Anda di halaman 1dari 24

A.

PENGKAJIAN
1. Identitas klien
meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, alamat,
tanggal/jam MRS dan diagnosa medis.

2. Keluhan utama
Keluhan utama pada klien sponditis TB terdapat nyeri
punggung bagian bawah

3.Riwayat Kesehatan sekarang


Pada awal dapat dijumpai nyeri redikuler yang mengelilingi
dada dan perut, nyeri dirasakan meningkat pada malam hari
dan bertambah berat terutama pada saat pergerakan tulang
belakang.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menurut R. Sjamju Hidajat, 1997 : 20 tentang terjadinya
spondilitis tuberkulosa biasanya pada klien didahului dengan
adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberculosis paru.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Salah satu penyebab timbulnya spondilitis tuberkulosa adalah
klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain yang
menderita penyakit TB atau lingkungan keluarga ada yang
menderita penyakit tersebut.

6. Psikososial
Klien akan merasa cemas, sehingga terlihat sedih dengan
kurangnya pengetahuan mengenai penyakit TB, pengobatan dan
perawatannya sehingga membuat emosinya tidak stabil dan
mempengaruhi sosialisasi penderita.
7.Pola - pola fungsi kesehatan

➢ Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit
akan mempengaruhi persepsi klien tentang kebiasaan
merawat diri , yang dikarenakan tidak semua klien
mengerti benar perjalanan penyakitnya.Sehingga
menimbulkan salah persepsi dalam pemeliharaan
kesehatan. Dan juga kemungkinan terdapatnya riwayat
tentang keadaan perumahan, gizi dan tingkat ekonomi
klien yang mempengaruhi keadaan kesehatan klien.
➢ Pola nutrisi dan metabolisme.
Akibat dari proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya
menjadi lemah. Sedangkan kebutuhan metabolisme
tubuh semakin meningkat, sehingga klien akan
mengalami gangguan pada status nutrisinya.
➢ Pola eliminasi
Klien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang
semula bisa ke kamar mandi, karena lemah dan nyeri pada
punggung serta dengan adanya penata laksanaan perawatan
imobilisasi, sehingga kalau mau BAB dan BAK harus ditempat tidur
dengan suatu alat. Dengan adanya perubahan tersebut klien tidak
terbiasa sehingga akan mengganggu proses aliminasi.
➢ Pola aktivitas
Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik dan nyeri pada
punggung serta penatalaksanaan perawatan imobilisasi akan
menyebabkan klien membatasi aktivitas fisik dan
berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktivitas fisik
tersebut.
➢ Pola tidur dan istirahat.
Adanya nyeri pada punggung dan perubahan lingkungan atau
dampak hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam
pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
➢ Pola hubungan dan peran.
Sejak sakit dan masuk rumah sakit klien mengalami
perubahan peran atau tidak mampu menjalani peran
sebagai mana mestinya, baik itu peran dalam keluarga
ataupun masyarakat. Hal tersebut berdampak
terganggunya hubungan interpersonal.

➢ Pola persepsi dan konsep diri


Klien dengan Spondilitis tuberkulosa seringkali merasa
malu terhadap bentuk tubuhnya dan kadang - kadang
mengisolasi diri.

➢ Pola sensori dan kognitif.


Fungsi panca indera klien tidak mengalami gangguan
terkecuali bila terjadi komplikasi paraplegi.
➢ Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual klien dalam hal melakukan hubungan
badan akan terganggu untuk sementara waktu, karena di
rumah sakit. Tetapi dalam hal curahan kasih sayang dan
perhatian dari pasangan hidupnya melalui cara merawat
sehari - hari tidak terganggu atau dapat dilaksanakan.

➢ Pola penaggulangan stres


Dalam penanggulangan stres bagi klien yang belum
mengerti penyakitnya , akan mengalami stres. Untuk
mengatasi rasa cemas yang menimbulkan rasa stres, klien
akan bertanya - tanya tentang penyakitnya untuk
mengurangi stres.

➢ Pola tata nilai dan kepercayaan


Pada klien yang dalam kehidupan sehari - hari selalu taat
menjalankan ibadah, maka semasa dia sakit ia akan
menjalankan ibadah pula sesuai dengan kemampuannya.
Dalam hal ini ibadah bagi mereka di jalankan pula sebagai
penaggulangan stres dengan percaya pada tuhannya.
8. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi : terlihat lemah, pucat dan pada tulang belakang
terlihat bentuk kifosis
 Palpasi : sesuai yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang
belakang
 Perkusi : pada tulang belakang yang mengalami infeksi
terdapat nyeri ketok
 Auskultasi : pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru
tidak ditemukan kelainan
 Review of System (ROS)
● B1 (Breating)
● B2 (Blood)
● B3 (Brain)
● B4 (Bladder)
● B5 (Bowel)
● B6 (Bone)
9. Pengkajian Diagnostic

a. Laboratorium→ Laju Endap darah meningkat


b. Pemeriksaan Diagnostik lain
 Radiologi : terlihat gambaran distruksi vertebra
terutama bagian anterior, sangat jarang menyerang area
posterior, terdapat penyempitan diskus, gambaran abses
para vertebral.
 Tes Tuberkulin : reaksi tuberculin biasanya positif
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi radiks saraf
servikal, spasme otot servikal
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan musculoskeletal dan nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan
struktur tubuh
4. Ketidak seimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak
adekuat sekunder akibat nyeri tenggorokan dan
gangguan menelan
5. Risiko infeksi berhubungan dengan luka pasca-bedah
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
infformasi mengenai penyakit, pengobatan dan
perawatan
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi radiks saraf
servikal, spasme otot servikal
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan rasa nyaman
terpenuhi dan nyeri berkurang
 Kriteria Hasil :
✓ Klien melaporkan penurunan nyeri
✓ Skala nyeri 0 – 1
✓ Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan
atau menurunkan nyeri
✓ Klien menunjukkan perilaku yang lebih rileks
 Intervensi
1). Pasang brace pada pasien
• Rasional : pemasangan brace membantu pasien dalam pembatasan
pergerakan tulang belakang
2). Istirahatkan leher, atur posisi fisiologis dan pasang ban leher.
 Rasional : posisi fisiologis akan mengurangi kompresi saraf leher
3). Lakukan masase pada otot leher
 Rasional : masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan membantu
suplai darah dan oksigen ke area nyeri leher
4). Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam ketika nyeri muncul.
 Rasional : meningkatkan asupan oksigen sehingga menurunkan nyeri
sekunder akibat iskemia
5). Berikan analgesic sesuai terapi dokter dan kaji keefektivitasannya.
 Rasional : analgesic mampu mengurangi rasa nyeri, bagaimana reaksi
terhadap nyeri yang diderita klien.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan musculoskeletal dan nyeri
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan klien dapat melakukan
mobilitas secara optimal dan mampu teradaptasi.
 Kriteria Hasil :
✓Klien dapat ikut serta dalam program latihan
✓Klien terlihat mampu melakukan mobilisasi secara
bertahap
✓Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai
tingkat optimal
 Intervensi :
1). Bantu klien melakukan ROM, dan perawatan diri sesuai
toleransi.
 Rasional : latihan ROM yang optimal mampu menurunkan
atrofi otot, memperbaiki sirkulasi perifer dan mencegah
kontraktur

2). Pantau keluhan nyeri dan adanyya tanda-tanda deficit


neurologis
 Rasional : peran perawat dalam pemantauan dapat
mencegah terjadinya hal yang lebih parah seperti henti
jantung – paru akibat lkompresi batang otak dan korda

3). Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian OAT


 Rasional : OAT akan mengobati penyebab dasar spondilitis
TB.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan
struktur tubuh
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan klien dapat
mengekspresikan perasaanya dan dapat menggunakan
koping adaptif
 Kriteria Hasil :
✓Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan dapat
menggunakan keterampilan koping yang positif dalam
mengatasi perubahan citra tubuh
 Intervensi :
1). Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
 Rasional : meningkatkan harga diri klien dan membina
hubungan saling percaya dengan mengungkapkan perasaan
dapat membantu penerimaan diri.
2). Bersama – sama klien mencari alternative koping yang
positif.
 Rasional : dukungan perawat pada klien dapat
meningkatkan rasa percaya diri klien.
3). Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara
klien, keluarga, dan teman serta berikan aktifitas rekreasi
dan permainan guna mengatasi body image.
 Rasional : memberikan semangat bagi klien agar dapat
memandang dirinya secara positif dan tidak merasa rendah
diri
4) Ketidak seimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak
adekuat sekunder akibat nyeri tenggorokan dan gangguan
menelan
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan keseimbangan nutrisi klien dapat
terpenuhi
 Kriteria Hasil :
✓ Klien terlihat mampu melakukan pemenuhan nutrisi per
oral secara bertahap
✓ Proporsi berat badan dan tinggi badan ideal
 Intervensi :
1). Pantau presentase asupan makanan yang dikonsumsi setiap
makan, timbang berat badan setiap hari
 Rasional : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari
tujuan yang diharapkan
2). Berikan perawatan mulut 6 jam, pertahankan kesegaran
ruangan
 Rasional : perasaan tidak nyaman pada mulut dan bau yang
tidak nyaman dari lingkungan dapat mempengaruhi selera
3). Dorong klien untuk ikut serta dalam pemenuhan nutrisi
tinggi kalori dan tinggi protein.
 Rasional : peran perawan dalam memberi dukungan sangat
diperlukan pada klien yang pada fase inflamasi sangat banyak
membutuhkan energy dan protein untuk proses pengembalian
fungsiyang optimal
4). Kolaborasi dengan ahli diet untuk pemenuhan nutrisi yang
ideal
 Rasional : dalam kondisi akut, ahli diet dapat mencari jenis
makanan yang dapat membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan akan energy dan perbaikan
5. Risiko infeksi berhubungan dengan luka pasca bedah
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan tidak terjadi tanda-tanda infeksi
 Kriterian Hasil :
✓ Terbebas dari tanda atau gejala infeksi
✓ Menunjukkan hygiene yang adekuat
✓ Menggambarkan faktor yang menunjang penularan
infeksi
 Intervensi :
1). Pantau tanda / gejala infeksi
 Rasional : mengidentifikasi dini infeksi
2)Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi.
 Rasional : menggambarkan faktor yang menunjang
penularan infeksi
3). Berikan terapi antibiotic, bila perlu
 Rasional : mencegah infeksi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai penyakit, pengobatan dan perawatan
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan klien dan keluarga dapat memahami
cara perawatan di rumah
 Kriteria Hasil :
✓ Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan
brace atau korset
✓ Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
✓ Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit,
rencana pengobatan dan gejala kemajuan penyakit
 Intervensi :
1).Diskusikan tentang pengobatan
 Rasional : meminimalisasi kesalahan klien dan keluarga
dalam penggunaan obat
2).Tekankan pentingnya lingkungan aman untuk
mencegah fraktur.
 Rasional : meningkatkan kewaspadaan klien maupun
keluarga terhadap faktor-faktor resiko yang dapat
memperparah kondisi klien
3). Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter
 Rasional : mendeteksi kondisi perkembangan klien
secara dini
4. EVALUASI
1) Pasien menyatakan nyeri berkurang dan atau hilang
2) Pasien menunjukkan kondisi yang rileks dan dapat
beristirahat
3) Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
4) Pasien mendiskusikan peranya dalam mencegah
kekambuhan
5) Pasien mampu mengerti penjelasan yang diberikan
tentang proses penyakit dan pengobatannya
6) Pasien mampu mengidentifikasi potensial situasi stress
dan mengambil langkah untuk menghindarinya
7) Pasien dapat menggunakan obat yang diresepkan
dengan baik
8) Pasien dapat melakukan pola hidup sehat dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
 Muttaqin, A. 2008. Buku Saku Gangguan
Muskuloskeletal: Aplikasi pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta: EGC.
 Samsuhidayat, Wim de Jong. 2003. Sistem
Muskuloskeletal. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai