Anda di halaman 1dari 17

Kelompok KMB 2

Alin Triani 117002

Maryati 117023

Mega Puspita Sulistiana 117024

Nifa Septia Nuraeni 117026

Noviyanti Octaviyani 117027

Rakha Aghnia Sukma

Ulvi Sukmawati 117040

Wawan Setiawan 117041

Yayu Septi Sri Rahayu 117043

Soal No 21
Nama Kelompok Kelompok 2

Stase KMB

Kasus (Vignette):
Seorang perempuan usia 20 tahun di rawat di Ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak,
nyeri ulu hati, mual dan muntah, cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan. Hasil
pengkajian adanya destensi abdomen, nyeri tekan abdomen, tekanan Darah 100/70 mmHg,
Nadi 88X/menit, Suhu 38 0C, Respirasi 24x/menit. Pasien sudah terpasang NGT. Apakah
tindakan selanjutnya yang tepat pada kasus diatas?

Kunci jawaban: C. Dilakukan bilas lambung

Tinjauan Kasus Implementasi

Materi Kasus Bilas lambung merupakan metode alternative yang umum pengosongan
lambung, dimana cairan dimasukan kedalam lambung melalui orogastik
atau nasogastik diameter besar dan kemudian dibuang dalam upaya
membuang bagian agen yang mengandung toksik.

Referensi: Kholida dan Nila(2013).Prosedur Praktik Keperawatan Medikal Bedah


.hlm:87

No Soal 22
Nama Kelompok Kelompok 2

Stase KMB

Kasus (Vignette):
Laki- Laki usia 50 tahun, dirawat 1/1 diruang melati, dengan keluhan sesak nafas. Dilakukan
pemeriksaan TD 130/80 mmHg, RR 28X/menit, N 112X/menit, S 35,6 C, wheezing +/+, bibir
sianosis, akral dingin, capillary refill <3 detik, analisa gas darah : Asidosis Respiratorik, hasil
Photo Rontgen adanya edema paru. Apakah masalah keperawatan yang utama dari kasus diatas
Kuncij awaban: A. Gangguan pertukaran gas
Tinjauan Kasus Pengkajian :
Tekanan Darah: 130/80mmHg
Respirasi : 28X/menit
Nadi : 112X/menit
Suhu : 35,6 C
Capillary refill : <3detik
Bibir : sianosis
Akral : dingin
Wheezing +/+
Hasil AGD : Asidosis respiratorik = pH <7,35 HCO2 meningkat PCo2
menigkat
Hasil photo rontgen : adanya edema paru
Materi Kasus - Gas daraharteri abnormal
- pH arteri abnormal
- pola pernafasan abnormal
- penurunan karbondioksida (CO2)
- Dispneu
- Nafas cuping hidung
- Takikardia
- Hiperkapnia
- Hipoksemia
- Hipoksia
- Takikardi
- Gangguan penglihatan
- Konfusi
- Diaphoresis
Referensi: NANDA. (2018). NANDA-1 Diagnosisis Keperawatan :Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. (T. H Herdman& S. Kamitsuru. Eds) (11 th ed.).
Jakarta: EGC

No Soal 23 dan 24
Nama Kelompok Kelompok 2
Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Kasus (Vignette):
23. Nn. C berusia 18 tahun dirawat dengan diare. Pasien mengatakan BAB dialami hingga 8
kali sehari sejak 2 hari yang lalu. Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah 90/60 mmHg,
frekuensi nadi 104 kali/menit, frekuensi pernafasan 26 kali/menit. Perawat melakukan
pengkajian untuk mengidentifikasi gejala dehidrasi. Pengkajian apakah yang dimaksud?
A. Pitting edema
B. Tekanan intra okuler
C. Finger print
D. Clubbing finger
E. Capillary refill

24. Nn. N berusia 38 tahun dirawat dengan diare. Pasien mengatakan BAB dialami hingga 8
kali sehari sejak 3 hari yang lalu. Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah 90/60 mmHg,
frekuensi nadi 108 kali/menit. Perawat melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi gejala
dehidrasi. Pengkajian apakah yang dimaksud?
A. Pitting edema
B. Tekanan intra okuler
C. Finger print
D. Clubbing finger
E. Capillary refill

Kuncijawaban: C. Finger print

TinjauanKasus Pengkajian

No Soal 25
NamaKelompok Kelompok2
Stase KMB
Kasus (Vignette):
Ny. Y berusia 75 tahun dirawat di 0/1 ruang penyakit dalam dengan keluhan kelelahan.
Dilakukan pemeriksaan GDS 65mg/dL, EKG : sinus takikardi. Pasien riwayat diare 4 hari lalu
dan ditemukan gangguan elektrolit pada hasil lab. Setelah diberikan injeksi dextrose 40% dan
terpasang dex 5% selama 1 jam, GDS menjadi 214 mg/dL. Keluarga mengatakan pasien
memiliki riwayat penyakit DM yang lama tetapi tidak rajin kontrol. Apakah diagnosa
keperawatan kasus diatas?
Kuncijawaban: Resiko ketidakstabilan glukosa

TinjauanKasus Pengkajian :
Kelelahan
EKG sinus takikardi
Hasil GDS 65mg/dl
Riwayat DM yang lama

MateriKasus Definisi :
Resiko terhadap variasi kadar glukosa/gula darah dalam rentang normal
Faktor resiko :
- Kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes
- Tingkat perkembangan
- Asupan diet
- Pemantauan glukosa darah tidak tepat
- Kurang kepatuhan pada rencana manajemen diabetik
- Kurang manajemen diabetes
- Manajemen medikasi
- Status kesetahan mental
- Tingkat aktivitas fisik
- Status kesehatan fisik
- Kehamilan
- Periode pertumbuhan cepat
- Stres
- Penambahan berat badan
- Penurunan berat badan

Referensi: NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020. (T.H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.).
Jakarta: EGC.

No Soal 26
NamaKelompok Kelompok2
Stase KMB
Kasus (Vignette):
Tn. R dirawat diruang bedah dengan keluhan bak sakit dan ada tahanan ketika bak, klien
terpasang kateter dan akan diperiksa BNO IVP. Keadaan umum klien baik, kesadaran compos
mentis. Apa kemungkinan tindakan medis yang akan dilakukan?
Kuncijawaban: TURP
TinjauanKasus Sistem perkemihan, implementasi
MateriKasus BNO IVP (Blass Near Overzeigh Intervenous Prelografi) merupakan
pemeriksaan secara radiografi sistem perkencingan (tractus urinarius)
dengan menggunakan kontras media positif yang disuntikan melalui
pembuluh vena ekstremitas atas (vena mediana cubiti).
TURP adalah sebuah operasi yang dimaksudkan menghilangkan bagian
dari prostat yang menekan uretra. TURP adalah sebuah prosedur
endoscopic dimana dapat dilihat secara langsung bagian yang akan di
resected, dilakukan pada pasien BPH (Benigna prostst hipertrofi). BPH
adalah kelenjar prostat yang mengalami pembesaran sehingga
pembesaran ini dapat menyebabkan penekanan pada uretra, yang
menyebabkan aliran urin dari bladder akan terganggu.
Pasien BPH yang akan dilakukan TURP harus melakukan pemeriksaan
radiologi, salah satunya BNO IVP untuk membantu menilai pembesaran
kelenjar prostat secara tidak langsung.
Referensi: BallingerW. Philips, 2003, Merril’s Atlas Of Radiographic Positioning
And Radiologic Prosedures, Tenthth Edition, Volume 2. Mosby
Company. St Louis
https://www.scribd.com/doc/173013354/Turp
PPDS I bagian Radiologi. 2016. Pemilihan Modalitas Pemeriksaan
Radiologi untuk Diagnosis Benign Prostatic Hyperplasia. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Vol.43 no.6.
www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/75/72.

No Soal 27

Nama Kelompok Kelompok 2

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Kasus (vignette) Kasus (Vignette):


Seorang pasien dengan dislokasi bahu sebelah kanan, pada saat
dilakukan pemeriksaan kekuatan otot : bisa melawan gravitasi tetapi
tidak dapat menahan/ melawan tahanan pemeriksa, berapakah nilai
kekuatan otot nya?
A. 0
B. 1
C. 2
D. 3
E. 4
Kunci Jawaban D. 3

Tinjauan Kasus Pengkajian pemeriksaan fisik

Materi Kasus Untuk mengetahui kekuatan atau kemampuan otot perlu dilakukan
pemeriksaan derajat kekuatan otot yang dibuat kedalam enam derajat (0-
5). Derajat ini menunjukan tingkat kemampuan otot yang berbeda-beda.
Derajat 5 = kekuatan otot normal dimana seluruh gerakan dapat
dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari proses yang dilakukan
berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan.
Derajat 4 = dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat melawan
tahanan ringan.
Derajat 3 = dapat melakukan ROM secara penuh dengan melawan gaya
berat (gravitasi) tetapi tidak dapat melawan tahanan.
Derajat 2 = dengan bantuan atau dengan menyangga sendi dapat
melakukan ROM secara penuh.
Derajat 1 = kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot bersangkutan
tanpa menimbulkan gerakan.
Derajat 0 = tidak ada kontraksi otot sama sekali.
Referensi Digilib.unimus.ac.id>disk1PDF BAB II TINJAUAN TEORI
No Soal 28

Nama Kelompok Kelompok 2


Alin Triani 117002
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Kasus (vignette) Seorang laki-laki berumur 53 tahun dirawat dengan keluhan luka pada
kaki kanan. Diagnosa medis diabetes melitus. Nyeri tekan pada pangkal
ibu jari. Skala nyeri 3 (0-10). Luka dengan diameter 5x5cm dengan luka
berwarna hitam berbau. Tekanan darah 100/90mmhg, frekuensi nadi
65x/menit, frekuensi napas 18x/menit suhu 37,6 derajat celcius apakah
masalah keperawatan pada klien tersebut?
A. Nyeri akut
B. Resiko infeksi
C. Kerusakan integritas kulit
D. Gangguan perfusi jaingan perifer
E. Hambatan mobilitas fisik
Kunci Jawaban C. Kerusakan Integritas Kulit

Tinjauan Kasus Pengkajian


Materi Kasus Kerusakan Integritas Kulit adalah kerusakan pada epidermis atau dermis
Batasan karakeristik :
-nyeri akut
-gangguan integritas kulit
-perdarahan
-benda asing menusuk permukaan kulit
-hematoma
-area panas lokal
-kemerahan
Referensi Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.

No Soal 29

Nama Kelompok Kelompok 2


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Kasus (Vignette) Seorang perempuan berusia 50 tahun dirawat dengan CKD. Hasil
Pengkajian nampak edema ekstremitas, JVP 5+4 cmH2O, nampak pucat
dan lelah. Hasil laboratorium : Ureum 75, 30 mg/dL, creatinin 2,95 mg?
dL, albumin 2,80 g/dL. Pasiem mengeluh kaki kanan tidak dapat
digerakkan dan takut karena diharuskan untuk cuci darah. Apakah
diagnosa keperawatan prioritas pada kasus tersebut ?
A. Kecemasan
B. Kurang Pengetahuan
C. Intoleransi aktifitas
D. Defisit Volume Cairan
E. Gangguan mobilitas fisik
Kunci Jawaban Kelebihan volume cairan

Tinjauan Kasus Diagnosa keperawatan

Materi Kasus KELEBIHAN VOLUME CAIRAN


Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik.
Batasan karakteristik :
 Bunyi napas tambahan
 Ansietas.
 Perubahan elektrolit
 Anasarka
 Azotemia
 Perubahan tekanan darah
 Perubahan status mental
 Perubahan pola respirasi
 Penurunan hemoglobin dan hematokrit.
 Edema
 Peningkatan tekanan vena sentral
 Asupan melebihi haluaran
 Distensi vena jugularis.
 Oliguria
 Ortopnea
 Efusi pleura
 Reflex hepatojugular positif
 Perubahan tekanan arteri pulmonal
 Kongesti paru
 Perubahan berat jenis
 Gelisah
 Bunyi jantung S3
 Pertambahan berat badan dalam periode singkat
Faktor yang berhubungan
 Gangguan mekanisme pengaturan
 Asupan cairan yang berlebihan (Peningkatan asupan cairan
akibat hiperglikemia, pengobatan, dorongan minum air tinggi,
dan aktivitas lainnya), (Ketidakcukupan protein akibat
penurunan asupan atau peningkatan kehilangan).
 Asupan natrium yang berlebihan (Disfungsi ginjal, gagal
jantung, retensi natrium, imobilitas, dan aktivitas lainnya).
Referensi NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. (T.H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.).
Jakarta: EGC.

No Soal 30

Nama Kelompok Kelompok 2

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Kasus (Vignette) Seorang perempuan berusia 40 tahun yang menderita diabetes melitus
tipe 1 mengalami gagal ginjal progresif dalam kurun waktu 2 tahun
terakhir. Dialisis belum dilakukan pada pasien ini. Pemeriksaan fisik
tidak ditemukan tanda-tanda abnormalitas. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukan kadar Hemoglobin 9gr/dL , hematokrit 28%,
apus darah tepi menunjukkan sel-sel eritrosi dan MCV 94 normositer
dan normokromik. Apakah penyebab kondisi pasien tersebut ?
A. Persarahan akut
B. Leukimia limfositik kronik
C. Anemia sideroblast
D. Defisien erythroprotein
E. Defisien enzim eritrosit
Kunci Jawaban D. Defisien erythroprotein

Tinjauan Kasus Sistem Perkemihan, Anemia pada penyakit ginjal.

Materi Kasus Ginjal manusia bertugas untuk menghasilkan hormon penting yang
disebut eritropoietin (EPO). Hormon ini berfungsi merangsang sumsum
tulang untuk membentuk sel darah merah. Jika fungsi ginjal terganggu,
maka ginjal tidak dapat memproduksi cukup EPO, dan sumsum tulang
tidak dapat memproduksi sel darah merah secara optimal. Semakin
buruk fungsi ginjal, semakin sedikit jumlah EPO yang diproduksi.
Seiring waktu, akan terjadi penurunan sel darah merah dan terjadilah
anemia.
Anemia merupakan suatu kondisi di mana kadar hemoglobin dan sel
darah merah kurang dari normal. Akibatnya, transportasi oksigen ke
suluruh tubuh menjadi terganggu. Tak hanya itu, anemia juga berkaitan
erat dengan penyakit ginjal kronik –yang merupakan suatu kondisi
terjadinya penurunan fungsi ginjal secara bertahap.
Referensi Sumardjo, 2008
Verdiansah 2016
Lamb, et al, 2006 dalam indriani , dkk. 2017

No Soal 31

Nama Kelompok Kelompok 2

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Kasus (Vignette) Seorang wanita usia 68 tahun datang berobat ke poliklinik dengan
keluhan sejak minggu terakhir sering buang air kecil, banyak makan dan
minum, tidak bertenaga dan BB menurun, tidak ada riwayat DM
sebelumnya. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan gula darah
sewaktu 300mg/dL. Turgor kulit menurun TD 140/90 mmHg Nadi
104x/menit respirasi 20x/menit suhu 36.9 celcius Apakah penyebab
langsung dari keluhan sering buang air kecil pada kasus tersebut ?
A. Dehidrasi sel
B. Diuresis osmotik
C. Hiperglikemia
D. Polidipsi
E. Hipertensi
Kunci Jawaban B. Diuresis osmotik

Tinjauan Kasus Sistem Perkemihan

Materi Kasus Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar : akibatnya,
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlabihan diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan pula. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolis -me
protein dan lemak yang menyebabkan penu-runan berat badan. Pasien
dapat mengalami peningkatan selera makan (Polifagia), akibat
menurunnya simpanan kalori, gejalalainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan.
Referensi A,Azrimaidaliza.
2011.http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/86/92
(diakses tanggal 18 februari 2020)

No Soal 32
Nama Kelompok Kelompok 2

Stase KMB

Kasus (Vignette):
Seorang laki laki usia 45 tahun dating ke praktek dokter umum dengan keluhan mata sembab
dan edema saat bangun tidur semenjak 5 hari yang lalu. Demam serta tenggorokan terasa sakit
hasil pengukuran TD : 140/90 mmHg. Pada pemeriksaan tambahan didapatkan proteinuria,
hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Apakah penyebab mata sembab dan edema pada
pasien tersebut?
Kunci jawaban: Hipoalbuminemia
Tinjauan Kasus Merupakan tahap pengkajian fisik dan pengkajian laboratorium sebagai
data objektif
Materi Kasus Hipoalbumnemia adalah suatu kondisi dimana tubuh kekurangan
albumin didalam darah. Albumin merupakan salah satu jenis protein
yang berperan penting didalam tubuh. Albumin dihasilkan oleh hati dan
berfungsi untuk menjaga agar darah dipembuluh darah dipembuluh
darah tidak bocor. Albumin juga berfungsi untuk mengikat berbagai
jenis homon, cairan tubuh, dan obat – obatan. Ketika albumin menurun,
cairan yang seharusnya diikat oleh albumin akan keluar dari jaringan
tubuh dan memicu teradinya edema.
Berdasarkan fungsinya, albumin dalam tubuh mempertahankan tekanan
onkotik plasma. Albumin juga berfungsi sebagai pengikat dan
pengangkut, efek antikoagulan.
Referensi: Nicholson dan wolmaran,2000; Dubois dan Vincent,2002
Nicholon dan Wolmaran,2000; Khafaji dan Web, 2003; Vincent, 2003
Nicholson dan Wolmaran,2000

No Soal 33
Nama Kelompok Kelompok 2

Stase KMB

Kasus (Vignette)
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada kedua kaki dan sesak. Urine yang keluar sedikit.
Hal ini mengindikasikan adanya kelainan fungsi ginjal. Apakah data yang menunjang kelainan
tersebut?

Kunci jawaban: Ureum plasma 194 mg/dL


Tinjauan Kasus Tahap pengkajian
Materi Kasus Ureum adalah produk limbah dari pemecahan protein dalam tubuh.
Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang
diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan
ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi oleh glomerulus
dan sebagian direabsorspi pada keadaan dimana urin terganggu.
Jumlah ureum dalam darah ditentukan oleh diet protein dan kemampuan
ginjal mengeksresikan urea. Jika ginjal mengalami kerusakan, urea akan
terakumulasi dalam darah. Peningkatan ureum plasma menunjukan
kegagalan ginjal dalam melakukan fungsi filtrasinya. Dimana tanda dan
gejalanya ialah urine yang keluar sedikit, penumpukan cairan didalam
sel. Sesak diakibatkan oleh penimbunan asam/ureum yang
mengakibatkan asidosis.
Referensi: Sumardjo, 2008
Verdiansah 2016
Lamb, et al, 2006 dalam indriani , dkk. 2017

No Soal 34
Nama Kelompok Kelompok 2

Stase KMB
Kasus (Vignette)
Seorang laki – laki berusia 55 tahun dengan diabetes mellitus mendapat penjelasan bahwa
amputai kaki diperlukan untuk mempertahankan hidupnya. Klien sangat marah dan berate pada
perwat “ini semua kesalahan penyedia layanan kesehatan. Saya telah melakukan semua yang
dianjurkan. Tapi malah tetap harus amputasi. Apakah interpretasi keperawatan yang terbaik
untuk situasi ini?
Kunci jawaban Mekanisme koping yang diduga/diharapkan
Tinjauan Kasus Pengkajian
Materi Kasus Mekanisme koping adalah setiap upaya yang diarahkan pada
pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (susilo,
2009) , mekanisme koping digunakan individu untuk menghadapi
perubahan yang diterima jika mekanisme koping berhasil, maka individu
akan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Maka, pada kasus
diatas, individu perlu diarahkan untuk mengkaji mekanisme kopingnya
agar menerima perubahan bentuk tubuhnya dan dapat beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi.
Referensi: Susilo,2009

No Soal 35
Nama Kelompok
2

Stase
KMB
Kasus (Vignette):

35. Seorang laki-laki berusia 56 tahun dirawat di ruang penyakit dalam didiagnosa diabetes
mellitus tipe 2. Pasien akan diberikan terapi insulin, terlebih dahulu perawat menentukan lokasi
penyuntikan. Apakah tindakan perawat selanjutnya ?

Kuncij awaban:
A. Mendesifektan area penyuntikan
Tinjauan Kasus Diagnosa

Materi Kasus Pemakaian spuit insulin

a. Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang


diperlukan untuk klien (berdasarkan daftar obat klien/instruks
imedik).
b. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya
terdapat kebiruan,inflamasi,atau edema.
c. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat
catatan perawat sebelumnya.
d. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol
swab,dimulai dari bagian tengahs ecara sirkuler ±5cm.
e. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus
dan regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang
tidak dominan.
f. Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang
dominan secara lembut dan perlahan.
g. Mencabut jarum dengan cepat,tidak boleh dimassage,hanya
dilalukan penekanan pada area penyuntikan dengan
menggunakan kapas alkohol.
h. Membuang spuit ketempat yang telah ditentukan dalam keadaan
jarum yang sudah tertutup dengan tutupnya.

Referensi:
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Siatem Endokrin. Jakarta. Salemba Medika

No Soal 36
Nama Kelompok
2

Stase
KMB
Kasus (Vignette):

Seorang perempuan berusia 23 tahun datang ke poli bedah dengan keluhan nyeri perut kuadran
kanan bawah. Pemeriksaan fisik dilakukan oleh perawat didapatkan adanya nyeri tekan dan
lepas di kuadran kiri bawah. Pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat tersebut ?

Kunci jawaban: C. Palpasi fluid thrill


Tinjauan Kasus
Pengkajian pemeriksaan fisik
Materi Kasus
Pemeriksaan asites bisa dilakukan dengan cara menekan secara dalam ke
arah garis tengah dinding abdomen (untuk mencegah vibrasi sepanjang
dinding abdomen), letakkan telapak tangan yang satu berlawanan
dengan telapak tangan yang lain untuk mendengarkan adanya cairan
asites
Referensi: Google

No Soal 37
NamaKelompok
2

Stase KMB

Kasus (Vignette):

Seorang perawat melakukan pemeriksaan abdomen pada pasien yang dicurgai ascites
Pemeriksaan tersebut merupakan ?

Kuncijawaban: B. Shifting dullness

TinjauanKasus
Pengkajian

MateriKasus Shifting dullness


Pasien diminta Berbaring dan membuka baju lakukan perkusi dari
umbilikus ke sisi lateral apabila terdapat perubahan Suara dari timpani
Ke redup, tandai tempat terjadinya perubahan suara tersebut. Minta
pasien miring ke arah kontralateral Dari arah perkusi. Tunggu 30-60
Detik lakukan Perkusi kembali pada daerah yang ditandai tadi sampai
Terjadi perubahan bunyi dari redup ketimpani
Referensi:
https://id.scribd.com/doc/27922543/pemeriksaan-asites

No soal 38
Nama kelompok 2
Stase KMB

Kasus (vignette):
Seorang perempuan berusia 56 tahun akan dilakukan pemasangan NGT untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya. Pada saat dilakukan pemasangan selang sampai ke batas pengukuran,
selang bisa dimasukkan dengan mudah ke lambung. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan
perawat ?
Kunci jawaban B. Memastikan selang berada dalam lambung
Tinjauan kasus Implementasi
Materi kasus 1. Dekatkan alat ke samping klien
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
dan tujuannya
3. Cuci tangan
4. Membantu pasien untuk posisi fowler
5. Pasang handuk pada dada klien, letakan
tisue wajah dalam jangkauan klien
6. Memakai sarung tangan
7. Untuk menentukan insersi NGT. Minta
klien untuk rileks dan bernafas normal
dengan menutup satu hidung kemudian
mengulanginya dengan menutup
hidung yang lain.
8. Mengukur selang yang akan dimasukan
dengan menggunakan :
a. metode tradisional
Ukur jarak puncak lubang hidung
kedaun telinga bawah dan ke
prosesus xifoideus di sternum
b. metode hanson
Mula-mula tandai 50cm pada selang
kemudian lakukan pengukuran
dengan metode tradisional selang
yang akan di masukan pertengahan
antara 50cm dan tanda tradisional
9. Beri tanda pada panjang selang yang
sudah diukur dengan menggunakan
plester
10. Oleskan jelly pada NGT sepanjang 10-
20cm
11. Ingatkan klien bahwa selang akan
segera di masukan dan intruksikan
klien untuk mengatur posisi kepala
ektensi, masukan selang melalui lubang
hidung yang telah ditentukan.
12. Lanjutkan memasukan selang
sepanjang rongga hidung jika terasa
agak tertahan putarlah selang dan
jangan di paksakan untuk dimasukan.
13. Lanjutkan memasang selang sampai
melewati nasofaring, setelah melewati
nasofaring (3-4cm) anjurkan klien
untuk menekuk leher dan menelan.
14. Dorong klien untuk menelan dengan
memberikan sedikit air minum (jika
perlu) tekan kan penting nya bernafas
lewat mulut
15. Jangan memaksakan selang untuk
masuk jika ada hambatan atau klien
tersedak sianosis hentikan mendorong
selang periksa posisi selang dibelakang
tenggorokan dengan menggunakan
sudip lidah dan senter.
16. Jika telah selesai memasang NGT
sampai ujung yang telah ditentukan
anjurkan klien rileks dan bernafas
normal
17. Periksa letak selang dengan:
a. memasang spuit pada ujung NGT,
memasang bagian diafragma
stetoskop pada perut dikuadran kiri
atas klien (lambung) kemudian
suntikan 10-20 cc udara bersamaan
dengan auskultasi abdomen
b. mengaspirasi pelan-pelan untuk
mendapatkan isi lambung
c. memasukan ujung bagian luar
selang NGT ke dalam mangkuk
yang berisi air. Jika tidak terdapat
gelembung udara, selang masuk ke
dalam lambung
18. Oleskan alkohol pada ujung hidung
klien dan biarkan sampai kering
19. Fiksasi selang dengan plester dan
hindari penekanan pada hidung
a. potong 10 cm plester, belah menjadi
dua sepanjang 5cm pada salah satu
ujungnya. Memasang ujung yang
tidak dibelah pada batang hidung
klien dan silangkan plester pada
selang yang keluar dari hidung
b. tempelkan ujung NGT pada baju
klien dengan memasang plester
pada ujungnya.
20. Evaluasi klien setelah terpasang NGT
21. Rapikan alat-alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan hasil tindakan pada
catatan perawatan
Referensi https://id.scribd.com/doc/255166701/SOP-
NGT

No Soal 39
NamaKelompok 2
Stase KMB
Kasus (Vignette):

Seoang laki-laki berusia 48 tahun dirawat diruang penyakit dalam memgeluh lemas dikarna
buang air besar 15x perhari, dengan konsistensi encer, tedapat lendir dan darah.
Pemeriksaan fisik didapatkan data tekanan darah 90/50 mmHg, suhu 38,3 C, dan balance cairan
600 cc per jam kerja. Perawat melakukan tindakan kolaboratif rehidrasi NaCI 20 ttm dan
memberikan oralit.
Apakah kriteria hasil evaluasi dari tindakan kolaboratif tersebut?

Kuncijawaban: A. Buang air besar berkurang


TinjauanKasus Kriteria hasil
MateriKasus Setelah dilakukan tindakan keperawatans elama 3x24 jam diharapkan
tindakan keperawatan air besar tidak terjadi
Referensi: https://www.sildeshare.net/mobile/asepcarsa/askepdiareanakphatways

No Soal 40
Nama Kelompok 2
Stase KMB
Kasus (Vigniette) Seorang laki-laki berusia 35 tahun didiagnosa diabetes militus tipe 2,
Hasil pengkajian didapatkan setiap harinya pasien menyuntikan insulin,
tetapi pada hari setelah menyuntikan insulin pasien sibuk dan lupa makan.
Keluhan apa yang muncul dari pasien?
Kunci jawaban A. Pasien mengeluh diaporesis
Materi kasus Hipoglikemia gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula didalam
darah berada dibawah kadar normal. Bagi para pengidap diabetes yang
menggunakan insulin atau obat diabetes oral, berkeringat saat malam hari
besar kemungkinan pertanda gula darah mereka sedang rendah. Biasanya
dalam kondisi ini muncul adalah keringat dingin.
Tinjauan kasus Manifestasi
Referensi https://www.halodoc.com/ini-penyebab-keringat-keluar-berlebihan-saat-
malam-hari

Anda mungkin juga menyukai