2. Pemeriksaan lainnya yang bisa membantu adalah CT scan dan MRI. Jika
pemeriksaan tersebut tidak dapat menunjukkan penyebab dari gagal ginjal
akut, maka dilakukan biopsi (pengambilan jaringan untuk pemeriksaan
mikroskopis)
Pencegahan penyakit gagal ginjal akut
Penanganan hiperkalemia
01 03
02
Intervensi Rasional
a. Monitor setatus cairan (turgor kulit a. Jumlah dan tipe cairan pengganti
membran mukosa dan urine output) ditentukan dari keadaan status
b. Auskultasi TD dan timbang berat cairan
badan b. Hipotensi dapat terjadi pada
hipovolemik perubahan berat badan
sebagai parameter dari terjadinya
c. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi defisit cairan.
perifer, dan diaforesis secara teratur c. Mengetahui adannya pengaruh
d. Program untuk dialisis pertahanan perifer
d. Program dialisis akan mengganti
fungsi ginjalyang terganggu dalam
e. Pertahan pemberian cairan menjaga keseimbanngan cairan
intravena tubuh.
e. Jalur yang paten penting untuk
pemberian cairan secara cepat dan
memudahkan perawat untuk
melakukan kontrol intake dan
output cairan
2. Resiko Tinggi Pola Nafas Tidak Efektif B.D Penurunan Ph Pada Cairan Serebrospinal
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas
Kriteria hasil: klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal 16-20x/menit
Intervensi Rasional
a. kaji faktor penyebab asidosis metabolik a. untuk mengatasi penyebab dasar dari asedosis
b. monitor ketat TTV metabolik
c. istirahatkan klien dengan posisi fowler b. perubahan TTV akan memberikan dampak pada resiko
asidosis yang bertambah berat dan berindikasi pada
d.Ukur intake dan output
intervensi untuk secepatnya melakukan koreksi
e. lingkungan tenang dan batasi pengunjung
asedosis
f. berikan cairan ringer laktat secara intravena c. posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru
optimal.
d. penurunana curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium dan penurunan urine
output.
e. lingkungan tenang akan menurunkan stimulasi nyeri,
dan pembatasan kunjungan akan membantu
meningkatkan kondisi O2.
f. untuk memperbaiki keadaan asisosis metabolik.
3. resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari hiper kalemia
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi aritmia
Kriteria Hasil: klien tidak gelisah, tidak mengeluh mual muntah, TTV dalam batas normal, kadar kalium
serum dalam batas normal.
Intervensi Rasional
a. kaji faktor penyebab dari keadaan individu dan faktor- a. penanganan disesuaikan dengan faktor
faktor hiperkalemi penyebab
b. beri diet rendah kalium b. makanan yang mengandung kalium tinggi yang
c. memonitor TTV tiap 4 jam harus dihindari termasuk kopi, cocoa, teh, buah
d. memonitor ketat kadar kalium darah dan EKG yang dikeringkan, kacang yang dikeringkan, dan
e. memonitor klien yang terjadi hipokalemi rti gandum utuh.
f. memonitor klien yang mendapat infus cepat yanng c. adanya T,perubahan TTV secara tepat dapat
mengandung kallium menjadi pencetus aritmia.
d. upaya untuk mencegah hiperkalemi
e. untuk mencegah terjadinya beban kalium
berlebihan
f. untuk tidak memberikan infus larutan IV yang
mengandunng kallium dengankecepatan tinggi
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan: dalam waktu 2x24 ja, Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil : mempertahankan curah jantung
dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian
kapiler
Intervensi Rasional
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru. a. Untuk mengetahui terjadinya
Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur penurunan curah jantung
b. Kaji adanya hipertensi b. Untuk mengetahui tingi TD akibat
Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada beban jantung yang meningkat
sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan karena peningkatan cairan
oleh disfungsi ginjal) c. Untuk mengetahui sekala nyeri
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, yang dirasakan dan mampu
rediasi, beratnya (skala 0-10) memprediksi lokasi dan
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas tempatnya.
Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia d. Untuk mengetahui tingkat
aktivitas dan mengetahui
terjadinya anemia,
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, vomitus, nausea.
Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam, Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
kriteria hasil: Menunjukan BB stabil
Intervensi Rasional
a. Observasi status klien dan keefektifan diet. a. Untuk mampu menyeimbangkan kebutuhan nutrisi
b. Berikan dorongan hygiene oral yang baik dalam tubuh
sebelum dan setelah makan. b. Untuk mendapatkan Higiene oral yang tepat, yanng
c. Berikan makanan Rendah garam dapat mencegah bau mulut dan rasa tidak enak akibat
d. Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering. mikroorganisme, membantu dan mencegah stomatitis
e. Kolaborasi pemberian obat anti emetic. c. Lemak dan protein tidak digunakan sebagai sumber
protein utama, sehingga tidak terjadi penumpukan
yang bersifat asam, serta diet rendah garam
memungkinkan retensi air kedalam intra vaskuler.
d. Untuk Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan
dengan status uremik.
e. Antiemetik dapat menghilangkan mual dan muntah
dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil: klien mampu meningkatkan aktivitas denngan baik
Intervensi Rasional
a. Kaji kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan penuhi a. Memberi panduan dalam penentuan pemberian bantuan
kebutuhan ADL dalam pemenuhan ADL.
b. Kaji tingkat kelelahan. b. Untuk menentukan derajat dan efek ketidakmampun
c. Identifikasi factor stess/psikologis yang dapat c. Karena mempunyai efek akumulasi (sepanjang factor
memperberat. psykologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah dan takut
d. Ciptakan lingkungan tengan dan periode istirahat tanpa untuk diketahui.
gangguan. d. Untuk menghemat energi untuk aktifitas perawatan diri yang
e. Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan. diperlukan
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium darah. e. Memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang dibutuhkan
memberika rasa aman bagi klien.
f. Untuk mengetahui Ketidak seimbangan Ca, Mg, K, dan Na,
dapat menggangu fungsi neuromuscular yang memerlukan
peningkatan penggunaan energi Ht dan Hb yang menurun
adalah menunjukan salah satu indikasi terjadinya gangguan
eritopoetin
Penyakit
Gagal Ginjal Kronik
Pengertian penyakit gagal ginjal kronik
menurut para ahli
1. Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap
yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga
ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala
sakit (Hudak & Gallo, 1996).
2. Riwayat Kesehatan
• Keluhan pertama 3. Pola kebutuhan
• Riwayat kesehatan sekarang • Aktivitas / istirahat
• Riwayat kesehatan dahulu • Sirkulasi
• Psikosisial • Integritas Ego
• Eliminasi
• Makanan/ cairan
• Neorosensori
• Nyeri/ kenyamanan
• Pernapasan
• Keamanan
4. Analisa Data
Symtom Etiologi Problame
DS : klien mengeluh tidak bisa BAK penumpukan toksik uremik di dlm darah kelebihan volume cairan
↓
DO :
ketidak seimbangan cairan dan elektroli
produksi urine tidak ada ↓
klien edema vol cairan meningkat
↓
kelebihan vol cairan
DS : klien mengatakan sering mengalami metabolik pada gastrointestinal Nutrisi kurang dari kebutuhan
↓
mual muntah tubuh
mual muntah
DO : kelien tampak pucat, mukosa kering ↓
intake nutrisi td kadekuat
↓
DX: pemenuhan nutrisi
DS : klien mengatakan. Susah nafas dan hipertensi sistemik Penurunan curah jantung
mengalami nafas pendek ↓
DO : beban kerja jantung meningkat
klien tanpak lemas ↓
denyut jantung teraba lemah] curah jantung menurun
DS: Klien mengatakan kurang mmpu vol cairan meningkat
↓
melakukan aktivitas karena merasa
gangguan kondisi elektrikal otot
lemah, dan keram ventrikal
DO: klien tampak slit melakukan ↓
aritmia resiko tinggi kejang Intoleransi aktivitas
aktivitas dan klien mengerjakan
↓
aktivitas dengan bantuan dari keluarga. penurunan perfusi serebral
↓
deposit kalsium tulang ↓
↓
kelemahan fisik
↓
intoleransi aktivitas
Intervensi Rasional
a. Kaji status nutrisi a. untuk mampu Mengetahui kebutuhan
b. Kaji/catat pola dan pemasukan diet nutrisi dalam tubuh
c. Kaji factor yang berperan merubah masukan b. untuk tetap menjaga keseimbangan
nutrisi : mual, anoreksia nutrisi dalam tubuh
d. Berikan makanan sedikit tapi sering, sajikan c. untuk mengetahui penyebab mual dan
makanan kesukaan kecuali kontra indikasi anoreksia akibat dari nutrisi kurang
e. Lakukan perawatan mulut, berikan penyegar dari kebutuhan tubuh.
mulut d. Untuk mempertahankan
f. Timbang BB tiap hari keseimbangan nutrisi dan energi
e. untuk tetap menjaga kesegeran mulut
dan menghindari mual muntah
f. untuk mengetahui status perubahan
nutrisi
3. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume sirkulasi,
ketidakseimbangan elektrolit
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria Hasil
TD dan HR dalam batas normal
Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi Rasional
a. Auskultasi bunyi jantung dan a. untuk mengetahui Adanya takikardia
paru frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi b. Hipertensi dapat terjadi karena gangguan
c. Selidiki keluhan nyeri dada, pada sistem aldosteron-renin-angiotensin
perhatikan lokasi, rediasi, (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
beratnya (skala 0-10) c. untuk mengetahui tingkat dan sekala
d. Kaji tingkat aktivitas nyeri pada gagal ginjal kronik
d. Untuk mengetahui respon terhadap
aktivitas
4. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialisa
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil: klien mampu memenuhi enenergi untuk melakukan aktivitas .
Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat kelelahan, tidur , istirahat a. untuk mengetahui tingkat
b. Kaji kemampuan toleransi aktivitas aktivitas dan pola istirahat.
c. Identifikasi faktor yang menimbulkan b. untuk mengetahui seberapa
keletihan jauh tingkat toleransi aktivitas
d. Rencanakan periode istirahat adekuat selama sakit.
e. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, c. untuk mengetahui faktor yang
anjurkan aktifitas alternative sambil dapat mempengaruhi keletihan.
istirahat d. untuk mendapatkan istirahat
yang adekuat
e. untuk membantu menjalankan
aktivitas secara bertahap
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic, edema, kulit kering, pruritus
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi integritas kulit
Kriteria hasil: kulit tidak kering, memar pada kulit berkurang.
Rasional
Intervensi
Gagal ginjal stadium 5 adalah tahapan terakhir dari penyakit ginjal kronis. Tahapan ini
menandai bahwa ginjal sudah tidak mempu menjalani fungsinya dengan baik, yaitu untuk
menyaring dan membuang “limbah” serta cairan yang berlebih dari dalam darah.
Dalam dunia medis, gagal ginjal stadium 5 lebih dikenal dengan sebutan end stage renal
disease (ESRD). Fungsi ginjal penderita ESRD biasanya tidak mencapai 10 persen dari
fungsi normalnya. Itu artinya, ginjal sudah hampir tidak berfungsi atau bahkan tak
berfungsi sama sekali.
Mengenal gagal ginjal stadium 5
Sebelum mencapai gagal ginjal tahap akhir, penderita penyakit ginjal kronis akan mengalami
penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Fungsi ginjal ini dapat diukur dengan hitungan laju filtrasi
glomerulus (LFG). Rinciannya adalah seperti berikut:
Stadium 1 (LFG di atas 90): fungsi ginjal masih bekerja secara normal, namun tanda-tanda awal
penyakit ginjal mungkin sudah muncul.
Stadium 2 (LFG 60-89): fungsi ginjal sedikit menurun.
Stadium 3 (LFG 30-59): penyaringan zat-zat sisa dari dalam tubuh sudah mulai tidak efektif,
sehingga muncul beragam keluhan.
Stadium 4 (LFG 15-29): fungsi ginjal sudah sangat rendah.
Stadium 5 (LFG di bawah 15): ginjal hampir tidak berfungsi, sehingga zat-zat sisa dan cairan yang
berlebih menumpuk di dalam tubuh.
Penanganan gagal ginjal stadium 5
Pada penderita penyakit ginjal kronis yang sudah memasuki stadium akhir, dokter biasanya akan
menyarankan metode penanganan yang meliputi:
• Cuci darah (hemodialisis)
Dalam prosedur ini, fungsi ginjal untuk menyaring darah akan digantikan oleh mesin khusus.
Prosedur cuci darah memerlukan waktu sekitar 4 jam dan harus dilakukan setidaknya 3 kali dalam
seminggu.
• Transplantasi ginjal
Pilihan pengobatan lain untuk penderita penyakit ginjal kronis stadium akhir adalah transplantasi
ginjal. Dalam prosedur ini, ginjal pasien yang rusak akan diganti dengan ginjal yang sehat dari
pendonor. Hanya saja, penderita harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan ginjal baru.
Pertanyaan
Sesi 1
1.
2.
3.
Sesi 2
1.
2.
3.
TERIMA KASIH