0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan6 halaman
Makalah ini membahas tentang nyeri akut dan defisit nutrisi pada pasien kolik abdomen di RSU 'Aisyiyah Ponorogo. Nyeri akut dapat disebabkan oleh agen fisiologis, kimiawi, atau fisik, sedangkan defisit nutrisi disebabkan oleh ketidakmampuan mengonsumsi atau mencerna makanan, serta peningkatan kebutuhan metabolisme. Penatalaksanaan meliputi penanganan non-farmakologi seperti pijat dan komp
Makalah ini membahas tentang nyeri akut dan defisit nutrisi pada pasien kolik abdomen di RSU 'Aisyiyah Ponorogo. Nyeri akut dapat disebabkan oleh agen fisiologis, kimiawi, atau fisik, sedangkan defisit nutrisi disebabkan oleh ketidakmampuan mengonsumsi atau mencerna makanan, serta peningkatan kebutuhan metabolisme. Penatalaksanaan meliputi penanganan non-farmakologi seperti pijat dan komp
Makalah ini membahas tentang nyeri akut dan defisit nutrisi pada pasien kolik abdomen di RSU 'Aisyiyah Ponorogo. Nyeri akut dapat disebabkan oleh agen fisiologis, kimiawi, atau fisik, sedangkan defisit nutrisi disebabkan oleh ketidakmampuan mengonsumsi atau mencerna makanan, serta peningkatan kebutuhan metabolisme. Penatalaksanaan meliputi penanganan non-farmakologi seperti pijat dan komp
NYERI AKUT DAN DEFISIT NUTRISI PADA PASIEN KOLIK ABDOMEN DI RSU ‘AISYIYAH PONOROGO
DISUSUN OLEH : Aini Nursajidah 2010201138 S1 KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2022/2023 A. Definisi 1. Nyeri Akut Nyeri akut adalah pengalam sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingg aberat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. 2. Defisit nutrisi Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dalam tubuh. B. Penyebab a) Nyeri Akut 1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, noplasma) 2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan) 3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkatberat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) b) Defisit nutrisi 1. Ketidakmampuan menelan makanan 2. Ketidakmampuan mencerna makanan 3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien 4. Peningkatan kebutuhan metabolisme 5. Faktor ekonomi 6. Faktor psikologis C. Tanda dan Gejala a) Nyeri Akut 1. Mayor a) Mengeluh nyeri b) Tampak meringis c) Bersikap protektif d) Gelisah e) Frekuensi nadi meningkat f) Sulit tidur 2. Minor a) Tekanan darah meningkat b) Pola napas berubah c) Nafsu makan berubah d) Proses berpikir terganggu e) Menarim diri f) Berfokus pada diri sendiri g) Diaforesis b) Defisit nutrisi 1. Mayor a) Berat badan menurun minimal 10%dibawah rentang ideal 2. Minor a) Cepat merasa kenyang setelah makan b) Kram/nyeri abdomen c) Nafsu makan menurun d) Bising usus hiperaktif e) Otot pengunyah lemah f) Otot menelan lemah g) Membran mukosa pucat h) Sariawan i) Serum albumin turun j) Rambut rontok berlebih k) Diare D. Cara pemeriksaan 1) Nyeri Akut a) Metode penilaian intensitas nyeri : 1. Verbal Rating Scale (VRSs) Metoda ini menggunakan suatu word list untuk mendiskripsikan nyeri yang dirasakan. 2. Numerical Rating Scale (NRSs) Metoda ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari intensitas nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari angka 0-10. 3. Visual Analogue Scale (VASs) Metoda ini menggunakan garis sepanjang 10 cm yang menggambarkan keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang sangat hebat. 4. McGill Pain Questionnaire (MPQ) Metoda ini menggunakan check list untuk mendiskripsikan gejala- gejal nyeri yang dirasakan. 5. The Faces Pain Scale Metoda ini dengan cara melihat mimik wajah pasien dan biasanya untuk menilai intensitas nyeri pada anak-anak. b) Pemeriksaan Diagnostik : 1. Anamnesis Anamnesis untuk mengatahui kualitas nyeri yang diderita meliputi awitan, lama, dan variasi yang ditimbulkan untuk mengetahui penyebab nyeri, lokasi dari nyeri dan intensitas nyeri. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menguraikan patofisiologi nyeri. Pemeriksaannya terdiri dari Pemeriksaan vital sign, Pemeriksaan Glasgow come scale, dan Pemeriksaan khusus neurologi. 3. Pemeriksaan psikologis Test yang biasanya digunakan untuk menilai psikologis pasien berupa the Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI). 4. Pemeriksaan penunjang Dilakukan bertujuan untuk mengatahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan laboratorium dan imaging seperti foto polos, CT scan, MRI atau bone scan. 2) Defisit Nutrisi a) Anthropometric Measurement (A) b) Biochemical Data (B) i. Tes laboratorium ii. Tes lain : untuk menentukan status nutrisi termasuk ukuran imunitas, seperti penundaan sensitivitas kutaneus, dan ukuran metabolisme protein, seperti studi 24 jam nitrogen urea urine dan keseimbangan nitrogen. c) Clinical sign d) Dietary history E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan a) Nyeri Akut 1. Penanganan Non Farmakologi: a. Masagge (pijat daerah nyeri dengan lembut dan tanpa penekanan yang keras) b. Kompres panas atau dingin c. Immobilisasi (pembatasan gerak terutamapada daerah yang nyeri) d. Posisi tidur yang nyaman dengan meletakkan bantal pada tempat yang nyaman e. Distraksi dan relaksasi f. Akupuntur g. Aroma therapy 2. Penanganan Farmakologi: Harus dikonsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pemilihan terapi yang tepat dan meminimalkan efek sampingnya. b) Defisit Nutrisi 1. Asupan protein normal harus dibatasi sampai 1-1,5 g/kgBB ideal, sedangkan diet rendah protein 0.6–0.8 g/kg/hari dan diet sangat rendah protein 0.3–0.4 g/kg/hari. Rasio BUN/Kreatinin menunjukan 10:1 menandakan asupan protein yang cukup. 2. Natrium bikarbonat 20-30 mmol/d atau Natrium sitrat lebih baik apabila dikombinasikan dengan loop diuretik. Obat alternatif yang bisa diberikan adalah Eritropoitin jika ada anemi dengan dosis 25-50 unit/kg BB 3x/minggu, IV/SC, lalu dinaikkan setelah 8-12 minggu, Preparat kalsium diberikan 3x650 mg jika ada hipokalsemi dan hiperfosfatemi, Alupurinol diberikan jika ada hiperurisemia dan terjadi arthritis gout 3. Dialisis Referensi : Rahayu. Sunarsih, Harnanto. Adi Mardi. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia II. Pusdik SDM Kesehatan. Jakarta Selatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) Wardani, Ni Putu (2014). “Manajemen Nyeri”. Denpasar: Universitas Udayana.