Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

R
DENGAN DISPEPSIA
DI RUANG ALI BIN ABI THOLIB RSI KUDUS

Disusun Oleh :
NAMA : INDAH SETYAWATI
NIM : 82021040049
PRODI : PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN.N
DENGAN DISPEPSIA
DI RUANG SAAD RSI KUDUS

A. PENGERTIAN
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran
makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-
kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung,
regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2011).
Dispepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai dengan nyeri ulu hati
(epigastrium), mual, muntah, kembung, rasa penuh atau rasa cepat kenyang dan sendawa.
Dispepsia sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, keluhan ini sangat  bervariasi,
baik dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu-kewaktu
(Kapita Selekta Kedokteran,2012).

B. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.
Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju
esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam
lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-
inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat
ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
1. Menelan ludah
2. Iritasi lambung (gastritis)
3. Peradangan kandung empedu
4. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
5. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan
lainnya).
2. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus
(DNU),  bila tidak jelas penyebabnya.
C. TANDA dan GEJALA / MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi
dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi.
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.
c. Nyeri saat lapar.
d. Nyeri episodik.
2. Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), dengan
gejala:
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal bloating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)

D. PATHOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan.
E. PATHWAY
F. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik
lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter
pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)

G. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori, ditetapkan
skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga
ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan
penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal  beberapa
golongan obat, yaitu:
1. Antasida 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi asam
lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3 , Mg(OH)2, dan
Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis,
untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga
berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar
akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi
asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid.
Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks
esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid
clearance) (Mansjoer et al, 2011).
4. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul
berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005).
Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
b. Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan
yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.
c. Atur pola makan.

H. PENGKAJIAN (POLA FUNGSI KESEHATAN)


a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, merasa gelisah dan ansientas.
b. Sirkulasi
Gejala : Takikardi (respon terhadap nyeri) membrane mukosa kering.
c. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, faktor stres hubungan dengan pendidikan.
d. Eliminasi
Gajela : Konstipasi
Tanda : Menurunnya bising usus
e. Makanan dan Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah cepat kenyang
Tanda : Kelemahan
f. Higiens
Tanda : Ketidak mampuan pertahankan perawatan diri.
g. Nyeri Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen / ulu hati
Tanda : Nyeri tekan pada abdomen
h. Keamanan
Gejala : Tidak ada alergi, penglihatan baik, terasa panas di ulu hati

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri Akut b.d. agen cedera biologis
(Domain 12. Kenyamanan. Kelas 1. Kenyamanan fisik. Kode 00132)
b. Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrient
(Domain 2. Nutrisi. Kelas 1. Makan. Kode 00002)
c. Nausea b.d. iritasi lambung
(Domain 12. Kenyamanan. Kelas 1. Kenyamanan fisik. Kode 00134)
d. Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif
(Domain 2. Nutrisi. Kelas 5. Hidrasi. Kode 00027)
e. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan kurang
terpapar informasi
(Domain 5. Persepsi / Kognisi. Kelas 4. Kognisi. Kode 00126)
f. Ansietas b.d. krisis situasi
(Domain 9. Koping / Toleransi stress. Kelas 2. Respon koping. Kode 00146)

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


. Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Nyeri Akut b.d. Setelah dilakukan tindakan a. Observasi adanya
agen cedera keperawatan, diharapkan petunjuk nonverbal
biologis nyeri pada pasien berkurang, dari ketidak
dengan kriteria hasil:
nyamanan
a. Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, b. Lakukan pengkajian
mampu menggunakan nyeri yang meliputi
tehnik nonfarmakologi lokasi, karakteristik,
untuk mengurangi nyeri, durasi, frekuensi,
mencari bantuan) kualitas, intensitas
b. Melaporkan bahwa nyeri atau berat nyeri dan
berkurang dengan
faktor pencetus.
menggunakan
manajemen nyeri c. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri.
d. Kolaborasi dengan
pasien, orang
terdekat, dan tim
medis lainnya untuk
memilih tindakan
penurun nyeri
noformakologi,
sesuai kebutuhan.
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan a. Observasi adanya
b.d. keperawatan, diharapkan ada alergi pada makanan
ketidakmampuan peningkatan BB pada pasien b. Berikan makan yang
dan tidak ada tanda-tanda
mencerna terpilih (sudah
malnutrisi dengan kriteria
makanan dan hasil: dikonsultasikan
mengabsorbsi a. Adanya peningkatan dengan ahli gizi)
nutrient berat badan sesuai c. Anjurkan pasien
dengan tujuan terkait dengan
b. Berat badan ideal kebutuhan makanan
sesuai dengan tinggi tertentu berdasarkan
badan
usia
d. Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
pemberian gizi dan
nutrisi.
3. Hipovolemia b.d. Setelah dilakukan tindakan a. Observasi TTV
kehilangan cairan keperawatan, diharapkan b. Berikan infus IV
aktif kekurangan cairan dapat c. Anjurkan keluarga
teratasi dengan kriteria hasil:
untuk membantu
a. Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam makan pasien
batas normal d. Kolabirasi dengan
b. Tidak ada tanda tim medis lainnya
dehidrasi, elastisitas untuk monitor intake
turgor kulit baik, dan output
membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
4. Nausea b.d. iritasi Setelah dilakukan tindakan a. Observasi tanda-
lambung keperawatan, diharapkan tanda nonverbal dari
nausea pasien teratasi dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil:
b. Kurangi atau
a. Pasien menyatakan
penyebab mual dan hilangkan faktor
muntah yang dapat memicu
b. Pasien mengambil atau meningkatkan
langkah untuk mual (kecemasan,
mengatasi mual dan takut, kelelahan)
muntah c. Ajarkan pola makan
c. Pasien mengambil
dengan porsi sedikit
langkah untuk
meyakinkan nutrisi makanan yang
yang adekuat pada menarik bagi
saat mual reda (pasien) yang mual.
d. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
gizi yang diperlukan
pasien
5. Defisit Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi
Pengetahuan b.d. keperawatan, diharapkan kemungkinan
ketidaktahuan pasien tidak mengalami penyebab, dengan
masalah pada nafasnya
menemukan cara yang tepat
dengan kriteria hasil:
sumber informasi a. Pasien dan keluarga b. Jelaksan
dan kurang menyatakan patofisiologi dari
terpapar pemahaman tentang penyakit dan
informasi penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
prognosis, dan berhubungan dengan
program pengobatan.
anatomi dan
b. Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan fisiologi, dengan
prosedur yang cara yang tepat
dijelaskan secara c. Gambarakan tanda
benar. dan gejala yang
biasa muncul pada
penyakit, dengan
cara yang tepat
d. Kolaborasi dengan
keluarga dan tim
medis untuk
Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan yang
tepat
6. Ansietas b.d. Setelah dilakukan tindakan a. Observasi tingkat
krisis situasi keperawatan, diharapkan kecemasan
pasien tidak mengalami b. Jelaskan semua
masalah
prosedur dan apa
pada nafasnya dengan kriteria
hasil: yang dirasakan
a. Klien mampu pasien.
mengidentifikasi dan c. Bantu pasien
mengungkapkan mengenal situasi
gejala cemas. yang menimbulkan
b. TTV dalam rentang kecemasan
normal d. Kolaborasi dengan
tim medis lainnya
dalam pemberian
obat penurun
kecemasan.
K. PENGGUNAAN REFERENSI
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015
2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan   Indikator Diagnostik  Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Dr. Kumar. 2013. Dasar-Dasar Patofisiologi Penyakit. Jakarta : Binarupa Aksara
Marya. R. K. 2013. Buku Ajar Patofisiologi Mekanisme Terjadinya Penyakit. Tangerang
Selatan : Binarupa Aksara Publiser

Anda mungkin juga menyukai