Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN ILMIAH

PERAN PERAWAT DALAM UPAYA REHABILITATIF PADA PASIEN


PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS

DISUSUN OLEH :

HERITA SUASANTA BR PINEM/197046014

heritasuasanta@gmail.com

PROGRAM STUDI MEGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Peran Perawat Dalam Upaya Rehabilitatif Pada Pasien Penyakit
Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis
Herita Suasanta Br Pinem/197046014/heritasuasanta@gmail.com

Abstrak

Perawat dalam menjalankan perannya yaitu upaya promotif, upaya preventif, upaya
kuratif dan upaya rehabilitatif. Upaya rehabilitatif adalah usaha untuk mengembalikan
bekas penderita ke dalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat dan berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimalnya sesuai
kemampuannya dan upaya ini dapat dilakukan pada pasien penyakit ginjal kronik yang
harus menjalani terapi Hemodialisis.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk menerapkan fungsi perawat dalam tim kesehatan
sebagai upaya rehabilitatif perawat dalam memotivasi pasien yang menjalani therapi
hemodialaisis supaya dapat kembali hidup di tengah masyarakat dengan kualitas hidup
yang baik.
Metode dari penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitik
dengan rancangan cross sectional (potong lintang), dimana data yang menyangkut
variabel bebas dan terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki koping
adaptif.
Upaya rehabilitatif yang dilakukan perawat kepada seorang pasien yang menjalani
terapi hemodialisis sangat penting agar pasien dapat menjalani kehidupannya secara
normal.
Kata kunci :Peran Perawat, Rehabilitatif, Hemodialisis.
1. Latar Belakang

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang paling banyak
dibutuhkan masyarakat.Tempat melakukan pelayanan tersebut sebagian besar dilakukan
di rumah sakit. Dalam memberikan pelayanan kesehatan profesi keperawatan ikut ambil
bagian dan masuk ke dalam tim kesehatan. Berdasarkan lokakarya Nasional pada bulan
juli 1983 telah disepakati bahwa keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual- yang komprehensif,
ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia (dalam Asmuji 2014).
Dalam melakukan tugasnya, bentuk pelayanan tersebut dapat dilakukan
berupa pelayanan perawat mandiri. Berdasarkan keputusan mentri kesehatan Republik
Indonesia nomor 279/Menkes/SKIV2006, perawat dalam menjalankan perannya yaitu
upaya promotif, upaya preventif, upaya kuratif dan upaya rehabilitatif. Upaya
rehabilitatif adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat dan berguna untuk dirinya
dan masyarakat semaksimalnya sesuai kemampuannya dan upaya ini dapat dilakukan
pada pasien penyakit ginjal kronik yang harus menjalani terapi Hemodialisis.
Penyakit ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi dan sampah
nitrogen lain dalam darah) (Chang, Daly, dan Elliot, 2010)
Salah satu penanganan penyakit ginjal kronik adalah terapi hemodialisis,
Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi ginjal
yang dilakukan secara rutin pada pasien CKD di renal unit fasilitas kesehatan seperti
Rumah Sakit. Di Indonesia berdasarkan Report Of Indonesian Renal Registry 2014
terdapat 358 renal unit dengan bentuk instalasi di rumah sakit 334 dan status
kepemilikan pemerintah. Peningkatan jumlah renal unit menandakan meningkatnya
kebutuhan pasien CKD dalam menjalani HD. Lebih dari 380.000 penderita GGK
menjalani hemodialisis reguler (USRDS, 2011). Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat
15353 pasien yang baru menjalani HD dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pasien
yang menjalani HD sebanyak 4268 orang (IRR, 2013). Berdasarkan data RSUD Doris
Sylvanus, terjadi peningkatan jumlah pasien CKD yang menjalani HD di Palangka Raya
yaitu dari 8.518 pasien pada tahun 2014 menjadi 9.743 pada tahun 2015 (Mulia, D. S.
Et all, 2018).
 Menjalani terapi rutin dirumah sakit, bisa menjadi sebuah aktivitas yang
membosankan, hal ini bisa memicu munculnya depresi yang ujungnya kontraproduktif
dengan upaya penyembuhan penyakitnya (Repoblika). Pasien Hemodialisis biasanya
beranggapan bahwa cuci darah adalah ahir dari segalanaya, mereka berpikir tidak dapat
beraktivitas dan kehidupannya tidak akan sama lagi seperti orang dan masyarakat pada
umumnya. Manajemen penyakit ginjal kronis (CKD) yang berhasil biasanya melibatkan
pertimbangan beberapa perubahan gaya hidup dan perawatan yang dapat meningkatkan
hasil kesehatan pasien. Kompleksitas perubahan perilaku dan keputusan perawatan yang
harus dibuat oleh pasien, dengan dukungan dari tim perawatan mereka, dapat
mengurangi motivasi mereka untuk mengatasi CKD dan mengarah pada hasil
pengobatan yang lebih buruk(Sanders, Whited & Martino, 2013). Meninjau uraian dan
permasalahan diatas di tuntut upaya tim keperawatan agar ikut berperan dalam
mengembalikan pasien yang menjalani terapi hemodialisis tetap bisa menjalankan
fungsinya, mempertahankan kualitas hidupnya dan tetap kembali ke masyarakat tanpa
terganggu oleh statusnya sebagai pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis.
2. Tujuan

Kajian ini bertujuan untuk menerapkan fungsi perawat dalam tim kesehatan sebagai
upaya rehabilitatif perawat dalam memotivasi pasien yang menjalani therapi
hemodialaisis supaya dapat kembali hidup di tengah masyarakat dengan kualitas hidup
yang baik.

3. Metode
Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan
cross sectional (potong lintang), dimana data yang menyangkut variabel bebas dan
terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Setiadi, 2013).
Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang terdiri dari
kuesioner peran perawat sebagai care giver dan kesioner kualitas hidup (KDQOL
versi 1.3). Populasi pada penelitian ini ditargetkan seluruh perawat dan pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis di
suatu Rumah sakit. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang
terdiri dari kuesioner peran perawat sebagai care giver dan kesioner kualitas
hidup (KDQOL versi 1.3). Populasi pada penelitian ini ditargetkan seluruh perawat
dan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi
Hemodialisis.

4. Hasil
Penelitian yang dilakukan Hanafi berdasarkan hasiluji statistik dari hasil
penghitungan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara peran perawat
dengan kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisisHasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki koping adaptif. (Rasmun 2004
dalam Dusnauli 2017). Hasil yang didapatkan oleh Wahyuni dkk besar pasien memiliki
kualitas hidup buruk yaitu sebanyak 18 orang (58,1%) dan pasien yang memiliki
kualitas hidup yang baik sebanyak 13 orang (41,9%) penelitian ini dilihat dari tingkat
lamanya pasien menjalani Hemodialisis.

5. Pembahasan

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki koping

adaptif. (Rasmun 2004 dalam Dusnauli 2017). Sementara penelitian yang di lakukan

Emma Veronika melalui psychological intervention dengan terapi spritual djikir

mengalami kualitas hidup baik. Pasien GGK sebelum menjalani hemodialisis akan

sangat terganggu aktifitasnya baik untuk bekerja maupun bergaul, juga kesulitan dalam

tidur karena rasa sakit yang dirasakan. Ada beberapa metode atau cara yang dapat di

lakukan oleh seorang perawat sebagai upayanya melaksanakan peran rehabilitatif yakni

serangkaian metode atau cara untuk mengembalikan pasien hemodialisis agar dapat

mempertahankan kualitas hidupnya dan tetap menjalani kehidupannya sehari-hari secara

normal di tengah masyarakat walaupun harus menjalani terapi hemodialisis.


Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam

keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga

beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal

disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan

hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah

dan mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan Madjid, 2009). Hemodialisis

adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis

digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut

yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Penderita gagal ginjal kronis, hemodialisis

akan mencegah kematian. Hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan

penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau

endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap

kualitas hidup pasien. Tujuan utama Hemodialisis adalah untuk mengembalikan suasana

cairan ekstra dan intrasel yang sebenarnya merupakan fungsi dari ginjal normal. Dialisis

dilakukan dengan memindahkan beberapa zat terlarut seperti urea dari darah ke dialisat,

dan dengan memindahkan zat terlarut lain seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam

darah.

Kerja sama antara perawat dan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

terapi hemodialisis merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas

hidup pasien. Seperti peran perawat dengan memberikan asuhan keperawatan yang

holistik dan sikap yang baik kepada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis. Faktor lain yang juga mampu mempengaruhi kualitas hidup pasien yakni

pemahaman terhadap nilai-nilai spiritual/agama yang diimani oleh setiap indifidu, yang
membuat seseorang itu mampu menenangkan dirinya sendiri dengan berprasangka baik

terhadap apa yang dideritanya.

6. Kesimpulan
Dokter dan tenaga kesehatan termasuk perawat harus bekerja sesuai standar

pelayanan, standar profesi, standar prosedur oprasional dan peraturan perundang-

undangan guna meningkatkan pelayanan hemodialisis terhadap pasien hemodialisis.

Upaya rehabilitatif yang dilakukan perawat kepada seorang pasien yang menjalani

terapi hemodialisis sangat penting agar pasien dapat menjalani kehidupannya secara

normal.
Daftar Pustaka

Arisanty, I. P.(2013), Konsep Dasar Manajemen Keperawatan Luka Jakarta : EGC


Chang, E., Daily, J. & Elliot, D. (2010) Patofisiologi Aplikasi Pada Peraktik
Keperawatan. Jakarta: EGC.

Desnauli, E. Nursalam & Effendi, F. (2017) Indikator Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Strategi Koping. Di
akses pada tanggal 19 November 2019 di
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/3990-11220-1-SM%20(2).pdf

Hanafi, R., Bijuni, H. & Babakal, A. (2016) Hubungan Peran Perawat Sebagai Care
Giver Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di RSUP Prof. Dr. Kandao Manado. Di akses pada tanggal 19
November 2019 di https://docplayer.info/48430087.

Hutagaol, E. M. (2016) Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal


Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychological Intervention
Di Unit Hemodialisa RS Royal Prima Medan 2016.

Islam, M. I., (2015) Pengertian Upaya Kesehatan Promotif Preventif, Kuratif,


Rehabilitatif Dan Contohnya.

Mulia, D. S. Et all (2018) Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani
Hemodialisis Di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Di akses pada tanggal
19 November 2019 di https://media.neliti.com/media/publications/258507-kualitas-
hidup-pasien-gagal-ginjal-kroni-20485f15.pdf.

Oktavia, Y. (2013) Promotif, Prefentif, Kuratif, Rehabilitatif. Di akses pada tanggal 10


November 2019 di https://yunivia88.blogspot.com/2013/05/
promotifpreventifkurati frehabilitatif .html
Simamora, R. H. (2013). Upaya pembinaan perawat di rumah sakit Ngesti Waluyo
Parakan Temanggung Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Soedirman, 8(2)
Setianingsih, T., Mustikasari & Nuraini, T. (2011) Peningkatan Harga Diri Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Melalui Cognitive Behavior Therapy (CBT).
Supriadi., Wagiyo & Widiwati, S. R. (2011) Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronik Hemodialisis.
Syaiful, H. Q., Oenzil, F. & Afriant, R. (2014) Hubungan Umur dan Lamanya
Hemodialisis Dengan Status Giji Pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RS. Dr. M. Djamil Padang

Sanders, K. A., Whited, A. & Martino, S. (2013) Motivational Interviewing for Patients
with Chronic Kidney Disease. Di akses pada tanggal 19 November 2019 di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3608718/

Wahyuni, P., Miro, S. & Kurniawan. E. (2018) Hubungan Lama Menjalani


3/Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal dengan Diabetes
Militus Di RSUP Dr. Djamil Padang.Di akses pada tgl 19 November 2019 di
file:///C:/Users/Lenovo /Downloads /905-1683 -1-SM%20(2).pdf.

Anda mungkin juga menyukai