Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN LANJUT

PADA FENOMENA KASUS PASIEN TN A DENGAN

CKD DI RUANG DAHLIA 3 RSUD TUGUREJO

Disusun Oleh :

NI NYOMAN LINAWATI

NIM : P1337420818011

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2018
A. Latar Belakang

Fungsi utama ginjal dalam keadaan normal adalah mengatur cairan tubuh,

mempertahankan keseimbangan asam basa dan PH dalam darah, serta memiliki fungsi

endokrin dan hormonal (Smeltzer, 2008).

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik (PGK) adalah

proses patofisiologis dengan penyebab beragam, yang terjadi lebih dari 3 berupa

kelainan struktural atau fungsional dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)

kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 sehingga mengakibatkan menurunnya fungsi ginjal

yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan ginjal gagal untuk mengeluarkan

produksi limbah metabolik dan menjaga cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan

uremia (Black & Hawk, 2009; Setiati dkk, 2015).

Prevalensi pasin CKD selalu meningkat dan menjadi masalah kesehatan

masyarakat utama di seluruh dunia, dengan akibat peningkatan morbiditas dan

mortalitas serta biaya untuk pengobatan penyakit. Prevalensi penyakit CKD di merika

Serikat mencapai 19 juta orang dewasa, dan diprediksikan bahwa tahun 2030 lebih

dari 2 juta orang akan memerlukan transpantasi ginjal, terapi pengganti ginjal atau

dialisis (Santos et al. 2016).

Hemodialisa merupakan terapi penngganti fungsi ginjal yang dilakukan oleh

pasien CKD (Sudoyono,2009). Hemodialisa bertujuan mengeluarkan air, natrium,

kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat serta zat-zat lain yang merupakan sisa-

sisa metabolisme dan racun dari peredaran darah melalui membran semi permeable.

Pasien gagal ginjal kronik harus menjalani terapi hemodialisayang dilakukan secara

rutin (2-3 kali seminggu) selama 3-4 jam. Hemodialisa akan mencegah kematian pada

gagal ginjal kronik, namum tidak menyembuhkan atau memulihkan ginjal dan tidak

mampu mengimbangi aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal


serta tindakan ini tidak akan mengembalikan fungsi ginjal. Pasien akan tetap

mengalami komplikasi (Smeltzer, 2008).

Komplikasi akut hemodialisa adalah komplikasi yang terjadi selama

hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi yaitu hipotensi, kram otot,

mual dan muntah, sakit kepala sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan

menggigil. Kpmplikasi yang jarang terjadi misalnya aritmia, perdarahan intrakranial,

kejang serta emboli udara (Cahyaningsih,2009).

Teory adaptasi Roy merupakan teori model keperawatan yang menguraikan

bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara

mempertahankan prilaku adaptif serta mampu merubah prilaku yang inadaptif.

Pendekatan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan teori adaptasi Roy

dipandang sangat ideal untuk diterapkan dalam memberikan pelayanan asuhan

keperawatan profesional terutama pada pasien penyakit kronis yang memerlukan

proses adaptasi panjang terhadap perubahan status kesehatannya.

Teori adaptasi Roy dapat diaplikasi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap

akhir yang menjalani hemodialisis dimana mereka memerlukan penyesuaian terhadap

perubahan gaya hidup, tidak hanya pada pasien tetapi juga pada keluarga pasien.

B. Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien Chronic kidney disease (CKD)

C. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan pengkajian pada pasien Chronic kidney disease (CKD)

2. Menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah pasien

3. Menyusun intervensi keperawatan pasien Chronic kidney disease (CKD) dengan

Nanda Noc dan Nic

4. Menjelaskan implementasi keperawatan dan evaluasi.


5. Menjelaskan aplikasi teori keperawatan dalam asuhan keperawatan

6. Menjelaskan perbedaan asuhan keperawatan antara kasus

7. Menjelaskan aplikasi evidance based partice dan reflective practive

8. Menerapkan evidance based practice pada asuhan keperawatan pasien dengan

Chronic kidney disease (CKD).


BAB II

FENOMENA KELOLAAN

LAPORAN MANAJEMEN KASUS

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN LANJUT

PROGRAM MAGISTER TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

KASUS 1

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama mahasiswa : NI NYOMAN LINAWATI

Semester : III ( TIGA )

Tempat Praktik : RSUD TUGUREJO

Tanggal Pengkajian : 18 JUNI 201

DATA KLIEN

A. DATA UMUM
1. Nama Klien (inisial) : TN.S
2. Umur :53 Th
3. Alamat :Kelampisan RT02/Ngalian, Semarang, Kota Semarang
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS : 18 Juni 2019
6. No. Rekam medis : 172887
7. Diagnosa Medis : CKD
8. Ruangan : Dahlia 3
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN
1. Health Promotion
a. Kesehatan Umum :
- Alasan masuk RS : Klien masuk di RSUD Tugurejo dengan keluhan sesak
nafas, pucat, lemas
- Vital sign :
TD : 144 / 69 Mmhg
Nadi : 96 x/i
Suhu :36,4 ºC
Respirasi : 28x/menit
GCS : E4 M6 V5
b. Riwayat kesehatan yang lalu (kecelakaan, penyakit dll)
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit Riwayat
pengobatan

Nama obat Dosis Keterangan

c. Kemampuan mengontrol kesehatan


- Apa yang dilakukan bila sakit
Bila sakit klien pergi ke puskesmas
- Pola hidup
Tidak pernah berolah raga, klien mengatakan sering minum minuman berwarna
d. Faktor sosial / ekonomi (penghasilan / asuransi)
Pasien merupakan seorang wiraswasta. Asuransi yang digunakan pasien adalah BPJS.
e. Pengobatan sekarang
Inf. Nacl 0,9% 10 tpm
Inj. Asam Traneksamat 500 3xsehari
Inj. Prosogan 30 mg 2xsehari
Inj. Furosemid 20 mg 2xsehari
Inj. Ceftriaxone 1 gr 2xsehari
Calcium carbonas 3xsehari
Asam folat 2xsehari
1. Nutrition
a. A (Antropometri) 🡺 BB, TB, LK, LD, LILA, IMT
- BB biasanya :60 kg, BB sekarang :58 kg
- Lingkar perut : Tidak dilakukan
- Lingkar kepala :Tidak dilakukan
- Lingkar dada : Tidak dilakukan
- LILA :Tidak dilakukan
- IMT :Tidak dilakukan

b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium abnormal

c. C (Clinical) 🡺 tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva


anemis/tidak
Tanda klinis rambut baik, Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab dan conjungtiv
anemis
D (Diet) 🡺 nafsu makan, jenis, frekuensi makan selama di RS
1700 kal / 60 Gr Protein
Klien mendapatkan diet bubur
E (Energy) 🡺 kemampuan klien dalam beraktifitas selama di RS
Selama di Rumah sakit klien tidak dapat beraktivitas, klien dibantu oleh istrinya
d. F (Factor) 🡺 penyebab masalah nutrisi (kesulitan menelan, mengunyah dll)
Tidak ada
e. Penilaian status gizi
Cukup
f. Pola asupan cairan
Parenteral
Cairan masuk
g. Parenteral 10 tpm
h. Peroral 1000 ml/hari
i. Cairan keluar
Tidak dihitung
j. Penilaian status cairan (Fluid Balance)
Tidak dihitung
k. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : abdomen kembung, umbilicus tidak menonjol, tidak ada
bayangan vena, tidak ada tampak benjolan-benjolan massa.
- Auskultasi : peristaltic usus normal 24 kali per menit
- Palpasi :tidak ada massa atau benjolan (tumor). Turgor kullit perut baik.
Tidak ada pembesaran Hepar.
2. Elimination
a. Sistem Urinary
Pasien tidak terpasang DC

b. Sistem Gastrointestinal
Pola eliminasi Pasien BAB 3 kali sehari
Sistem integumen
Integritas kulit baik, tidak ada tanda – tanda dehidrasi, warna kulit sawo matang
3. Activity / Rest
a. Mengalami masalah tidur saat dirumah dan di RS
b. Aktifitas
1) Pekerjaan : wiraswasta, kebiasaan olahraga : tidak pernah berolah raga
2) ADL selama di Rumah sakit sepenuhnya dibantu oleh istrinya
3) Kekuatan otot :
5 5
5 5
4) ROM : aktif
5) Resiko cedera : tidak ada resiko cedera
c. Cardio respons : tidak ada kelainan
d. Pulmonary respons
1) Penyakit sistem napas : pernafasan dyspnea
2) Penggunaan Oksigen : Nasal Kanul 3 Lpm
3) Kemampuan bernapas : bernafas spontan tetapi dangkal
4) Gangguan pernapasan : Suara nafas irreguler
5) Pemeriksaan paru
a) Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan,.
b) Palpasi : Vocal premitus
c) Perkusi : Sonor
d) Auskultasi : Suara nafas irreguler

4. Perception/Cognition :-
5. Self Perception :-
6. Role Relationship : Status hubungan dengan keluarga baik, orang
terdekatnya adalah istrinya. Interaksi dengan orang lain baik.
7. Sexuality : Tidak terkaji
8. Coping / Stress Tolerance : -
9. Life Principles :-
10. Safety / Protection : Pasien tidak terjadi alergi
11. Comfort
Kenyamanan /nyeri : tidak ada keluhan nyeri, klien kurang nyaman dengan
kondisinya sekarang.
12. Growth / Development :Pertumbuhan dan perkembangan : tidak terkaji, pasien
dewasa.

C. CATATAN PERKEMBANGAN
Data penghitungan cairan
Hari / tanggal
Input: - minum :200 ml (N: 2000ml/hr)
- Makan :.200ml (N;300 ml/hr)
- Infus : 1400 cc/24 jam ( 20 tts/i)
- Metabolisme : ......... ml (N : 5ml/kg/BB/jam)
- TOTAL :1800 ml
Output: - Urine :1200 .ml (N: 0,5-1 ml/kgBB/jam)

- Feses :100 ml (N: 100 ml/hr)


- Keringat : .200 ml (N; 100 ml/hr)
- IWL :150 ml (N: 15 ml x kg BB jam)
- Cairan NGT: -ml
- TOTAL:1650 ml
BALANCE ; Input – output = 1800 - 1650 = 150 cc

D. DATA PENUNJANG (LABORATORIUM DLL)


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
NORMAL

Hematologi EDTA
(B)

Kema lengkap (WB


EDTA)

Lekosit 11,96 10^3/ul 3.8-10.6


Eritrosit
10^6/ul 4.4-5.9
Hemoglobin 1.41
g/dl 13.2-17.3
Hemaktokrit
40-52
3.30
MCV
10.50 fl 80-100
MCH
74.50 pg 26-34
MCHC 23.40
g/dl 32-36
Trombosit 31.40 10^3/ul 150-440
RDW 317
11.5-14.5
MPV 19.30

KIMIA KLINIK 10.1


(SERUM) B fl

Glukosa sewaktu
<125
Ureum
10.0-50.0
Creatinin 133 mg/dl

271.0 0.70-1.10
Kalium mgdl
10.45 3.5-5.0
Natrium mg/dl

135-145
mmol/L
Chlorida 4.88 mmol/L 95.0-105

Albumin 132.5 mmol/L 3.2-5.2


103.1
g/dl

3.1

E. Hasil Rontgen

DAFTAR MASALAH

DATA FOKUS MASALAH TANGGAL


KEPERAWATAN TERATASI PERAW
AT

19/06/19
1. S: sesak nafas,
Pola napas tidak efektif
lemas berhubungan dengan
O: - nampak lemas hiperventilasi
- Klien
terpasang O2 3
lpm

19/06/19 S: Klien lemas

- Nampak lemas
- Konjungtiva
2.
anemis
- Klien nampak
pucat
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN

Tgl/jam Kode Dx. Kp


NOC Tindakan Keperawatan

19/06/19 - Respiratory status : - Memposisikan


08.30 Ventilation - Posisikan pasien pasien u
- Status : Airway untuk memastikan ven
patency memaksimalkan - Mengauskultasi
- Vital sign statu ventilasi suara nafas, men
Setelah dilakukan tindakan - Auskultasi suara adanya
keperawatan selama nafas, catat adanya tambahan
1x24 jam pola nafas nafas tambahan - Memonitor res
klien efektif. - Monitor respirasi dan status O2
Kriteria hasil : dan status O2 - Memonitor a
- Sesak - Monitor aliran oksigen
berkurang/hilang oksigen - Mempertahanka
- Pola nafas teratur - Pertahankan posisi posisi pasien
- Frekuensi RR pasien - Memonitor ad
20x/menit - Monitor adanya kecemasan p
kecemasan pasien terhadap oksigen
terhadap oksigen - Memonitor TD,
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
suhu, dan RR
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Kode Dx kepSOAP Nama perawat

20/06/19
- Klien mengatakan masih sesak

O:

- Kesadaran compos mentis, GCS


E4V5M6
- TTV : TD 164/77mmhg, nadi:
80x/menit, suhu:36,3oC, RR: 24
- Tidak ada nafas tambahan
- Klien nampak sesak

A: Risiko pola nafas tidak efektif


belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

- Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
- Auskultasi suara nafas, catat
adanya nafas tambahan
- Monitor respirasi dan status O2
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigen
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
BAB II

FENOMENA KELOLAAN

KASUS II

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama mahasiswa : NI NYOMAN LINAWATI

Semester : III ( TIGA )

Tempat Praktik : RSUD TUGUREJO

Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2019

DATA KLIEN

A. DATA UMUM
1. Nama Klien (inisial) : Tn. A
2. Umur :56 Th
3. Alamat :Balendo RT/IV Purworejo
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS : 13 Juni 2019
6. No. Rekam medis : 54-60-23
7. Diagnosa Medis :CKD
8. Ruangan : Dahlia 3
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN
2. Health Promotion
1. Kesehatan Umum :
- Alasan masuk RS : klien masuk di RSUD Tugurejo dengan keluhan sesak nafas,
nyeri dada, dan lemas
- Vital sign : TD: 152/80 mmhg
nadi: 110x/menit
suhu:36oC
RR: 26x/menit
GCS : E4M5V6
6) Riwayat kesehatan yang lalu (kecelakaan, penyakit dll)

7) Riwayat pengobatan
Nama obat Dosis Keterangan

8) Kemampuan mengontrol kesehatan


- Apa yang dilakukan bila sakit
Bila sakit sering keluarga membawa klien ke puskesmas
Pola hidup
Tidak pernah berolah raga dan mempunyai kebiasaan minuman berwarna
9) Faktor sosial / ekonomi (penghasilan / asuransi)
Pasien merupakan pekerja PNS. Asuransi yang digunakan pasien adalah BPJS.
10) Pengobatan sekarang
Inf. Nacl0.9% 20 tpm
Inj. Albumin 20% 100cc
Inj. Furosemid 20 mg 3xsehari/IV
Inj Nosorbid @10 1cc/jamNutrition
Asam folat 1 mg tablet 1xsehari P.O
Calcium Carbonas kap 3xsehari P.O
Candesartan 16 mg 1xsehari P.O
Amlodipin 1x10g P.O
l. A (Antropometri) 🡺 BB, TB, LK, LD, LILA, IMT
- BB biasanya :70 Kg, BB sekarang :60 kg
- Lingkar perut : Tidak dilakukan
- Lingkar kepala :Tidak dilakukan
- Lingkar dada : Tidak dilakukan
- LILA :Tidak dilakukan
- IMT :Tidak dilakukan

m. B (Biochemical) meliputi data laboratorium abnormal

c. C (Clinical) 🡺 tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva


anemis/tidak
Tanda klinis rambut kotor, Turgor kulit kering, mukosa bibir kering dan ada tanda –
tanda anemis
d. D (Diet) 🡺 nafsu makan, jenis, frekuensi makan selama di RS
1700 kal / 60 Gr Protein, Pasien mendapatkan diet nasi
E (Energy) 🡺 kemampuan klien dalam beraktifitas selama di RS
Selama di Rumah sakit klien tidak dapat beraktivitas
e. F (Factor) 🡺 penyebab masalah nutrisi (kesulitan menelan, mengunyah dll)
Tidak ada.
f. Penilaian status gizi
Cukup
g. Pola asupan cairan
Parenteral
Cairan masuk
● Parenteral 20 tpm ( 80 cc / jam ) dalam 24 jam 1920 cc
● Peroral sedikit-sedikit
h. Cairan keluar
1500ml/hari
i. Penilaian status cairan (Fluid Balance)
Tidak dihitung
j. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : abdomen datar, tidak menonjol, umbilicus tidak menonjol, tidak
ada bayangan vena, tidak ada tampak benjolan-benjolan massa.
- Auskultasi : peristaltic usus normal 24 kali per menit
- Palpasi : tidak ada massa/benjolan (tumor). Turgor kullit perut baik. Tidak
ada pembesaran Hepar.
3. Elimination
k. Sistem Urinary
Tidak terpasang DC
l. Sistem Gastrointestinal
Pola eliminasi Pasien BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak
2. Sistem integumen
Integritas kulit baik, tidak ada tanda – tanda dehidrasi, warna kulit sawo matang
4. Activity / Rest
a. Tidak ada masalah dalam hal pola tidur selama di RS
b. Aktifitas
1) Pekerjaan : PNS
2) kebiasaan olahraga : tidak pernah berolah raga
3) ADL selama di Rumah sakit sepenuhnya dibantu oleh keluarganya
4) Kekuatan otot :
5 5
5 5
5) ROM : Aktif
6) Resiko cedera : tidak ada resiko cedera
c. Cardio respons : tidak ada kelainan
1) Penyakit jantung : tidak ada
2) Edema ekstremitas : terdapat edema ekstremitas pada kedua kaki
3) Tekanan darah dan nadi :
- Tekanan darah : 152/80 mmHg
- Nadi 110x/menit
4) Tekanan vena jgularis : tidak terdapat distensi vena jugularis
5) Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : bentuk dada simetris
- Palpasi : pulsasi teraba di ics 5
- Perkusi : redup
- Auskutasi : S1, S2 tunggal
d. Pulmonary respons
1) Penyakit sistem napas : pernafasan dangkal
2) Penggunaan Oksigen : Nasal Kanul 3 Lpm
3) Kemampuan bernapas : bernafas spontan tetapi dangkal
4) Gangguan pernapasan : Suara nafas reguler
5) Pemeriksaan paru

a) Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat penggunaan otot


bantu pernapasan,.
b) Palpasi : premitus simetris
c) Perkusi : Sonor
d) Auskultasi : Suara nafas reguler

5. Perception/Cognition : -
6. Self Perception :-
7. Role Relationship : Status hubungan dengan keluarga baik, orang terdekatnya
adalah anaknya. Interaksi dengan orang lain baik, hanya saja menurut anaknya klien
adalah seorang yang pendiam.
8. Sexuality : Tidak terkaji
9. Coping / Stress Tolerance: -
10. Life Principles :-
11. Safety / Protection : Pasien tidak terjadi alergi
12. Comfort
Kenyamanan /nyeri : Pasien merasa kurang nyaman dengan kondisinya sekarang.
13. Growth / Development :Pertumbuhan dan perkembangan : tidak terkaji, pasien
dewasa.

13. CATATAN PERKEMBANGAN ( Tgl 19 Juni 2019 )


Keadaan umum : lemah

JAM 06.00 12.00

153/83/62 160/71
NADI

SUHU

MOTORIK

VERBAL

Data penghitungan cairan


Hari / tanggal
Input: - minum :100 ml (N: 2000ml/hr)
- Makan :.100ml (N;300 ml/hr)
- Infus : 500 cc/24 jam ( 20 tts/i)
- Metabolisme : 98ml/8 (N : 5ml/kg/BB/jam)
- TOTAL :798 ml/8 jam
Output:

- Feses :100 ml (N: 100 ml/hr)


- Keringat : .200 ml (N; 100 ml/hr)
- IWL :300 ml (N: 15 ml x kg BB jam)
- Cairan NGT: -ml
- TOTAL:1650 ml
BALANCE ; Input – output = 798 - 60 = 198 cc

D. DATA PENUNJANG (LABORATORIUM, DLL)

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


19/06/19 Hematologi EDTA (B)
Hema Lengkao (WB EDTA)
Lekosit
Eritrosit
Hemoglobin 3.8-10.6 3/ul
Hematokrit 4.4-5.9 6/ul
MCHC 13.2-17.3
Netrofil Absolute 27.20 40-52
Limfosit Absolute 32.70 32-36
Neutrofil 1.8-8 3/ul
Limfosit 0.9-5.2 3/ul
Ureum 83.70 50-70
Creatinin 25-40
114.7 10.0-50.0
0.60-0.90

DAFTAR MASALAH

Data Fokus Masalah Keperawatan


Tanggal teratasi
TTd Perawat

19/06/19 Kelebihan volume cairan


- Klien berhubungan
mengatakan dengan asupan
sulit berjalan cairan berlebih
dengan adanya
bengkak di
kedua kaki

- nampak edema
pada kedua kaki
- kedua kaki
nampak hitam
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN

tanggal Kode Dx.KpNOC Tindakan keperawatan

19/06/19 Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan 1. Mempertahankan


keperawatan selama 1x24 intake dan output yang catatan intak
jam diharapkan kelebihan adekuat dan output yang
volume cairan terasatsi 2. Pasang urin kateter adekuat
dengan kriteria hasil: jika diperlukan 2. Memasang urin
- terbebas dari edem, 3. Monitor hasil lab yang kateter jik
efusi, anaskara sesuai dengan retensi diperlukan
- bunyi nafas bersih, cairan (BUN, Hmt, 3. Memonitor hasi
tidak ada dyspneu osmolalitas urin) lab yang sesua
- terbebas dari distensi 4. Monitor vital sign dengan retens
vena jugularis 5. Kaji lokasi dan luas cairan (BUN
- memelihara tekanan edema Hmt, osmolalita
vena sentral 6. Monitor masukan urin)
makanan/cairan 4. Memonitor vita
7. Berikan diuretik sesuai sign
interuksi 5. Mengkaji lokas
8. Monitor berat badan dan luas edema
9. Monitor elektrolit 6. Monitor
10. masukan
makanan/cairan
7. Memberikan
diuretik sesua
interuksi
8. Memonitor bera
badan
9. Memoniitor
elektrolit
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Kode Dx KepSOAP Nama Perawat

20/06/19
- Klien mengatakan masih sulit
berjalan dengan adanya bengkak di
kedua kaki

O:

- Kaki klien nampak edema


- Nampak kehitaman dikedua kaki
klien

A: Kelebihan volume cairan belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

- Pertahankan catatan intake dan output


yang adekuat
- Pasang urin kateter jika diperlukan
- Monitor hasil lab yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN, Hmt,
osmolalitas urin)
- Monitor vital sign
- Kaji lokasi dan luas edema
- Monitor masukan makanan/cairan
- Berikan diuretik sesuai interuksi
- Monitor berat badan
- Monitor elektrolit
BAB III
PEMBAHASAN

A. Aplikasi teori keperawatan adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien


Chronic kidney disease (CKD).

Teory Adaptasi Roy

Model Keperawatan pada dasarnya di asumsikan pada Filosofi dan prinsip Ilmiah. Salah satu

Teori Keperawatan yang memiliki asumsi ilmiah yaitu Teori Roy yang sebelum nya

merefleksikan Teori Sistem umum von Bertalanffy (1969) dan teori tingkat adapatasi

Helson’s (1964) yang kemudian menjadi satu kesatuan dan mempunyai arti secara umum,

anggapan sementara dari filosofi teori ini adalah humanism dan veritivity. Teori Adaptasi

Roy ini bertujuan untuk meningkatkan proses kehidupan manusia melaui adaptasi. Definisi

Adaptasi menurut Roy yaitu sebuah proses dan hasil dari pemikiran dan perasaan seseorang

baik sebagai individu atau kelompok yang mengintegrasikan manusia dan lingkungan nya

dengan kesadaran. Roy berpendapat bahwa manusia sebagai system yang dapat beradaptasi
dan saling ketergantungan antar manusia sebagai satu kesatuan utnk mencapai suatu tujuan.

Konsep teori ini berhubungan dengan input (stimuli) dan output (perilaku). Suatu proses tidak

pernah muncul sebagai satu stimulus yang mempengaruhi repson, tetapi manusia sebagai

system yang merupakan proses kompleks dari suati interaksi (Roy & Andrew, 1999)

Seseorang yang mempunyai kemampuan untuk merespon secara positif terhadap perubahan

adalah fungsi dari tingkat adaptasi manusia sebagai system, perubahan yang di pengaruhi

oleh kebutuhan situasi dan sumber internal. Hal ini termasuk ke dalam kemampuan, harapan,

mimpi, aspirasi, motivasi dan segala sesuatu yang membuat seseorang berubah kea rah yang

lebih baik (Roy, 1990). Terdapat tiga tingkatan adaptasi yang meliputi integrated,

compensatory dan compromise.pada model ini proses mayor dari moping yang dibagi

menjadi subsistem regulator dan cognator pada individu. Cognator dan regulator ini yang

menjaga integrasi proses kehidupan dan proses kehidupan integrated, compensatory dan

compromise yang dimanifestasikan dalam bentuk prilaku (Roy & Andrew , 1999). Model

Adapatasi Roy ini selanjutnya di hubungkan dengan 4 paradigma keperawatan yaiti /;

manusia, kesehatan, lingkunga dan keperawatan. Yang akan di uraikan sebagai berikut:

a. Manusia

Roy berpendapat manusia adalah individu yang holistic, sebagai makhluk yang adaptif

terhadap lingkungan yang ada. Manusia dapat di definisikan sebagai satu kesatuan

dari beberapa bagian yang berfungsi secara menyeluruh untuk mencapai suatu tujuan.

Manusia sebagai individu di dalam suatu system yang termasuk ke dalam kelompok

baik itu keluarga, organisasi, komunitas dan masyarakat dalam satu kesatuan secara

menyeluruh. Manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir, merasakan, menyadari

dan mengartikan sesuatu untuk dapat meruah suatu lingkungan dan pada akhirnya

mempengaruhi lingkungan tersebut. Dengan kata lain manusia sebagai makhluk bio-

psiko-sosial-spiritual yang secara keseluruhan berperan sebagai individu dengan


bagian – bagian nya dalam membentuk suatu kesatuan, dan manusia juga sebagai

system yang hidup dalam interaksi yang konstan dengan lingkungan nya. Di dalam

keperawatan Roy mendefinisikan manusia sebagai focus dari penerima Asuhan

Keperawatan, sebagai system adaptif yang hidup dan kompleks dengan aktifitas

proses internal (kognator dan regulator) untuk mempertahankan adaptasi pada 4 lini

mode (physiological-physical mode, selpf concept-group identity mode, role

functioan mode and interdependen mode) (Roy & Andrew, 1999)

b. Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada di sekitar manusia yang secara keseluruhan

pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembnagan dan perilaku seseorang atau

kelompok. Lingkungan adalah input atau keadaan yang dapat masuk ke daam diri

seseorang sebagai system adaptasi baikitu factor internal maupun eksternal. Dengan

demikian lingkungan yang berubah menuntut individu untuk dapat beradpatsi lagi

dengn baik terhadap lingkungan barunya. Factor-faktor dalam lingkungan yang dapat

mempengaruhi seseorang dikategorikan sebagai stimulus fokal, konseptual, dan

residual. Interkasi antara manusia dan lingkungan ditandai dengan perubahan-

perubahan internal dan eksternal, yang kemudian perubahan – perubahan ini

mengharuskan manusia mempertahankan kemampuan dan keteguhan nya dengan

melakukan adaptasi secra terus menerus. (Roy & Andrew, 1999).

c. Kesehatan

Sehat adalah suatu kondisi atau proses dari individu untuk menjadi manusia yang utuh dan

terintegrasi. Sehat merupakan suatu refleksi dai adpatsai yaitu interaksi antara

individu dan lingkungan. Definisi ini di dapat dari hasil pemikiran bahwa adaptasi

adalah suatu proses dukungan fisik, psikologis dan kemampuan social untuk

mencapai suatu kesatuan yang utuh. Pada awalnya Roy berpendapat bahwa kondisi
sehat sebagai suatu kondisi yang berkelanjutan dari kondisi mati dan rendahnya status

kesehatan menuju ke kondisi yang lebih baik dan sejahtera, untuk selanjutnya Roy

memfokuskan pada asumsi bahwa sehat adalah suatu proses dimana kesehatan dan

kematian selalu beriringan. Sehat menurut Roy bukanlah ssuatu keadaan yang

terbebas dari kematian, penyakit, kesedihan dan stress, tetapi merupakan kemampuan

individu untk mengatasi semua hal tersebut dengan cara yang kompeten. Sehat dan

sakit merupakan suatu keadaan yang tidak dapat di hindari dan pasti di alami oleh

semua manusia. Ketika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan baik terhadap

lingkungan atau mempunyai koping yang tidak baik maka individu tersebut akan

sakit, tetapi jika seseorang dapat beradpatsi secara terus menerus dengan baik maka

orang tersebut sehat. Individu yang dapat beradpatsi dengan stimulus yang ada, maka

individu tersebut mempunyai kebebasan untuk merespon terhadap stimulus lainnya.

(Roy & Andrew, 1999).

d. Keperawatan

Di dalam proses adaptasi keperawatan mempunyai tujuan membantu individu untuk menata

lingkungan nya sehingga dapat mencapai tingkat kesehatan yang maksimal.

Individu sebagai system yang terbuka menerima input atau stimulus baik itu dari lingkungan

nya maupun dari dirinya sendiri. Tujuan keperawatan adalah membantu manusia

(individu) untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap kebutuhan fisik,

konsep diri, fungsi peran dan interpedensinya.

Peran keperawatan berfokus pada interaksi manusia dan lingkungan yang mempromosikan

perkembangan manusia secara maksimum dan dalam keadaan sejahtera. Perawat

mengkaji stimulus dan factor-faktor yang mempengaruhi adaptasi individu.

Pertimbangan keperawatan didasarkan pada pengkajian adaptasi dan intervensi

direncanakan untuk manajemen stimulus fokal, konsektual dan residual. Tujuan akhir
keperawatan adalah meningkatkan adaptasi individu dan kelompok pada

physiological-physycal mode, self concept-group identity mode, role functioan and

interdependence mode. Yang berkontribusi terhadap kondisi sehat, kualitas hidup dan

meninggal dengan tenang ( Roy & Andrew, 1999)

Menurut Roy elemen dari proses keperawatan terdiri dari: pengkajian (perilaku dan

stimulus), diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, intervensi dan evaluasi.

Pengkajian perilaku dilakukan pada seluruh model adaptasi yang meliputi fisiologis,

konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan (interdependence). Sedangkan

pengkajian stimulus menitikberatkan pada faktor penyebab dan faktor pendukung

munculnya perilakudan respon yang tidak efektif.

1. Pengkajian Perilaku.
Ini merupakan tahapan proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan
data tentang perilaku klien dan memutuskan apakah koping klien adaptif atau
maladaptif.
2. Pengkajian Fungsi Fisiologis
Pengkajian pada tahap ini berhubungan dengan struktur dan fungsi tubuh. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, terdiri dari 5 kebutuhan fisiologis tingkat dasar dan 4
kebutuhan fisiologis kompleks. Kesembilan kebutuhan fisiologis tersebut adalah:
a. Oksig
enasi :
Pada klien
Tn.S
dan
Tn.A pergerakan dada simetris, klien menggunakan nasal kanul 3 lpm dengan
frekuensi nafas 24x/menit, irama irreguler.
klien tampak lemah, konjungtiva anemis, Tn.A terdapat edema pada ekstremitas
bawah
b. Nutrisi
Pada klien Tn.S dan Tn.A mengalami penurunan nafsu makan, BB Tn.S 68 kg dan
BB Tn.A 60 kg, Tn.S mendapat diet bubur dan Tn.A mendapatkan diet nasi,
porsi makan yang diberikan habis setengah porsi.
c. Eliminasi
Pada klien TnS. Dan Tn.A tidak ada keluhan BAB/BAK. Saat dikaji kedua pasien
BAK spontan tidak menggunakan alat bantu.
d. Aktivitas dan istirahat
Aktivitas klien dirumah sakit hanya lebih banyak ditempat tidur karena klien masih
terlihat lemah aktivitas Tn.S dan Tn.A sebagian besar dibantu oleh keuarga.
Klien mengatakan susah tidur selama dirawat dirumah sakit.
e. Proteksi
Pengkajian perilaku dan stimulus pada aspek proteksi meliputi kondisi kulit,adakah
lesi/luka, bagaimanakah karateristiknya, adakah trauma jaringan akibat insisi,
drainase luka, riwayat alergi, riwayat penyakit autoimun, riwayat infeksiserta
bagaimana dampak penyakit terhadap sistem proteksi tubuh sepertikeluhan
kulit kering dan rasa gatal akibat uremic toxins. Hal lain yang juga perlu dikaji
adalah perubahan nilai laboratorium terkait sistem proteksi tubuh seperti kadar
leukosit, laju endap darah, kadar neutrofil.
f. Sensori
Pengkajian perilaku dan stimulus sistem sensori meliputi bagaimana fungsi dari tiap
organ pancaindera, adanya keluhan seperti penglihatan, penciuman,
pendengaran dan pengecapan.
g. Cairan dan elektrolit
Pada pengkajian perilaku dan stimulus cairan dan elektrolit perlu dilakukan
pengukuran keseimbangan cairan dengan mengukur intake dan output pasien
dalam 24 jam. Hal lain yang perlu dikaji adalah peningkatan vena jugularis,
edema, dan asites, turgor kulit, membrane mukosa, perubahan
nilailaboratorium seperti ureum, kreatinin, hematokrit dan kadar elektrolit.
h. Fungsi neurologis
Pengkajian perilaku dan stimulus meliputi tingkat kesadaran dan nilai GCS, respon
motorik dan sensorik n ginjal yang mengalami toksik uremik akan muncul
keluhan sakit kepala, delirium ataupun kejang.
Kesadaran Tn.S dan TnA compos mentis, GCS 15, tidak ada disorientasi
(tempat,waktu dan orang), kemampuan emosional dan bahasa Tn.S dan Tn. A
baik
i. Fungsi endokrin
Pengkajian perilaku dan stimulus fungsi ini terkait dengan fungsi endokrin seperti
riwayat menderita penyakit DM, pembesaran kelenjar, pemeriksaan kadar
glukosa darah.
Pada Tn.S dan Tn.A tidak terdapat riwayat DM dari orang tua.
3. Mode adaptasi konsep diri
Konsep diri merupakan gambaran individu mengenai dirinya, yang dibentuk
dari pengalaman-pengalaman yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan
(Agustiani , 2006).
The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat
pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang
kemampuan seksualitas.
The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut
merupakan hal yang berat dalam area ini.

3. Mode fungsi peran


Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.
Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat
sesuai kedudukannya .

4. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya
adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian
dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon
yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon
yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses
umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia
sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi
atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan
biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin
serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.

B. Pembasan perbedaan asuhan keperawatan antar kasus


a. Pengkajian
Tahap awal pengkajian pada pasien adalah dengan memriksa sistem pernapasan Tn.S dan
Tn.A
b. Diagnosa keperawatan
Dari kedua kasus tersebut yaitu kasus Tn.S dan Tn.A, terdapat perbedaan diagnosa
keperawatan yang muncul.
1. Pada Tn.S terjadi pola nafas tidak efektif dan Tn.A mengalami masalah
kelebihan volume cairan
c. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan dikembangkan berdasarkan masalah yang dialami
masing-masing pasien. Walaupun secara medis pasien didiagnosa sama yaitu CKD,
namun masalah keperawatan yang muncul berbeda, sehingga rencana tindakan
keperawatan didasarkan padamasalah tersebut.
d. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sesuai masalah yang akan diatasi.
C. Aplikasi avidance based practice
Dalam penelitian yang dilakukan Heldawati 2017 dalam pemberian relaksasi
napas dalam dan posisi high fowler. Posisi high fowler adalah posisi dimana tempat
tidur diposisikan dengan ketinggian 60-90o bagian lutut tidak ditinggikan. Tujuan
dilakukan terapi relaksasi napas dalam posisi high fowler berpengaruh untuk
meningkatkan kadar saturasi oksigen. Posisi high fowler ini sangat membantu bagi
klien yang mengalami dyspnea karena menghilangkan tekanan pada diafragma yang
memungkinkan pertukaran volume yang lebih besar dari udara (Barbara, 2009) tujuan
dari mekanisme yang dilakukan posisi ini yaitu untuk memfasilitasi pasien yang
sedang kesulitan bernafas.
Dalam penelitian Melyana Cherynasari 2014 menjelaskan untuk mengatasi
edema ekstremitas bawah dengan pemberian peninggian posisi kaki 30 o dalam
menurunkan edema pada kaki.

D. Reflective practice : Masalah yang perlu solusi dan inovasi


Inovasi dalam asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn.S dengan diagnosa keperawatan
pola nafas tidak efektif diberikan inovasi pemberian posisi high fowler. Ketika pasien
pulang ke rumah bisa menerapkan terapi tersebut.

DATAR PUSTAKA
1. National kidney Foundation (2017). About Chronic Kidney Disease
2. Rahma Hidayati, 2014. Aplikasi Teori Adaptasi Roy pada pasien dengan penyakit
ginjal tahap akhir di RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo Jakarta
3. Heldawati, 2017. Analisa Praktek Klinik Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma
Bronkial dengan intervensi inovasi teknik relaksasi nafas dalam dengan posisi
high fowler terhadap perubahan kadar saturasi oksigen di ruang IGD RSUD
Abdul Wahab Siahrane Samarinda
4. Melyana Cherynasari, 2014. Pemberian Peninggian Posisi Kaki 30 Derajat
Terhadap Penurunan Derajat Edema Pada Asuhan Keperawatan Ny.S dengan
Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Melati RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Anda mungkin juga menyukai