan karena bisa membuat citra
perawat menjadi tidak baik di mata masyarakat. Ternyata memang hal-hal seperti itulah
yang memunculkan jawaban demikian dari masyarakat. Untuk menjadi perawat ideal di
mata masyarakat, diperlukan kompetensi yang baik dalam hal menjalankan peran dan
fungsi sebagai perawat.
Seorang perawat profesional haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik. Adapun peran perawat diantaranya ialah pemberi perawatan, pemberi
keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi
kenyamanan, komunikator, penyuluh, dan peran karier. Semua peran tersebut sangatlah
berpengaruh dalam membangun citra perawat di masyarakat. Namun, disini saya akan
menekankan peran yang menurut saya paling penting dalam membangun citra perawat
ideal di mata masyarakat. Peran-peran tersebut diantaranya ialah peran sebagai pemberi
perawatan, peran sebagai pemberi kenyaman dan peran sebagai komunikator. Peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan merupakan peran yang paling utama bagi seorang
perawat.Perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik
dan terampil akan membangun citra keperawatan menjadi lebih baik di mata masyarakat.
Saat ini, perawat vokasional memang masih mendominasi praktik keperawatan di rumah
sakit maupun di tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perawat vokasional memiliki kemampuan aplikasi yang
baik dalam melakukan praktik keperawatan. Namun, perawat vokasional memiliki
pengetahuan teoritis yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan perawat profesional.
Dengan semakin banyaknya jumlah perawat profesional saat ini, diharapkan dapat
melengkapi kompetensi yang dimiliki oleh perawat vokasional. Seorang perawat
profesional harus memahami landasan teoritis dalam melakukan praktik keperawatan.
Landasan teoritis tersebut akan sangat berguna bagi perawat profesional saat menjelaskan
maksud dan tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikan secara rasional kepada klien.
Hal ini tentu saja akan membawa dampak baik bagi terciptanya citra perawat ideal di
mata masyarakat yaitu perawat yang cerdas, terampil dan profesional. Kenyamanan
merupakan suatu perasaan subjektif dalam diri manusia. Masyarakat yang menjadi klien
dalam asuhan keperawatan akan memiliki kebutuhan yang relatif terhadap rasa nyaman.
Mereka mengharapkan perawat dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman mereka. Oleh
karena itu, peran perawat sebagai pemberi kenyamanan, merupakan suatu peran yang
cukup penting bagi terciptanya suatu citra keperawatan yang baik.
Seorang perawat profesional diharapkan mampu menciptakan kenyamanan bagi klien
saat klien menjalani perawatan. Perawat profesional juga seharusnya mampu
mengidentifikasi kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri klien akan rasa nyaman.
Kenyamanan yang tercipta akan membantu klien dalam proses penyembuhan, sehingga
proses penyembuhan akan lebih cepat.
Pemberian rasa nyaman yang diberikan perawat kepada klien dapat berupa sikap atau
perilaku yang ditunjukkan dengan sikap peduli, sikap ramah, sikap sopan, dan sikap
empati yang ditunjukkan perawat kepada klien pada saat memberikan asuhan
keperawatan. Memanggil klien dengan namanya merupakan salah satu bentuk interaksi
yang dapat menciptakan kenyamanan bagi klien dalam menjalani perawatan. Klien akan
merasa nyaman dan tidak merasa asing di rumah sakit.
Perilaku itu juga dapat menciptakan citra perawat yang ideal di mata klien itu sendiri
karena klien mendapatkan rasa nyaman seperti apa yang diharapkannya.
Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di
mata masyarakat. Masyarakat sangat mengharapkan perawat dapat menjadi komunikator
yang baik. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia menjalani
asuhan keperawatan. Interaksi verbal yang dilakukan dengan perawat sedikit banyak akan
berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan klien.
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar-sesama perawat
dan profesi kesehatan lainnya, serta sumber informasi dan komunitas. Kualitas
komunikasi yang dimiliki oleh seorang perawat merupakan faktor yang menentukan
dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas.
Sudah seharusnya seorang perawat profesional memiliki kualitas komunikasi yang baik
saat berhadapan dengan klien, keluarga maupun dengan siapa saja yang membutuhkan
informasi mengenai masalah keperawatan terkait kesehatan klien.
Hal-hal di atas merupakan sebagian kecil gambaran mengenai peran yang dapat
dilakukan oleh seorang perawat profesional dalam membangun citra perawat ideal di
mata masyarakat. Masih banyak lagi hal lain yang dapat dilakukan oleh seorang perawat
profesional untuk menciptakan citra perawat ideal yang lebih baik lagi di mata
masyarakat.
Untuk mewujudkan hal itu, tentu saja diperlukan kompetensi yang memadai, kemauan
yang besar, dan keseriusan dari dalam diri perawat sendiri untuk membangun citra
keperawatan menjadi lebih baik. Perawat yang terampil, cerdas, baik, komunikatif, dan
dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sesuai dengan kode etik, tampaknya
memang merupakan sosok perawat ideal di mata masyarakat.
Semoga kita dapat menjadi perawat profesional yang mampu menjadi role model bagi
perawat-perawat lain dalam membawa citra perawat ideal di mata masyarakat.
Hidup perawat Indonesia.
2.3 Strategi Komunikasi
Komunikasi terapeutik yang terjadi antara perawat dan klien harus melalui empat
tahap meliputi fase pra-interaksi, orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Agar
komunikasi terapeutik antara perawat dan klien dapat berjalan sesuai harapan, diperlukan
strategi yang harus dilakukan oleh perawat pada saat melakukan komunikasi terpeutik
dengan kliennya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai strategi pada setiap tahapan
komunikasi terapeutik sesuai dengan pemicu 1 yaitu antara perawat A dan Ny. S yang
merupakan klien post-operasi.
a. Fase pra-interaksi
Fase pra-interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan
berkomunikasi dengan klien. Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan
menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada
tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya.
Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan
klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau
kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi
terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan
orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005). Hal ini
disebabkan oleh adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan
oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu
mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer, 1993 dalam
Suryani, 2005) sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan
dengan aktif dan penuh perhatian).
Strategi komunikasi yang harus dilakuakn perawat A dalam tahapan ini adalah:
a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan
Ny. S.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c. Mengumpulkan data dan informasi tentang Ny. S dari keluarga terdekatnya.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan Ny.S dengan bersikap positif dan
menghindari prasangka buruk terhadap klien di pertemuan pertama.
b. Fase orientasi
Fase orientasi atau perkenalan merupakan fase yang dilakukan perawat pada saat
pertama kali bertemu atau kontak dengan klien. Tahap perkenalan dilaksanakan setiap
kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi
keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini,
serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998).
Strategi yang dapat dilakukan perawat A dalam tahapan ini adalah:
a) Membina rasa saling percaya dengan menunjukkan penerimaan dan komunikasi
terbuka terhadap Ny.S dengan tidak membebani diri dengan sikap Ny.S yang
melakukan penolakan diawal pertemuan.
b) Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-
sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah
disepakati bersama. Perawat A dapat menanyakan kepada keluarga Ny.S mengenai
topik pembicaraan yang mungkin akan menarik bagi Ny.S.
c) Mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan serta mengidentifikasi masalah
klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan
terbuka. Ketika Ny.S diam saja atau memalingkan muka, perawat A bisa menanyakan
apakah Ny.S merasakan sakit dan apa yang membuat Ny.S merasa tidak nyaman.
d) Merumuskan tujuan interaksi dengan klien. Pada pertemuan awal dengan Ny.S,
perawat A memiliki tujuan untuk menumbuhkan rasa saling percaya dengan kliennya.
Maka, perawat A harus berusaha agar tujuan awal tersebut dapat tercapai.
c. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart,1998). Fase kerja merupakan inti dari hubungan perawat dan klien yang terkait
erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang dicapai. Pada fase kerja ini perawat perlu meningkatkan interaksi
dan mengembangkan faktor fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan.
Meningkatkan interaksi sosial dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama
lain untuk mengatasi kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi
terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan kerja sama.
Mengembangkan atau meningkatkan faktor fungsional komunikasi terapeutik dengan
melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada, meningkatkan komunikasi
klien dan mengurangi ketergantungan klien pada perawat, dan mempertahankan tujuan
yang telah disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada.
Tugas perawat pada fase kerja ini adalah mengeksplorasi stressor yang terjadi pada
klien dengan tepat. Perawat juga perlu mendorong perkembangan kesadaran diri klien
dan pemakaian mekanisme koping yang konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi
penolakan perilaku adaptif. Strategi yang dapat dilakukan perawat A terhadap Ny.S
ialah mengatasi penolakan perilaku adaptif Ny.S dengan cara menciptakan suasana
komunikasi yang nyaman bagi Ny.S dengan cara:
a) Berhadapan dengan lawan bicara.Dengan posisi ini perawat menyatakan
kesiapannya (”saya siap untuk anda”).
b) Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan)
Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk mendukung
terciptanya komunikasi.
c) Menunduk/memposisikan tubuh kearah/lebih dekat dengan lawan bicara
Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap untuk merespon dalam komunikasi
(berbicara-mendengar).
d) Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural. Dengan posisi mata sejajar perawat
menunjukkan kesediaannya untuk mempertahankan komunikasi.
e) Bersikap tenang. Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan
menggunakan gerakan/bahasa tubuh yang natural.
Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk
menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun
pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini
pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu
membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien,
mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien
memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005).
Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan
bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan
baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.
d. Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi
dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi
sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan
perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai
dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir
dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
a) Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi
objektif). Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat
berguna pada tahap ini.
b) Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat. Perawat A bisa langsung menanyakan perasaan Ny. S
dalam setiap akhir pertemuan dengannya.
c) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut
yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan
interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap
orientasi pada pertemuan berikutnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat maupun yang sakit yang
mencangkup siklus hidup manusia.
Keperawatan dapat dipandang sebagai suatu profesi karena mempunyai body of
knowledge, pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi, memiliki
perhimpunan atau organisasi profesi, memberlakukan kode etik keperawatan, otonomi
dan motivasi bersifat altruistik.
Peran perawat profesional adalah pemberi asuhan keperawatan, sebagai advokat pasien,
edukator,koordinator, kolaborator, konsultan dan pembaharu. Untuk menunjang
keperawatan profesional maka di perlukan peningkatan kualitas organisasi profesi
keperawatan dengan berbagai cara, pendekatan serta kiat-kiat yang lebih difokuskan pada
kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat-kiat tertentu dalam upaya
memberikan kenyamanan dan kepuasan pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
http://nizaraharja92.blogspot.com/
https://www.dictio.id/t/apa-saja-peran-perawat-role-of-nurse-sebagai-tenaga-
medis/5359/2
https://mutupelayanankesehatan.net/13-berita/2585-peran-perawat-profesional-
untuk-pasien