Anda di halaman 1dari 28

Critically ill Patient

(How do you approach and resuscitate)

Eko Waskito
SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif
Pertanyaan saat kita melakukan resusitasi?

• Apakah tujuan ketika melakukan resusitasi pasien kritis?


• Apakah tanda tanda bahwa pasien tersebut masuk dalam
kriteria kritis?
Pasien Kritis

• Pasien kritis: Pasien dg kondisi ancaman jiwa


(yang dapat menyebabkan kematian dalam
waktu segera )
• Kegagalan organ/ sistem dapat menyebabkan
kondisi kritis.
• Harus dikenali secara dini, lakukan life
saving (resusitasi)
TANDA TANDA PASIEN KRITIS
 Kesadaran menurun
 Tanda vital tidak normal ekstrem
 Nafas : Sesak nafas, sulit bernafas,
nafas tidak normal, sianotik) RR < 8
atau > 30 x/mnt
 Tekanan Darah <90 Atau >200
mmHg
 Nadi < 40 Atau > 150 X/mnt
 Suhu < 35 Atau > 40 ᵒC
• Kejang (umum) atau Lethargis
• Shock (Kenali tanda-tanda shock)
• Nyeri dada (nyeri substernal)
• Aritmia dg tanda-2 shock atau EKG yang menunjukkan kegawatan
jantung
• Hasil px penunjang yang eksrem (Misal : Hb < 4 g%, K < 2,5 atau
> 7, Na < 120, GDS < 30 atau > 750 mg%, Ureum > 200, Ph < 7,3,
PaO2
< 50 dll.
• SEPSIS (Shock sepsis– dg ada gagal organ)
…………… Memerlukan penatalaksanaan yang cepat dan optimal
PESAN

• Jangan hanya mengandalkan hanya 1 tanda Vital.


Penyebab Kematian Sel

1. Hipoksia
2. Trauma
3. Infeksi
4. Reaksi imunologis
5. Gangguan
genetika
Shock/ Hipoksia
CaO2 = x Cardia
DO2 = Arterial Oxygen Content c
Output
SV x HR

Preload
DO 2: 1000 ml/menit/m2
VO2: 250 ml/menit/m2

Syok Hipovolemik Syok Kardiogenik


Syok Obstruktif

Syok Distributif
(Anafilaksis, Neurogenik, Septik)
PASIEN KRITIS
Klasifikasi hipoksia

 Hypoxic hypoxia akibat penurunan oksigen arterial dan


alveolar
 Anemic hypoxia akibat penurunan hemoglobin
 Circulatory hypoxia akibat penurunan cardiac output /
SHOCK
 Histotoxic hypoxia (jaringan tidak mampu menggunakan oksigen
seperti pada keracunan : Sianida, Asam Bongkrek, gas CO, dll.)
MANAJEMEN PASIEN
KRITIS

Tujuan/ Target (awal ) :

Mencukupkan kebutuhan energi intrasel,


dengan cara meningkatkan hantaran O2
(oxygen delivery, DO2 ) dan menurunkan konsumsi O2 (VO2 )
Langkah-langkah sistematis
tatalaksana pasien kritis:

1. Mengenali kegawatan secara dini


2. Aktivasi system emergency
3. Primary Management (Initial
survey dan resusitasi)
4. Secondary management
(secondary survey dan lanjutan
resusitasi)
5. Terapi emergency sesuai
penyebab
6. Monitoring dan evaluasi
7. Tatalaksana definitif dan paska
resusitasi
1. Mengenali Kegawatan (Recognize) secara dini

• Pendekatan yang terstruktur dan sistematis.


• Lakukan prediksi terhadap kemungkinan penurunan kondisi yang
dapat terjadi.
• Pertahankan situasi kewaspadaan, monitoring yang ketat, Jika
terdapat kondisi abnormal  lakukan assessmen secara rinci
terhadap semua data dan informasi
• Salah satu metode deteksi dini adalah dengan menggunakan
system Skoring (Early Warning Scoring System)
Early Warning dengan system
Skoring

 Petugas di bangsal Perawatan, mungkin tidak


mempunyai kemampuan yang cukup dalam
pengetahuan, dan melakukan kajian pasien
masuk dalam kondisi kritis
 Terdapat kriteria fisiologis sederhana yang dapat
membantu petugas di bangsal perawatan untuk
dapat mendeteksi kondisi kritis sedini-dininya
menggunakan sistem skoring
 Pada skor tertentu (Code Blue) petugas bangsal
akan meminta bantuan staf/ tim yang kompeten

National Early Warning System 2017


Tujuan Sistem EWS & Code Blue

Fokus EWS & Code Blue System adalah deteksi dini penurunan
kondisi pasien, respon dan tatalaksana yang cepat dan efektif
pada pasien dengan penurunan kondisi

Mencegah perburukan lebih lanjut dan


Henti Jantung
2. AKTIVASI SISTEM EMERGENCY

1. Panggil bantuan asisten/kolega/Tim medis


emergency/ Tim Code Blue
2. Ambil peralatan emergency,
3. Komunikasikan permasalahan, delegasikan tugas
4. Leadership, komunikasi dan kerjasama tim yang
efektif
3. PRIMARY MANAGEMENT

1. Assessment “ABCDE” (sistematis)  kondisi yang


mengancam jiwa harus dikenali segera
2. Resusitasi terhadap problem yang mencancam jiwa
dikerjakan secara simultan
3. Monitoring dan evaluasi dilanjutkan dg manajemen
paska resusitasi
Pada fase ini kegawatan yang mengancam
jiwa harus dapat dikenali dan dilakukan
resusitasi secepatnya untuk
menyelamatkan jiwa pasien
Primary Survey dan resusitasi:

• Airway : Evaluasi tanda obstruksi jalan napas  buka jalan napas dengan teknik
manual atau menggunakan alat (pipa orofaring, LMA, intubasi)
• Breathing : Evaluasi fungsi ventilasi dan oksigenasi  support ventilasi dengan
ventilasi tekanan positif dan Oksigenasi dengan O2 100% jika diperlukan
• Circulation: Cek nadi karotis, tekanan darah, laju jantung, dan penilaian EKG.
Pengenalan dini terhadap tanda-tanda syok. Support dengan cairan, inotropik atau
vasopressor jika diperlukan
• Disability: Evaluasi gangguan neurologis termasuk kesadaran
• Exposure pemeriksaan fisik menyeluruh dengan menjaga supaya tidak terjadi
hipotermi (lanjutkan ke  secondary survey)
Langkah-langkah resusitasi

A Airway management
B Breathing supports
C Circulation supports
D Drugs & fluids
E Electrocardiography
F Fibrilation treatment
G. Gauging (monitor-evaluasi & ajustment)
H. Human mentation (Brain resuscitation)
I. Intensive Care
4. SECONDARY MANAGEMENT

1. Stabilisasi (mempertahankan tercapainya


target resusitasi awal: “tanda kritis membaik &
teoritis bisa hidup”) dengan panduan
monitoring
2. Pemeriksaan Menyeluruh (klinis & penunjang
termasuk laboratorium )
3. Tentukan kemungkinan penyebab
Terapi Emergency Sesuai Penyebab

1. Terapi spesifik sesuai penyebab


2. Monitoring dan evaluasi paska terapi
3. Siapkan back up plan terapi
4. Jika terapi tidak efektif: eskalasi terapi atau pikirkan
sebab kemungkinan diagnosis yang lain
6. Monitoring dan Evaluasi
(bagian dari langkah resusitasi )

Monitoring respon thd resusitasi yang dilakukan

1. Standar monitoring : Tanda Vital ( R,, N, TD, & t),


ECG, Urin output, SpO2
2. Jika diperlukan monitoring invasif (arteri line, CVP),
parameter metabolik ( AGD, laktat, ScVO2)
7. MANAJEMEN PASKA RESUSITASI

1. Jika respon terapi efektif, lanjutkan & monitor & evaluasi


(langkah G resusitasi)
2. Jika respon tidak efektif – eskalasi terapi/ pikirkan sebab
yang lain (langkah G resusitasi)
3. Brain resuscitation (langkah H Resusitasi) Komunikasi ke
keluarga
4. Jika kondisi kritis masih ada, atau baru teratasi sementara,
dan memerlukan resusitasi lanjutan (ALS –PLS) : rujuk ke
ICU (langkah I resusitasi )
TAHAPAN
Bantuan Hidup Dasar dan
Bantuan Hidup Lanjut
TAHAP I
A : Airway control
B : Breathing Support
C : Circulation Support
TAHAP II
D : Drugs and Fluids
E : Elektrocardiografi
F : Fibrallation Treatment
TAHAP III
G : Gaughing (Penilaian)
H : Human Mentation
I : Intensive Care
Referens
i

• Fujiwara, S., Koike, T., Moriyasu, M., Nakagawa, M., Atagi, K., Lefor, A.K., Fujitani, S., 2016. A retrospective study of in-hospital cardiac arrest. Acute
Medicine & Surgery 320–325.

• Jones, TR 2011, ‘Approach to the emergency department patient’, in CK Stone, RL Humphries (eds),
• Current diagnosis & treatment emergency medicine,7 edn, McGraw Hill, United States, pp. 1-3.

• National Early Warning Score (NEWS), 2012 Standardising the assessment of acute-illness severity in the NHS, Royal College of Physicians, London

• Sharma J & Mehta Y. Initial Assesment and Resuscitation. In: Chawla R & Todi S, editors, ICU Protocols A Stepwise Approach. India: Springer, 2012.
P. 631-637.

• Toy EC, Simon BC, Takenaka KY, Liu TH, Rosh AJ. How to approach clinical problems. In: Toy EC, Simon BC, Takenaka KY, Liu TH, Rosh AJ, Case
files emergency medicine, 3rd ed. USA: McGraw
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai