Anda di halaman 1dari 8

Seorang laki-laki berumur 63 tahun, masuk rawat inap hari pertama perawatan dengan diagnosis CHF

ec. IHD. Pasien mempunyai riwayat merokok, riwayat hipertensi 7 tahun, pernah dirawat dengan
stroke, riwayat penyakit Diabetes Mellitus (DM) dan   jantung 5 tahun

Pengkajian Hasil Pengkajian


Pengkajian perilaku
1. Oksigenasi dan sirkulasi Perilaku maladaptif adalah sesak nafas, nyeri dada, terdapat distensi vena
jugularis TD 141/75 mmHg, frekuensi respirasi 21x/mnt, frekuensi nadi
60x/mnt. Sedangkan perilaku adaptif didapatkan saturasi oksigen 98%, bunyi
jantung S1 dan S2 terdengar normal dan regular, suara napas vesikuler,
ronchi tidak ada, wheezing tidak ada, capillary refill time (CRT) < 3 detik,
denyut nadi perifer kuat normal, dan akral teraba hangat.
Hasil EKG: irama regular, frekuensi 56 x/mnt, aksis normal, T depresi di
inferior, high lateral & lateral, incomplete rbbb pattern m shape di II, aVF
Kesan: Sinus Bradikardi.
Hasil thorax CTR 68%, kardiomegali.
Hasil ECHO : Left Ventricular Hypertropi (LVH) konsentrik, fungsi sistolik
LV menurun dengan LVEF 50% (Teichz), fungsi diastolik LV menurun dengan
E/A 0,71. Terapi yang diberikan injeksi forusemid 3x80 mg, aspilet 80mg 1-0-0,
ISDN 3x5mg, spironolactone 25mg 0-1-0.

2. Nutrisi konjungtiva tidak anemis, tidak ada mual dan muntah

3. Eliminasi BAK menggunakan kateter urine

4. Aktivitas dan Istirahat Sesak bertambah bila beraktivitas

5. Proteksi Leukosit 10900 /uL; Ht 36 vol%

6. Sense Nyeri dada (nyeri dirasakan pada dada kiri tidak menjalar, nyeri seperti ditindih
dengan skala 2 dari 10 skala VAS, timbul kadang-kadang 1-2 menit).

7. Keseimbangan cairan dan Kaki dan tangan bengkak derajat 1, pitting edem derajat 1, perut membesar (acites
elektrolit minimal).
Hasil Laboratorium : ureum 141,8 mg/dl; creatinine 2,7

8. Fungsi neulogis Kesadaran compusmentis

9. Fungsi endokrin HbA1C 7,2 %, gula darah puasa 142 mg/dl, gula darah 2 jam PP 106 mg/dl,
cholesterol 256 mg/dl

Mode konsep diri Pasien berusaha tetap berobat dan akan menjaga kesehatannya, tetapi terkadang
pasien mengakui sering melanggar diit yang dianjurkan oleh petugas kesehatan,
makan makanan berlemak dan minum lebih dari yang dianjurkan walaupun
pasien sudah tahu takaran yang boleh setiap harinya.

Mode fungsi peran Pasien tidak dapat beraktivitas dengan baik seperti biasa sebagai petani setelah
mengalami penyakit jantung.

Mode interdepedensi Penanggung biaya pengobatan adalah asuransi kesehatan BPJS. Pasien selama
dirawat ditunggu oleh anaknya secara bergantian.

Pengkajian stimulus
1. Stimulus fokal gangguan preload, afterload, kontraktilitas dan perubahan frekuensi jantung.
2. Stimulus kontekstual Riwayat hipertensi, riwayat DM, ketidakpatuhan.
3. Stimulus residual Riwayat merokok, gaya hidup.
Dari hasil pengkajian didapatkan prioritas diagnosa keperawatan penurunan curah

jantung. Penetapan intervensi keperawatan dengan dua mekanisme kontrol di dalamkonsep


ilmu keperawatan Roy:

1) Regulator: rencana aktivitas keperawatan yaitu: a) Monitoring tanda-tanda vital, b) Catat tanda
dan gejala penurunan cardiac out put, c) Monitor adanya disritmia, d) Monitor toleransi pasien
terhadap aktivitas, e) Monitor tehadap sesak napas, fatique, takhipnea dan ortopnea, f) Auskultasi
bunyi jantung, g) Lakukan EKG 12 lead, h) Auskultasi suara paru, i) Berikan obat diuretik, j)
Elevasikan bagian kepala tempat tidur, k) Monitor adanya distensi vena jugularis dan edema
perifer, i) Pantau berat badan, intake dan output pasien, m) Berikan obat vasodilator.
2) Kognator, Aktivitas yang dilakukan yaitu:
a) Hindari aktivitas penyebab valsalva manuver, b) Anjurkan pasien bedrestl, c) Rencanakan bersama
pasien dan keluarga untuk perawatan di rumah, meliputi pembatasan diet dan pembatasan aktivitas.
Kriteria hasil menunjukkan status sirkulasi yang baik ( tidak ada edema, acites, distensi vena jugularis), adanya
peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik (tidak mengalami nyeri dada dan sesak napas), menjelaskan
obat, aktivitas, diet, dan batasan yang diperlukan untuk penyakitnya.
vasodilator isosorbit dinitrate 5 mg. Pasien bedrest, aktivitas diminimalkan, semua aktivitas ditempat
tidur. Pemantauan tanda vital sebelum dan setelah melakukan aktivitas. Melakukan pembatasan cairan
(balance negatif cairan)

Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses
keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap
pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama
dengan proses keperawatan secara umum.
a) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian
tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang
perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-masing mode
adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian
pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masing-
masing mode adaptasi secara sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien
tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat.
Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian
tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual
dan residual yang berdampak terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi
respon adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol,
merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping
dan gaya, stres fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik
b) Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4
mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah
“hypoxia”.
Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan
berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka
diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung
berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”.
Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus
yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana
ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah
“kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di
cuaca yang panas”
c) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan
kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan
dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan
penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi
harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
d) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi
fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping seseorang
pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
e) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari
kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

4.1 Kasus
Tn. I umur 65 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 28 Desember 2020. Klien masuk ke ruang
rawat inap hari pertama perawatan dengan diagnosa CHF ec IHD. Klien mempunyai riwayat
merokok, riwayat hipertensi 7 tahun, pernah dirawat dengan stroke, riwayat penyakit Diabetes
Mellitus dan Jantung 5 tahun . Hasil pengkajian didapatkan TD : 160/90, respirasi 23x/menit,
HR: 60x/menit, Suhu Badan : 36,7oC, GCS : 15, Spo2: 98x/m.

4.2 Pengkajian
Pengkajian Perilaku
1. Oksigenasi dan sirkulasi
Hasil Pengkajian didapatkan perilaku maladaptif yaitu sesak nafas, nyeri dada, terdapat
distensi vena jugularis TD 160/90 mmHg, frekuensi respirasi 23x/menit, frekuensi nadi
60x/menit, saturasi oksigen 98%, CRT >3 detik, denyut nadi perifer teraba lemah, dan
akral teraba hangat. Hasil EKG irama regular, frekuensi 56x/menit, Kesan: Sinus
Bradikardi.
2. Nutrisi
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada mual dan muntah
3. Eliminasi
BAK menggunakan kateter urine
4. Aktivitas dan Istirahat
Sesak bertambah bila beraktivitas
5. Proteksi
Leukosit 10900/uL ; Ht 36 vol%
6. Nyeri dada (nyeri dirasakan pada dada kiri tidak menjalar, nyeri seperti ditindih dengan
skala 2, nyeri dirasakan hilang timbul 1-2 menit.
7. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Kaki dan tangan bengkak derajat 1, pitting edema derajat 1, perut membesar (acites
minimal). Hasil Laboratorium : Ureum 141,8 mg/dl; creatinine 2,7
8. Fungsi neurologis
Kesadaran Composmentis
9. Fungsi endokrin
HbA1C 7,2%, GDP 142 mg/dl, gula darah 2 jam PP 107 mg/dl, Cholesterol 256 mg/dl
Mode Konsep Diri
Klien berusaha tetap berobat dan akan menjaga kesehatannya, tetapi terkadang klien mengakui
sering melanggar diet yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, makan makanan berlemak dan
minum lebih dari yang dianjurkan walaupun klien sudah tahu takaran yang boleh diminum setiap
harinya.
Mode fungsi peran
Klien tidak dapat beraktivitas dengan baik seperti biasa sebagai petani setelah mengalami
penyakit jantung.
Mode interdependensi
Penanggung biaya pengobatan adalah asuransi kesehatan BPJS. Klien selama dirawat ditunggu
oleh anaknya secara bergantian.
Pengkajian stimulus
1. Stimulus fokal : gangguan preload, afterload, kontraktilitas dan perubahan frekuensi
jantung
2. Stimulus kontekstual : Riwayat hipertensi, riwayat DM, ketidakpatuhan.
3. Stimulus residual : Riwayat merokok dan gaya hidup.
4.3 Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian didapatkan prioritas diagnosa keperawatan adalah Penurunan curah jantung
b/d perubahan kontraktilitas dan afterload ditandai dengan perubahan irama jantung (Bradikardi).
4.4 Intervensi Keperawatan
Penetapan intervensi keperawatan dengan dua mekanisme control di dalam konsep ilmu
Keperawatan Roy :
1. Regulator : rencana aktivitas keperawatan yaitu
a) Monitoring TTV
b) Catat tanda dan gejala penurunan Cardiac Output
c) Monitor adanya disritmia
d) Monitor toleransi pasien terhadap aktivitas
e) Monitor terhadap sesak nafas
f) Lakukan EKG 12 lead
g) Elevasikan bagian kepala tempat tidur
h) Monitor adanya distensi vena jugularis dan edema perifer
i) Kolaborasi pemberian terapi
2. Kognator : Aktivitas yang dilakukan yaitu :
a). anjurkan pasien bedrest
b). rencanakan bersama pasien dan keluarga untuk perawatan di rumah, meliputi pembatasan
diet dan pembatasan aktivitas.
4.5 Implementasi
Implementasi dilakukan pada hari pertama sampai hari ketiga perawatan klien terpasang kateter
menetap untuk memantau intake dan output cairan. Memberikan injeksi furosemide 80 mg,
memberikan obat vasodilator isosorbit dinitrate 5 mg. Klien bedrest, aktivitas ditempat tidur.
memantau tanda vital sebelum dan setelah melakukan aktivitas. Melakukan pembatasan cairan.
4.6 Evaluasi
Evaluasi setelah 24 jam perawatan
TD : 150/80, HR: 65x/menit, SpO2 97% dengan O2 nasal 3 lpm, denyut nadi perifer kuat,
adanya distensi vena jugular, intake oral 700 ml/24 jam, output 4500cc/24jam balans cairam
defisit -3800ml, pitting edema tungkai bawah derajat 1. Klien beradaptasi terhadap nyeri dada
dirasakan sudah tidak ada, klien mampu membatasi intake cairan, sedangkan perilaku maladaptif
sesak nafas bertambah billa melakukan aktivitas.
Evaluasi Hari Kedua Perawatan
TD : 130/70 mmHg, HR: 75x/menit, SpO2 98% dengan O2 nasal kapan perlu, denyut nadi
perifer kuat 75x/menit, output urin 4000 ml/24 jam, intake oral 700+ parenteral 700 ml/24 jam,
output 4000cc balance cairan excess -3300 ml, pitting edema tungkai bawah. Klien didapatkan
belum tercapainya adaptasi fisiologis-fisik pada klien dengan tanda-tanda penurunan curah
jantung. Adaptasi terhadap haluaran urine dan sudah tidak menggunakan oksigen nasal.
Evaluasi Hari Ketiga Perawatan
Klien melaporkan sesak berkurang TD : 120/ 70 mmHg, HR: 80x/menit, SpO2 99% dengan )2
kapan perlu, denyut nadi perifer kuat 80x/menit, respirasi 20x/menit SB: 36,5, distensi vena
jugular, output urin 1500 ml/24 jam, balance cairan excess -800 ml, pitting edema tungkai bawah
berkurang. Didapatkan mulai tercapainya adaptasi fisiologis-fisik pada klien dengan tanda-tanda
penurunan curah jantung berkurang.
Evaluasi Hari Keempat
Klien megatakan sesak tidak ada lagi. TD: 120/70 mmHg, HR: 85x/menit, SpO2 99% tidak
menggunakan oksigen tambahan, denyut nadi perifer kuat 85x/menit, distensi vena jugular,
output urin 1500 ml/24jam, intake oral+parenteral 700 ml/24jam, balance cairan excess -800 ml,
pitting edema tungkai bawah (-). Didapatkan sudah tercapainya adaptasi fisiologis-fisik pada
klien, tidak menggunakan injeksi diuretic, mampu dalam pembatasan cairan, balance cairan
seimbang. Klien mampu beradaptasi terhadap perubahan gaya hidup didukung oleh keluarga

Tujuan Umum 
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman 
tentang model keperawatan Jean Watson. 
2. Tujuan Khusus 
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
a. Memaparkan tentang biografi Jean Watson serta prestasi yang
diraihnya.
b. Memaparkan tentang konsep model Teori Jean Watson. 
c. Mengaplikasikan konsep teori Jean Watson kedalam kasus sesuai dengan 
peminatan. 
d. Menganalisis kekuatan dan kelemahan dari model Teori keperawatan Jean 
Watson.

Anda mungkin juga menyukai