Anda di halaman 1dari 74

Kelompok 6

Anggun Paramita P072204179003


Liga Eltalia P072204179024
Indah Nurfadhilla P072204179020
Raisyah Chairunnisya P072204179036
Rinwati P072204179038
Shellawati P072204179042
Penyakit gagal
ginjal akut
Pengertian gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut adalah hilangnya
fungsi ginjal secara mendadak dan hampir
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal
dan disfungsi tubular dan glomerular. Ini
dimanifestasikan dengan anuria, oliguria,
atau volume urin normal
Etiologi
Sampe saat ini para praktisi klinik masih
membagi etiologi Gagal Ginja Akut
dengan tiga katagori meliputi
1. kondisi pra renal (hipoperfusi Ginjal)
2. kondisi renal (kerusakan Aktual
jaringan ginjal)
3. Kondisi pasca renal (obstruksi aliran
urine)
Patofisiologi
Empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut
● Periode awal
● Periode Oliguri
● Periode Diuresis
● Periode penyembuhan
Stadium perjalanan klinis
penyakit gagal ginjal akut
● Stadium Oliguria
● Stadium Diuresis
● Stadium Pemulihan
“Pemeriksaan laboratorium”
1. Urine
- Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas
- Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis
- Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
- Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolic
- Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia,hipernatremia atau
hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
- Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang
terjadi dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
- Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya
darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
- Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal,
contoh : glomerulonefritis, piolonefritis dengan
kehilangan kemampuan untuk memekatkan; menetap pada
1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
- PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular
ginjal, dan gagal ginjal kronik.
- Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan
kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.
- Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun
sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan
bermakna.
- Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40
mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
- Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau
peningkatan GF.
- Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria
derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis
interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
2. Darah
- Hb. : menurun pada adanya anemia.
- Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan
kerapuhan/penurunan hidup.
- PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena
penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan
hasil akhir metabolisme.
- BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
- Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama
dengan urine.
­ Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan
perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel
darah merah).
­ Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
­ Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
­ Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
­ Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan
protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan
penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
Pemeriksaan penunjang penyakit
gagal ginjal akut

1. Pemeriksaan radiologis dilakukan bila ada kecurigaan adanya sumbatan


pada saluran kemih. EKG mungkin abnormal menunjukan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa Angiografi (pemeriksaan rontgen
pada arteri dan vena) dilakukan jika diduga penyebabnya adalah
penyumbatan pembuluh darah.

2. Pemeriksaan lainnya yang bisa membantu adalah CT scan dan MRI. Jika
pemeriksaan tersebut tidak dapat menunjukkan penyebab dari gagal ginjal
akut, maka dilakukan biopsi (pengambilan jaringan untuk pemeriksaan
mikroskopis)
Pencegahan penyakit gagal ginjal akut

­ Jika anda minum minuman beralkohol maka minumlah dengan tidak


berlebihan akan tetapi sebaiknya anda menghindarinya
­ Jika anda menggunakan obat tanpa resep yang dijual bebas. Ikuti
petunjuk yang ada pada kemasannya. Menggunakan obat dengan dosis
yang terlalu tinggi dapat merusak ginjal. Jika anda memiliki sejarah
keluarga dengan penyakit ginjal, tanyalah dokter anda obat apa yang
aman bagi anda
Pencegahan penyakit gagal ginjal akut
­ Jaga berat badan sehat anda dengan berolahraga rutin.
­ Jangan merokok dan jangan memulai dokter jika kondisi tersebut
meningkatkan risiko gagal ginjaluntuk merokok
­ Kontrol kondisi medis anda dengan bantuan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan harus ditujukan kepada penyakit primer
yang menyebabkan gagal ginjal akut tersebut, dan berdasarkan
keadaan klinis yang muncul

Penanganan hiperkalemia
01 03

02

Mempertahankan Menurunkan laju


keseimbangan cairan metabolisme
Merawat kulit
06
04 Dialisis
05
Koreksi asidosis
Pertimbangan 07
nutrisional
Pengkajian
1. Anamnesa
- Identitas pasien
- Identitas penanggung jawab
2. Keluhan utama
- Keluhan yang paling dirasakan oleh klien diantara keluhan yang
dirasakan yang didapatkan secara langsung dari pasien/
keluarga. yang dimana keluhan yang paling dirasakan oleh klien
itu sendiri adalah terjadi penurunan produksi miksi.
3. Riwayat kesehatan 4. Pola kebutuhan
- Riwayat kesehatan sekarang - Aktivitas dan istirahat
- Riwayat penyakit dahulu - Sirkulasi
- Riwayat kesehatan keluarga
- Eliminasi
- Makanan/ cairan
- Neurosensorik
- Nyeri/ kenyamanan
- Pernapasan
- keamanan
Analisa data
Symtom Etiologi Problame
DS : klien mengeluh tidak bias BAK penurunan produksi urine
DO : ↓
 produksi urine tidak ada deurisis ginjal Defisit volume cairan
 klien edema ↓
DX: defisit vol cairan

DS : klien mengatakan sulit untuk bernafas penurunan produksi urine


dan terasa berat pd saat menari nafas. ↓
DO : retansi cairan
 klien tampak sesak, dan sulit menarik ↓
nafas, edema paru
Pola nafas tidak efektif
 RR <16 kali/ menit ↓
 N teraba lemah. DX: pola nafas tdk efektif
 

DS : klien mengatakan. Susah nafas dan penurunan produksi urine



mengalami nafas pendek
ekskresi kalium
DO : ↓
 klien tanpak lemas ketidak seimbangan elektrolit Penurunan curah jantung

 
denyut jantung teraba lemah ↓
hiperkalemi

perubahan kondisi elektrikal jantung

DX:curah jantung
 
metabolik pada gastrointestinal
DS : klien mengatakan sering mengalami ↓
mual muntah mual muntah
Nutrisi kurang dari
DO : kelien tampak pucat, mukosa kering ↓
intake nutrisi td kadekuat kebutuhan tubuh

DX: pemenuhan nutrisi
 

metaboli pd jringan otot


DS: Klien mengatakan kurang mmpu ↓
melakukan aktivitas karena merasa lemah,
keram otot
dan keram

DO: klien tampak slit melakukan aktivitas Intoleransi aktivitas
kelemahan fisik respon nyeri
dan klien mengerjakan aktivitas dengan
bantuan dari keluarga ↓
nyeri gangguan ADL

intoleransi aktifitas
Diagnosa keperawatan
- Defisit volume cairan b/d fase diurisis dari gagal
ginjal akut
- Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d penurunan
Ph pada cairan serebrospinal
- Resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi
elektrikal skunder dari hiper kalemia.
– Defisit volume cairan b/d fase diurisis dari gagal ginjal akut
– Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d penurunan Ph pada cairan
serebrospinal
– Resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari hiper
kalemia.
– Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan kelebihan
cairan, ketidakseimbangan elektrolit, efek uremik pada otot jantung
– Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
vomitus, nausea.
– Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan
Intervensi
1. Resiko kurangnya volume cairan b/d gagal ginjal akut
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam defisit volume cairan dapat teratasi
kriteria hasi: klien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembap,turgor kulit normal, TTV dalam batas
normal, urine >600 ml/hari

Intervensi Rasional

a. Monitor setatus cairan (turgor kulit a. Jumlah dan tipe cairan pengganti
membran mukosa dan urine output) ditentukan dari keadaan status
b. Auskultasi TD dan timbang berat cairan
badan b. Hipotensi dapat terjadi pada
hipovolemik perubahan berat badan
sebagai parameter dari terjadinya
c. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi defisit cairan.
perifer, dan diaforesis secara teratur c. Mengetahui adannya pengaruh
d. Program untuk dialisis pertahanan perifer
d. Program dialisis akan mengganti
fungsi ginjalyang terganggu dalam
e. Pertahan pemberian cairan menjaga keseimbanngan cairan
intravena tubuh.
e. Jalur yang paten penting untuk
pemberian cairan secara cepat dan
memudahkan perawat untuk
melakukan kontrol intake dan
output cairan
2. Resiko Tinggi Pola Nafas Tidak Efektif B.D Penurunan Ph Pada Cairan Serebrospinal
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas
Kriteria hasil: klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal 16-20x/menit

Intervensi Rasional
a. kaji faktor penyebab asidosis metabolik a. untuk mengatasi penyebab dasar dari asedosis
b. monitor ketat TTV metabolik
c. istirahatkan klien dengan posisi fowler b. perubahan TTV akan memberikan dampak pada resiko
asidosis yang bertambah berat dan berindikasi pada
d.Ukur intake dan output 
intervensi untuk secepatnya melakukan koreksi
e. lingkungan tenang dan batasi pengunjung
asedosis
 f. berikan cairan ringer laktat secara intravena c. posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru
optimal.
d. penurunana curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium dan penurunan urine
output.
e. lingkungan tenang akan menurunkan stimulasi nyeri,
dan pembatasan kunjungan akan membantu
meningkatkan kondisi O2.
f. untuk memperbaiki keadaan asisosis metabolik.
 
3. resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari hiper kalemia
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi aritmia
Kriteria Hasil: klien tidak gelisah, tidak mengeluh mual muntah, TTV dalam batas normal, kadar kalium
serum dalam batas normal.

Intervensi Rasional
a. kaji faktor penyebab dari keadaan individu dan faktor- a. penanganan disesuaikan dengan faktor
faktor hiperkalemi penyebab 
b. beri diet rendah kalium b. makanan yang mengandung kalium tinggi yang
c. memonitor TTV tiap 4 jam harus dihindari termasuk kopi, cocoa, teh, buah
d. memonitor ketat kadar kalium darah dan EKG yang dikeringkan, kacang yang dikeringkan, dan
e. memonitor klien yang terjadi hipokalemi rti gandum utuh.
f. memonitor klien yang mendapat infus cepat yanng c. adanya T,perubahan TTV secara tepat dapat
mengandung kallium menjadi pencetus aritmia.
d. upaya untuk mencegah hiperkalemi
e. untuk mencegah terjadinya beban kalium
berlebihan
f. untuk tidak memberikan infus larutan IV yang
mengandunng kallium dengankecepatan tinggi
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan: dalam waktu 2x24 ja, Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil : mempertahankan curah jantung
dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian
kapiler

Intervensi Rasional
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru. a. Untuk mengetahui terjadinya
Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur penurunan curah jantung
b. Kaji adanya hipertensi b. Untuk mengetahui tingi TD akibat
Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada beban jantung yang meningkat
sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan karena peningkatan cairan
oleh disfungsi ginjal) c. Untuk mengetahui sekala nyeri
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, yang dirasakan dan mampu
rediasi, beratnya (skala 0-10) memprediksi lokasi dan
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas tempatnya.
Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia d. Untuk mengetahui tingkat
  aktivitas dan mengetahui
terjadinya anemia,
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, vomitus, nausea.
Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam, Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
kriteria hasil: Menunjukan BB stabil

Intervensi Rasional
a. Observasi status klien dan keefektifan diet. a. Untuk mampu menyeimbangkan kebutuhan nutrisi
b. Berikan dorongan hygiene oral yang baik dalam tubuh
sebelum dan setelah makan. b. Untuk mendapatkan Higiene oral yang tepat, yanng
c. Berikan makanan Rendah garam dapat mencegah bau mulut dan rasa tidak enak akibat
d. Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering. mikroorganisme, membantu dan mencegah stomatitis
e. Kolaborasi pemberian obat anti emetic. c. Lemak dan protein tidak digunakan sebagai sumber
  protein utama, sehingga tidak terjadi penumpukan
yang bersifat asam, serta diet rendah garam
memungkinkan retensi air kedalam intra vaskuler.
d. Untuk Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan
dengan status uremik.
e. Antiemetik dapat menghilangkan mual dan muntah
dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil: klien mampu meningkatkan aktivitas denngan baik

Intervensi Rasional
a. Kaji kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan penuhi a. Memberi panduan dalam penentuan pemberian bantuan
kebutuhan ADL dalam pemenuhan ADL.
b. Kaji tingkat kelelahan. b. Untuk menentukan derajat dan efek ketidakmampun
c. Identifikasi factor stess/psikologis yang dapat c. Karena mempunyai efek akumulasi (sepanjang factor
memperberat.   psykologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah dan takut
d. Ciptakan lingkungan tengan dan periode istirahat tanpa untuk diketahui.
gangguan.  d. Untuk menghemat energi untuk aktifitas perawatan diri yang
e. Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan.  diperlukan
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium darah. e. Memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang dibutuhkan
  memberika rasa aman bagi klien.
f. Untuk mengetahui Ketidak seimbangan Ca, Mg, K, dan Na,
dapat menggangu fungsi neuromuscular yang memerlukan
peningkatan penggunaan energi Ht dan Hb yang menurun
adalah menunjukan salah satu indikasi terjadinya gangguan
eritopoetin
 
Penyakit
Gagal Ginjal Kronik
Pengertian penyakit gagal ginjal kronik
menurut para ahli
1. Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap
yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga
ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala
sakit (Hudak & Gallo, 1996).

2. Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa Gagal ginjal kronik adalah


ginjal sudah tidak mampu lagi mempertahankan lingkugan internal yang
konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak dimulai
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau
penurunan faal ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi
mempertahankan lingkungan internalnya yang berlangsung dari
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat yang
berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga
mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik)
berakibat ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan dan pemulihan
fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit
Kasifikasi Penyakit
Gagal Ginjal Kronik
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka
GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4,
dengan pembagian sebagai berikut:

• 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.


• 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
• 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
Etiologi penyakit gagal ginjal kronik
• Penyakit Hipertensi
• Gout menyebabkan nefropati gout.
• Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
• gangguan metabolisme
• SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
• Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
• Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular
• Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke
penyakit ginjal genetik) / herediter
• infeksi, penyakit hipersensitif
• penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus urinarius
• nefropatik toksik dan neoropati obstruksi
Patofisiologi penyakit gagal ginjal kronik
Penyebab dari gagal ginjal kronik biasanya dipengaruhi oleh
penyakit sistemik seperti diabetes melitus, glumerulonefritis, pielonefritis,
hipertensi yang tidak dikontrol, obtruksi traktus urinarius, penyakit ginjal
polikistik, infeksi dan agen toksik. fungsi renal menurun, produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya dieksresikan kedalam urine)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh, semakin banyak yang timbunan produk sampah, maka gejala akan
semakin berarti dan akan membaik setelah dialisis
Banyak permasalahan yang muncul pada ginjal sebagai akibat dari
penurunan glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan
clearens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Perjalanan penyakitnya dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu :
- Stadium I ( penurunan Cadangan ginjal)
- Stadium II ( insufisiensi ginjal)
- Stadium III ( uremi gagal ginjal )
Manifestasi klinik
1. Kardiovaskuler 2. Pulmoner
- Hipertensi - Krekels
- Pitting edema - Nafas dangkal
- Edema periorbital - Kusmaul
- Pemebesaran vena leher - Sputum kental dan liat
- Friction rub perikardial
Manifestasi klinik
3. Gastrointestinal 4. Muskuloskeletal

- Anoreksia, mual dan muntah - Kram otot

- Perdarahan saluran GI - Kehilangan kekuatan otot

- Ulserasi dan pendarahan pada mulut - Fraktur tulang

- Konstipasi / diare - Foot drop

- Nafas berbau ammonia


Manifestasi klinik
5. Integumen 6. Reproduksi
- Warna kulit abu abu mengkilat - Amenore
- Kulit kering, bersisik - Atrofis testis
- Pruritus
- Ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar
Penatapelaksanaan
• Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan penatalaksanaan adalah
memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut, terutama dengan retriksi protein dan obat-obat
anti hipertensi.
• Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
• Pada penyakit ginjal tahap akhir, terapi berupa dialysis atau tranplantasi ginjal. Pada semua
stadium pencegahan infeksi perlu dilakukan. Dimana tujuan penatalaksaan adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin.
Penatalaksanaan Medis
• Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml untuk 24 jam atau dengan
menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditamnbah dengan IWL 500ml,
maka air yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut.
• Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah protein tidak  cukup
memberikan komplemen vitamin yang diperlukan.
• Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan antasida mengandung
alumunium atau kalsium karbonat, keduanya harus diberikan dengan makanan.
• Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif dan control
volume intravaskuler
• Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tampa gejala dan
tidak memerlukan penanganan, namun demikian suplemen makanan
karbonat atau dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis
metabolic jika kondisi ini memerlukan gejala.
• Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang adekuat disertai
pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium
pada seluruh medikasi oral maupun intravena. Pasien harus diet rendah kalium
kadang – kadang kayexelate sesuai kebutuhan
• Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia
rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali
seminggu.
• Dialisis.
• Transplanasi ginjal
Penatalaksanaan Perawat
• Hitung intake dan output yaitu cairan : 500 cc ditambah urine dan
hilangnya cairan dengan cara lain (kasat mata) dalam waktu 24 jam
sebelumnya.
• Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium. Natrium
dapat diberikan sampai 500 mg dalam waktu 24 jam.
Penatalaksanaan Diet
• Kalori harus cukup : 2000 – 3000 kalori dalam waktu 24 jam.
• Karbohidrat minimal 200 gr/hari untuk mencegah terjadinya katabolisme
protein
• Lemak diberikan bebas.
• Diet uremia dengan memberikan vitamin : tiamin, riboflavin, niasin dan asam
folat.
• Diet rendah protein karena urea, asam urat dan asam organik, hasil pemecahan
makanan dan protein jaringan akan menumpuk secara cepat dalam darah jika
terdapat gagguan pada klirens ginjal. Protein yang diberikan harus yang bernilai
biologis tinggi seperti telur, daging sebanyak 0,3 – 0,5 mg/kg/hari.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien gagal ginjal kronik untuk
mengetahui penyebab dan daerah yang terkena menurut Doenges (1999),
Suzanne C. Smeltzer (2001) adalah sebagai berikut :
• Urine : Volume kurang dari 40 ml / 24 jam ( oliguria ), warna keruh, berat
jenis kurang dari 1.015, osmolalitas kurang dari 350 m.osn/kg, klirens
kreatinin agak menurun kurang 10 ml / menit, natrium lebih dari 40 mEq/L,
proteinuria.
• Darah : BUN/kreatinin meningkat lebih dari 10 mg/dl, Ht menurun, Hb
kurang dari  7 – 8 gr/dl, SDM waktu hidup menurun, AGD (pH menurun dan
terjadi asidosis metabolic (kurang dari 7.2), natrium serum rendah, kalium
meningkat 6,5 mEq atau lebih besar, magnesium/fosfat meningkat, kalsium
menurun, protein khususnya albumin menurun.
• Osmolalitas serum : Lebih besar dari 285 nOsm/kg, sering sama dengan urine.
• KUB Foto : Menunjukkan ukuran finjal/ureter/kandung kemih dan adanya
obstruksi (batu).
• Elektrokardiografi (ECG) : Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel
kiri, tanda – tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemia
dan hipokalsemia).
• Ultrasonografi (USG) : Menilai bentuk dan besar ginjal, tebal korteks ginjal,
kepadatan paremkim ginjal, ureter proximal, kandung kemih serta prostat.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya faktor yang reversibel, juga
menilai apakah proses sudah lanjut.
• Foto polos abdomen : Sebaiknya tampa puasa, karena dehidrasi akan
memperburuk fungsi ginjal, menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada
batu atau obstruksi lain.
• Pielografi Intravena (PIV) : Pada PIV, untuk CKD tak bermanfaat lagi olah
karena ginjal tidak dapat mengeluarkan kontras, saat ini sudah jarang
dilakukan.
• Pemeriksaan Pielografi Retrograd : Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi
yang reversibel.
• Pemeriksaan Foto Dada : Dapat terlihat tanda – tanda bendungan paru akibat
kelebihan air (fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi
perikardial.
• Pemerikasaan Kardiologi tulang : Mencari osteoditrofi (terutama tulang atau
jari) dan klasifikasi metastatik.
Asuhan keperawatan
Gagal ginjal kronik
A. Pengkajian
1. Anamnesa
• Identitas pasien
• Identitas Penanggung Jawab

2. Riwayat Kesehatan
• Keluhan pertama 3. Pola kebutuhan
• Riwayat kesehatan sekarang • Aktivitas / istirahat
• Riwayat kesehatan dahulu • Sirkulasi
• Psikosisial • Integritas Ego
• Eliminasi
• Makanan/ cairan
• Neorosensori
• Nyeri/ kenyamanan
• Pernapasan
• Keamanan
4. Analisa Data
Symtom Etiologi Problame
DS : klien mengeluh tidak bisa BAK penumpukan toksik uremik di dlm darah kelebihan volume cairan

DO :
ketidak seimbangan cairan dan elektroli
 produksi urine tidak ada ↓
 klien edema vol cairan meningkat

  kelebihan vol cairan

DS : klien mengatakan sering mengalami metabolik pada gastrointestinal Nutrisi kurang dari kebutuhan

mual muntah tubuh
mual muntah
DO : kelien tampak pucat, mukosa kering ↓
intake nutrisi td kadekuat

DX: pemenuhan nutrisi

DS : klien mengatakan. Susah nafas dan hipertensi sistemik Penurunan curah jantung
mengalami nafas pendek ↓  
DO : beban kerja jantung meningkat  
 klien tanpak lemas ↓  
 denyut jantung teraba lemah] curah jantung menurun  
DS: Klien mengatakan kurang mmpu vol cairan meningkat

melakukan aktivitas karena merasa
gangguan kondisi elektrikal otot
lemah, dan keram ventrikal
DO: klien tampak slit melakukan ↓
aritmia resiko tinggi kejang Intoleransi aktivitas
aktivitas dan klien mengerjakan
↓  
aktivitas dengan bantuan dari keluarga. penurunan perfusi serebral  
 

 
deposit kalsium tulang ↓   
↓  
kelemahan fisik   
↓  
 
intoleransi aktivitas
 

DS: klien mengeluh, kulitnya terasa GFR menurun menyebabkan kegagalan


memprtahankan metabolisme dan
kering dan kasar keseimbangan cairan dan elektrolit
DO: klien tampak lemas dengan turgor ↓
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kulit menurun Gangguan integritas kulit

turgor kulit menurun

gg integritas kulit
B. Diagnosa
• Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium
sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
• Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme
protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi, mual, muntah
• Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume sirkulasi,
ketidakseimbangan elektrolit
• Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa
• Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic,
edema, kulit kering, pruritus
C. Intervensi

1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi


cairan dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam, tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil: Klien tidak sesak nafas , edema ekstermitas berkurang,
produksi urine >600ml/hari
Intervensi Rasional
a. kaji adanya edema ekstermitas a. untuk mengetahui kelebihan vollume cairan
b. anjurkan klien untuk melakukan tirah baring pada saat edema b. untuk meningkatkan deuresis yang bertujuan untuk
masih terjadi mengurangi edema.
c. kaji tekanan darah c. sebagai salah satu cara untuk mengetahui
d. ukur intake dan output peningkatan jumlah cairan yang dapat diketahui
e. timbang berat badan dengan meningkatkan beban kerja jantung yang
f. berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai dapat diketahui dari meningkatnya tekenan darah
dengan indikasi. d. untuk mengetahui retensi penuruna natrium dan
g. kolaborassi output.
 berikan diet tanpa garam e. untuk mengetahui perubahan tiba2 dari berat badan
 berikan diet rendah protein dan tinggi kalori menunjukan keseimbangan cairan.
 berika deuritik (furosemide, spironolakton, hidronolakton) f. untuk meningkatkan sediaan oksigen untuk
 lakukan dialisis kebutuhan miokard untuk melewati efek hipoksia.
g. kolaborasi
 karena natrium meningkatkan retensi cairan dan
meningkatkan volume plassma.
 untuk menurunkan insufesiensi renal dan retensi
nitrogen yang akan meningkatkan BUN. diet tinggi
kalori untuk untuk cadangan energi dan mengurangi
katabolisme protein.
 untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan
retensi cairan.
 untuk menurunkan volume cairan yang berlebihan.
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein, pembatasan diet,
peningkatan metabolisme, anoreksi, mual, muntah
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien mampu mempertahankan status nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : berat badan stabil, tidak ditemukan edema, albumin dalam batas normal.

Intervensi Rasional
a. Kaji status nutrisi a. untuk mampu Mengetahui kebutuhan
b. Kaji/catat pola dan pemasukan diet nutrisi dalam tubuh
c. Kaji factor yang berperan merubah masukan b. untuk tetap menjaga keseimbangan
nutrisi : mual, anoreksia nutrisi dalam tubuh
d. Berikan makanan sedikit tapi sering, sajikan c. untuk mengetahui penyebab mual dan
makanan kesukaan kecuali kontra indikasi anoreksia akibat dari nutrisi kurang
e. Lakukan perawatan mulut, berikan penyegar dari kebutuhan tubuh.
mulut d. Untuk mempertahankan
f. Timbang BB tiap hari keseimbangan nutrisi dan energi
e. untuk tetap menjaga kesegeran mulut
dan menghindari mual muntah
f. untuk mengetahui status perubahan
nutrisi
3. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume sirkulasi,
ketidakseimbangan elektrolit
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria Hasil
TD dan HR dalam batas normal
Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler

Intervensi Rasional
a. Auskultasi bunyi jantung dan a. untuk mengetahui Adanya takikardia
paru frekuensi jantung tidak teratur
b.   Kaji adanya hipertensi b. Hipertensi dapat terjadi karena gangguan
c. Selidiki keluhan nyeri dada, pada sistem aldosteron-renin-angiotensin
perhatikan lokasi, rediasi, (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
beratnya (skala 0-10) c. untuk mengetahui tingkat dan sekala
d. Kaji tingkat aktivitas nyeri pada gagal ginjal kronik
d. Untuk mengetahui respon terhadap
aktivitas
4. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialisa
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil: klien mampu memenuhi enenergi untuk melakukan aktivitas .

Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat kelelahan, tidur , istirahat  a. untuk mengetahui tingkat
b. Kaji kemampuan toleransi aktivitas aktivitas dan pola istirahat.
c. Identifikasi faktor yang menimbulkan b. untuk mengetahui seberapa
keletihan jauh tingkat toleransi aktivitas
d. Rencanakan periode istirahat adekuat selama sakit.
e. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, c. untuk mengetahui faktor yang
anjurkan aktifitas alternative sambil dapat mempengaruhi keletihan.
istirahat d. untuk mendapatkan istirahat
yang adekuat
e. untuk membantu menjalankan
aktivitas secara bertahap
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic, edema, kulit kering, pruritus
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi integritas kulit
Kriteria hasil: kulit tidak kering, memar pada kulit berkurang.

Rasional
Intervensi

a. Kaji terhadap kekeringan kulit, a. untuk mnjaga kesetabilan kulit dan


pruritis, ekskoriasi, dan infeksi. kelembaban.
b. kaji terhadap adanya petakie dan b. untuk mempertahankan turgor kulit
purpura yang optimal
c. monitor lipatan kulit dan area yang c. untuk mempertahankan kulit yang
edema optimal dan tida infeksi akibat
d. gunting kuku dan pertahankan kuku gesekan dari lipatan kulit itu sendiri.
terpotong pendek dan bersih d. untuk tetap mempertahankan
kebersihan kuku
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah pasien gagal ginjal kronis mendapatkan intervensi
adalah
• pola nafas menjadi efektif
• tidak terjadi penurunan curah jantung
• tidak terjadi aritmia
• tidak terjadi kelebihan volume cairan tubuh
• peningkatan perfusi serebral
• pasien tidak mengalami defisit neurologis
• tidak mengalami cedra jaringan llunak
Gagal ginjal pada pasien Terminal

Gagal ginjal stadium 5 adalah tahapan terakhir dari penyakit ginjal kronis. Tahapan ini
menandai bahwa ginjal sudah tidak mempu menjalani fungsinya dengan baik, yaitu untuk
menyaring dan membuang “limbah” serta cairan yang berlebih dari dalam darah.
 
Dalam dunia medis, gagal ginjal stadium 5 lebih dikenal dengan sebutan end stage renal
disease (ESRD). Fungsi ginjal penderita ESRD biasanya tidak mencapai 10 persen dari
fungsi normalnya. Itu artinya, ginjal sudah hampir tidak berfungsi atau bahkan tak
berfungsi sama sekali.
Mengenal gagal ginjal stadium 5
Sebelum mencapai gagal ginjal tahap akhir, penderita penyakit ginjal kronis akan mengalami
penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Fungsi ginjal ini dapat diukur dengan hitungan laju filtrasi
glomerulus (LFG). Rinciannya adalah seperti berikut:
 Stadium 1 (LFG di atas 90): fungsi ginjal masih bekerja secara normal, namun tanda-tanda awal
penyakit ginjal mungkin sudah muncul.
 Stadium 2 (LFG 60-89): fungsi ginjal sedikit menurun.
 Stadium 3 (LFG 30-59): penyaringan zat-zat sisa dari dalam tubuh sudah mulai tidak efektif,
sehingga muncul beragam keluhan.
 Stadium 4 (LFG 15-29): fungsi ginjal sudah sangat rendah.
 Stadium 5 (LFG di bawah 15): ginjal hampir tidak berfungsi, sehingga zat-zat sisa dan cairan yang
berlebih menumpuk di dalam tubuh.
Penanganan gagal ginjal stadium 5
Pada penderita penyakit ginjal kronis yang sudah memasuki stadium akhir, dokter biasanya akan
menyarankan metode penanganan yang meliputi:
• Cuci darah (hemodialisis)
Dalam prosedur ini, fungsi ginjal untuk menyaring darah akan digantikan oleh mesin khusus.
Prosedur cuci darah memerlukan waktu sekitar 4 jam dan harus dilakukan setidaknya 3 kali dalam
seminggu.
• Transplantasi ginjal
Pilihan pengobatan lain untuk penderita penyakit ginjal kronis stadium akhir adalah transplantasi
ginjal. Dalam prosedur ini, ginjal pasien yang rusak akan diganti dengan ginjal yang sehat dari
pendonor. Hanya saja, penderita harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan ginjal baru.
Pertanyaan

Sesi 1
1.
2.
3.

Sesi 2
1.
2.
3.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai