S
DENGAN CVD HEMORAGIK DI RUANG IGD
RS HERMINA OPI JAKABARING
GADAR III
DISUSUN OLEH :
FITRI YANI
030200304
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke atau cerebrovascular disease menurut World Health
Organization (WHO) adalah “tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global karena adanya
sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih”.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan secara teoritis konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan susp CVD Hemoragik
Tujuan Khusus
Menjelaskan konsep dasar teori CVD Hemorogik
1. Definisi
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak ( Smelzter
&Bare, 2017 dikutip dalam Andra Saferi 2019).
8. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan umum
1) Pada fase akut
a) Terapi cairan
b) Terapi oksigen
c) Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
d) Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah
e) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
f) Evaluasi status cairan dan elektrolit
g) Kontrol kejang
h) Lakukan pemasangan NGT
i) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
j) Monitor tanda-tanda neurologi
2) Fase rehabilitasi
a) Pertahankan nutrisi yang adekuat
b) Program manajemen bladder dan bowel
c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak
sendi (ROM)
d) Pertahankan integritas kulit
e) Pertahankan komunikasi yang efektif
f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
g) Persiapan pasien pulang
Menurut (Nanda 2019, NOC 2018, NIC 2018). Diagnosa Stroke Hemoragik
antara lain:
Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder, adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
neuromuscular, ketidakmampuan dalam persespi kognitif.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik
sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan system
saraf pusat (defek anatomis, perubahan neuromuscular pada system
penglihatan, pendengaran dan apparatus fonatori).
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
neuromuskuler, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan
kontrol otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL.
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
gangguan aliran darah sekunder, adanya perdarahan,
edema atau oklusi pembuluh darah.
Tujuan:
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam perfusi
jaringan tercapai secara optimal.
Kriteria hasil :
Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual dan
kejang, GCS 15, pupil isokor, refleks cahaya (+) TTV normal.
Intervensi :
Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab
peningkatan TIK dan akibatnaya.
Rasional : keluarga lebih berpartisipasi dalam proses
penyembuhan.
Baringkan klien ( bed rest ) total dengan posisi tidur telentang tanpa
bantal.
Rasional : monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.
Ajarkan klien untuk mengindari batuk dan mengejan berlebihan.
Rasional : Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrkranial
dan potensial terjadi perdarahan ulang.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Rasional : rangsangan aktivitas dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
Kolaborasi : pemberian terapi sesuai intruksi dokter,seperti aminofel,
antibiotika.
Rasional : tujuan yang di berikan dengan menurunkan permeabilitas
kapiler,menurunkan edema serebri,menurunkan metabolic sel dan kejang.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
neuromuscular, ketidakmampuan dalam persespi kognitif.
Tujuan :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
mobilitas fisik teratasi.
Kriteria hasil :
klien dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan
fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.
Intervensi :
Kaji kemampuan secara fungsional dengan cara yang teratur
klasifikasikan melalui skala 0-4.
Rasional : untuk mengidentifikasikan kelemahan dan dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan.
Ubah posisi setiap 2 jam dan jika memungkinkan bisa lebih
sering.
Rasional : menurunkan terjadinya trauma atau iskemia jaringan.
Lakukan gerakan ROM aktif dan pasif pada semua ekstremitas.
Rasional: meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan
mencegah terjadinya kontraktur.
Bantu mengembangkan keseimbangan duduk seperti meninggikan
bagian kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat tidur.
Rasional: membantu melatih kembalisaraf,meningkatkan respon
proprioseptik dan motorik.
Konsultasi dengan ahli fisiotrapi.
Rasional: program yang khusus dapat di kembangkan untuk
menemukan kebutuhan klien.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi
secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder dan
perubahan tingkat kesadaran.
Tujuan :
setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu meningkatkan dan
memepertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan mencegah aspirasi.
Kriteria hasil :
bunyi nafas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, trakeal tube bebas sumbatan,
menunjukan batuk efektif, tidak ada penumpukan secret di jalan nafas, frekuensi pernafasan
16 - 20x/menit.
Intervensi :
Kaji keadaan jalan nafas
Intervensi:
Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata
atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.
Bedakan antara afasia dengan disartria
Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka
mata”“tunjuk ke pintu”) ulangi dengan kata/kalimat yang sederhana
Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut
Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “Sh” atau
“Pus”
Minta pasien untuk menulis nama dan/atau kalimat yang pendek. Jika tidak
dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek
Tempatkan tanda pemberitahuan pada ruang perawat dan ruangan pasien
tentang adanya gangguan bicara. Berikan bel khusus bila perlu
i. Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis,
gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar
kebutuhan, demonstrasi)
j. Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
neuromuskuler, menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan
kontrol otot atau koordinasi di tandai oleh kelemahan untuk ADL,
seperti makan, mandi dll.
Tujuan :
setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam terjadi
perilaku peningkatan perawatan diri.
Kriteria hasil :
klien menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri,
klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan, mengidentifikasikan personal masyarakat yang dapat
membantu.
Intervensi :
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 – 4 untuk
melakukan ADL.
Rasional: membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan
pertemuan kebutuhan individu.
Hindari apa yang tidak dapat di lakukan oleh klien dan bantu bila perlu.
Rasional : klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini di lakukan
untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
Menyadarkan tingkah laku atau sugesti tindakan pada perlindungan
kelemahan. Pertahankan dukungan pola pikir dan izinkan klien melakukan
tugas, beri umpan balik yang positif untuk usahanya.
Rasional: klien memerlukan empati, tetapi perlu mengetahui perawatan
yang konsisten dalam menangani klien, sekaligus meningkatkan harga diri
klien, memandirikan klien, dan menganjurkan klien untuk terus mencoba.
Rencanakan tindakan untuk deficit pengelihatan dan seperti tempatkan
makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke
dinding.
Rasional: klien mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu
melihat keluarmasuk orang ke ruangan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawadan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien
dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
5. Evaluasi
Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan
keperawatan
Tujuan tercapai jika pasien menunjukan perubahan sesuai pada
standar yang telah di tentukan
Tujuan tercapai sebagian atau pasien masih dalam pencapaian tujuan
jika pasien menunjukan perubahan sebagian pada standar yang telah
di tentukan
Tujuan tidak tercapai jika hanya menunjukan sedikit perubahan dan
tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat masalah baru.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
Nama: Ny. S
Umur: 75 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No MR : D2052510
Alamat : Jln Cokro Aminoto LK II no 69
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTA
Tanggal Masuk : 10 Januari 2022
Diagnosa medis : CVD Hemorogik
Riwayat Kesehatan
Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan
CVD Hemorhagi pada tanggal 10 – 01 – 2022, penulis
menerapkan proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan
teori yang telah didapatkan dadisesuaikan dengan
kebutuhan pasien. Dari uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan
yang diberikan hanya sebatas kegawatdaruratan yang
belum mampu menyelesaikan semua masalah keperawatan
pasien.
SARAN