Disusun Oleh :
NI NYOMAN LINAWATI
NIM : P1337420818011
TAHUN 2018
A. Latar Belakang
Fungsi utama ginjal dalam keadaan normal adalah mengatur cairan tubuh,
mempertahankan keseimbangan asam basa dan PH dalam darah, serta memiliki fungsi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik (PGK) adalah
proses patofisiologis dengan penyebab beragam, yang terjadi lebih dari 3 berupa
kelainan struktural atau fungsional dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)
yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan ginjal gagal untuk mengeluarkan
produksi limbah metabolik dan menjaga cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan
mortalitas serta biaya untuk pengobatan penyakit. Prevalensi penyakit CKD di merika
Serikat mencapai 19 juta orang dewasa, dan diprediksikan bahwa tahun 2030 lebih
dari 2 juta orang akan memerlukan transpantasi ginjal, terapi pengganti ginjal atau
kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat serta zat-zat lain yang merupakan sisa-
sisa metabolisme dan racun dari peredaran darah melalui membran semi permeable.
Pasien gagal ginjal kronik harus menjalani terapi hemodialisayang dilakukan secara
rutin (2-3 kali seminggu) selama 3-4 jam. Hemodialisa akan mencegah kematian pada
gagal ginjal kronik, namum tidak menyembuhkan atau memulihkan ginjal dan tidak
hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi yaitu hipotensi, kram otot,
mual dan muntah, sakit kepala sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan
Teori adaptasi Roy dapat diaplikasi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap
perubahan gaya hidup, tidak hanya pada pasien tetapi juga pada keluarga pasien.
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
FENOMENA KELOLAAN
KASUS 1
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. Nama Klien (inisial) : TN.S
2. Umur :53 Th
3. Alamat :Kelampisan RT02/Ngalian, Semarang, Kota Semarang
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS : 18 Juni 2019
6. No. Rekam medis : 172887
7. Diagnosa Medis : CKD
8. Ruangan : Dahlia 3
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN
1. Health Promotion
a. Kesehatan Umum :
- Alasan masuk RS : Klien masuk di RSUD Tugurejo dengan keluhan sesak
nafas, pucat, lemas
- Vital sign :
TD : 144 / 69 Mmhg
Nadi : 96 x/i
Suhu :36,4 ºC
Respirasi : 28x/menit
GCS : E4 M6 V5
b. Riwayat kesehatan yang lalu (kecelakaan, penyakit dll)
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit Riwayat
pengobatan
b. Sistem Gastrointestinal
Pola eliminasi Pasien BAB 3 kali sehari
Sistem integumen
Integritas kulit baik, tidak ada tanda – tanda dehidrasi, warna kulit sawo matang
3. Activity / Rest
a. Mengalami masalah tidur saat dirumah dan di RS
b. Aktifitas
1) Pekerjaan : wiraswasta, kebiasaan olahraga : tidak pernah berolah raga
2) ADL selama di Rumah sakit sepenuhnya dibantu oleh istrinya
3) Kekuatan otot :
5 5
5 5
4) ROM : aktif
5) Resiko cedera : tidak ada resiko cedera
c. Cardio respons : tidak ada kelainan
d. Pulmonary respons
1) Penyakit sistem napas : pernafasan dyspnea
2) Penggunaan Oksigen : Nasal Kanul 3 Lpm
3) Kemampuan bernapas : bernafas spontan tetapi dangkal
4) Gangguan pernapasan : Suara nafas irreguler
5) Pemeriksaan paru
a) Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan,.
b) Palpasi : Vocal premitus
c) Perkusi : Sonor
d) Auskultasi : Suara nafas irreguler
4. Perception/Cognition :-
5. Self Perception :-
6. Role Relationship : Status hubungan dengan keluarga baik, orang
terdekatnya adalah istrinya. Interaksi dengan orang lain baik.
7. Sexuality : Tidak terkaji
8. Coping / Stress Tolerance : -
9. Life Principles :-
10. Safety / Protection : Pasien tidak terjadi alergi
11. Comfort
Kenyamanan /nyeri : tidak ada keluhan nyeri, klien kurang nyaman dengan
kondisinya sekarang.
12. Growth / Development :Pertumbuhan dan perkembangan : tidak terkaji, pasien
dewasa.
C. CATATAN PERKEMBANGAN
Data penghitungan cairan
Hari / tanggal
Input: - minum :200 ml (N: 2000ml/hr)
- Makan :.200ml (N;300 ml/hr)
- Infus : 1400 cc/24 jam ( 20 tts/i)
- Metabolisme : ......... ml (N : 5ml/kg/BB/jam)
- TOTAL :1800 ml
Output: - Urine :1200 .ml (N: 0,5-1 ml/kgBB/jam)
Hematologi EDTA
(B)
Glukosa sewaktu
<125
Ureum
10.0-50.0
Creatinin 133 mg/dl
271.0 0.70-1.10
Kalium mgdl
10.45 3.5-5.0
Natrium mg/dl
135-145
mmol/L
Chlorida 4.88 mmol/L 95.0-105
3.1
E. Hasil Rontgen
DAFTAR MASALAH
19/06/19
1. S: sesak nafas,
Pola napas tidak efektif
lemas berhubungan dengan
O: - nampak lemas hiperventilasi
- Klien
terpasang O2 3
lpm
- Nampak lemas
- Konjungtiva
2.
anemis
- Klien nampak
pucat
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
20/06/19
- Klien mengatakan masih sesak
O:
P: Lanjutkan intervensi
FENOMENA KELOLAAN
KASUS II
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. Nama Klien (inisial) : Tn. A
2. Umur :56 Th
3. Alamat :Balendo RT/IV Purworejo
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS : 13 Juni 2019
6. No. Rekam medis : 54-60-23
7. Diagnosa Medis :CKD
8. Ruangan : Dahlia 3
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN
2. Health Promotion
1. Kesehatan Umum :
- Alasan masuk RS : klien masuk di RSUD Tugurejo dengan keluhan sesak nafas,
nyeri dada, dan lemas
- Vital sign : TD: 152/80 mmhg
nadi: 110x/menit
suhu:36oC
RR: 26x/menit
GCS : E4M5V6
6) Riwayat kesehatan yang lalu (kecelakaan, penyakit dll)
7) Riwayat pengobatan
Nama obat Dosis Keterangan
5. Perception/Cognition : -
6. Self Perception :-
7. Role Relationship : Status hubungan dengan keluarga baik, orang terdekatnya
adalah anaknya. Interaksi dengan orang lain baik, hanya saja menurut anaknya klien
adalah seorang yang pendiam.
8. Sexuality : Tidak terkaji
9. Coping / Stress Tolerance: -
10. Life Principles :-
11. Safety / Protection : Pasien tidak terjadi alergi
12. Comfort
Kenyamanan /nyeri : Pasien merasa kurang nyaman dengan kondisinya sekarang.
13. Growth / Development :Pertumbuhan dan perkembangan : tidak terkaji, pasien
dewasa.
153/83/62 160/71
NADI
SUHU
MOTORIK
VERBAL
DAFTAR MASALAH
- nampak edema
pada kedua kaki
- kedua kaki
nampak hitam
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
20/06/19
- Klien mengatakan masih sulit
berjalan dengan adanya bengkak di
kedua kaki
O:
P: Lanjutkan intervensi
Model Keperawatan pada dasarnya di asumsikan pada Filosofi dan prinsip Ilmiah. Salah satu
Teori Keperawatan yang memiliki asumsi ilmiah yaitu Teori Roy yang sebelum nya
merefleksikan Teori Sistem umum von Bertalanffy (1969) dan teori tingkat adapatasi
Helson’s (1964) yang kemudian menjadi satu kesatuan dan mempunyai arti secara umum,
anggapan sementara dari filosofi teori ini adalah humanism dan veritivity. Teori Adaptasi
Roy ini bertujuan untuk meningkatkan proses kehidupan manusia melaui adaptasi. Definisi
Adaptasi menurut Roy yaitu sebuah proses dan hasil dari pemikiran dan perasaan seseorang
baik sebagai individu atau kelompok yang mengintegrasikan manusia dan lingkungan nya
dengan kesadaran. Roy berpendapat bahwa manusia sebagai system yang dapat beradaptasi
dan saling ketergantungan antar manusia sebagai satu kesatuan utnk mencapai suatu tujuan.
Konsep teori ini berhubungan dengan input (stimuli) dan output (perilaku). Suatu proses tidak
pernah muncul sebagai satu stimulus yang mempengaruhi repson, tetapi manusia sebagai
system yang merupakan proses kompleks dari suati interaksi (Roy & Andrew, 1999)
Seseorang yang mempunyai kemampuan untuk merespon secara positif terhadap perubahan
adalah fungsi dari tingkat adaptasi manusia sebagai system, perubahan yang di pengaruhi
oleh kebutuhan situasi dan sumber internal. Hal ini termasuk ke dalam kemampuan, harapan,
mimpi, aspirasi, motivasi dan segala sesuatu yang membuat seseorang berubah kea rah yang
lebih baik (Roy, 1990). Terdapat tiga tingkatan adaptasi yang meliputi integrated,
compensatory dan compromise.pada model ini proses mayor dari moping yang dibagi
menjadi subsistem regulator dan cognator pada individu. Cognator dan regulator ini yang
menjaga integrasi proses kehidupan dan proses kehidupan integrated, compensatory dan
compromise yang dimanifestasikan dalam bentuk prilaku (Roy & Andrew , 1999). Model
manusia, kesehatan, lingkunga dan keperawatan. Yang akan di uraikan sebagai berikut:
a. Manusia
Roy berpendapat manusia adalah individu yang holistic, sebagai makhluk yang adaptif
terhadap lingkungan yang ada. Manusia dapat di definisikan sebagai satu kesatuan
dari beberapa bagian yang berfungsi secara menyeluruh untuk mencapai suatu tujuan.
Manusia sebagai individu di dalam suatu system yang termasuk ke dalam kelompok
baik itu keluarga, organisasi, komunitas dan masyarakat dalam satu kesatuan secara
dan mengartikan sesuatu untuk dapat meruah suatu lingkungan dan pada akhirnya
mempengaruhi lingkungan tersebut. Dengan kata lain manusia sebagai makhluk bio-
system yang hidup dalam interaksi yang konstan dengan lingkungan nya. Di dalam
Keperawatan, sebagai system adaptif yang hidup dan kompleks dengan aktifitas
proses internal (kognator dan regulator) untuk mempertahankan adaptasi pada 4 lini
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada di sekitar manusia yang secara keseluruhan
kelompok. Lingkungan adalah input atau keadaan yang dapat masuk ke daam diri
seseorang sebagai system adaptasi baikitu factor internal maupun eksternal. Dengan
demikian lingkungan yang berubah menuntut individu untuk dapat beradpatsi lagi
dengn baik terhadap lingkungan barunya. Factor-faktor dalam lingkungan yang dapat
c. Kesehatan
Sehat adalah suatu kondisi atau proses dari individu untuk menjadi manusia yang utuh dan
terintegrasi. Sehat merupakan suatu refleksi dai adpatsai yaitu interaksi antara
individu dan lingkungan. Definisi ini di dapat dari hasil pemikiran bahwa adaptasi
adalah suatu proses dukungan fisik, psikologis dan kemampuan social untuk
mencapai suatu kesatuan yang utuh. Pada awalnya Roy berpendapat bahwa kondisi
sehat sebagai suatu kondisi yang berkelanjutan dari kondisi mati dan rendahnya status
kesehatan menuju ke kondisi yang lebih baik dan sejahtera, untuk selanjutnya Roy
memfokuskan pada asumsi bahwa sehat adalah suatu proses dimana kesehatan dan
kematian selalu beriringan. Sehat menurut Roy bukanlah ssuatu keadaan yang
terbebas dari kematian, penyakit, kesedihan dan stress, tetapi merupakan kemampuan
individu untk mengatasi semua hal tersebut dengan cara yang kompeten. Sehat dan
sakit merupakan suatu keadaan yang tidak dapat di hindari dan pasti di alami oleh
semua manusia. Ketika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan baik terhadap
lingkungan atau mempunyai koping yang tidak baik maka individu tersebut akan
sakit, tetapi jika seseorang dapat beradpatsi secara terus menerus dengan baik maka
orang tersebut sehat. Individu yang dapat beradpatsi dengan stimulus yang ada, maka
d. Keperawatan
Di dalam proses adaptasi keperawatan mempunyai tujuan membantu individu untuk menata
Individu sebagai system yang terbuka menerima input atau stimulus baik itu dari lingkungan
nya maupun dari dirinya sendiri. Tujuan keperawatan adalah membantu manusia
Peran keperawatan berfokus pada interaksi manusia dan lingkungan yang mempromosikan
direncanakan untuk manajemen stimulus fokal, konsektual dan residual. Tujuan akhir
keperawatan adalah meningkatkan adaptasi individu dan kelompok pada
interdependence mode. Yang berkontribusi terhadap kondisi sehat, kualitas hidup dan
Menurut Roy elemen dari proses keperawatan terdiri dari: pengkajian (perilaku dan
Pengkajian perilaku dilakukan pada seluruh model adaptasi yang meliputi fisiologis,
1. Pengkajian Perilaku.
Ini merupakan tahapan proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan
data tentang perilaku klien dan memutuskan apakah koping klien adaptif atau
maladaptif.
2. Pengkajian Fungsi Fisiologis
Pengkajian pada tahap ini berhubungan dengan struktur dan fungsi tubuh. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, terdiri dari 5 kebutuhan fisiologis tingkat dasar dan 4
kebutuhan fisiologis kompleks. Kesembilan kebutuhan fisiologis tersebut adalah:
a. Oksig
enasi :
Pada klien
Tn.S
dan
Tn.A pergerakan dada simetris, klien menggunakan nasal kanul 3 lpm dengan
frekuensi nafas 24x/menit, irama irreguler.
klien tampak lemah, konjungtiva anemis, Tn.A terdapat edema pada ekstremitas
bawah
b. Nutrisi
Pada klien Tn.S dan Tn.A mengalami penurunan nafsu makan, BB Tn.S 68 kg dan
BB Tn.A 60 kg, Tn.S mendapat diet bubur dan Tn.A mendapatkan diet nasi,
porsi makan yang diberikan habis setengah porsi.
c. Eliminasi
Pada klien TnS. Dan Tn.A tidak ada keluhan BAB/BAK. Saat dikaji kedua pasien
BAK spontan tidak menggunakan alat bantu.
d. Aktivitas dan istirahat
Aktivitas klien dirumah sakit hanya lebih banyak ditempat tidur karena klien masih
terlihat lemah aktivitas Tn.S dan Tn.A sebagian besar dibantu oleh keuarga.
Klien mengatakan susah tidur selama dirawat dirumah sakit.
e. Proteksi
Pengkajian perilaku dan stimulus pada aspek proteksi meliputi kondisi kulit,adakah
lesi/luka, bagaimanakah karateristiknya, adakah trauma jaringan akibat insisi,
drainase luka, riwayat alergi, riwayat penyakit autoimun, riwayat infeksiserta
bagaimana dampak penyakit terhadap sistem proteksi tubuh sepertikeluhan
kulit kering dan rasa gatal akibat uremic toxins. Hal lain yang juga perlu dikaji
adalah perubahan nilai laboratorium terkait sistem proteksi tubuh seperti kadar
leukosit, laju endap darah, kadar neutrofil.
f. Sensori
Pengkajian perilaku dan stimulus sistem sensori meliputi bagaimana fungsi dari tiap
organ pancaindera, adanya keluhan seperti penglihatan, penciuman,
pendengaran dan pengecapan.
g. Cairan dan elektrolit
Pada pengkajian perilaku dan stimulus cairan dan elektrolit perlu dilakukan
pengukuran keseimbangan cairan dengan mengukur intake dan output pasien
dalam 24 jam. Hal lain yang perlu dikaji adalah peningkatan vena jugularis,
edema, dan asites, turgor kulit, membrane mukosa, perubahan
nilailaboratorium seperti ureum, kreatinin, hematokrit dan kadar elektrolit.
h. Fungsi neurologis
Pengkajian perilaku dan stimulus meliputi tingkat kesadaran dan nilai GCS, respon
motorik dan sensorik n ginjal yang mengalami toksik uremik akan muncul
keluhan sakit kepala, delirium ataupun kejang.
Kesadaran Tn.S dan TnA compos mentis, GCS 15, tidak ada disorientasi
(tempat,waktu dan orang), kemampuan emosional dan bahasa Tn.S dan Tn. A
baik
i. Fungsi endokrin
Pengkajian perilaku dan stimulus fungsi ini terkait dengan fungsi endokrin seperti
riwayat menderita penyakit DM, pembesaran kelenjar, pemeriksaan kadar
glukosa darah.
Pada Tn.S dan Tn.A tidak terdapat riwayat DM dari orang tua.
3. Mode adaptasi konsep diri
Konsep diri merupakan gambaran individu mengenai dirinya, yang dibentuk
dari pengalaman-pengalaman yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan
(Agustiani , 2006).
The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat
pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang
kemampuan seksualitas.
The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut
merupakan hal yang berat dalam area ini.
4. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya
adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian
dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon
yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon
yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses
umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia
sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi
atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan
biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin
serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.
DATAR PUSTAKA
1. National kidney Foundation (2017). About Chronic Kidney Disease
2. Rahma Hidayati, 2014. Aplikasi Teori Adaptasi Roy pada pasien dengan penyakit
ginjal tahap akhir di RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo Jakarta
3. Heldawati, 2017. Analisa Praktek Klinik Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma
Bronkial dengan intervensi inovasi teknik relaksasi nafas dalam dengan posisi
high fowler terhadap perubahan kadar saturasi oksigen di ruang IGD RSUD
Abdul Wahab Siahrane Samarinda
4. Melyana Cherynasari, 2014. Pemberian Peninggian Posisi Kaki 30 Derajat
Terhadap Penurunan Derajat Edema Pada Asuhan Keperawatan Ny.S dengan
Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Melati RSUD Dr.Moewardi Surakarta