Anda di halaman 1dari 8

ROS

 Perawat melakukan pengkajian sistem secara keseluruhan.


 Informasi yang didapat saat interview dan obervasi membantu perawat untuk menentukan
sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhtian khusus.
 Keadaan umum, TTV,
 sistem pernafsan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, perkemihn, pencernaan,
mukuloskeletal dan intergumen, endokrin dan reproduksi.
TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Memperoleh data yang sistematif, komprehensif
2. Memastikan/ membuktikan hasil anamnesa
3. Menegakkan diagnosa
4. Menentukan status kesehatan klien
5. Identifikasi masalah kesehatan
6. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.

Pemeriksaan Fisik
 B1 (BREATHING)
 Pada hernia reponibilis dan irreponibilis pernafasan dalam batas normal.
 Pada hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai adanya peningkatan RR (> 24 x /mnt)
 B2 (BLOOD)
 Pada hernia reponibilis dan irreponibilis masih dalam batas normal
 Pada hernia inkarcerata dan strangulata ditemukan :
Penurunan Tekanan Darah,peningkatan Nadi .
 B3 (BRAIN)
 Kesadaran secara kauntitatif (GCS) dalam batas normal (4-5-6)
 Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis,kadang dijumpai kesadaran yang apatis dan
gelsah pada hernia inkarcerata dan strangulata.
 B4 (BLADDER)
 Pada hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai penuruna produksi urine
 B5 (BOWEL)
 Pada hernia reponibilis dan irreponibilis:
Inspeksi
 merupakan proses observasi yang dilaksanakan secar sistematik
 menggunakan indra penglihatan, pendengaran dan penciuman.
 Dimulai saat interaksi.
 Bandingkan hasil normal dan abnormal.
Palpasi
 Teknik menggunakan indra peraba.
 Instrumen: tangan dan jari-jari.
 Data yang dapat dikumpulkan: temperatur, turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi.
 teraba benjolan berbatas tegas,bisa lunak atau kenyal tergantung dari isi hernia tsb.
 Auskultasi : terdengar peristaltic usus apabila isi hernia adalah usus.
 Pada hernia inkarcerata dan strangulata
 Inspeksi : adanya benjolan,warna kemerahan dan nampak odem.
 Palpasi : nyeri tekan,peningkatan suhu disbanding bagian tubuh lainnya
 Auskultasi : tidak terdengr peristaltic usus
 B6 (BONE)
 Kekuatan otot masih dalam batas normal.

B.Diagnosa Keperawatan yang sering muncul

1. Potensial Gangguan perfusi jaringan usus berhubungan dengan jepitan isi hernia oleh
cincin hernia
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
6. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual dan
muntah.

C. Intervensi dan implementasi


1.Potensial gangguan perfusi jaringan usus berhubungan dengan jepitan isi hernia oleh
cincin hernia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan usus lancar
Kriteria hasil : klien mengatakan bisa flatus,dan mengatakan bisa BAB,bising usus 7-37
x /mnt,abdomen flat dan supel.

 Atur posisi tidur Trendelegberd


 Puasakan klien
 Observasi TTV
 Pasang lingkar abdomen dan observasi tiap satu jam.
 Kolaborasi pemasangan Maag Slang dan tindakan operasi sesegera mungkin

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat


tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
-tanda-tanda vital normal
-pasien tampak tenang dan rileks

INTERVENSI

 pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri

Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

 Anjurkan klien istirahat ditempat tidur

Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri

 Atur posisi pasien senyaman mungkin

Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.

 Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam

Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman


 Kolaborasi untuk pemberian analgetik.

Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.


Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
-luka bersih tidak lembab dan kotor.
-Tanda-tanda vital normal

INTERVENSI

 Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi
karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi
peningkatan tanda vital.

 Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.

 Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.

Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

 Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit.

Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya
tanda-tanda infeksi.

 Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.


4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil : - pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
-pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
-kualitas dan kuantitas tidur normal

INTERVENSI
1) Mandiri

 Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak, anjurkan latihan pada siang
hari, turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.

Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur.

 Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus menerus

Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.

 Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.

Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif
(sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.

 Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien bahwa saat ini
adalah waktu untuk tidur.

Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan.


Catatan : Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk memungkin pasien membuang
kelebihan energi dan memfasilitas tidur.

 Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk

 Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih
selama malam hari.

 Putarkan musik yang lembut atau ”suara yang jernih”

Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari


lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyeyak.

2)Kolaborasi

 Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin


(Senequan) dan trasolon (Desyrel).

Rasional : Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan


kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk kognitif
dalam efek samping tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat yang
maksimal.

 Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).

Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi
insomia atau sindrom sundowner.

 Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).

Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat ini
mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI
 Rencanakan periode istirahat yang cukup.

Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat
digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.

 Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan


dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

 Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

 Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.

Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari
latihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta, 1998.
2. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
3. Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC, Jakarta, 1994.
4. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
EGC, Jakarta, 1995.
5. Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
6. Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
7. W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta, 2002.
http://dokterkrishnaufal.blogspot.co.id/2013/04/hernia.html

Anda mungkin juga menyukai