OLEH :
KELOMPOK 3
DOSEN PENGAMPU :
Nurhikmah. SST, MPH
1
ANGGOTA KELOMPOK 3 :
2
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan, dan
keperawatan pasien baik mental, sosial, dan lingkungan.
a. Identitas diri klien
1). Pasien (diisi lengkap) : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, Tgl masuk RS, no CM,
alamat.
2). Penanggung jawab (diisi lengkap) : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaa, alamat.
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian.
2). Riwayat penyakit sekarang : riwayat penyakit pasien yang diderita saat
masuk RS.
3). Riwayat kesehatan lalu : riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien.
4). Riwayat kesehatan keluarga : adakah riwayat penyakit yang sama
diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik
bersifat genetis maupun tidak)
3
c. Pemeriksaan fisik
1). Keadaan umum.
2). Pemeriksaan persistem
a). Sistem persepsi dan sensori :pemeriksaan 5 indera
b). Sistem persarafan : bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek
bicara, pupil, orientasi waktu dan tempat.
c). Sistem pernafasan : nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan
nafas.
d). Sistem kardiovaskuler: nilai TD, nadi dan irama, kualitas dan
frekuensi.
e). Sistem gastrointestinal : nilai kemampuan menelan, nafsu
makan/minum, peristaltik usus, dan eliminasi.
f). Sistem integumen : warna kulit, turgor, tekstur dari kulit pasien.
g). Sistem reproduksi.
h). Sistem perkemihan : nilai frekuensi BAK, volume BAK
4
10). Pola hubungan dan peran
11). Psikososiospiritualkultural
Perawat melakukan pengkajian kemampuan fungsi social , kondisi
mental/emosional , hubungan interpersonal, kegiatan yang dilakukan oleh
pasien stroke, konflik dalam keluarga yang dialami pasien jika ada, peran
system budaya, spiritual dan aspek religious, sumber keuangan,
komunikasi, kepribadian/ personality, adat istiadat/ pembuatan keputusan,
aspek religious/ kepercayaan pertahanan/koping , system nilai, hubungan
antar anggota keluarga juga stressor yang dihadapi pasien stroke.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan stroke
adalah sebagai berikut :
a. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik: renal, serebral, kardiovaskular,
pulmonal, gastrointestinal, perifer) b/d aliran arteri lambat.
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal dan
neurovaskuler.
c. Kurang perawatan diri : mandi, berpakain, makan, toileting b/d tidak
berfungsinya anggota gerak.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Intervensi keperawatan.
a. Perfusi jaringan tidak efektif
Kriteria hasil :
1) Vital sign dalam batas normal
2) Tidak ada keluhan sakit kepala atau pusing.
3) Nilai lab dalam batas normal
4) Tekanan darah dalam batas yang dapat diterima.
Intervensi
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam, nadi apical dan neurologis tiap 10
menit.
5
Rasional :untuk mengevaluasi perkembangan penyakit dan
keberhasilan terapi.
2. Pertahankan tirah baring pada posisi semifowler sampai tekanan darah
dipertahankan pada tingkat yang dapat diterima.
Rasional : tirah baring membantu menurunkan kebutuhna oksigen,
posisi duduk meningkatkan aliran darah arteri berdasarkan gaya
gravitasi, konstruksi arteriol dan hipertensi menyebabkan peningkatan
pada arteri.
3. Pantau data laboratorium misal : AGD, kreatin
Rasional : indicator perfusi atau fungsi organ
4. Anjurkan tidak menggunakan nikotin atau rokok.
Rasional : dapat meningkatakan vasokontriksi
5. Kolaborasi pemberian obat-obatan anti hipertensi mislanya golongan
inhibitor simpatis (propanolol, atenolol), golongan vasodilator
(hidralazin).
Rasional : golongan inhibitor secara umum menurunkan tekanan darah
melalui efek kombinasi penurunan tahanan perifer, menurunan curah
jantung, menghambat saraf simpatis, dan menekan pelepasan rennin.
Golongan vasodilator berfungsi untuk merikskankan otot polos
vaskuler.
6
Rasional : mempertahankan posisi tegak di tempat tidur dalam periode
yang lama akan memperberat deformitas fleksi panggul dan
pembentukan dekubitus di sakrum.
2. Cegah adduksi bahu
Rasional : membantu mencegah edema dan fibrosis yang akan
mencegah rentang gerak normal bila pasien teah dapat melakukan
kontrol lengan.
3. Atur posisi tangan dan jari (jari-jari diposisikan sedikit fleksi dan
tangan ditempatkan agak supinasi)
Rasional :posisi tangan dan jari yang fungsional dapat mencegah
edema tangan.
4. Ubah posisi pasien tiap 2 jam
Rasional : pemberian posisi ini penting untuk mengurangi tekanan dan
mengubah posisi dengan sering untuk mencegah pembentukan
dekubitus.
5. Latihan ROM 4-5 kali sehari
Rasional : latihan bermanfaat untuk mempertahankan mobilitas sendi,
mengembalikan kontrol motorik, cegah terjadinya kontraktur pada
ekstermitas yang mengalami paralisis, mencegah bertambah buruknya
sistem neurovaskuler dan meningkatkan sirkulasi. Latihan juga
menolong dan mencegah terjadinya stasis vena yang dapat
mengakibatkan adanya troombus dan emboli paru.
6. Menganjurkan pasien untuk meningkatkan spiritualnya / beribadah
seperti : sholat, puasa, zakat, bersedekah, mengikuti pengajian, sholat
sunnah(tahajud), naik haji bagi yang mampu, melunasi hutang
apabila ada, menjaga silaturahmi dan kegiatan positif lainnya.
Rasional : untuk lebih meningkatkan kualitas hidup pasien.
7
b). Pasien dapat merawat diri mandi
c) Pasien dapat merawat diri makan
d) Pasien dapat merawat diri toileting
Intervensi (self care assistance) :
1. Kaji kemapuan untuk perawatan diri
2. Pantau kebutuhan klien untuk alat bantu dalam mandi, berpakaian,
makan, toileting.
3. Berikan bantuan hingga klien sepenuhnya dapat mandiri.
4. Dukung klien untuk menunjukan aktivitas normal sesuai
kemampuan.
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan parawatan diri
klien
8
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2016. Buku saku diagnosa Keperawatan edisi 13.
Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
9
10