Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN LANJUT

FENOMENA KASUS PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE


DI RUANG MAWAR RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun oleh :

Tri Nova Aprianti

NIM : P1337420819013

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi
darah dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan
keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium,
potasium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi hormon dan enzim yang
membantu dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah
dan menjaga tulang tetap kuat. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan
masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalens dan insidens gagal
ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi.
Prevalensi CKD meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia
lanjut dan kejadian penyakit diabetes melitus serta hipertensi.1
Penyakit gagal ginjal kronis merupakan masalah kesehatan yang
berkembang pesat. Diperkirakan sekitar 11% atau 19,2 juta orang penduduk
Amerika Serikat mengalami gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronis
merupakan ancaman global terhadap populasi secara umum, khususnya bagi
negara-negara berkembang. Menurut data WHO tahun 2011 memperkirakan
secara global bahwa penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyebab utama
2
kematian diurutan ke-12 dan urutan ke 17 penyebab kecacatan. Data
Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa Gagal ginjal kronik masih menjadi
masalah besar di dunia.3 Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami
gagal ginjal kronik, sedangkan prevalensi gagal ginjal kronis berdasarkan
diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2.3 Angka kejadian penderita penyakit
gagal ginjal kronik di Indonesia sampai sekarang belum ada data yang akurat
dan lengkap, namun diperkirakan penderita gagal ginjal kronik kurang lebih
50 orang per satu juta penduduk.4
Salah satu pilihan terapi untuk pasien CKD adala hemodialisis. 5
Hemodialisis dilakukan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia, seperti kelebihan ureum, kreatinin,
asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semipermeabel. Pasien CKD
menjalani proses hemodialisis sebanyak dua sampai tiga kali seminggu,
dimana setiap kali hemodialis rata-rata memerlukan waktu antara empat
sampai lima jam. Hemodialisis dipercaya dapat meningkatkan survival atau
bertahan hidup pasien CKD. Kemampuan bertahan hidup penderita CKD
yang menjalani hemodialisis dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat
keparahan penyakit yang dialami, kondisi berbagai sistem tubuh yang
terganggu oleh racun akibat CKD, pengaturan intake cairan dan makanan,
sampai kepatuhan mengikuti jadwal hemodialisis.6
Berbagai masalah pasien yang ditimbulkan akibat sebelum maupun
sesudah hemodialisa yang menyebabkan gangguan rasa nyaman, sesak nafas,
pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat,gangguan pola tidur,serta kecemasan.
Oleh karena itu perlu tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis. Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan perawatan
dan penanganan seumur hidup. Fenomena yang terjadi banyak klien yang
keluar masuk Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis. Oleh
karena itu, peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien CKD, serta diharapkan tidak hanya terhadap
keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien.4
Sebagai perawat dituntut harus memiliki pendekatan dengan pasien
agar mendukung dalam proses memberikan pelayanan,maka dalam melayani
pasien terbentuklah suatu hubungan antara perawat dengan pasiennya.
Menurut Henderson, ada tiga tingkatan hubungan ketergantungan pasien
dengan perawat dari yang sangat bergantung hingga mendapatkan kembali
kemandirian pasien.diantaranya yaitu Perawat sebagai pengganti (substitute)
bagi pasien, Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien, Perawat sebagi
mitra (partner) bagi pasien. 7
Disaat seorang pasien dalam keadaan sakit maka ia akan mengalami
penurunan kekuatan fisik, kemampuan, atau kemauan pasien. Dan pada situasi
yang gawat disinilah perawat berperan untuk memenuhi kekurangan pasien
dan melengkapinya hingga masa gawatnya berlalu dan kemasa pemulihan.
Inilah yang disebut perawat sebagai pengganti (substitute), dan setelah
melewati masa tersebut maka seorang pasien akan berangsur-angsur
mendapatkan kemandiriannya kembali walaupun kemandirian sifatnya relatif
karena manusia adalah makhluk sosial atau tidak bisa hidup tanpa orang lain
dan kebutuhan tiap-tiap manusia berbeda. Disinilah peran perawat sebagai
penolong (helper) dalam berusaha mewujudkan kesehatan pasien
membantunya mendapatkan kembali kemandirianya. Sebagai mitra (partner)
perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana perawatan kesehatan
pasien walaupun mengalami dugaan yang berbeda tetap saja pasien memiliki
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi hanya saja kebutuhan dasar yang
dimaksud dipengaruh oleh kondisi patologis dan faktor lainnya seperti
lingkungan, usia,dan budaya.8
Definisi keperawatan menurut Henderson perawat berkaitan erat
dengan aplikasi penanganan kesehatan yang berinteraksi langsung denga
pasien dengan mengubah kondisi pasien dari yang semula tidak mampu atau
bergantung menjadi mandiri dengan menerapkan 14 komponen penanganan
perawatan. Dalam menjalankan fungsinya penanganan keperawatan didasari
oleh 14 kebutuhan dasar manusia (independence). Untuk membantu individu
yang sakit maupun sehat untuk mendapatkan kembali pemulihannya yang
tujuannya ialah kebebasan.7 Intervensi yang diberikan perawat sifatnya
individual, bergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar belakang budaya,
keseimbangan emosional, dan kemampuan intelektual serta fisik individu.
Perawat mengevaluasi pencapaian kriteria yang diharapkan dengan menilai
kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.8
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam mengatasi gangguan polas tidur
pasien, pada kasus ini akan diberikan tindakan berdasarkan evidence based
nursing yaitu terapi musik instrumental yang kemudian akan dipadukan
dengan teori keperawatan yaitu teori Henderson. Hal ini bermanfaat dalam
diharapkan dapat menurunkan keluhan yang pasien rasakan dan membantu
pasien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan di rumah sakit, serta
dapat digunakan sebagai bahan dokumentasi keperawatan.

2. Tujuan Umun
Mengetahui gambaran fenomena kasus asuhan keperawatan pasien
CKD di Ruang Mawar RSUD RAA Soewondo Pati.

3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah untuk memaparkan dan
melakukan pembahasan mengenai :
a. Pengkajian asuhan keperawatan pasien laparatomi.
b. Aplikasi teori Henderson dalam asuhan keperawatan keperawatan pasien
CKD.
c. Perbedaan asuhan keperawatan antar kasus CKD.
d. Hasil penerapan tindakan keperawatan berdasarkan evidence based
practice pada pasien CKD.
BAB II
FENOMENA KELOLAAN

Ruangan : Bougenville RSUD RAA Soewondo Pati

Tanggal pengkajian : 2 Desember 2020

Pengkajian Keperawatan Kasus


1) Pengkajian
A. Data Umum
1) Nama Inisial Klien : Tn. s
2) Umur : 48 Tahun
3) Alamat : Tegalrejo RT 3/RW 3, Margorejo, Pati
4) Agama : Islam
5) Tanggal Masuk RS : 13 Desenber 2020
6) No. Rekam Medis : 268899
7) Diagnosa Medis : Choric Kidney Disease
8) Bangsal : Mawar

B. Pengkajian 13 Domain Nanda


1) HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umun
- Alasan Masuk RS : pasien masuk RS pada tanggal 13
Deseember 2020 dengan keluhan lemas, sesak nafas, pusing.
Pasien akan dijadwalkan hemodialisa pada tanggal 15 Desember
2020
- Keluhan Utama : saat dilakukan pemeriksaan pada 14 Desember
2020 didapatkan hasil TTV sebagai berikut : TD 140/90 mmHg,
Suhu 36,6ºC, HR 87x/menit dan RR 24x/menit dengan nilai
GCS 15, E 4, M 6 dan V 5. pasien mengeluh lemas, sesak nafas,
pusing, dan kesulitan tidur.
b. Riwayat Masa Lalu (penyakit, kecelakaan, dll)
c. Pasien mengatakan sudah 5 bulan melakukan hemodialisa dan
sering dirawat di RS. Pasien ada riwayat hipertensi. Pasien tidak
memilik penyakir menular.
d. Riwayat Pengobatan

No Nama obat/jamu Dosis Keterangan


1 Paracetamol 1 tablet Diminum pada saat
demam, dan nyeri
e. Kemampuan mengntrol Kesehatan
Yang di lakukan bila sakit pasien berobat ke Puskesmas dan Rumah
Sakit
f. Pola Hidup (konsumsi alcohol/olahraga/dll)
pasien telah berhenti merokok 7 bulan yang lalu se,amjak sakit
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman
beralkohol, serta olahraga jarang dilakukan.
g. Faktor Sosial Ekonomi (penhasilan/asuransi kesehatan, dll)
Pasien memiliki asuransi kesehatan (BPJS).
h. Pengobatan Sekarang

No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat


1 Infus NaCl 12 tpm Natrium NaCl 0.9% digunakan
Klorida 0.9% untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang
karena beberapa faktor.
Oleh karena itu, NaCl
0.9% berfungsi sebagai
pengatur keseimbangan
cairan tubuh.
2 Furosemid 20 furosemida. Furosemide adalah obat
mm/24 diuretik, obat untuk
jam mengurangi cairan
IV berlebih dalam tubuh
yang disebabkan oleh
kondisi seperti gagal
jantung, penyakit hati,
dan ginjal. digunakan
untuk mengobati
tekanan darah tinggi.
3 Asam Folat 400 Asam Folat
mg/8 untuk memenuhi
jam kebutuhan asam folat
Oral dalam tubuh yang
bermanfaat dalam
pemeliharaan sistem
saraf yang sehat dan
dalam pembentukan sek
darah merah yang
membawa oksigen ke
seluruh tubuh.
4 Theophylline 500 Theophylline obat untuk meredakan
ml/8 gejala akibat
jam penyempitan saluran
Oral napas (bronkospame),
seperti mengi atau sesak
napas.
5 Calos 500 Calsium untuk membantu
mg/12 Carbonate mencegah dan
jam mengobati gangguan
Oral metabolisme kalsium
6 Clonidine Hcl 0.15 Clonidine untuk mengendalikan
mg/8 tekanan darah tinggi
jam atau hipertensi yang
Oral dapat membebani
pembuluh nadi dan
jantung dan mencegah
sakit kepala vaskular
serta migrain.
7 Captopril 12.5 Captopril obat antihipertensi 
mg/12
jam
Oral

2) NUTRITION
a. A (Antropometri)
BB biasanya : 50 kg dan BB sekarang : 45 kg
TB : 155 cm
IMT : 18,73 (kurus)
b. B (Biochemical) meliputi data : laboratorium abnormal

Eritrosit 3.18 4,2-5,4 10^6/Ul Rendah


Hemoglobin 9.6 11,7-15,5 g/dL Rendah
Hematokrit 28.8 35-47 % Rendah
RDW-CV 16.8 11.5-14.5 fL Tinggi
RDW-SD 53.0 35-47 % Tinggi
MPV 10.9 6.8-10 fL Tinggi

c. C (Clinical)
Rambut hitam sedikt beruban, bersih tidak berbau
Turgor kulit kering
Mukosa bibir kering dan pucat
Conjungtiva anemis
d. D (Diet))

Nafsu makan pasien mampu makanan yang disediakan


Jenis makanan Nasi lengkap
Frekuensi makan 3 kali sehari
e. E (Energy)
Pasien hanya bedrest ditempat tidur semua kebutuhan dibantu oleh perawat
dan keluarga
f. F (Factor)
Pasien mampu menelan dan mengunyah makanan yang disediakan.
g. Penilaian Status Gizi
h. Cairan masuk : 1000 cc
i. Cairan keluar : urine :800 cc
j. Penilaian status cairan (balance cairan) : + 200 cc

k. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi Tidak terlihat adanya asites
Palpasi Adanya nyeri tekan pada abdomen
Auskultasi Terdengar suara bising usus 4x/menit
Perkusi Timpani

3) ELIMINASI
a. Sistem Urinaria

Pola pembuangan urine pasien BAK 3 kali sehari di toilet dengan


dibantu keluarga
Riwayat kelainan kandung Tidak ada
kemih
Pola urine (jumlah, warna, Produksi urine 500 dalam 24 jam, warna
kekentalan, bau) kuning dan bau khas amoniak
Distensi kandung Terjadi distensi kandung kemih dan
kemih/retensi urine retensi urine
b. Sistem Gastrointestinal (pola eliminasi)
Pasien biasa BAB I kali sehari
c. Sistem Integument
Kulit : integritas kulit baik, turgor kulit menurun/jelek, warna sawo
matang, akral hangat.

4) ACTIVITY/REST
a. Istirahat/Tidur
Pasien mengatakan kesulitan tidur dan tidak nyenyak karena sesak
b. Aktivitas

Pekerjaan Pedagang
ADL Sebagian kegiatan dibantu oleh keluarga
Bantual ADL Selama di Rumah Sakit, aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga, pasien tidak
melakukan aktifitas.
Kekuatan otot 5 5
5 5
Rom aktif
Resiko cidera Skor resiko jatuh yaitu 20 yaitu resiko ringan

c. Cardio respon

Penyakit jantung Cardiomegaly


Edema ekstremitas Tidak ada edema
Tekanan darah dan nadi 140/90 mmHg dan nadi 80x/menit
Tekanan vena jugularis Tidak terdapat distensi vena jugularis
Pemeriksaan jantung

Inspeksi Tidak terlihat pulsasi, tidak terlihat


mengangkat (lifting), gelombang
(heaving) atau retraksi di keempat
daerah katup pada dinding dada
Palpasi Teraba pulsasi/ictus cordis pada ICS 5,
CRT <3 dtk, nadi teraba kuat dan
teratur
Auskultasi Bunyi S1 dan S2 tunggal reguler dan
tidak terdengar bunyi S3 dan S4
Perkusi Suara pekak jantung melebar

d. Pulmonary respon

Penyakit sisten nafas Pasien mengalami sesak nafas

Penggunaan O2 menggunakan O2 nasal kamus 3 L/menit


Kemampuan bernafas Pasieng bernafas dengan alat bantu O2
Gangguan pernafasan Sesak nafas
Pemeriksaan paru

Inspeksi bentuk dada simetris, tidak ada deviasi


trakea, terpasang ciminodi dada kanan
Palpasi Pergerakan dinding dada simetris, tidak
teraba adanya massa abnormal
Perkusi Terdengar bunyi pekak
Auskultasi Terdengar bunyi vesikuler

5) PERSEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi

Tingkat pendidikan SMP


Kurang pengetahuan Baik
Pengetahuan tentang penyakit Pasien dan keluarga tidak
mengetahui mengenai sakit yang
diderita
b. Sensasi/persepsi (riwayat penyakut jantung )

Riwayat penyakit jantung Cardiomegali


Penggunaan alat bantu Pasien tidak memakai alat bantu
Penginderaan Tidak ada yang abnormal
Sakit kepala Pasieng merasakan pusing
c. Comunikasi
Bahasa yang digunakan Jawa
Kesulitan berkomunikasi Tidak ada

6) SELF PERCEPTION
Self-concept/self esteem

Perasaan cemas/takut pasien menerima keadaanya


sekarang
Perasaan putus asa/kehilangan pasien tidak merasa putus asa
dengan sakitnya, dan berharap
bisa segera sembuh
Keinginan untuk menciderai tidak ada
Adanya luka/cacat tidak ada

7) ROLE RELATIONSHIP
Peranan hubungan

Status hubungan menikah


Orang terdekat suami dan anak
Perubahan konflik/peran tidak ada perubahan
Perubahan gaya hidup tidak ada perubah gaya hidup
Interaksi dengan orang lain baik

8) SEXUALITY
Tidak ada masalah/disfungsi seksual

9) COPINGS/STRESS TOLERANCE
Coping respon

Rasa sedih/takut/cemas Pasien merasa sedih, namun pasien


dapat menerima keaadaannya saat ini
Kemampuan untuk mengatasi Pasien mampu beradaptasi
Perilaku yang menampakkan Pasien tampak tenang
cemas

10) LIFE PRINCIPLES


Nilai kepercayaan

Kegiatan keagamaan mengikuti kegiatan


keagamaan yang dilakukan
di lingkungan rumahnya
Kemampuan berpartisipasi pasien mampu berpartisipasi
dengan baik dilingkungan
rumah tempat tinggalnya
Kegiatan kebudayaan pasien kadang mengikuti
kegiatan kebudayaan
Kemampuan memecahkan kemampuan pasien dalam
masalah memecahkan masalah
dengan berdoa (pasien
beragama islam)

11) SAFERY PROTECTION

Alergi Tidak ada riayat alergi


Penyakit autoimun Tidak ada gangguan autoimun

Tanda infekci Tidak ada tanda infeksi


Gangguan termogulasi Tidak ada gangguan pada
termogulasi
Gangguan/resiko Resiko jatuh dengan skor 20
menggunakan metode Morse
12) COMFORT
Kenyamanan nyeri

Provokes -
Quality -
Region -
Scale -
Time -

13) GROWTH/DEVELOPMENT
Pertumbuhan dan Perkembangan : pasien dewasa pertumbuhan dan
perkembangan tidak terkaji

Pengkajian Dengan Pendekakan Teori Henderson

14 Kebutuhan Dasar Manusia

a) Bernafas
Sebelum sakit : Pasien bernafas normal.
Ketika sakit : Pasien bernafas lebih cepat karena sesak.
b) Makan dan Minum
Sebelum sakit : Pasien makan sehari tiga kali.
Ketika sakit : Nafsu makan klien menurun karena pada saat makan, klien
merasa mual dan ingin muntah. Namun masih ada keinginan untuk minum.
c) Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB dan BAK normal dan tidak ada keluhan, dan
berkeringat ketika melakukan aktivitas.
Ketika sakit : Klien lebih sering BAK dan BAB I kali sehari
d) Mobilisasi
Sebelum sakit : Pasien dapat berdiri dan berjalan sendiri tanpa menggunakan
alat bantu apapun.
Ketika sakit : Pasien merasa lemas dan lemah sehingga tidak kuat menopang
tubuhnya sendiri.
e) Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Pasien tidur dan istirahat dengan tenang dan nyenyak.
Ketika sakit : Pasien susah tidur karena merasakan sesak dan sakit kepala.
f) Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien memilih dan memakai pakaian yang disukainya
sendiri.
Ketika sakit : Pasien tidak bisa memakai pakaian sendiri karena tubuhnya
terlalu lemas.
g) Suhu Tubuh
Sebelum sakit : Suhu tubuh Pasien normal normal 36.5
Ketika sakit : Suhu tubuh Pasien normal 36,6
h) Kebersihan Tubuh
Sebelum sakit : Pasien membersihkan dirinya sendiri (mandi), dan
membersihkan lingkungan di sekitarnya.
Ketika sakit : Selama sakit, Pasien tidak bisa mandi sendiri. Pasien tidak
mandi, hanya dilap saja badannya.
i) Menghindari Bahaya
Sebelum sakit : Pasien dapat menjaga dirinya sendiri dari bahaya yang
mungkin menghampirinya.
Ketika sakit : Selama sakit, Pasien tidak berdaya karena terlalu lemas. Oleh
karena itu, klien dirawat dan dijaga oleh keluarganya.
j) Berkomunikasi
Sebelum sakit : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
Ketika sakit : Kemampuan berkomunikasi Pasien masih baik.
k) Bekerja
Sebelum sakit : Pasien berangkat berjualan setiap hari. Berangkat jam 7 pagi
dan pulang jam 3 sore.
Ketika sakit : Pekerjaan Pasien terhanti karena kondisi klien yang tidak
memungkinkan.
l) Bermain
Sebelum sakit : Pasien jarang berlibur bersama dengan keluarganya.
Ketika sakit : Pasien hanya beraktivitas di atas tempat tidur.
m) Spiritual
Sebelum sakit : Pasien beribadah secara rutin setiap hari.
Ketika sakit : Pasien beribadah dan berdo’a di atas tempat tidur sambil tiduran
atau sambil duduk.
n) Belajar
Sebelum sakit : -
Ketika sakit : Pasien belajar sesuatu yang baru dengan bertanya kepada
perawat yang merawatnya.

C. Catatan Perkembangan
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmetis
Senin , 14 Desember 2020

JAM 10.00 12.00


TD 140/90 140/80
NADI 80 72
TTV
RR 24 24
SUHU 36,6 36.6
EYE 4 4
GCS VERBAL 5 5
MOTORIK 6 6
Selasa, 15 Desember 2020

JAM 09.30 12.00


TD 140/80 140/90
NADI 77 80
TTV
RR 22 22
SUHU 36,8 36.8
EYE 4 4
GCS VERBAL 5 5
MOTORIK 6 6

Data penghitungan balance cairan


Senin, 14 Desember 2020
07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00
JAM
Infus 200 300
Makan 200
INPUT
Minum 100 100

Urine 200 200 400


OUTPUT
Cairan
NGT
Input : 1000
BALANCE/
Total Output :800
6 jam
+200

D. Data Laboratorium dan Penumjang Lain


Laboratorium : 14 Desember 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Interpretasi
Leukosit 7.9 3,6-11,0 10^3/Ul Normal
Eritrosit 3.10 4,2-5,4 10^6/Ul Rendsh
Hemoglobin 9.6 11,7-15,5 g/dL Rendah
Hematokrit 28.8 35-47 % Rendah
MCV 90.6 80-100 fL Rendah
MCH 30.2 26-34 Pg Normal
MCHC 33.2 32-36 % Normal
Trombosit 231 150-400 10^3/Ul Normal
RDW-CV 16.8 11,5-14,5 % Tinggi
RDW-SD 53.0 35-47 fL Tinggi
PDW 12.0 9,0-13.0 fL Normal
MPV 10.9 6,8-10.0 fL Tinggi
P-LCR 16.8 % Normal

Foto Thoraks : 13 Desember 2020


Kesan :
- Cardiomegaly (LV, LA)
- Pulmo : edema pulmo
- Efusu pleura kanan
- Tampak double lumen cath kanan
DAFTAR MASALAH

No Tgl/ Data Fokus Mslh Kep Etiologi Ttd.


Jam Perawat
1 14 Data subjektif Pola nafas Hambatan upaya Nova
Des tidak efektif nafas
 Pasien
2020 (D.0005)
mengatakan
10.00
sesak napas dan
sulit bernafas
Data Objektif :
 Pasien
terpasang O2
nasal kanus 3
L/menit
 TTV :
TD : 140/90
mmHg
Nadi : 87 x/
menit
Suhu : 36,60 C
RR : 24x/
menit

2 14 Data subjektif Intoleransi Ketidakseimbangan Nova


Des Aktivitas antar suplai dan
 Pasien
2020 (D.0056) kebutuhan oksigen
mengeluh
10.00
lemas dan
pusing
Data objektif
 Pasien
berbaring
ditempat tidur
 ADL dibantu
keluarga
 TD 140/90
mmHg
3 14 Data subjektif Gangguan Sesak nafas Nova
Des Pola Tidur
 Pasien
2020 (D.0055)
mengatakan
10.00
kesulitan tidur
dan tidak
nyenyak
karena sesak
Data objektif
 Pasien tampak
lemah
 Pasien tampak
pucat

2. Diagnosa Keperawatan

a. (D0005) Pola Nafas Tidak Efektif b.d hambatan upaya nafas


b. (D.0056) Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antar suplai dan
kebutuhan oksigen
c. (D.0055) Gangguan Pola Tidur b.d sesak nafas

3. Perencanaan dengan Evidence Based

Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (SL (SIKI)
KI)
Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
efektif (D.0005) intervensi keperawatan (I.01011)
selama 3 x 24 jam, Observasi
diharapkan pola nafas a. Monitor pola nafas
efektif membaik (frekuensi, kedalaman,
Dengan kriteria hasil : usaha nafas)
a. dispnea menurun b. Monitor bunyi nafas
b. penggunaan otot banti tambahan
napas menurun Terapeutik
c. pemanjangan fase a. Posisikan semi fowler atau
ekspirasi menurun fowler
d. frekuensi nafas b. Berikan oksigen
membaik Edukasi
e. kedalaman nafas a. Anjurkan asupan cairan
menbaik b. Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Edukasi Nutrisi (I.12395)
b.d tindakan keperawatan Observasi
ketidakseimbangan 3x24 jam tingkat a. Identifikasi gangguan fungsi
antar suplai dan keletihan menurun tubuh yang mengakibatkan
kebutuhan oksigen membaik kelelahan
(D.0056) Dengan kriteri hasil : b. Monitor kelelahan fisik dan
a. verbalisasi kepulihan emosional
energi meningkat c. Monitor pola dan jam tidur
b. tenaga menngkat d. Monitor lokasi dan
c. kemampuan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
rutin meningkat Terapeutik
d. sakit kepala menurun a. Sediakan lingkungan
e. frekuansi nafas nyaman dan rendah
menurun stimulus
f.pola nafas membaik b. Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
c. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
c. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
meningkatkan asupan makanan
Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur (I.09265)
Tidur ((D.0055) intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam, a. Identifikasi pola aktivitas
diharapkan pola tidur dan tidur identifikasi
membaik toleransi fisik melakukan
Dengan kriteri hasil : pergerakan
a. keluhan sulit tidur b. Identifkasi faktor
menurun pengganggu tidur
b. keluhan sering terjaga (fisikdan atau psikologis)
menurun c. Identifikasi obat tidur
c. keluhan tidak puas tidur yang dikonsumsi
menurun Terapeutik
d. keluhan pola tidur a. Modifikasi lingkungan
berubah menurun (mis. pencahayaan,
e. keluhan istirahat tidak kebisingan, suhu, dan
cukup menurun tempat tidur
f. kemampuan b. Batasi waktu tidur siang
beraktifivtas meningkat c. Tetapkan jadwan tidur
rutin
d. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan (misal pijat,
pengaturan posisi)
Edukasi
a. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
b. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
c. Anjurkan makanan
/minuman yang
mengganggu tidur
d. Ajarkan relaksasi otot
autogenig atau cara
nonfarmakologi laonnta
Evidance Based Practice
Terapi Musik Intrumental
Implementasi

Hari Pertama

Tgl/ SDKI SIKI Tindakan Keperawatan Respon Ttd.


Jam Perawat
14 Des Pola Nafas Tidsk Efektif Manajemen Jalan Nafas 09.05 WIB Pasien Nova
2020 Kategori : fisiologis Subkategori : (I.01011) Memberikan injeksi mengatakan
respirasi Observasi obat merasa sesak
Definisi : Inspirasi san/atau ekspirasi a. Monitor pola nafas Furosemid 20 ml/24 nafas jika tidak
yang tidak memberikan ventilasi adekuat (frekuensi, kedalaman, jam memakai
Penyebab : usaha nafas) Asam Folat 400 mg/8 oksigen
- depresi pusat pernafasan b. Monitor bunyi nafas jam Pasien
- hambatan upaya nafas tambahan Theophyline 500ml/8 mengatakan
- depornitas dinding dada Terapeutik jam merasa nyaman
- deformitas tulang dada a. Posisikan semi fowler atau Calos 500 mg/12 kam setelah
- gangguan neurologis fowler Captripil 12,5 mg/12 menggunakan
- imaturasi neurologis b. Berikan oksigen jam oksigen
- penurunan energi Edukasi
Gejala dan Tanda Miyor a. Anjurkan asupan cairan 10.00 WIB
S : dispnea b. Ajarkan batuk efektif Memepertahankan tirah
O: Kolaborasi baring dan posisi yang
- penggunaan otot bantu pernafasan Kolaborasi pemberian nyaman dan
- fase ekspirasi memanjang bronkodilator meninggikan tempat
- pola nafas abnormal tidur area kepala
Gejala dan Tanda Minor dengan 30º dan
S : ortopnea memasang pelindung
O: samping tempat tidur
- pernafasan pursed-lip agar tidak terjatuh
- pernafasan cuping hidung
- tekanan eks[irasi menurun 10.10WIB
- tekanan inspirasi menurun Mengajarkan teknik
Kondisi Klinis Terkait : relaksasi yaitu dengan
- depresi sistem saraf pusat teknik nafas dan
- cedera kepala ditraksi, dan terapi O2
- trauma thoraks
- stroke
14 Des Inteloransi Aktivitas Edukasi Nutrisi (I.12395) 10.20 Pasien Nova
2020 Kategori : fisiologis Observasi Menyediakan kooperatif dan
Subkategori : aktivitas/istirahat a. Identifikasi gangguan lingkungan yang mau diajak
Definisi : fungsi tubuh yang nyaman bagi pasien berbicara sertan
Ketidakcukupan energy untuk mengakibatkan kelelahan dengan membatasi menceritakan
melakukan aktivitas sehari-hari b. Monitor kelelahan fisik pengunjung dan pasien kehodupannya
Kondisi Klinis Terkait : dan emosional hanya dijaga oleh satu sebelum sakit
- ketidkseimbangan antara suplai dan c. Monitor pola dan jam anggota keluarga
kebutuhan oksigen tidur
- tirah baring d. Monitor lokasi dan Menberikan aktifitas
- kelemahan ketidaknyamanan selama distraksi yaitu
- imobilitas melakukan aktivitas mengajak pasien
- gaya hidup monoton Terapeutik berbincang-bicang dan
Gejala dan Tanda Mayor a. Sediakan lingkungan membicarakan hal-hal
S : mengeluh lelah nyaman dan rendah yang menyenangkan
O : frekuensi jantung meningkat > 20% stimulus
kondisi istirahat b. Berikan aktivitas distraksi Menanjurkan pasien
Gejala dan Tanda Minor yang menyenangkan untuk tirah baring dan
S: c. Fasilitasi duduk di sisi melakukan aktivitas
- dyspnea saat/setelah aktivitas tempat tidur, jika tidak ringan dan secara
- merasa tidk nyaman setelah dapat berpindah atau bertahap
beraktivitas berjalan
- merasa lemah Edukasi
O: a. Anjurkan tirah baring
- TD berubah > 20% dari kondisi b. Anjurkan melakukan
istirahat aktivitas secara bertahap
- gambaran EKG menunjukan aritmia c. Ajarkan strategi koping
saat/setelah aktivitas untuk mengurangi
- Gambaran EKG mennjukan iskemia kelelahan
- sianosis Kolaborasi
Kondisi Klinis Terkait Kolaborasi dengan ahli gizi
- anemia tentang cara meningkatkan
- gagal jantung kongestif meningkatkan asupan
- penyakit jantung koroner makanan
- aritmia
- PPOK
- Gangnuan metabolik
- Gangguan muskuloskeletal
14 Des Gangguan Pola Tidur Dukungan Tidur (I.09265) 10.40 Pasien Nova
2020 Kategori : Fisiologis Observasi Menjelaskan kooperatif dan
Subkategori : Aktivitas/istirahat a. Identifikasi pola aktivitas pentingnya tidur yang menjelaskan
Definisi : Ganggnuan kualitas dan dan tidur identifikasi adekuat selama sakit kegiatan sebelun
kuantitas waktu tidr akibat faktor toleransi fisik melakukan tidur serta
eksternal pergerakan Membantu pasien untuk menikmati terapi
Penyebab : b. Identifkasi faktor mengidentifikasi faktor- musik yang
- hambatan lingkungan pengganggu tidur faktor yang mungkin diberikan
- kurang kontrol tidur (fisikdan atau psikologis) menyebabkan kurang
- kurang privasi c. Identifikasi obat tidur tidur
- restraint fisik yang dikonsumsi
- ketiadaan teman tidur Terapeutik Memberikan atau
- tidak familiar dengan peralatan tidur a. Modifikasi lingkungan melakukan tindakan
Gejala dan tanda mayor (mis. pencahayaan, kenyamanan terapi
S: kebisingan, suhu, dan musik instrumental
- mengeluh sulit tidur tempat tidur
- mengeluh sering terjaga b. Batasi waktu tidur siang
- mengeluh tidak puas tidur c. Tetapkan jadwan tidur
- mengeluh pola tidur berubah rutin
- mengeluh istirahat tidsk cukup d. Lakukan prosedur untuk
O:- meningkatkan
Gejala dan tanda minor kenyamanan (misal pijat,
S : mengeluh kemampuan beraktivitas pengaturan posisi)
menurun Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur
O:- cukup selama sakit
Kondisi Klinis Terkait b. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- nyeri/kolik c. Anjurkan makanan
- hipertiroidisme /minuman yang
mengganggu tidur
- kecemasan d. Ajarkan relaksasi otot
- PPOK autogenig atau cara
nonfarmakologi laonnta
- kehamilan Evidance Based Practice
- kondisi pasca operasi Terapi Musik Instrumental
Hari Kedua

Tgl/ SDKI SIKI Tindakan Keperawatan Respon Ttd.


Jam Perawat
15 Pola Nafas Tidsk Efektif Manajemen Jalan Nafas 09.05 WIB Pasien Nova
Des Kategori : fisiologis (I.01011) Memberikan injeksi obat mengatakan
2020 Subkategori : respirasi Observasi Furosemid 20 ml/24 jam sesak nafas
Definisi : Inspirasi san/atau a. Monitor pola nafas (frekuensi, Asam Folat 400 mg/8 jam sudah hilang
ekspirasi yang tidak kedalaman, usaha nafas) Theophyline 500ml/8 jam dan pasien
memberikan ventilasi adekuat b. Monitor bunyi nafas tambahan Calos 500 mg/12 kam marasa nyaman
Penyebab : Terapeutik Captripil 12,5 mg/12 jam setelah
- depresi pusat pernafasan a. Posisikan semi fowler atau dilakukan
- hambatan upaya nafas fowler 10.00 WIB kemodialisa
- depornitas dinding dada b. Berikan oksigen Memepertahankan tirah san diberikan
- deformitas tulang dada Edukasi baring dan posisi yang terapi obat
- gangguan neurologis a. Anjurkan asupan cairan nyaman dan meninggikan
- imaturasi neurologis b. Ajarkan batuk efektif tempat tidur area kepala
- penurunan energi Kolaborasi dengan 30º dan memasang
Gejala dan Tanda Miyor Kolaborasi pemberian pelindung samping tempat
S : dispnea bronkodilator tidur agar tidak terjatuh
O:
- penggunaan otot bantu 10.10WIB
pernafasan Menganjurkan pasien
- fase ekspirasi memanjang melakakukan teknik
- pola nafas abnormal relaksasi yaitu dengan
Gejala dan Tanda Minor teknik nafas dan mecari
S : ortopnea posisi yang nyaman jika
O: sesak nafas timbul
- pernafasan pursed-lip
- pernafasan cuping hidung
- tekanan eks[irasi menurun
- tekanan inspirasi menurun
Kondisi Klinis Terkait :
- depresi sistem saraf pusat
- cedera kepala
- trauma thoraks
- stroke
15 Inteloransi Aktivitas Edukasi Nutrisi (I.12395) 10.20 Pasien Nova
Des Kategori : fisiologis Observasi Menyediakan lingkungan mengatakan
2020 Subkategori : aktivitas/istirahat e. Identifikasi gangguan fungsi yang nyaman bagi pasien sudah mulai
Definisi : tubuh yang mengakibatkan dengan membatasi memeliki
Ketidakcukupan energy untuk kelelahan pengunjung dan pasien energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari f. Monitor kelelahan fisik dan hanya dijaga oleh satu melakukan
Kondisi Klinis Terkait : emosional anggota keluarga aktvitas ringan
- ketidkseimbangan antara g. Monitor pola dan jam tidur secara mandiri
suplai dan kebutuhan oksigen h. Monitor lokasi dan Menberikan aktifitas
- tirah baring ketidaknyamanan selama distraksi yaitu mengajak
- kelemahan melakukan aktivitas pasien berbincang-bicang
- imobilitas Terapeutik dan membicarakan hal-hal
- gaya hidup monoton d. Sediakan lingkungan nyaman yang menyenangkan
Gejala dan Tanda Mayor dan rendah stimulus
S : mengeluh lelah e. Berikan aktivitas distraksi Menanjurkan pasien untuk
O : frekuensi jantung meningkat yang menyenangkan tirah baring dan melakukan
> 20% kondisi istirahat f. Fasilitasi duduk di sisi tempat aktivitas ringan dan secara
Gejala dan Tanda Minor tidur, jika tidak dapat bertahap
S: berpindah atau berjalan
- dyspnea saat/setelah aktivitas Edukasi
- merasa tidk nyaman setelah d. Anjurkan tirah baring
beraktivitas e. Anjurkan melakukan aktivitas
- merasa lemah secara bertahap
O: f. Ajarkan strategi koping untuk
- TD berubah > 20% dari mengurangi kelelahan
kondisi istirahat Kolaborasi
- gambaran EKG menunjukan Kolaborasi dengan ahli gizi
aritmia saat/setelah aktivitas tentang cara meningkatkan
- Gambaran EKG mennjukan meningkatkan asupan makanan
iskemia
- sianosis
Kondisi Klinis Terkait
- anemia
- gagal jantung kongestif
- penyakit jantung koroner
- aritmia
- PPOK
- Gangnuan metabolik
- Gangguan muskuloskeletal
15 Gangguan Pola Tidur Dukungan Tidur (I.09265) 10.40 Pasien
Des Kategori : Fisiologis Observasi Memberikan serta mengatakan
2020 Subkategori : d. Identifikasi pola aktivitas manganjurkan pasien untuk tidur sudah
Aktivitas/istirahat dan tidur identifikasi mendengarkan terapi musik mulai nyenyak
Definisi : Ganggnuan kualitas toleransi fisik melakukan Instrumental jika mengalmi karena tidak
dan kuantitas waktu tidr akibat pergerakan kesulitan tidur merasakan
faktor eksternal e. Identifkasi faktor sesak nafas
Penyebab : pengganggu tidur (fisikdan
- hambatan lingkungan atau psikologis)
- kurang kontrol tidur f. Identifikasi obat tidur yang
- kurang privasi dikonsumsi
- restraint fisik Terapeutik
- ketiadaan teman tidur e. Modifikasi lingkungan (mis.
- tidak familiar dengan pencahayaan, kebisingan,
peralatan tidur suhu, dan tempat tidur
Gejala dan tanda mayor f. Batasi waktu tidur siang
S: g. Tetapkan jadwan tidur rutin
- mengeluh sulit tidur h. Lakukan prosedur untuk
- mengeluh sering terjaga meningkatkan kenyamanan
- mengeluh tidak puas tidur (misal pijat, pengaturan
- mengeluh pola tidur berubah posisi)
- mengeluh istirahat tidsk Edukasi
cukup e. Jelaskan pentingnya tidur
O:- cukup selama sakit
Gejala dan tanda minor f. Anjurkan menepati
S : mengeluh kemampuan kebiasaan waktu tidur
beraktivitas menurun g. Anjurkan makanan
/minuman yang mengganggu
O:- tidur
Kondisi Klinis Terkait h. Ajarkan relaksasi otot
autogenig atau cara
- nyeri/kolik nonfarmakologi laonnta
- hipertiroidisme Evidance Based Practice
Terapi Musik Instrumental
- kecemasan
- PPOK
- kehamilan
- kondisi pasca operasi
Evaluas

Kode Tgl SOAP Ttd.


Dx Perawat
Kep
0077 15 S Nova
Des Pasien mengatakan sesak nafas sudah hilang dan pasien
2020 marasa nyaman setelah dilakukan kemodialisa san
diberikan terapi obat
O
Pasien tampak nyaman
Pola nafas membaik
RR 22x/menit
A
Masalah teratasi
P
Intervensi dihentikan
Paien diperbolehkan pulang
0021 15 S Nova
Des Pasien mengatakan sudah mulai memeliki energi untuk
2020 melakukan aktvitas ringan secara mandiri
O
Pasien tampak senang
Pasien tidak mengeluh lemas
A
Masalah teratasi
P
Intervensi dihentikan
Paien diperbolehkan pulang
0054 15 S Nova
Des Pasien mengatakan tidur sudah mulai nyenyak karena
2020 tidak merasakan sesak nafas
O
Pasien tampak senang
A
Masalah teratasi
P
Intervensi dihentikan
Paien diperbolehkan pulang
BAB II

PEMBAHASAN

1. Aplikasi Teori Henderon dalam Asuhan Keperawatan


Harmer dan Henderson (1995, dalam Potter, 2005 : 274) mengemukakan
teori keperawatan Virginia Henderson mencakup seluruh kebutuhan dasar
seorang manusia. Henderson (1964, dalam Potter, 2005 : 274) mendefinisikan
keperawatan sebagai membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam
melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan
penyembuhannya, dimana individu tersebut akan mampu mengerjakanya tanpa
bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan.
Hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya
secepat mungkin.9
Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Virginia Henderson
1. Bernafas secara normal.
2. Makan dan minum dengan cukup.
3. Membuang kotoran tubuh.
4. Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
5. Tidur dan istirahat.
6. Memilih pakaian yang sesuai.
7. Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian
dan mengubah lingkungan.
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integument.
9. Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan,
rasa takut atau pendapat.
11. Beribadah sesuai dengan keyakinan.
12. Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
13. Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
14. Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
Henderson (1964, dalam Potter, 2005) menyebutkan keempat belas
kebutuhan dasar manusia diatas dapat diklasifikasikan menjadi empat komponen,
yaitu komponen biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual. Kebutuhan dasar
pada poin 1-9 termasuk komponen kebutuhan biologis. Pada poin 10 dan 14
termasuk komponen kebutuhan psikologis. Lalu pada poin 11 termasuk
komponen spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan
sosiologis.9
Dalam konsep teori model keperawatan Virgina Henderson meperlihatkan
14 unsur fungsi keperawatan dapat dikategorikan Sembilan unsur pertama
mengandung unsur psikologis, unsur ke 10 dan 14 mengandung unsur spiritual
dan moral, unsur ke 12 dan ke 13 mengandung unsur sosial yang berorientasi
pada pekerjaan dan rekreasi. Henderson berpendapat bahwa manusia memiliki
kebutuhan dasar sebagaimana yang terdapat dalam 14 unsur tersebut diantaranya
terdapat kebutuhan istirahat dan tidur.10
Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan dasar pasien
berdasarkan 14 komponen di atas. Dalam mengumpulkan data, perawat
menggunakan metode observasi, indra penciuman, peraba, dan pendengaran.
Setalah data terkumpul, perawat menganalisis data tersebut dan
membandingkannya dengan pengetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisis
tersebut menentukan diagnosis keperawatan yang akan muncul. Diagnosis
keperawatan, menurut Henderson, dibuat dengan mengenali kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhannya dengan atau tanpa bantuan serta dengan
mempertimbangkan kekuatan atau pengetahuan yang dimiliki individu.10
Tahap perencanaan, menurut Henderson, meliputi aktivitas penyusunan
rencana perawatan sesuai kebutuhan individu, termasuk di dalamnya perbaikan
rencana jika ditemukan adanya perubahan-serta dokumentasi bagaimana perawat
membantu individu dalam keadaan sakit atau sehat. Selanjutnya, pada tahap
implementasi, perawat membantu individu memenuhi kebutuhan dasar yang
telah disusun dalam rencana perawatan guna memelihara kesehatan individu,
memulihkannya dari kondisi sakit, atau membantunya meninggal dalam damai.
Intervensi yang diberikan perawat sifatnya individual, bergantung pada prinsip
fisiologis, usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional, dan
kemampuan intelektual serta fisik individu. Tarakhir, perawat mengevaluasi
pencapaian kriteria yang diharapkan dengan menilai kemandirian pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Model keperawatan ini juga menjelaskan bahwa
tugas perawat adalah membantu individu dengan meningkatkan kemandiriannya
secepat mungkin serta membantu individu yang sehat maupun sakit
melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan
individu.11
Dalam konsep teori model keperawatan Virgina Henderson meperlihatkan
14 unsur fungsi keperawatan dapat dikategorikan Sembilan unsur pertama
mengandung unsur psikologis, unsur ke 10 dan 14 mengandung unsur spiritual
dan moral, unsur ke 12 dan ke 13 mengandung unsur sosial yang berorientasi
pada pekerjaan dan rekreasi. Henderson berpendapat bahwa manusia memiliki
kebutuhan dasar sebagaimana yang terdapat dalam 14 unsur tersebut diantaranya
terdapat kebutuhan istirahat dan tidur.10

2. Perbandingan Asuhan Keperawatan Antar Kasus


Fenomena kasus ini yang ada di Ruang Mawar hanya ada satu pasien yang
ditemukan dalam waktu seminggu. Asuhan keperawatan hanya dilakukan pada
satu pasien saja yaitu pada Ny. S. Sehingga, tidak ada perbandingan asuhan
keperawatan antar kasus.
3. Pembahasan Aplikasi Evidence Based Practice
Dalam kasus ini penulis mengambi aplikasi Evidence Based Practice dari
jurnal keperawatan tehnik mendengarkan musik instrumental dalam mengatasi
gangguan pola tidur pada pasien CKD. Musik instrumental sendiri dapat
merangsang pasien kedalam keadaan rileks dimana kondisi ini timbul dari
adanya rangsangan dari suara musik instrumental yang dihantarkan melalui
canalis auditorius kemudian dihantar ke thalamus sehingga memori dari sistem
limbic aktif secara otomatis mempengaruhi saraf otonom yang disampaikan ke
thalamus dan kelenjar hipofisis dan muncul respon terhadap emosional memalui
feedback ke kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran hormone stress
sehingga dapat menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis serta kecemasan,
denyut jantung, laju pernafasan, dan tekanan darah yang berkontribusi pada
perbaikan kualitas tidur.12
Musik bermanfaat untuk membantu pasien yang mengalami gangguan dan
insomnia. Terapi musik dipercaya lebih efektif memberikan kenyamanan dan
menurunan cemas. Musik juga dapat digunakan sebagai latar belakang relaksasi
seperti nafas ritmik untuk membantu seseorang menjadi rileks. Seperti
mengurangi kecemasan stress dan menurunkan nyeri fisiologis. Terapi musik
membuat otak melepaskan zat dopamine (hormon terkait dengan sistem otak,
memberikan perasaan kenikmatan dan penguatan untuk memotivasi seseorag
secara proaktif melakukan kegiatan tertentu. Kondisi nyaman, tenang dan rileks
tersebut akan membuat lansia memiliki keinginan untuk tidur. Seseorang akan
tertidur ketika seseorang tersebut merasa nyaman dan rileks. Kondisi seperti
inilah yang menjadi kebutuhan tidur bagi lansia, sehingga lansia tidak mengalami
kesulitan untuk tidur.13
Pada fenomena kasus yang dilakukan pemberian musik yang digunakan
yaitu musik instrumental dimana musik instrumental merupakan aransemen dari
berbagai jenis alat musik termasuk bunyi-bunyian alam dimana sifatnya lebih ke
universal sehingga bisa didengarkan di semua daerah. Tingkat insomnia pada
pasien ada perubahannya sedikit, dimana pasien lebih tenang dan merasa rileks
dan lebih terasa terhibur sehingga pasien tidak merasa bosan. Pengaruh Terapi
Musik Instrumental Terhadap Insomnia Pada pasien dengan gangguan
tidur, maka terdapat kesesuaian dengan teori yang menyatakan musik dalam
mempengaruhi kebutuhan tidur karena musik menyebabkan tubuh menghasilkan
hormon beta-endorfin. Ketika mendengar suara musik yang indah maka hormon
“kebahagiaan” (betaendorfin) akan berproduksi. Terapi musik membuat perasaan
rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan
kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna.
Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh
akan mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon
tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran. Musik pada dasarnya
dapat membuat relaksasi dan membawa efek menenangkan otak.13
Musik dapat menurunkan insomnia, dengan mendengarkan musik yang
bersifat universals seseorang akan merasa nyaman, menyenangkan dan membuat
rileks sehingga tubuh akan lebih bertenaga dan merasa fres. Musik instrumental
merupakan aransemen dari berbagai alat musik dan terdapat bunyi-bunyian alam.
Musiknya lambat dan rileks tidak terlalu cepat sehingga lansia merasa tenang dan
nyaman. Musik bisa membuat seseorang merasa bahagia, sehingga ini bisa
digunakan untuk salah satu cara untuk menurunkan tingkat insomnia pada pasien
dengan gangguan tidur.14

4. Pembahasan Reflective Practice


Pada diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas
diberikan terapi musik tidak ditemukan kendala dalam penerapannya.
Penentuan musik yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
keinginan pasien. Sehingga pasien dapat memilih music instrumental yang
disukai, agar pelaksanaan terapi musik menjadi lebih efektif.
Terapi musik untuk mengatasi gangguan tidur dan gangguan rasa nyaman
yang timbul akibat gejala penyakit dapat di aplikasikan di Rumah Sakit RAA
Soewondo Pati karena dapat dilakukan dengan mudah dan aman di ruangan.
Intervensi ini dapat diaplikasikan pada pasien dengan kesulitan tidur akibat
sesak nafas dan disertai dangan pemberian terapi oksigen. Gangguan pola tidur
tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, akan tetapi terapi non farmakologi ini
cukup dapat membantu memberiakan kenyamanan dan membuat pasien rileks.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan
penanganan seumur hidup. Fenomena yang terjadi banyak klien yang
keluar masuk Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis. Oleh
karena itu, peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien CKD, serta diharapkan tidak hanya terhadap
keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien.
b. Teori keperawatan yang diambil adalah teori 14 Kebutuhan Dasar
Henderson.
b. Pada asuhan keperawatan pasien ditemukan beberapa diagnosa yaitu, pola
nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas dan gangguan pola tidur.
c. Intervensi keperawatan dengan pemberian terapi musik instrumental dapat
diaplikasikan pada pasien dengan kesulitan tidur akibat sesak nafas dan
disertai dangan pemberian terapi oksigen. Gangguan pola tidur tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya, akan tetapi terapi non farmakologi ini cukup
dapat membantu memberiakan kenyamanan dan membuat pasien rileks.

2. Saran
Intervensi sesuai evidence based practice adalah dengan pemberian
terapi music intrumental, diharapakan dengan intervensi tersebut dapat
meningkatkan kualitas tidur pasien. Serta dengan adanya pembuatan laporan
asuhan keperawatan dengan menggunakan evidence based ini diharapkan
perawat diruangan dapat menerapkan prinsip envidance based dan reflective
practice yang sesuai dengan keilmuan, demi tercapai pelayanan kepada pasien
yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes Rjjkr. Infodatin: Situasi Penyakit Ginjal Kronis. 2017.


2. Sagala Dsp And Sitompul Mrajjiki. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Aktifitas Sehari-Hari Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Mengalami
Hemodialisa Di Rsu Ipi Medan Tahun 2018. 2019; 5: 547-555.
3. Kurniawan St, Andini Is And Agustin Wrjjkkh. Hubungan Self Efficacy
Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rsud Sukoharjo. 2019: 1-7.
4. Purwati Sjjkg. Analisa Faktor Risiko Penyebab Kejadian Penyakit Gagal
Ginjal Kronik (Ggk) Di Ruang Hemodialisa Rs Dr. Moewardi. 2018; 3.
5. Lilipory, M. (2019). Kecemasan Dan Kualitas Tidur Berhubungan Dengan
Lama Menjalani Hemodialisa Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Moluccas
Health Journal, 1(1).
6. Handayani, R. S., & Rahmayati, E. (2017). Faktor Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney Disease (Ckd) Yang
Menjalani Hemodialisis. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 9(2), 238-245.
7. Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan: Keperawatan (Vol. 1).
Ummpress.
8. Aulia, A. R. (2019). Hubungan Kesehatan Spiritual Dengan Hipertensi Pada
Lansia Dengan Pendekatan Teori Keperawatan Virginia Henderson (Studi Di
Rw 02 Kelurahan Ngaglik, Kota Batu) (Doctoral Dissertation, University Of
Muhammadiyah Malang).
9. Afiah, D. I. D. (2019). Gambaran Masalah Kebutuhan Dasar Fisiologis
Manusia Berdasarkan Teori Virginia Henderson Yang Dialami Pada Pasien
Penyakit Jantung Koroner Di Rsud Dr. Saiful Anwar Kota Malang (Doctoral
Dissertation, University Of Muhammadiyah Malang).
10. Nuryati, S., Rodiyah, R., & Affandi, M. I. A. (2017). Pengaruh Terapi Musik
Instrumental Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Upt Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Jombang: The Effect Of Instrumental Music Therapy To Insomnia
For Elderly People At Upt Social Service Of Tresna Werdha Of
Jombang. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal Of Nursing), 3(2),
52-58
11. Saragih, G., & Lestari, S. W. (2020). Pengaruh Terapi Musik Keroncong
Terhadap Kejadian Insomnia Pada Lanjut Usia Di Panti Jompo Guna Budi
Bakti Belawan Tahun 2020. Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda, 6(2), 69-76.
12. Laily, E. I., Juanita, J., & Siregar, C. T. (2015). Efektifitas Pemberian Terapi
Musik Instrument Terhadap Kualitas Tidur Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa. Idea Nursing Journal, 6(3), 45-50.
13. Nuryati, S., Rodiyah, R., & Affandi, M. I. A. (2017). Pengaruh Terapi Musik
Instrumental Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Upt Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Jombang: The Effect Of Instrumental Music Therapy To Insomnia
For Elderly People At Upt Social Service Of Tresna Werdha Of
Jombang. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal Of Nursing), 3(2),
52-58.
14. Nukha, K., Nengsih, N. A., & Saprudin, N. (2020, February). Perbandingan
Efektivitas Aromaterapi Lavender Dengan Musik Pop Terhadap Kualitas
Tidur Anak Yang Menjalani Hospitalisasi. In National Nursing
Conference (Vol. 1, No. 1, Pp. 18-18).

Anda mungkin juga menyukai