1. PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan,
pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan hernia hiatal dengan keluhan utama nyeri dada ( restrosternal ).
3) Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi
abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah
digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
4) Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan dan bagaimana
genogramnya .
5) Pengkajian Penatalaksanaan Medis
penatalaksanaan medis untuk hernia hiatal adalah secara terapi farmakologis dan
terapi bedah ( Qureshi, 2009 ).
1. terafi farmakologis, bertujuan untuk menurunkan keluhan refluks dengan
memberikan penetral asam atau penghambat produksi asam.
2. Terapi bedah dilakukan apabila keluhan nyeri nyeri retrosternal menjadi lebih
berat.
Beberapa terapi bedah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Nissen Fundoplication yang dapat dilakukan secara trans
abdominal maupun trans torakal dimana tindakannya adalah melakukan
fundoplikasi secara keliling 360 derajat antara distal esofagus dan fundus gaster.
prognosis keberhasilannya 96% ( kahrilas, 2006 ).
b. Belsey ( Mark IV ) Fundoplication : secara transtorakal sampai
terlihat esofagus intraabdominal, kemudia diperkuat dengan cara melakukan
aplikasi gaster secara keliling sebanyak 270 derajat sampai distal esofagus.
( Qureshi, 2009 ).
6) Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan
olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan
merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka
operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya
setelah pembedahan.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan
peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi
yang tidak stabil.
5. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang
tua, waktu dan tempat.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah. Biasanya didapat
kecemasan dan adanya intervensi bedah memberikan manifestasi pada pemenuhan
informasi.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada
tidaknya kelemahan. Biasanya didapatkan penurunan berat badan pada pasien dengan
keluhan disfagia yang kronis.
2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen
sebelah kanan bawah .
3. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.
4. Torax dan Paru
Umumnya pasien merasa dada seperti ditekan. Periksa apakah bentuknya simetris,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas
frekwensi pernafasan biasanya normal (16 – 20 kali permenit). Apakah ada ronchi,
whezing, stridor.
5. Abdomen
Biasanya pasien mengalami heartburn ( rasa yang sangat tidak mengenakkan pada
saat makan melai masuk setelah ditelan ), regurgitasi ( arus balik isi lambung ke
kerongkongan ), muntah, keluhan rasa asam dan pahit yang tidak mengenakkan pada
rongga mulut, peningkatan frekuensi sendawa, sering tersedak, ketidak nyamanan
pada abdomen, nyeri tekan abdomen atas terutama setelah makan, tiba-tiba batuk dan
kesulitan makan.
6. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga
apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi.
1) Foto polos toraks, untuk menilai adanya masa jaringan lunak pada area retrokardia
atau untuk menilai adanya pola gas lambung pada area retrokardia dan posisi
mediastinum.
2) Radiografi dengan barium, walaupun pemeriksaan foto toraks dapat melihat hiatal
hernia yang besar, tetapi sering sulit untuk menengakkan diagnostik. Pemeriksaan
dengan barium akan meningkatkan kekurangan pemeriksaan, khususnya untuk
membedakan sliding hiatal hernia dengan rolling hiatal hernia.
3) Pemeriksaan endoskopi, untuk menilai adanya retrograde lambung dan untuk menilai
kerusakan mukosa esofagus akibat dari kontak dengan asam lambung yang lama.
D. Analisa data
Dari uraian diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi data
subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah
yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan (lismidar,
1990).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan mukosa esofagus sebagai respon dari pembedahan
2. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, dan rencana pembedahan
fundoplikasi
3. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan makanan yang
adekuat
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit yang diderita
5. Risiko infeksi berhubungan dengan port de entree luka pascabedah
3. INTERVENSI
DX. Nyeri berhubungan dengan mukosa esofagus sebagai respon dari pembedahan
Tujuan: respon pasien dan tingkat nyeri berkurang atau teradaptasi
Kriteria :
1. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau teradaptasi
2. Pasien mampu melakukan manajemen nyeri nonfarmakologik apabila
sensasi nyeri muncul, TTV dalam batas normal, skala nyeri (0-4)
3. Ekspresi pasien relaks dan mampu melakukan mobilitas ringan dan
nyeri yang terkontrol
Intervensi Rasional
Pantau karakteristik nyeri dengan skala Untuk membantu mengidentifikas
0 – 10 catat lokasi dan penyebab nyeri dan memberikan
karakteristiknya intervensi yang tepat
Anjurkan pasien untuk menghindari Mengurangi resiko infeksi dan rasa nyeri
makanan yang pedas, panas, keras.
kolaborasi pemberian obat analgetik Pemberian obat lidokain dapat
seperti lidokain kental mengurangi rasa nyeri
(xylocain viscos 2 %)
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologik relaksasi dan non farmakologi lainnya
dan noninvasif telah menunjukan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Lakukan manajemen nyeri keperawatan: Istirahat secara fisiologis dapat
Istirahatkan pasien pada saat nyeri menurunkankebutuhan oksigen yang
muncul diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme basal
Monitor kondisi kepatenan selang Adanya gangguan pada kepatenan dari
nasogatrik, adanya bekuan darah, dan selang dan komplikasi pascaoperasi akan
aliran yang macet. memberikan stimulus nyeri yang perlu
perawat perhatikan. Perawat mengkaji
ulang respons yang dapat menimbulkan
rasa nyeri pada pasien karena merupakan
tanda yang lebih berbahaya sehingga
dapat secepatnya melakukan kolaborasi
dengan tim medis untuk intervensi
selanjutnya.
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan Meningkatkan asupan oksigen akan
dalam pada saat nyeri muncul. menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
intestinal.
Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
nyeri. menurunkan stimulus internal.
Manajemen lingkungan: lingkungan Lingkungan tenang akan menurunkan
tenang, batasi pengunjung, dan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
istirahatkan pasien. pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen ruangan
yang akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di ruangan.
Istirahat akan menurunkan kebutuhan
oksigen jaringan perifer.
Lakukan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan berupa sentuhan
dukungan psikologis pada saat nyeri dapat
membantu menurunkan nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab- Pengetahuan yang akan dirasakan
sebab nyeri dan menghubungkan berapa membantu mengurangi nyerinya dan
lama nyeri akan berlangsung. dapat membantu mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap rencana
terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis untuk Analgesik diberikan untuk membantu
pemberian: menghambat stimulus nyeri ke pusat
Analgesik. persepsi nyeri di korteks serebri sehingga
nyeri dapat berkurang.
DX: Kekurangan nutrisi berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan makanan yang
adekuat
Tujuan: intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Kriteria evaluasi:
- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat
- Terjadi penurunan gejala refluks esofagus, meliputi: odinofagia
berkurang, pirosis berkurang, RR dalam batas normal 12-20 x/menit
- Berat badan pada hari ke-7 pascaoperasi meningkat 0,5 kg.
Intervensi Rasional
Intervensi praoverasi:
Kaji toleransi fisik Pasien dengan hiatal hernia mempunyai
terhadap asupan nutrisi. tingkat variasi terhadap toleransi intake
nutrisi. Pada pasien dengan toleransi
kurang intake nutrisi oral harus tidak
diberikan dan diganti dengan jalan
nasogastrik.
DX : Resiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree dari luka pembedahan
Tujuan : tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada intergritas jaringan lunak.
Kriteria evaluasi :
Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area luka pembedahan, leukosit dalam batas normal, TTV
dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji jenis pembedahan, hari Mengidentifikasikan kemajuan taua
opembedahan dan apakah ada order penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.
khusus dari tim dokter bedah dalam
melakukan perawatan luka.
Lakukan perawatan luka :
Lakuakan perawatan Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari
luka steril pada hari ke-3 untuk menurunkan kontak tindakan dengan
operasi dan diulang setiap 2 luka yang dalam kondisi steril sehingga
hari sekali mencegah kontaminasi kuman ke luka bedah.
4. IMPLEMENTASI
DX. Nyeri berhubungan dengan mukosa esofagus sebagai respon dari pembedahan
Implementasi
Memantau karakteristik nyeri dengan skala
0 – 10 catat lokasi dan karakteristiknya
Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan yang pedas, panas, keras.
Mengkolaborasi pemberian obat analgetik seperti lidokain kental
(xylocain viscos 2 %)
Menjelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologik dan
noninvasif
Melakukan manajemen nyeri keperawatan:
Mengistirahatkan pasien pada saat nyeri muncul
Memonitor kondisi kepatenan selang nasogatrik, adanya bekuan darah, dan aliran
yang macet.
Mengajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri muncul.
Mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
Memanajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan
istirahatkan pasien.
Melakukan manajemen sentuhan.
Meningkatkan pengetahuan tentang: sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa
lama nyeri akan berlangsung.
Menkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian:
Analgesik.
Implementasi
Memonitor respon fisik, seperti kelemahan ,perubahan tanda vital, gerakan yang
berulang-ulang, serta catat kesesuaian respon verbal dan nonverbal selama
komunikasi
Menganjurkan pasien dankeluarga untuk mengungkapkan dan mengespresikan rasa
takutnya.
Mencatat reaksi dari pasien/keluarga. Berikan kesempatan untuk mendiskusikan
perasaanya,konsentrasinya, dan harapan masa depan.
DX: Kekurangan nutrisi berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan makanan yang
adekuat
Implementasi
Intervensi praoverasi:
Mengkaji toleransi fisik terhadap asupan nutrisi.
Mengevaluasi adanya alergi makanan dan kontraindikasi makanan.
Memanantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan
secara periodik (sekali seminggu).
Intervensi pascaoverasi fundoplikasi
Membatasi intake oral selama 48 jam setelah intervensi.
Mendokumentasi jumlah nutrisi yang masuk, hasil aspirasi dan
toleransi dari intake nutrisi.
Memberi makanan halus atau makanan cair secara bertahap dan
dicampur dengan air.
Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang jenis dan komposisi diet.
Implementasi
Kaji jenis pembedahan, hari opembedahan dan apakah ada order khusus dari tim
dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.
Melakukan perawatan luka :
Melakuakan perawatan luka steril pada hari ke-3 operasi dan diulang
setiap 2 hari sekali
Membersihkan luka dan drainase dengan cairan antiseptic jenis iodine
providum dengan cara swabbing dari arah dalam ke luar
Membersihkan bekas sisa iodine providum dengan alcohol 70% atau
normal salin dengan cara swabbing dari arah dalam ke luar.
Menutup luka dengan penampang eksternal dengan kasa steril dan
tutup dengan plester adhesive yang menyeluruh menutupi kasa.
Menkaji kondisi luka funduplikasi dan laporkan pada ahli bedah
apabila ditemukan tanda-tanda infeksi pada sekitar area insersi.
Menkolaborasi penggunaan antibiotik
5. EVALUASI
DX : Nyeri berhubungan dengan mukosa esofagus sebagai respon dari pembedahan
S: Pasien terlihat tidak merintih kesakitan
O: pasien berkata bahwa dia sudah bisa menahan rasa sakitnya
A: Masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan tindakan sampai pasien benar-benar pulih dari sakitnya
DX :Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, dan rencana pembedahan
fundoplikasi
S: Pasien terlihat lebih tenang
O: Pasien mengatakan bahwa dia pasrah dan bersedia melanjutkan tindakan
pengobatan
A: Masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan tindakan sampai pasien benar-benar pulih dari sakitnya
DX : Kekurangan nutrisi berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan makanan yang
adekuat
S: pasien terlihat mau makan walaupun sedikit-sedikit
O: pasien mengaku sudah memiliki selera untuk makan
A: Masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan tindakan sampai pasien benar-benar pulih dari sakitnya