Disusun oleh :
NIM : P1337420819013
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi
darah dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan
keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium,
potasium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi hormon dan enzim yang
membantu dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah
dan menjaga tulang tetap kuat. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan
masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalens dan insidens gagal
ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi.
Prevalensi CKD meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia
lanjut dan kejadian penyakit diabetes melitus serta hipertensi.1
Penyakit gagal ginjal kronis merupakan masalah kesehatan yang
berkembang pesat. Diperkirakan sekitar 11% atau 19,2 juta orang penduduk
Amerika Serikat mengalami gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronis
merupakan ancaman global terhadap populasi secara umum, khususnya bagi
negara-negara berkembang. Menurut data WHO tahun 2011 memperkirakan
secara global bahwa penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyebab utama
2
kematian diurutan ke-12 dan urutan ke 17 penyebab kecacatan. Data
Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa Gagal ginjal kronik masih menjadi
masalah besar di dunia.3 Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami
gagal ginjal kronik, sedangkan prevalensi gagal ginjal kronis berdasarkan
diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2.3 Angka kejadian penderita penyakit
gagal ginjal kronik di Indonesia sampai sekarang belum ada data yang akurat
dan lengkap, namun diperkirakan penderita gagal ginjal kronik kurang lebih
50 orang per satu juta penduduk.4
Salah satu pilihan terapi untuk pasien CKD adala hemodialisis. 5
Hemodialisis dilakukan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia, seperti kelebihan ureum, kreatinin,
asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semipermeabel. Pasien CKD
menjalani proses hemodialisis sebanyak dua sampai tiga kali seminggu,
dimana setiap kali hemodialis rata-rata memerlukan waktu antara empat
sampai lima jam. Hemodialisis dipercaya dapat meningkatkan survival atau
bertahan hidup pasien CKD. Kemampuan bertahan hidup penderita CKD
yang menjalani hemodialisis dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat
keparahan penyakit yang dialami, kondisi berbagai sistem tubuh yang
terganggu oleh racun akibat CKD, pengaturan intake cairan dan makanan,
sampai kepatuhan mengikuti jadwal hemodialisis.6
Berbagai masalah pasien yang ditimbulkan akibat sebelum maupun
sesudah hemodialisa yang menyebabkan gangguan rasa nyaman, sesak nafas,
pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat,gangguan pola tidur,serta kecemasan.
Oleh karena itu perlu tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis. Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan perawatan
dan penanganan seumur hidup. Fenomena yang terjadi banyak klien yang
keluar masuk Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis. Oleh
karena itu, peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien CKD, serta diharapkan tidak hanya terhadap
keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien.4
Sebagai perawat dituntut harus memiliki pendekatan dengan pasien
agar mendukung dalam proses memberikan pelayanan,maka dalam melayani
pasien terbentuklah suatu hubungan antara perawat dengan pasiennya.
Menurut Henderson, ada tiga tingkatan hubungan ketergantungan pasien
dengan perawat dari yang sangat bergantung hingga mendapatkan kembali
kemandirian pasien.diantaranya yaitu Perawat sebagai pengganti (substitute)
bagi pasien, Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien, Perawat sebagi
mitra (partner) bagi pasien. 7
Disaat seorang pasien dalam keadaan sakit maka ia akan mengalami
penurunan kekuatan fisik, kemampuan, atau kemauan pasien. Dan pada situasi
yang gawat disinilah perawat berperan untuk memenuhi kekurangan pasien
dan melengkapinya hingga masa gawatnya berlalu dan kemasa pemulihan.
Inilah yang disebut perawat sebagai pengganti (substitute), dan setelah
melewati masa tersebut maka seorang pasien akan berangsur-angsur
mendapatkan kemandiriannya kembali walaupun kemandirian sifatnya relatif
karena manusia adalah makhluk sosial atau tidak bisa hidup tanpa orang lain
dan kebutuhan tiap-tiap manusia berbeda. Disinilah peran perawat sebagai
penolong (helper) dalam berusaha mewujudkan kesehatan pasien
membantunya mendapatkan kembali kemandirianya. Sebagai mitra (partner)
perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana perawatan kesehatan
pasien walaupun mengalami dugaan yang berbeda tetap saja pasien memiliki
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi hanya saja kebutuhan dasar yang
dimaksud dipengaruh oleh kondisi patologis dan faktor lainnya seperti
lingkungan, usia,dan budaya.8
Definisi keperawatan menurut Henderson perawat berkaitan erat
dengan aplikasi penanganan kesehatan yang berinteraksi langsung denga
pasien dengan mengubah kondisi pasien dari yang semula tidak mampu atau
bergantung menjadi mandiri dengan menerapkan 14 komponen penanganan
perawatan. Dalam menjalankan fungsinya penanganan keperawatan didasari
oleh 14 kebutuhan dasar manusia (independence). Untuk membantu individu
yang sakit maupun sehat untuk mendapatkan kembali pemulihannya yang
tujuannya ialah kebebasan.7 Intervensi yang diberikan perawat sifatnya
individual, bergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar belakang budaya,
keseimbangan emosional, dan kemampuan intelektual serta fisik individu.
Perawat mengevaluasi pencapaian kriteria yang diharapkan dengan menilai
kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.8
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam mengatasi gangguan polas tidur
pasien, pada kasus ini akan diberikan tindakan berdasarkan evidence based
nursing yaitu terapi musik instrumental yang kemudian akan dipadukan
dengan teori keperawatan yaitu teori Henderson. Hal ini bermanfaat dalam
diharapkan dapat menurunkan keluhan yang pasien rasakan dan membantu
pasien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan di rumah sakit, serta
dapat digunakan sebagai bahan dokumentasi keperawatan.
2. Tujuan Umun
Mengetahui gambaran fenomena kasus asuhan keperawatan pasien
CKD di Ruang Mawar RSUD RAA Soewondo Pati.
3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah untuk memaparkan dan
melakukan pembahasan mengenai :
a. Pengkajian asuhan keperawatan pasien laparatomi.
b. Aplikasi teori Henderson dalam asuhan keperawatan keperawatan pasien
CKD.
c. Perbedaan asuhan keperawatan antar kasus CKD.
d. Hasil penerapan tindakan keperawatan berdasarkan evidence based
practice pada pasien CKD.
BAB II
FENOMENA KELOLAAN
2) NUTRITION
a. A (Antropometri)
BB biasanya : 50 kg dan BB sekarang : 45 kg
TB : 155 cm
IMT : 18,73 (kurus)
b. B (Biochemical) meliputi data : laboratorium abnormal
c. C (Clinical)
Rambut hitam sedikt beruban, bersih tidak berbau
Turgor kulit kering
Mukosa bibir kering dan pucat
Conjungtiva anemis
d. D (Diet))
k. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi Tidak terlihat adanya asites
Palpasi Adanya nyeri tekan pada abdomen
Auskultasi Terdengar suara bising usus 4x/menit
Perkusi Timpani
3) ELIMINASI
a. Sistem Urinaria
4) ACTIVITY/REST
a. Istirahat/Tidur
Pasien mengatakan kesulitan tidur dan tidak nyenyak karena sesak
b. Aktivitas
Pekerjaan Pedagang
ADL Sebagian kegiatan dibantu oleh keluarga
Bantual ADL Selama di Rumah Sakit, aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga, pasien tidak
melakukan aktifitas.
Kekuatan otot 5 5
5 5
Rom aktif
Resiko cidera Skor resiko jatuh yaitu 20 yaitu resiko ringan
c. Cardio respon
d. Pulmonary respon
5) PERSEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
6) SELF PERCEPTION
Self-concept/self esteem
7) ROLE RELATIONSHIP
Peranan hubungan
8) SEXUALITY
Tidak ada masalah/disfungsi seksual
9) COPINGS/STRESS TOLERANCE
Coping respon
Provokes -
Quality -
Region -
Scale -
Time -
13) GROWTH/DEVELOPMENT
Pertumbuhan dan Perkembangan : pasien dewasa pertumbuhan dan
perkembangan tidak terkaji
a) Bernafas
Sebelum sakit : Pasien bernafas normal.
Ketika sakit : Pasien bernafas lebih cepat karena sesak.
b) Makan dan Minum
Sebelum sakit : Pasien makan sehari tiga kali.
Ketika sakit : Nafsu makan klien menurun karena pada saat makan, klien
merasa mual dan ingin muntah. Namun masih ada keinginan untuk minum.
c) Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB dan BAK normal dan tidak ada keluhan, dan
berkeringat ketika melakukan aktivitas.
Ketika sakit : Klien lebih sering BAK dan BAB I kali sehari
d) Mobilisasi
Sebelum sakit : Pasien dapat berdiri dan berjalan sendiri tanpa menggunakan
alat bantu apapun.
Ketika sakit : Pasien merasa lemas dan lemah sehingga tidak kuat menopang
tubuhnya sendiri.
e) Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Pasien tidur dan istirahat dengan tenang dan nyenyak.
Ketika sakit : Pasien susah tidur karena merasakan sesak dan sakit kepala.
f) Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien memilih dan memakai pakaian yang disukainya
sendiri.
Ketika sakit : Pasien tidak bisa memakai pakaian sendiri karena tubuhnya
terlalu lemas.
g) Suhu Tubuh
Sebelum sakit : Suhu tubuh Pasien normal normal 36.5
Ketika sakit : Suhu tubuh Pasien normal 36,6
h) Kebersihan Tubuh
Sebelum sakit : Pasien membersihkan dirinya sendiri (mandi), dan
membersihkan lingkungan di sekitarnya.
Ketika sakit : Selama sakit, Pasien tidak bisa mandi sendiri. Pasien tidak
mandi, hanya dilap saja badannya.
i) Menghindari Bahaya
Sebelum sakit : Pasien dapat menjaga dirinya sendiri dari bahaya yang
mungkin menghampirinya.
Ketika sakit : Selama sakit, Pasien tidak berdaya karena terlalu lemas. Oleh
karena itu, klien dirawat dan dijaga oleh keluarganya.
j) Berkomunikasi
Sebelum sakit : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
Ketika sakit : Kemampuan berkomunikasi Pasien masih baik.
k) Bekerja
Sebelum sakit : Pasien berangkat berjualan setiap hari. Berangkat jam 7 pagi
dan pulang jam 3 sore.
Ketika sakit : Pekerjaan Pasien terhanti karena kondisi klien yang tidak
memungkinkan.
l) Bermain
Sebelum sakit : Pasien jarang berlibur bersama dengan keluarganya.
Ketika sakit : Pasien hanya beraktivitas di atas tempat tidur.
m) Spiritual
Sebelum sakit : Pasien beribadah secara rutin setiap hari.
Ketika sakit : Pasien beribadah dan berdo’a di atas tempat tidur sambil tiduran
atau sambil duduk.
n) Belajar
Sebelum sakit : -
Ketika sakit : Pasien belajar sesuatu yang baru dengan bertanya kepada
perawat yang merawatnya.
C. Catatan Perkembangan
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmetis
Senin , 14 Desember 2020
2. Diagnosa Keperawatan
Hari Pertama
PEMBAHASAN
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan
penanganan seumur hidup. Fenomena yang terjadi banyak klien yang
keluar masuk Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis. Oleh
karena itu, peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien CKD, serta diharapkan tidak hanya terhadap
keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien.
b. Teori keperawatan yang diambil adalah teori 14 Kebutuhan Dasar
Henderson.
b. Pada asuhan keperawatan pasien ditemukan beberapa diagnosa yaitu, pola
nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas dan gangguan pola tidur.
c. Intervensi keperawatan dengan pemberian terapi musik instrumental dapat
diaplikasikan pada pasien dengan kesulitan tidur akibat sesak nafas dan
disertai dangan pemberian terapi oksigen. Gangguan pola tidur tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya, akan tetapi terapi non farmakologi ini cukup
dapat membantu memberiakan kenyamanan dan membuat pasien rileks.
2. Saran
Intervensi sesuai evidence based practice adalah dengan pemberian
terapi music intrumental, diharapakan dengan intervensi tersebut dapat
meningkatkan kualitas tidur pasien. Serta dengan adanya pembuatan laporan
asuhan keperawatan dengan menggunakan evidence based ini diharapkan
perawat diruangan dapat menerapkan prinsip envidance based dan reflective
practice yang sesuai dengan keilmuan, demi tercapai pelayanan kepada pasien
yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA