Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ KONSEP DASAR PENYAKIT HEPATITIS ”

Disusun Oleh :
Lettisia Anggra Ayunda Sari ( P07220219099)
Rohmah Utami Saputri ( P07220219115 )
Raisyah Chairunnisya ( P07220219112 )
Simanullang , Yuliana Dortauli ( P07220219119 )
Yuli Tri Hendrianto ( P07220219121 )

Dosen Pembimbing :
Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan


yang Maha Esa karena berkat seizin-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “ Konsep Dasar Penyakit Hepatitis ”sesuai waktu yang diberikan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah
tentang keperawatan anak untuk mempermudah dalam pengertian pembelajaran
tertulis maupun diskusi.
Demikian makalah ini kami buat, mohon maaf bila ada salah penulisan
ataupun hal yang menyinggung dalam penulisan makalah ini. Semoga segala
upaya kami dalam membuat makalah ini bisa bermanfaat.
Terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb

Samarinda, 06 Maret 2021

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................6
1.4 Manfaat .......................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi penyakit Hepatitis..........................................................................7
2.2 Etiologi penyakit Hepatitis..........................................................................9
2.3 Patofisiologi penyakit Hepatitis..................................................................9
2.4 Tanda dan gejala penyakit Hepatitis.........................................................10
2.5 Pemeriksaan diagnostic penyakit Hepatitis..............................................11
2.6 Tindakan medis penyakit Hepatitis...........................................................12
2.7 Komplikasi penyakit Hepatitis.................................................................14
2.8 Pencegahan penyakit Hepatitis.................................................................16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................17
B. Saran......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Hepatitis bisa disebabkan oleh
infeksi virus, bisa juga disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain, seperti kebiasaan
mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, atau penyakit autoimun. Jika
disebabkan oleh infeksi virus, hepatitis bisa menular.

Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus Hepatitis
terdapat 4 jenis, yaitu Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis E. Diantara
keempat Hepatitis tersebut yang paling berbahaya adalah Hepatitis B, karena virus
ini intinya dapat menyatu dengan inti sel hati dan hal itu memungkinkan
terjadinya keganasan atau kanker hati dikemudian hari (Ngastiyah, 1995 dalam
Riyadi, S. 2011).

Hepatitis adalah peradangan pada hati (Liver) yang disebabkan oleh virus.
Virus Hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan Hepatitis
A (HAV), Hepatitis B (HBV), Hepatitis C (HCV), Delta Hepatitis (HDV),
Hepatitis E (HEV), Hepatitis F dan Hepatitis G (Yuliana Elin, 2009 dalam Nanda,
Nic-Noc, 2015).

Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab tersebut


adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta
merusak sel-sel organ hati. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
disebut Hepatitis Akut, Hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut
Hepatitis Kronis. (Sunaryati, 2011)

Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh berbagai
sebab, seperti bakteri, virus, proses autoimun, obat-obatan, perlemakan, alkohol
dan zat berbahaya lainnya. Infeksi (virus, bakteri, dan parasit) menjadi penyebab
umum Hepatitis, dan infeksi karena virus Hepatitis A, B, C, D atau E merupakan
yang terbanyak, di samping infeksi virus lainnya, seperti mononucleosis
infeksiosa, demam kuning, atau sitomegalovirus. Hepatitis yang disebabkan

4
infeksi virus bisa disebut juga Hepatitis viral (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan
sebelumnya rumusan masalah yang didapatkan adalah :
1) Definisi penyakit Hepatitis
2) Etiologi penyakit Hepatitis
3) Patofisiologi penyakit Hepatitis
4) Tanda dan gejala penyakit Hepatitis
5) Pemeriksaan diagnostic penyakit Hepatitis
6) Tindakan medis penyakit Hepatitis
7) Komplikasi dan pencegahan penyakit Hepatitis

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1) Memahami definisi penyakit Hepatitis
2) Memahami etiologi penyakit Hepatitis
3) Mengerti patofisiologi penyakit Hepatitis
4) Mengetahui tanda dan gejala penyakit Hepatitis
5) Memahami pemeriksaan diagnostic penyakit Hepatitis
6) Memahami Tindakan medis penyakit Hepatitis
7) Mengetahui komplikasi dan pencegahan penyakit Hepatitis

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu dapat
mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai
keperawatan anak dan konsep penyakit Hepatitis.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Hepatitis bisa
disebabkan oleh infeksi virus, bisa juga disebabkan oleh kondisi atau penyakit
lain, seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan
tertentu, atau penyakit autoimun. Jika disebabkan oleh infeksi virus, hepatitis
bisa menular.
Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus
Hepatitis terdapat 4 jenis, yaitu Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C,
Hepatitis E. Diantara keempat Hepatitis tersebut yang paling berbahaya
adalah Hepatitis B, karena virus ini intinya dapat menyatu dengan inti sel
hati dan hal itu memungkinkan terjadinya keganasan atau kanker hati
dikemudian hari (Ngastiyah, 1995 dalam Riyadi, S. 2011).
Hepatitis adalah peradangan pada hati (Liver) yang disebabkan
oleh virus. Virus Hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat
mengakibatkan Hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), Hepatitis C
(HCV), Delta Hepatitis (HDV), Hepatitis E (HEV), Hepatitis F dan
Hepatitis G (Yuliana Elin, 2009 dalam Nanda, Nic-Noc, 2015).
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab
tersebut adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan
peradangan serta merusak sel-sel organ hati. Hepatitis yang berlangsung
kurang dari 6 bulan disebut Hepatitis Akut, Hepatitis yang berlangsung
lebih dari 6 bulan disebut Hepatitis Kronis. (Sunaryati, 2011)
Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh
berbagai sebab, seperti bakteri, virus, proses autoimun, obat-obatan,
perlemakan, alkohol dan zat berbahaya lainnya. Infeksi (virus, bakteri, dan
parasit) menjadi penyebab umum Hepatitis, dan infeksi karena virus
Hepatitis A, B, C, D atau E merupakan yang terbanyak, di samping infeksi
virus lainnya, seperti mononucleosis infeksiosa, demam kuning, atau

6
sitomegalovirus. Hepatitis yang disebabkan infeksi virus bisa disebut juga
Hepatitis viral (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

2. ETIOLOGI
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya menurut
Riyadi, S. (2011) adalah sebagai berikut :
a. Hepatitis A
Virus Hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini
terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara
berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui
air dan makanan.
b. Hepatitis B
Virus Hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.
Penularannya tidak semudah Hepatitis A. Penularan biasanya terjadi
diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara
bersamaan, atau diantara mitra seksual. Selain itu pula bisa 28
menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B
bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus Hepatitis B.
c. Hepatitis C Menyebabkan minimal 80% kasus Hepatitis akibat
transfusi darah. Virus Hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui
pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi
penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum
jelas, penderita penyakit hati alkoholik seringkali menderita Hepatitis
C.
d. Hepatitis E Virus Hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang
menyerupai Hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara belakang.

3. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya gejala Hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase
inkubasi, prodromal (pra-ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen
(penyembuhan).

7
a. Fase inkubasi, merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya
gejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus
Hepatitis.
b. Fase prodomal (pra-ikterik), merupakan fase diantara timbulnya
keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Keluhan umum
yang timbul pada fase ini biasanya malaise umum, nyeri otot, nyeri
sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas, anoreksia, mual, muntah,
demam derajat rendah, nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap
dikuadran kanan atas atau epigastrium.
c. Fase ikterus. Fase ini muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga
muncul bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase
ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan
gejala prodomal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.
d. Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya
ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi
hati tetap ada.

Beberapa agens penyebab virus, toksin, dan alkohol diduga sebagai


penyebab cedera pada hati. Tumor nekrosis faktor-alfa (TNF-a) dan
interleukin 6 muncul dalam sirkulasi selama infeksi dan cedera. Melalui
ini menyebabkan set point di hipotalamus sebagai pusat termoregulasi. Hal
ini dimanifestasikan dengan adanya demam. Cedera pada hati dapat
berdampak pada manifestasi ikterik. Ikterus (jaundice) merupakan kondisi
tubuh memiliki terlalu banyak bilirubin sehingga sklera terlihat kuning.

Cedera yang ada pada hati mengakibatkan gangguan suplai darah ke


hati yaitu arteri hepatika yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
parenkim, hati, hepatosit, dan duktuli. Jumlah bilirubin yang belum
mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal. Namun karena
adanya peradangan pada sel hati menyebabkan hati tidak mampu
melakukan konjugasi bilirubin atau menyekresikannya akibat dari duktus
intrahepatik yang terdesak. Penurunan kemampuan hati untuk mengeksresi
bilirubin menyebabkan bilirubin yang telah terkonjugasi bersirkulasi

8
kembali ke dalam darah dan meningkatkan bilirubin conjugated
(terkonjugasi) yang mempunyai sifat larut lemak tidak larut air. Akibat
dari peningkatan bilirubin conjugated dan unconjugated di dalam darah
dan menyebar ke seluruh tubuh maka pasien terlihat ikterik. Hati tidak
mampu melakukan konjugasi bilirubin atau menyekresikannya akibat
duktus intrahepatik yang terdesak.

Akibat sekresi bilirubin terkonjugasi ke duodenum berkurang yang


berdampak pada menurunnya kemampuan dalam mengemulsi lemak
sehingga tidak toleran terhadap makanan berlemak. Selain itu,
menurunnya sekresi bilirubin terkonjugasi ke duodenum menyebabkan
menurunnya pembentukan sterkobilin dan urobilinogen yang
menyebabkan feses menjadi gelap, pucat seperti dempul (abolis)

Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan


garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal
pada kulit. Selain itu fungsi hati dalam melakukan metabolisme serta
regulasi lemak dan asam amino terganggu.

Hal ini menyebabkan peningkatan asam lemak dan asam amino


dalam darah, keadaan ini menekan kontrol hipotalamus terhadap rasa lapar
dan menyebabkan pasien tidak nafsu makan (anoreksia). Perangsangan
mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu sehingga
mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam
empedu, dan kolesterol) menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang
bersifat iritatif di saluran cerna sehingga merangsang nervus vagal dan
menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan
peristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung, menyebabkan makanan
tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat
muntah di medula oblongata dan pengaktifan saraf kranial ke wajah,
kerongkongan, serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen
dan diafragma sehingga menyebabkan muntah. (Yasmara, D, Nursiswati,
& Arafat, R. 2017)

9
4. TANDA DAN GEJALA
Sebagian pasien Hepatitis bersifat asimptomatis (pasien tidak menyadari
gejala apapun). Namun demikian, gejala umum Hepatitis dapat mencakup
salah satu yang berikut ini:
 Sakit atau rasa tidak nyaman dalam perut.

 Urin berwarna gelap.

 Selera makan menurun.

 Demam.

 Penyakit kuning (warna kekuningan pada kulit dan mata).

 Lesu.

 Mual dan pusing.

 Edema.

 Nyeri persendian.

 Warna tinja pucat.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013)
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
Hepatitis B adalah:
1. ASR (SGOT)/ALT (SGPT) Awalnya meningkat. Dapat
meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
SGOT/SGPT merupakan enzim-enzim intra seluler yang terutama berada
di jantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak,
meningkatkan pada kerusakan hati.

10
2. Darah Lengkap (DL) Eritrosit menurun sehubungan dengan
penurunan hidup eritrosit (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan
perdarahan.
3. Leukopenia Trombositopenia mungkin ada (splenomegaly).
4. Diferensia Darah Lengkap Leukositosis, monositosis, limfosit,
atipikal dan sel plasma.
5. Feses Warna seperti tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
6. Albumin Serum Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian
besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun
pada berbagai gangguan hati.
7. Anti HAVIgM Positif pada tipe A.
8. HbsAG Dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A).
9. Masa protrombin Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat
kerusakan sel hati atau berkurang meningkat absorbs vitamin K yang
penting untuk sintesis protombin.
10. Bilirubin Serum Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml,
prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis
seluler).
11. Biopsi Hati Menunjukkan diagnosis dan luas nekrosis.
12. Scan Hati Membantu dalam perkiraaan beratnya kerusakan
parenkin hati. 13. Urinalisa Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan
ekskresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjugasi
larut dalam air, ia di sekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

6. TINDAKAN MEDIS
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:
1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi
banyak pasien akan merasakan lebih baik dengan pembatas aktifitas fisik,
kecuali diberikan pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum
yang buruk.

11
2. Obat-obatan
a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat
penurunan bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa
dimana ada reaksi imun yang berlebihan.
b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati. Contoh
obat : Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
d. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan
lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan
dan air bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari
pasien yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan
spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah
perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi
panel donor.

7. KOMPLIKASI
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah
perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaaan ini
dikenal sebagai hepatitis kronik persisten, dan terjadi pada 5 % – 10 %
pasien. Akan tetapi meskipun terlambat, pasien-pasien hepatitits kronik
persisten akan selalu sembuhkembali.
Setelah hepatitits virus akut sembuh, sejumlah kecil pasien akan
mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif, dimana terjadi kerusakan
hati seperti digerogoti dan perkembangan sirosis. Kematian biasanya
terjadi dalam 5 tahun akibat gagal hati atau komplikasi sirosis. Hepatitis
kronik aktif dapat berkembang aktif pada 50 % pasien HCV. Sebaliknya,
Hepatitis kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV.
Akhirnya, suatu komplikasi lanjut dari suatu hepatitis yang cukup
bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.

12
8. PENCEGAHAN
Pencegahan adalah cara awal yang dapat dilakukan untuk
menghambat suatu penyakit menyerang tubuh kita. Sama halnya dengan
hepatitis dapat dilakukan pencegahan sesuai dengan jenis virus
penyebabnya sebagai berikut.
Terhadap virus hepatitis A
1) Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena
adanya karier dari virus tipe A yang sulit ditetapkan.
2) Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk
klorinasi. Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan
tinja yang baik sangat penting. Tinja, darah, dan urin pasien harus
dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu
sebelum ikterus.

Terhadap virus hepatitis B


1) Dapat ditularkan melalaui darah dan produk darah. Darah tidak
dapt disterilkan dari virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak
menjadi donor darah.
2) Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi.
Imunisasi hepatitis B dilakukan terhadap bayi-bayi setelah dilakukan
penyaring HBsAg pada ibu-ibu hamil.

Pencegahan dengan immunoglobulin


Pemberian immunoglobulin (HBIg) dalam pencegahan hepatitis
infeksiosa memberi pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum
masih diragukan kegunaannya. Diberikan dalam dosis 0,02 ml/kg BB im
dan ini dapat mencengah timbulya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada
mereka yang dicurigai ada kontak dengan pasien (Arif mansjoer, 2001:
513).
Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi,
dikarenakan keterbatasan pengobatan hepatitis virus. Kini tersedia
imunisasi pasif dan aktif untuk HAV maupun HBV. CDC (2000) telah

13
menerbitkan rekomendasi untuk praktik penberian imunisasi sebelum dan
sesudah pejanan virus (Price dan Wilson, 2005: 492).
Imunoglobulin (IG) dahulu disebut globulin serum imun,diberikan
sebagai perlindungan sebelum terpajan HAV. Semua sediaan IG
mengandung anti HAV. Profilaksis sebelum pejanan dianjurkan untuk
wisatawan manca negara yang akan berkunjung ke negara-negara endemis
HAV. Pemberian IG pasca pajanan bersifat efektif dalam mencegah atau
mengurangi keparahan infeksi HAV. Dosis 0,02 ml/kg diberikan sesegara
mungkin atau dalam waktu dua minggu setelah perjalanan. Inokulasi
dengan IG diindikasikan bagi anggota keluarga yang tinggal serumah,
sftaf pusat penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan wisatawan ke
negara berkembang dan tropis (Price dan wilson, 2005: 492).
HBIG merupakan obat terpilih untuk profilaksis pasca pajanan
jangka pendek. Pemberian vaksin HBV dapat dilakukan bersamaan untuk
mendapatkan imunitas jangka panjang, bergantung pada situasi pajanan.
HBIG (0.06 ml/kg) adalah pengobatan terpilih untuk mencegah infeksi
HBV setelah suntikan perkutan (jarum suntik) atau mukosa terpajan darah
HbsAg posotif. Vaksin HBV harus segera diberikan dalam waktiu 7
sampai 14 hari bila individu yang terpajan belum divaksinasi (Price dan
Wilson, 2005: 493).
Petugas yang terlibat dalam kontak risiko tinggi (misal pada
hemodialisis, transfusi tukarm dan terapi parental) perlu sangat berhati-
hati dalam menangani peralatan dan menghindari tusukan jarum. Tindakan
dalam masyarakat yang penting untuk mencegah hepatitis mencakup
penyediaan makanan, dan air bersih yang amam serta sistem pembuangan
sampah yang efektif. Penting untuk memperhatikan higiene
umum, mencuci tangan, membuang urin dan feses pasien yang terinfeksi
secara aman. Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali pakai akan
menghilangkan sumber infeksi yang penting. Semua donor darah perlu
disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel
donor (Price dan Wilson, 2005: 493).

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh


berbagai sebab, seperti bakteri, virus, proses autoimun, obat-obatan,
perlemakan, alkohol dan zat berbahaya lainnya. Infeksi (virus, bakteri, dan
parasit) menjadi penyebab umum Hepatitis, dan infeksi karena virus
Hepatitis A, B, C, D atau E merupakan yang terbanyak, di samping infeksi
virus lainnya, seperti mononucleosis infeksiosa, demam kuning, atau
sitomegalovirus.

B. SARAN

Bagi pembaca khususnya mahasiswa keperawatan supaya


memahami secara mendalam tentang konsep penyakit Hepatitis dan
mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan Hepatitis secara tepat dan
benar dalam memberikan asuhan keperawatan. Sehingga mampu
mengatasi masalah klien, keluarga, dan masyarakat serta memberikan
dukungan dan potensi yang dimiliki klien dengan tindakan keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan klien. Juga lebih memahami konsep
penyakit Hepatitis dan aspek-aspek didalamnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/hepatitis
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB%20II.pdf
https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/stomach-
digestive/hepatitis
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/aafa43ca8f7914ac
9fde6a5d19ff3094.pdf
http://docshare02.docshare.tips/files/28643/286432444.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai