Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan penurunan fungsi ginjal yang

terjadi secara progresif dan irreversible (Black & Hawks, 2014). Gagal ginjal

kronik disebabkan oleh penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi,

glomonefritis kronik, nefritis interstitial kronis, infeksi saluran kemih dan

obesitas (Kemenkes 2018). Penyakit gagal ginjal kronis awalnya tidak

menunjukkan tanda dan gejala namun dapat berjalan progresif menjadi gagal

ginjal. Penyakit ginjal bisa dicegah dan ditanggulangi dan kemungkinan

untuk mendapatkan terapi yang efektif akan lebih besar jika diketahui lebih

awal (Infodatin, 2017). Penanganan GGK meliputi terapi konservatif, terapi

simptomatik, dan terapi pengganti ginjal. Salah satu terapi pengganti ginjal

adalah hemodialisa dengan cara kerjanya memproses pengeluaran cairan dan

produk limbah dari dalam tubuh (Smeltzer & Bare, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO), 11-13% populasi di dunia

berisiko gagal ginjal kronik dan lebih dari 2 juta penduduk di dunia

mendapatkan perawatan dengan dialysis atau transplantasi ginjal dan hanya

sekitar 10% yang benar-benar mendapatkan perawatan tersebut. Menurut data

di Asia Tenggara, prevalensi gagal ginjal kronis sangat beragam, antara lain

Malaysia sekitar 9,1% dan Thailand 16,3% (WHO, 2016).

1
2

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa

secara nasional pasien gagal ginjal kronis mengalami peningkatan menjadi

3,8% dari survei sebelumnya di tahun 2013 yaitu 2 %. Prevalensi tertinggi

angka kejadian gagal ginjal kronis di Indonesia yaitu provinsi Kalimantan

Utara dengan prevalensi sekitar 6,4% (Kemenkes, 2019).

Data di Jawa Barat menunjukkan prevalensi pasien gagal ginjal kronis

mengalami peningkatan dari riset sebelumnya 2,% menjadi 4,2% Angka

tersebut diatas prevalensi nasional 3,8%. Proporsi penduduk yang sedang cuci

darah berumur > 15 Tahun yang terdiagnosis GGK prevalensi di Jawa Barat

sama dengan prevalensi Nasional yaitu 19.3% (Kemenkes, 2019).

Rumah Sakit Mitra Kasih Cimahi merupakan salah satu Rumah Sakit

yang berada di wilayah Kota Cimahi, dan berdasarkan data Infokes Rumah

Sakit Mitra Kasih ada peningkatan kasus pasien GGK yang menjalani

hemodialisa dari tahun ke tahun. Jumlah pasien GGK yang menjalani

hemodialisa April- Desember Tahun 2017 sebanyak 265 pasien, Tahun 2018

sebanyak 859 pasien dan Tahun 2019 sebanyak 972 pasien. Hal ini

menunjukkan bahwa jumlah pasien gagal ginjal kronis di wilayah Cimahi

perlu mendapatkan perhatian khusus. Meningkatnya pelayanan hemodialisa

tidak terlepas dari faktor Jaminan Kesehatan Nasional/JKN dalam menjaga

kelangsungan terapi ini (IRR, 2017).

Proses hemodialisa dilakukan 1-3 kali seminggu dan setiap kalinya

memerlukan waktu 2-5 jam, kegiatan ini akan berlangsung terus 3-4 jam per

kali terapi. Kegiatan ini akan berlangsung terus menerus sepanjang hidupnya
3

(Smeltzer & Bare, 2017). Proses hemodialisa ini dalam jangka waktu panjang

harus menghadapi berbagai masalah, seperti finansial, kesulitan untuk bekerja,

dorongan seksual yang menurun, depresi dan ketakutan menghadapi kematian,

juga gaya hidup yang harus berubah, sedikit banyak mempengaruhi semangat

hidup seseorang. Pasien dengan hemodialisa semangat hidupnya mengalami

penurunan karena perubahan yang harus dihadapi dan akan mempengaruhi

kualitas hidup pasien (Smeltzer & Bare, 2017). Tindakan hemodialisa secara

tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup seorang pasien yang meliputi

kesehatan fisik, kondisi psikologis, spiritual, status sosial ekonomi dan

dinamika keluarga (Charuwanno dalam Nurani dkk, 2013).

Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai posisi

mereka dalam kehidupan (Ayunda, 2017). Kualitas hidup pasien CKD yang

menjalani hemodialisa cukup menarik perhatian bagi profesional kesehatan,

karena masalah kualitas hidup menjadi sangat penting dalam pemberian

layanan keperawatan yang menyeluruh bagi pasien, dengan harapan pasien

dapat menjalani hemodialisa dan mampu bertahan hidup walau dengan

bantuan mesin dialisa (Zurmeli dkk, 2015).

Kualitas hidup berkaitan erat dengan adanya dukungan keluarga, karena

dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaaan keluarga terhadap

penderita yang sakit, dimana keluarga menjalankan fungsinya sebagai sistem

yang bersifat mendukung, selalu siap memberi pertolongan jika diperlukan

(Friedman, 2014). Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh

dalam menentukan keyakinan dan nilai serta dapat juga menentukan tentang
4

program pengobatan yang dapat diterima pasien. Dukungan keluarga pada

pasien yang menjalani terapi hemodialisis diharapkan lebih baik

pertahanannya terhadap pengaruh psikologis pada stressor lingkungan

dibanding dengan pasien yang tidak mendapat dukungan keluarga (Pratiwi,

2014).

Beberapa studi tentang membuktikan bahwa ada hubungan dukungan

keluarga dengan kualitas hidup pasien GGK. Penelitian Rustadi, Tranado dan

Prasasti (2018) membuktikan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pasien CKD yang menjalani hemodialisa di RSUD Dr. M.

Yunus Bengkulu. Penelitian Sidiq (2014) membuktikan ada hubungan

dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita penyakit ginjal tahap akhir

yang menjalani terapi hemodialisa di Badan Layanan Umum daerah RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian Zurmeli, Bayhakki, Utami (2015)

membuktikan adanya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup

pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis diI RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru.

Penelitian ini terkait dengan teori model keperawatan adaptasi Roy

dalam penurunan stressor pasien GGK. Karena adaptasi merupakan suatu

proses yang menyertai individu dalam berespon terhadap perubahan yang ada

di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis

maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif. Sehingga dalam

pengaplikasian adaptasi Roy diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup


5

pasien yang kemudian dapat membantu proses penyembuhan dan perbaikan

koping dari individu.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan melalui wawancara

dengan kepala ruang Unit Hemodialisa RS Mitra Kasih menyatakan bahwa

data pada bulan terakhir Februari 2020, terdapat 78 orang pasien yang

menjalani terapi hemodialisa. Pada tanggal 6 Maret 2020, peneliti melakukan

wawancara terhadap 10 pasien yang menjalani tindakan hemodialisis, 3 orang

mengatakan mendapat dukungan dari keluarga karena merupakan tanggung

jawab keluarga untuk mendampingi pasien menjalani hemodialisis, 4 orang

lagi mengatakan tidak mendapat dukungan dari keluarga untuk menjalani

hemodialisis yang merupakan rutinitas yang membosankan dan 3 orang

mengatakan kadang-kadang keluarga mendukung untuk hemodialisis, kadang-

kadang keluarga tidak mendukung karena mempunyai kesibukan masing-

masing.

Berdasarkan studi pendahuluan di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup

Pasien Gagal Ginjal Kronis di Unit Hemodialisa RS Mitra Kasih Cimahi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronis di Unit Hemodialisa RS Mitra

Kasih Cimahi ?”.


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas

hidup pasien Gagal Ginjal Kronis di Unit Hemodialisa RS Mitra Kasih

Cimahi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis

yang menjalani terapi hemodialisa di Unit Hemodialisa RS Mitra Kasih

Cimahi.

b. Mengidentifikasi kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani terapi hemodialisa di Unit Hemodialisa RS Mitra Kasih

Cimahi.

c. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup

pasien Gagal Ginjal Kronis di Unit Hemodialisa RS Mitra Kasih

Cimahi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk

pengembangan ilmu dan teori di bidang keperawatan medikal bedah

khususnya pasien gagal ginjal konik yang menjalani hemodialisa dan

kepeawatan Jiwa terkait kualitas hidup pasien pasien gagal ginjal kronis.
7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk

Rumah Sakit dalam membuat perencanaan, pengambilan keputusan

berkaitan dengan layanan dukungan, meningkatkan kualitas hidup

pasien gagal ginjal kronis diunit HD

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai

informasi untuk pengembangan ilmu di institusi pendidikan

khususnya di bidang keperawatan medikal bedah dan keperawatan

jiwa agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialisa.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan data

tambahan serta menjadi dasar pengembangan penelitian selanjutnya

tentang gagal ginjal kronis.

Anda mungkin juga menyukai