Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA HIATAL

1. PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan,
pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan hernia hiatal dengan keluhan utama nyeri dada ( restrosternal ).
3) Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi
abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah
digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
4) Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan dan bagaimana
genogramnya .
5) Pengkajian Penatalaksanaan Medis
penatalaksanaan medis untuk hernia hiatal adalah secara terapi farmakologis dan
terapi bedah ( Qureshi, 2009 ).
1. terafi farmakologis, bertujuan untuk menurunkan keluhan refluks dengan
memberikan penetral asam atau penghambat produksi asam.
2. Terapi bedah dilakukan apabila keluhan nyeri nyeri retrosternal menjadi lebih
berat.
Beberapa terapi bedah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Nissen Fundoplication yang dapat dilakukan secara trans
abdominal maupun trans torakal dimana tindakannya adalah melakukan
fundoplikasi secara keliling 360 derajat antara distal esofagus dan fundus gaster.
prognosis keberhasilannya 96% ( kahrilas, 2006 ).
b. Belsey ( Mark IV ) Fundoplication : secara transtorakal sampai
terlihat esofagus intraabdominal, kemudia diperkuat dengan cara melakukan
aplikasi gaster secara keliling sebanyak 270 derajat sampai distal esofagus.
( Qureshi, 2009 ).
6) Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan
olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan
merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka
operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya
setelah pembedahan.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan
peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi
yang tidak stabil.
5. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang
tua, waktu dan tempat.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah. Biasanya didapat
kecemasan dan adanya intervensi bedah memberikan manifestasi pada pemenuhan
informasi.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada
tidaknya kelemahan. Biasanya didapatkan penurunan berat badan pada pasien dengan
keluhan disfagia yang kronis.
2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen
sebelah kanan bawah .
3. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.
4. Torax dan Paru
Umumnya pasien merasa dada seperti ditekan. Periksa apakah bentuknya simetris,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas
frekwensi pernafasan biasanya normal (16 – 20 kali permenit). Apakah ada ronchi,
whezing, stridor.
5. Abdomen
Biasanya pasien mengalami heartburn ( rasa yang sangat tidak mengenakkan pada
saat makan melai masuk setelah ditelan ), regurgitasi ( arus balik isi lambung ke
kerongkongan ), muntah, keluhan rasa asam dan pahit yang tidak mengenakkan pada
rongga mulut, peningkatan frekuensi sendawa, sering tersedak, ketidak nyamanan
pada abdomen, nyeri tekan abdomen atas terutama setelah makan, tiba-tiba batuk dan
kesulitan makan.
6. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga
apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi.
1) Foto polos toraks, untuk menilai adanya masa jaringan lunak pada area retrokardia
atau untuk menilai adanya pola gas lambung pada area retrokardia dan posisi
mediastinum.
2) Radiografi dengan barium, walaupun pemeriksaan foto toraks dapat melihat hiatal
hernia yang besar, tetapi sering sulit untuk menengakkan diagnostik. Pemeriksaan
dengan barium akan meningkatkan kekurangan pemeriksaan, khususnya untuk
membedakan sliding hiatal hernia dengan rolling hiatal hernia.
3) Pemeriksaan endoskopi, untuk menilai adanya retrograde lambung dan untuk menilai
kerusakan mukosa esofagus akibat dari kontak dengan asam lambung yang lama.

D. Analisa data
Dari uraian diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi data
subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah
yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan (lismidar,
1990).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan mukosa esofagus sebagai respon dari pembedahan
2. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, dan rencana pembedahan
fundoplikasi
3. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan makanan yang
adekuat
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit yang diderita
5. Risiko infeksi berhubungan dengan port de entree luka pascabedah

3. INTERVENSI
DX. Nyeri berhubungan dengan mukosa esofagus sebagai respon dari pembedahan
Tujuan: respon pasien dan tingkat nyeri berkurang atau teradaptasi
Kriteria :
1. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau teradaptasi
2. Pasien mampu melakukan manajemen nyeri nonfarmakologik apabila
sensasi nyeri muncul, TTV dalam batas normal, skala nyeri (0-4)
3. Ekspresi pasien relaks dan mampu melakukan mobilitas ringan dan
nyeri yang terkontrol
Intervensi Rasional
Pantau karakteristik nyeri dengan skala Untuk membantu mengidentifikas
0 – 10 catat lokasi dan penyebab nyeri dan memberikan
karakteristiknya      intervensi yang tepat
Anjurkan pasien untuk menghindari Mengurangi resiko infeksi dan rasa nyeri
makanan yang pedas, panas, keras.
kolaborasi pemberian obat analgetik Pemberian obat lidokain dapat
seperti lidokain kental mengurangi rasa nyeri
(xylocain viscos 2 %)
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologik relaksasi dan non farmakologi lainnya
dan noninvasif telah menunjukan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Lakukan manajemen nyeri keperawatan: Istirahat secara fisiologis dapat
 Istirahatkan pasien pada saat nyeri menurunkankebutuhan oksigen yang
muncul diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme basal
 Monitor kondisi kepatenan selang Adanya gangguan pada kepatenan dari
nasogatrik, adanya bekuan darah, dan selang dan komplikasi pascaoperasi akan
aliran yang macet. memberikan stimulus nyeri yang perlu
perawat perhatikan. Perawat mengkaji
ulang respons yang dapat menimbulkan
rasa nyeri pada pasien karena merupakan
tanda yang lebih berbahaya sehingga
dapat secepatnya melakukan kolaborasi
dengan tim medis untuk intervensi
selanjutnya.
 Ajarkan teknik relaksasi pernapasan Meningkatkan asupan oksigen akan
dalam pada saat nyeri muncul. menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
intestinal.
 Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
nyeri. menurunkan stimulus internal.
 Manajemen lingkungan: lingkungan Lingkungan tenang akan menurunkan
tenang, batasi pengunjung, dan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
istirahatkan pasien. pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen ruangan
yang akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di ruangan.
Istirahat akan menurunkan kebutuhan
oksigen jaringan perifer.
 Lakukan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan berupa sentuhan
dukungan psikologis pada saat nyeri dapat
membantu menurunkan nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab- Pengetahuan yang akan dirasakan
sebab nyeri dan menghubungkan berapa membantu mengurangi nyerinya dan
lama nyeri akan berlangsung. dapat membantu mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap rencana
terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis untuk Analgesik diberikan untuk membantu
pemberian: menghambat stimulus nyeri ke pusat
 Analgesik. persepsi nyeri di korteks serebri sehingga
nyeri dapat berkurang.

D X: kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi

Tujuan: pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang


Kriteria evaluasi:
1. Pasien mampu mengungkapkan perasaanya kepada perawat.
2. Pasien dapat mendemostrasikan ketarempilan pemecahan masalanya
dan perubahan koping yang digunakan sesui situasi yang dihadapi.
3. Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan dibawah
standar.
4. Pasien dapt rilek dan tidur/istirahat dengan baik.
Intervensi Rasional
Monitor respon fisik, seperti Digunakan dalam mengevaluasi
kelemahan ,perubahan tanda vital, gerakan derajat/tingkat kesadaran/konsentrasi,
yang berulang-ulang, serta catat khususnya ketika melakukan
kesesuaian respon verbal dan nonverbal komunikasi verbal.
selama komunikasi
Anjurkan pasien dankeluarga untuk Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan dan mengespresikan rasa berkonsentrasi , kejelasan dari rasa
takutnya. takut,dan mengurangi cemas yang
berlebihan.
Catat reaksi dari pasien/keluarga. Anggota keluarga dengan responya
Berikan kesempatan untuk mendiskusikan pada apa yang terjadi dan kecemasannya
perasaanya,konsentrasinya, dan harapan dapat disampaikan kepada perawat.
masa depan.

DX: Kekurangan nutrisi berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan makanan yang
adekuat
Tujuan: intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Kriteria evaluasi:
- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat
- Terjadi penurunan gejala refluks esofagus, meliputi: odinofagia
berkurang, pirosis berkurang, RR dalam batas normal 12-20 x/menit
- Berat badan pada hari ke-7 pascaoperasi meningkat 0,5 kg.
Intervensi Rasional
Intervensi praoverasi:
 Kaji toleransi fisik Pasien dengan hiatal hernia mempunyai
terhadap asupan nutrisi. tingkat variasi terhadap toleransi intake
nutrisi. Pada pasien dengan toleransi
kurang intake nutrisi oral harus tidak
diberikan dan diganti dengan jalan
nasogastrik.

 Evaluasi adanya alergi Beberapa pasien mun gkin mengalami


makanan dan kontraindikasi alergi terhadap beberapa komponen
makanan. makanan tertentu dan beberapa penyakit
lain, seperti diabetes militus, hipertensi,
gout, dan lainnya memberikan
manifestasi tehadap persiapan komposisi
makanan yang akan diberikan.

Berguna dalam mengukur keefektifan


 Pantau intake dan output, nutrisi dan dukungan cairan.
anjurkan untuk timbang berat
badan secara periodik (sekali
seminggu).
Intervensi pascaoverasi fundoplikasi
 Batasi intake oral selama Dalam waktu 24-48 jamm, pasien
48 jam setelah intervensi. dievaluasi atas keberhasilan
pembedahan. Intake oral yang diberikan
sebelum 48 jam akan mengganggu
evaluasi adanya kebocoran pada insisi
pascaoverasi yang akan meningkatkan
risiko sepsis yang berbahaya.
Pasien mendapat nutrisi dengan cara
intravena dan peran perawat
mendokumentasikan jumlah dan jenis
nutrisi yang masuk dan jumlah yang
keluar.
Pemasangan selang
nasogastrikdilakukan sebelum
pembedahan dan dipertahankan pada
saat pascaoperasi. Apabila tidak ada
gejala kebocoran pascaoperasi,
pemberian diet cair melewati selang
nasogastrik dilakukan sesuai tingkat
toleransi.
 Dokumentasi jumlah
nutrisi yang masuk, hasil aspirasi Sebagai evaluasi sebagai intervensi.
dan toleransi dari intake nutrisi.

 Beri makanan halus atau


Makanan halus secara bertahap
makanan cair secara bertahap dan dicampur dengan cairan jernih sampai
dicampur dengan air. diet penuh tercapai. Makanan bubuk
yang mudah dilarutkan tersedia dalam
mkomersial. Makanan halus dapat
memenuhi diet normal, yang dapat
dimakan melalui selang. Pasien yang
khusus menerima makanan yang
diblender melalui selang, tidak dipaksa
untuk mengikuti pola diet normal, yang
secara psikologis lebih dapat diterima.
Selain itu, fungsi defekasi normal
ditingkatkan, melalui kandungan serat
dan residu yang serupa pada diet normal.
Masukan susu dihindari pada pasien
dengan defisiensi laktosa.
 Kolaborasi dengan ahli Komposisi dan jenis diet diberikan
gizi tentang jenis dan komposisi sesuai tingkat toleransi individu.
diet.
Timbang berat badan tiap hari dan catat Intervensi untuk evaluasi terhadap
pertambahannya. intervensi keperawatan yang telah
diberikan.

DX: Pemenuhan informasi berhubungan dengan misinterprestasi informasi, perubahan


gaya hidup, rencana pembedahan funduplikasi
Tujuan : sebelum dilakukan pembedahan, informasi kesehatan terpenuhi.
Criteria evaluasi :
1. Pasien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan.
2. Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan,
serta secara subjektif menyatakan bersedia juga termotivasi untuk melakukan
aturan atau praoperasi yang telah dijelaskan.
3. Pasien dan keluarga mengungkapkan alasan pada setiap intruksi dan
latihan preoperative.
4. Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi
emosional.
5. Pesien mampu menghindari cidera selama periode perioperatif.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pasien tentang Apabila pasien mendapat keputusan
prosedur funduplikasi pembedahan atas kondisi penyakitnya, maka
persiapan preoperasi sama seperti persiapan
pembedahan abdomen lainnya. Peran perawat
mengklarifikasi bahwa informasi dimengerti
dan dilaksanakan pasien.
Cari sumber yang meningkatkan Keluarga terdekat dengan pasien perlu
penerimaan informasi dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk
menurunkan risiko misinterprestasi terhadap
informasi yang diberikan.
Beritahu persiapan pembedahan, Pasien suadah menyelesaikan administarasi
meliputi : persiapan administrasi dan mengetahui secara finasial biaya
dan informed consent. pembedahan. Pasien sudah mendapatkan
penjelasan dan menandatangani informed
consent.
Beritahu pasien dan keluarga Pasoen akan mendapat mamfaat bila
kapan pasien sudah bisa dikunjungi mengetahui kapan keluarganya dan temannya
bias berkunjung setelah pembedahan.

DX : Resiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree dari luka pembedahan

Tujuan : tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada intergritas jaringan lunak.
Kriteria evaluasi :
 Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area luka pembedahan, leukosit dalam batas normal, TTV
dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji jenis pembedahan, hari Mengidentifikasikan kemajuan taua
opembedahan dan apakah ada order penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.
khusus dari tim dokter bedah dalam
melakukan perawatan luka.
Lakukan perawatan luka :
 Lakuakan perawatan Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari
luka steril pada hari ke-3 untuk menurunkan kontak tindakan dengan
operasi dan diulang setiap 2 luka yang dalam kondisi steril sehingga
hari sekali mencegah kontaminasi kuman ke luka bedah.

Pembersihan debris (sisa fagositosis,


 Bersihkan luka dan jaringan mati) dan kuman sekitar luka dengan
drainase dengan cairan mengotipmalkan kelebihan dari iodine
antiseptic jenis iodine providum sebagai antiseptic dan dengan arah
providum dengan cara dari dalam keluar dapat mencegah
swabbing dari arah dalam ke kontaminasi kuman ke jaringan luka.
luar

 Bersihkan bekas sisa Antiseptic iodine providum mempunyai


iodine providum dengan kelemahan dalam menurunkan proses
alcohol 70% atau normal salin epirelisasi jaringan sehingga memperlambat
dengan cara swabbing dari pertumbuhan luka, maka harus dibersihkan
arah dalam ke luar. dengan alcohol atau normal salin.

Penutupan secara menyeluruh dapat


 Tutp luka dengan menghindari kontaminasi dari benda atau
penampang eksternal dengan udara yang bersentuhan dengan luka operasi.
kasa steril dan tutup dengan
plester adhesive yang
menyeluruh menutupi kasa.
Kaji kondisi luka funduplikasi dan Selang gastrotomi merupakan benda asing
laporkan pada ahli bedah apabila yang oleh tubuh harus disingkirkan. Adannya
ditemukan tanda-tanda infeksi pada respons peradangan local akan menganggu
sekitar area insersi. kondisi selang dan memerlukan intervensi
dari ahli bedah.
Kolaborasi penggunaan antibiotik Antibiotic injeksi diberikan selama tiga hari
pascaoperasi yang kemudian dilanjutkan
antibiotic oral sampai jahitan dilepas.
Peran perawat mengkaji adanya reaksi dan
riwayat alergi antibiotic serta memberikan
antibiotic sesuai pesan dokter.

4. IMPLEMENTASI
DX. Nyeri berhubungan dengan mukosa esofagus sebagai respon dari pembedahan
Implementasi
Memantau karakteristik nyeri dengan skala
0 – 10 catat lokasi dan karakteristiknya     
Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan yang pedas, panas, keras.
Mengkolaborasi pemberian obat analgetik seperti lidokain kental
(xylocain viscos 2 %)
Menjelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologik dan
noninvasif
Melakukan manajemen nyeri keperawatan:
 Mengistirahatkan pasien pada saat nyeri muncul
 Memonitor kondisi kepatenan selang nasogatrik, adanya bekuan darah, dan aliran
yang macet.
 Mengajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri muncul.
 Mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
 Memanajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan
istirahatkan pasien.
 Melakukan manajemen sentuhan.
Meningkatkan pengetahuan tentang: sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa
lama nyeri akan berlangsung.
Menkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian:
 Analgesik.

D X: kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi

Implementasi
Memonitor respon fisik, seperti kelemahan ,perubahan tanda vital, gerakan yang
berulang-ulang, serta catat kesesuaian respon verbal dan nonverbal selama
komunikasi
Menganjurkan pasien dankeluarga untuk mengungkapkan dan mengespresikan rasa
takutnya.
Mencatat reaksi dari pasien/keluarga. Berikan kesempatan untuk mendiskusikan
perasaanya,konsentrasinya, dan harapan masa depan.
DX: Kekurangan nutrisi berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan makanan yang
adekuat
Implementasi
Intervensi praoverasi:
 Mengkaji toleransi fisik terhadap asupan nutrisi.
 Mengevaluasi adanya alergi makanan dan kontraindikasi makanan.
 Memanantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan
secara periodik (sekali seminggu).
Intervensi pascaoverasi fundoplikasi
 Membatasi intake oral selama 48 jam setelah intervensi.
 Mendokumentasi jumlah nutrisi yang masuk, hasil aspirasi dan
toleransi dari intake nutrisi.
 Memberi makanan halus atau makanan cair secara bertahap dan
dicampur dengan air.
 Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang jenis dan komposisi diet.

Menimbang berat badan tiap hari dan catat pertambahannya.

DX: Pemenuhan informasi berhubungan dengan misinterprestasi informasi, perubahan


gaya hidup, rencana pembedahan funduplikasi
Implementasi
Mengkaji tingkat pasien tentang prosedur funduplikasi
Mencari sumber yang meningkatkan penerimaan informasi
Memberitahu persiapan pembedahan, meliputi : persiapan administrasi dan
informed consent.
Memberitahu pasien dan keluarga kapan pasien sudah bisa dikunjungi
DX : Resiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree dari luka pembedahan

Implementasi
Kaji jenis pembedahan, hari opembedahan dan apakah ada order khusus dari tim
dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.
Melakukan perawatan luka :
 Melakuakan perawatan luka steril pada hari ke-3 operasi dan diulang
setiap 2 hari sekali
 Membersihkan luka dan drainase dengan cairan antiseptic jenis iodine
providum dengan cara swabbing dari arah dalam ke luar
 Membersihkan bekas sisa iodine providum dengan alcohol 70% atau
normal salin dengan cara swabbing dari arah dalam ke luar.
 Menutup luka dengan penampang eksternal dengan kasa steril dan
tutup dengan plester adhesive yang menyeluruh menutupi kasa.
 Menkaji kondisi luka funduplikasi dan laporkan pada ahli bedah
apabila ditemukan tanda-tanda infeksi pada sekitar area insersi.
 Menkolaborasi penggunaan antibiotik

5. EVALUASI
DX : Nyeri berhubungan dengan mukosa esofagus sebagai respon dari pembedahan
S: Pasien terlihat tidak merintih kesakitan
O: pasien berkata bahwa dia sudah bisa menahan rasa sakitnya
A: Masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan tindakan sampai pasien benar-benar pulih dari sakitnya
DX :Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, dan rencana pembedahan
fundoplikasi
S: Pasien terlihat lebih tenang
O: Pasien mengatakan bahwa dia pasrah dan bersedia melanjutkan tindakan
pengobatan
A: Masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan tindakan sampai pasien benar-benar pulih dari sakitnya

DX : Kekurangan nutrisi berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan makanan yang
adekuat
S: pasien terlihat mau makan walaupun sedikit-sedikit
O: pasien mengaku sudah memiliki selera untuk makan
A: Masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan tindakan sampai pasien benar-benar pulih dari sakitnya

DX : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang penyakit yang diderita
S: Pasien terlihat lebih tabah dalam menghadapi penyakitnya
O: Pasien mengatakan bahwa dia mengerti sebab penyakitnya setelah dijelaskan dan
mau melanjutkan pengobatan
A: Masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan tindakan sampai pasien benar-benar pulih dari sakitnya

DX : Risiko infeksi berhubungan dengan port de entree luka pascabedah


S: pasien terlihat tidak mengalami infeksi
O: pasien mengatakan bahwa luka pasca operasi sudah berangsur membaik
A: Masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan tindakan sampai pasien benar-benar pulih dari sakitnya

Anda mungkin juga menyukai