Anda di halaman 1dari 38

HUBUNGAN LAMA PASIEN MENJALANI HEMODIALISA

DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK


DI RUANG HEMODIALISA RSUD BALI MANDARA
TAHUN 2020

WAHYU NURHADI PRATOMO


C2119127

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang

umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal. Awitan gagal ginjal

dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

sangat cepat, terjadi dalam beberapa jam atau dalam beberapa hari. Gagal Ginjal

Kronis (GGK) adalah suatu sindrom klinis disebabkan penurunan fungsi ginjal

yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, serta bersifat

persisten dan irreversibel (Aisara, Azmi, & Yanni, 2018)

Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar dunia karena sulit

disembuhkan. Menurut World Health Organization (WHO) dalam Indonesian

Renal Registry (2015) angka kejadian gagal ginjal di dunia secara global lebih

dari 500 juta orang dan yang harus hidup dengan menjalani hemodialisis sekitar

1,5 juta orang. Berdasarkan data (Indonesian Renal Registry, 2015), tercatat

30.554 pasien aktif dan 21.050 pasien baru yang menjalani terapi hemodialisis.

Pengguna HD adalah pasien dengan diagnosis GGK (89%). Urutan penyebab

gagal ginjal pasien yang mendapatkan hemodialisis berdasarkan data (Indonesian

Renal Registry, 2015), karena hipertensi (44%), penyakit diabetik mellitus atau

nefropati diabetik (22%), kelainan bawaan atau Glomerulopati Primer (8%),

Pielonefritis kronik/PNC) (7%), gangguan penyumbatan saluran kemih atau

Nefropati Obstruksi (5%), karena Asam Urat (1%) , penyakit Lupus (1%) dan

penyebab lainnya (8%) (Kurniawati & Asikin, 2018). Di RSUD Bali Mandara
berdasarkan data rekam medik jumlah pasien yang menjalani hemodialisa

sebanyak 1.124 pasien tahun 2019 dan 918 pasien dari Januari-Maret tahun 2020.

Dalam menentukan pilihan untuk memperpanjang usia harapan hidup

bukan hal yang mudah bagi individu yang menderita gagal ginjal kronik. Pasien

mempunyai banyak pertimbangan dalam memilih terapi sesuai kemampuan yang

dimilikinya. Apabila pasien memilih untuk tidak menjalani transplantasi, maka

seumur hidupnya akan bergantung pada alat dialisa untuk menggantikan fungsi

ginjalnya. Sistem dialisa bagi penderita gagal ginjal kronik merupakan

satusatunya cara untuk dapat bertahan hidup sedangkan pengobatan lain seperti

transplantasi ginjal masih terbatas karena banyak kendala yang harus dihadapi,

diantaranya ketersediaan donor ginjal, teknik operasi dan juga perawatan pada

waktu pascaoperasi. Mengingat risiko yang mungkin terjadi dengan pilihan

pengobatan yang tersedia, banyak yang memilih untuk ditempatkan pada dialisis.

Pasien dengan gagal ginjal menghadapi banyak tantangan karena mereka kondisi

yang dapat membuat mereka merasa lelah dan tertekan (Wahyuni, Miro, &

Kurniawan, 2018).

Hemodialisis merupakan suatu metode berupa cuci darah dengan

menggunakan mesin ginjal buatan. Prinsip dari hemodialisis ini adalah dengan

membersihkan dan mengatur kadar plasma darah yang nantinya akan digantikan

oleh mesin ginjal buatan.. Terapi pengganti ginjal buatan hemodialisa salah satu

tindakan pada manajemen pasien gagal ginjal akut, intoksikasi obat atau bahan

kimia dan penyakit ginjal kronis tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Terapi

hemodialisa sangat mempengaruhi keadaan psikologis pasien. Pasien akan

mengalami gangguan proses berpikir dan konsentrasi serta gangguan dalam


berhubungan sosial. Semua kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya

kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

(Widyastuti, Butar-butar, & Bebasari, 2014).

Kualitas hidup adalah sejauh mana seseorang menikmati kemungkianan

penting dalam hidupnya. Mencapai kualitas hidup perlu perubahan secara

fundamental atas cara pandang pasien terhadap penyakit gagal ginjal kronis itu

sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh (Wahyuni et al., 2018) didapatkan tujuh

belas pasien (54,8%) yang menjalani hemodialisis kurang dari dua belas bulan dan

empat diantaranya memiliki kualitas hidup yang baik dan tiga belas lainnya

memiliki kualitas hidup yang buruk. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,022

(p<0,05). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama

menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik

dengan diabetes melitus. Kata kunci: penyakit ginjal kronik, hemodialisis, kualitas

hidup pasien PGK (Wahyuni et al., 2018).

Hemodialisis idealnya dilakukan selama 10-15 jam per minggu. Namun

waktu yang dibutuhkan terlalu lama, sehingga hemodialisis sering dilakukan

selama 4-5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu pada interval 2 hari diantara

hemodialisis. Lama menjalani hemodialisis berperan penting dalam

mempengaruhi kualitas hidup (Wahyuni et al., 2018). Hasil penelitian (Utami,

Zulfachmi, & Anggraheny, 2014) didapatkan bahwa 50% responden yang belum

lama menjalani hemodialisis memiliki kualitas hidup buruk 62,5%. Penelitian

Nurcahyati (2011) mendapatkan bahwa lama pasien menjalani hemodialisa

memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup pasien hemodialisa.


Pasien yang belum lama menjalani hemodialisa memiliki 2,6 kali beresiko

terhadap hidupnya kurang berkualitas.

Survey pendahuluan peneliti pada 5 pasien diruang hemodialisa

menunjukan pasien hemodialisa memiliki ketergantungan secara fisik dalam

memenuhi kebutuhannya. Pada kesempatan tersebut peneliti juga melakukan

wawancara dengan 5 orang pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa dan 3

diantaranya kurang dari 1 (satu) tahun menjalani hemodialisa mengatakan bahwa

mereka sering merasa tidak berdaya dalam menjalani kehidupan karena proses

penyakitnya dan 2 orang diantaranya yang sudah menjalani hemodialisa selama 2

5 (dua) tahun mengatakan mereka bersyukur karena selama menjalani hemodialisa

kondisi mereka berangsur membaik walaupun harus tergantung dengan mesin

hemodialisa. Hasil pengamatan peneliti terhadap 2 pasien hemodialisa yang telah

menjalani hemodialisa lebih dari 2 tahun didapatkan bahwa secara fisik mereka

lebih mandiri dibandingkan yang belum lama menjalani hemodialisa.

Berbagai masalah yang dialami pasien yang menderita gagal ginjal kronik

yang mengharuskan pasien harus menjalani hemodialisa dalam mencapai kualitas

hidup yang lebih baik. Berbagai penelitian tentang hemodialisa dan kualitas hidup

pasien memberikan gambaran penting bagi peneliti untuk mengkaji lebih dalam

seberapa besar hubungan lama pasien menjalani hemodialisa dengan kualitas

hidup pasien gagal ginjal kronik di RSUD Bali Mandara.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada Hubungan Lama

Pasien Menjalani Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal

Kronik Di Ruang Hemodialisa RSUD Bali Mandara?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Mengetahui Mengetahui Hubungan Lama Pasien Menjalani

Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang

Hemodialisa RSUD Bali Mandara.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui lama pasien menjalani hemodialisa di lama pasien menjalani

hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Bali Mandara.

b) Mengetahui kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di Ruang

Hemodialisa RSUD Bali Mandara

c) Menganalisis hubungan lama pasien menjalani hemodialisa dengan

kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik Di Ruang Hemodialisa RSUD

Bali Mandara
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi Institusi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

acuan bagi perawat di institusi pelayanan kesehatan atau rumah sakit dalam

pengelolaan pasien GGK yang menjalani hemodialisa terkait dengan lama

menjalani hemodialisa dan kualitas hidup pasien tersebut.

2. Bagi Masyarakat dan Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

masyarakat khususnya responden yaitu menambah informasi dan

pengetahuan bagi pasien GGK dan keluarga mengenai pentingnya menjalani

terapi hemodialisa karena terkait dengan kualitas hidup pasien itu sendiri.

Keluarga diharapkan dapat memberikan dorongan dan motivasi pada pasien

GGK dalam menjalani terapi hemodialisa.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber refrensi dalam

mengembangkan ilmu keperawatan serta menjadi awal penelitian-penelitian

selanjutnya khususnya yang terkait kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani terapi hemodialisa.

4. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi,

rujukan, dan bahan acuan tambahan bagi perawat dalam mengembangkan

bidang keilmuannya dalam hal praktek klinis mengenai hubungan kualitas

hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.


E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian


Nama Tujuan dan
Instrumen Hasil Persamaan dan
peneliti, Judul Metode
Penelitian Penelitian Perbedaan
Tahun Penelitian

(Mayuda, Hubungan Tujuan Kuesioner Tidak terdapat Persamaannya dari


Chasani, & Antara Lama penelitian untuk KDQOL perbedaan segi kuisoner yang
Saktini, Hemodialisis menganalisis SF™1.3 maupun digunakan,
2017) Dengan hubungan antara hubungan yang perbedaannya dari
Kualitas Hidup lama menjalani signifikan segi tujuan dan
Pasien Penyakit hemodialisis secara statistik metode penelitian
Ginjal Kronik dengan kualitas antara lama
(Studi Di hidup penderita hemodialisis
RSUP penyakit ginjal dengan kualitas
Dr.Kariadi kronik hidup pasien
Semarang) menggunakan penyakit ginjal
metode kronik di RSUP
consecutive Dr.Kariadi
sampling. Semarang.

(Rahma, Hubungan Tujuan Kusioner Tidak terdapat Persamaannya dari


Kaunan, & antara lama penelitian untuk World Health hubungan antara segi teknik
Elim, 2016) menjalani mencari Organization lama menjalani pengambilan
hemodialisis hubungan antara Quality of Life hemodialisis sampel yaitu
dengan kualitas lama menjalani (WHOQOLBR dengan kualitas purposive,
hidup pasien hemodialisis EF) hidup pada perbedaannya dari
yang menjalani dengan kualitas pasien segi kuesioner yang
hemodialisis di hidup Penelitian hemodialisis digunakan
Unit ini bersifat
Hemodialisis observational
RSUP. Prof. analitik dengan
Dr. R. D. teknik
Kandou pengambilan
Manado sampel yaitu
purposive

(Husnal & Hubungan Tujuan Kuesioner Tidak terdapat Persamaan pada


Maulina, Antara penelitian untuk WHOQOL hubungan yang tujuan penelitian
2015) Lamanya menganalisis BREF bermakna antara
Hemodialisis hubungan antara lamanya HD Perbedaan pada
Dengan lamanya HD dengan kualitas kuesioner yang
Kualitas Hidup dengan kualitas hidup pasien digunakan
Pasien Penyakit hidup pasien PGK
Ginjal Kronik PGK dengan
Di Rumah teknik
Sakit Umum pengambilan
Cut Meutia sampel total
Kabupaten sampling
Aceh Utara
Tahun 2015

(Wahyuni et Hubungan Tujuan Kuesioner Terdapat Persamaan pada


al., 2018) Lama penelitian KDQOL SF hubungan yang kuesioner yang
Menjalani menentukan 1.3 bermakna antara digunakan
Hemodialisis hubungan lama lama menjalani
dengan menjalani hemodialisis Perbedaan pada
Kualitas Hidup hemodialisis dengan kualitas sample yang
Pasien Penyakit dengan kualitas hidup pasien terdapat penyakit
Ginjal Kronik hidup pasien penyakit ginjal penyerta DM
dengan penyakit ginjal kronik dengan
Diabetes kronik dengan diabetes melitus
Melitus di diabetes melitus
RSUP Dr. M
Djamil Padang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal Ginjal Kronik

1. Pengertian GGK

Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Desease) adalah keadaan

dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan –

lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Peyakit ini

bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversibel).

Gejala penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu makan, mual,

muntah, pusing, sesak nafas, rasa Lelah, edema pada kaki dan tangan serta

uremia. Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliren

Kreatinin (TKK) < 25 ml/menit, diberikan Diet Rendah Protein (Irwan,

2016). Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan faal ginjal yang

menahun mengarah pada kerusakan jaringan ginjal yang tidak reversible

dan progresif. Adapun GGT (Gagal Ginjal Terminal) adalah fase terakhir

dari Gagal Ginjal Kronik (GGK) dengan faal ginjal sudah sangat buruk.

Kedua hal tersebut bisa dibedakan dengan tes klirens kreatinin (Irwan,

2016).

2. Etiologi GGK

Etiologi memegang peran penting dalam memperkirakan perjalanan

klinis Gagal Ginjal Kronik (GGK) dan penaggulangannya. Penyebab

primer Gagal Ginjal Kronik (GGK) juga akan mempengaruhi manifestasi

klinis yang akan sangat membantu diagnose, contoh: gout akan


menyebabkan nefropati gout. Penyeban terbanyak Gagal Ginjal Kronik

(GGK) dewasa ini adalah nefropati DM, hipertensi, glomerulus nefritis,

penyakit ginjal herediter, uropati obstruki, nefritis interstitial. Sedangkan

di Indonesia, penyebab Gagal Ginjal Kronik (GGK) terbanyak adalah

glomerulus nefritis, infeksi saluran kemih (ISK), batu saluran kencing,

nefropati diabetic, nefrosklerosis hipertensi, ginjal polikistik, dan

sebagainya (Irwan, 2016).

3. Gejala GGK

Ginjal merupakan organ dengan daya kompensasi tinggi. Jaringan

ginjal sehat akan mengambil alih tugas dan pekerjaan jaringan ginjal yang

sakit dengan meningkatkan perfusi darah ke ginjal dan filtrasi. Bila

jaringan ginjal yang rusak mencapai 75 -85 % maka daya kompensasi tak

lagi mencukupi sehingga timbul gejala uremia oleh karena terjadi

penurunan zat – zat yang tak bisa dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang

sakit. Gagal ginjal pada tahap awal akan tidak disadari oleh penderitanya,

karena gejalanya umumnya tidak Nampak. Tetapi ada pula gejala yang

akan dirasakan pada saat sakit ginjal. Berikut ini merupakan beberapa

gejala yang dapat dirasakan ketika mengalami gagal ginjal adalah sesak

nafas, urin berbau, kencing darah, pembengkakan dan mudah lelah (Irwan,

2016). Untuk gejala yang dialami oleh penderita Gagal Ginjal Kronik

(GGK) umumnya berupa sindrom uremia yaitu :

a. Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anoreksia, pendarahan gastrointestinal, mual,

muntah, mulut kering, rasa pahit, pendarahan epitel, diare dan

konstipasi.

b. Kulit

Kering, atropi, warna berubah kecoklatan dan gatal

c. Kardiovaskuler

Hipertensi, pembesaran jantung, payah jantung, pericarditis, dan gagal

jantung kongestif.

d. Darah

Anemia, asidosis, pendarahan, kegiatan trombosit menurun,

eritropoetin menurun, dan trombositopenia.

e. Neurologi

Apatis, neuropati, perifer, depresi, precoma.

Hasil tes klirens kreatinin adalah sebagai berikut:

a. Gagal Ginjal Dini = > 30 ml / menit

b. Gagal Ginjal Kronik (GGK) = 30 – 5 ml / menit

Gagal Ginjal Terminal = ≤ 5 ml / menit

4. Pencegahan GGK

Menurut Irwan (2016) penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah

salah satu jenis penyakit tidak menular yang memiliki angka cukup tinggi,

namun demikian penyakit ini dapat dihindari melalui upaya pencegahan

yang meliputi :

a. Mengendalikan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan juga

penyakit jantung dengan lebih baik. Penyakit ginjal merupakan salah


satu penyakit sekunder akibat dari penyakit primer yang

mendasarinya. Oleh sebab itulah, perlunya mengendalikan dan

mengontrol penyakit primer agar tidak komplikasi menjadi gagal

ginjal.

b. Mengurangi makanan yang mengandung garam adalah salah satu jenis

makanan dengan kandungan natrium yang tinggi. Natrium yang tinggi

bukan hanya bisa menyebabkan tekanan darah meningkat, namun juga

akan memicu terjadinya proses pembentukan batu ginjal.

c. Minumlah banyak air setiap harinya. Air adalah salah satu komponen

makanan yang diperlukan tubuh agar bisa terhindar dari dehidrasi.

Selain itu, air juga bisa berguna dalam membantu untuk mengeluarkan

racun dari dalam tubuh dana kan membantu mempertahankan volume

serta konsentrasi darah. Selain itu air juga bisa berguna dalam

memelihara sistem pencernaan dan membantu mengendalikan suhu

tubuh.

d. Jangan menahan buang air kecil. Penyaringan darah merupakan salah

satu fungsi yang paling utama yang dimiliki ginjal. Disaat proses

penyaringan berlangsung, maka jumlah dari kelebihan cairan akan

tersimpan di dalam kandung kemih dan setelah itu harus segera

dibuang. Walupun kandung kemih mampu menampung lebih banyak

urin, tetapi rasa ingin buang air kecil akan dirasakan di saat kandung

kemih sudah mulai penuh sekitar 120 – 250 ml urin. Sebaiknya jangan

pernah menahan buang air kecil. Hal ini akan berdampak besar dari

terjadinya proses penyaringan ginjal.


e. Makan makanan yang baik. Makanan yang baik adalah makanan

dengan kandungan nutrisi serta gizi yang baik. Sebaiknya hindari

makanan junk food.

B. Hemodialisis

1. Pengertian Hemodialisis

Hemodialisis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan

komposisi solute darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran

semi permeabel (membran dialisis). Tetapi pada prinsipnya, hemodialisis

adalah suatu proses pemisahan atau penyaringan atau pembersihan darah

melalui suatu membran semipermeabel yang dilakukan pada pasien dengan

gangguan fungsi ginjal baik akut maupun kronik (Suhardjono, 2014).

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal untuk pasien

penyakit ginjal kronik. Terapi ini dilakukan untuk menggantikan fungsi

ginjal yang rusak (Smeltzer & Bare, 2011). Hemodialisis memerlukan

waktu selama 3 – 5 jam dan dilakukan sekitar 3x dalam seminggu. Pada

akhir interval 2 – 3 hari diantara terapi, keseimbangan garam, air dan

pangkat hidrogen (PH) sudah tidak normal lagi dan penderita biasanya

merasa tidak sehat. Indikasi dilakukan tindakan dialisis adalah pasien gagal

ginjal dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) <15 mL/menit, pasien dengan

Tes Klirens Kreatinin (TKK)/LFG <10 mL/menit dengan gejala uremia,

atau TKK/LFG <5 mL/menit walau tanpa gejala. Pada TKK/LFG < 5

mL/menit, fungsi ekskresi ginjal sudah minimal sehingga mengakibatkan


akumulasi zat toksik dalam darah dan komplikasi yang membahayakan bila

tidak dilakukan tindakan dialisis segera (Pernefri, 2013).

2. Adekuasi hemodialisis

Adekuasi atau kecukupan dosis (frekuensi dan durasi) hemodialisis

dicapai setelah proses hemodialisis selesai selama kurang lebih 5 jam.

Adekuasi hemodialisis tercapai ababila pasien merasa nyaman dan keadaan

menjadi lebih baik, dan dapat menjalani hidup yang lebih panjang meskipun

harus dengan penyakit gagal ginjal kronik. Adekuasi hemodialisis

merupakan kecukupan dosis hemodialisis yang direkomendasikan untuk

mendapatkan hasil yang adekuat pada pasien gagal ginjal yang menjalani

hemodialisis HD sudah adekuat atau tidak, dapat dilakukan pemeriksaan

secara periodik setiap bulan sekali dengan beberapa instrumentasi penilaian.

Secara laboratorik, HD dikatakan adekuat jika terdapat kadar ureum

darah yang menurun (Urea Reduction Ratio) dan rasio antara jumlah darah

yang dihemodialisis per waktunya dengan fraksi HD yang terbentuk (Kt/V)

lebih dari sama dengan 1,2 untuk yang menjalani hemodialisis 3 kali dalam

seminggu dan 1,8 untuk yang menjalani hemodialisis 2 kali seminggu

(Septiwi, 2013). Pencapaian adekuasi hemodialisis diperlukan untuk

menilai efektivitas tindakan hemodialisis yang dilakukan. Hemodialisis

yang adekuat akan memberikan manfaat yang besar dan memungkinkan

pasien gagal ginjal tetap bisa menjalani aktivitasnya seperti biasa.

Terdapat hubungan yang kuat antara adekuasi hemodialisis dengan

morbiditas dan mortalitas pasien gagal ginjal (Septiwi, 2013).


3. Faktor Yang Mempengaruhi Hemodialisis

Hemodialisis yang tidak adekuat dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti bersihan ureum yang tidak optimal, waktu dialisis yang

kurang, dan kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium (ureum darah).

Untuk mencapai adekuasi hemodialisis, maka besarnya dosis yang diberikan

harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Time of dialisis

Adalah lama waktu pelaksanaan hemodialisis yang idealnya 10-12 jam

perminggu. Bila hemodialisis dilakukan 2 kali/minggu maka lama

waktu tiap kali hemodialisis adalah 5-6 jam, sedangkan bila dilakukan 3

kali/minggu maka waktu tiap kali hemodialisis adalah 4-5 jam.

b. Interdialytic time

Adalah waktu interval atau frekuensi pelaksanaan hemodialisis yang

berkisar antara 2 kali/minggu atau 3 kali/minggu. Idealnya hemodialisis

dilakukan 3 kali/minggu dengan durasi 4-5 jam setiap sesi, akan tetapi

di Indonesia dilakukan 2 kali/minggu dengan durasi 4-5 jam, dengan

pertimbangan bahwa PT ASKES hanya mampu menanggung biaya

hemodialisis 2 kali/minggu (Haryono, 2013).

c. Quick of blood (Blood flow)

Adalah besarnya aliran darah yang dialirkan ke dalam dialiser yang

besarnya antara 200-600 ml/menit dengan cara mengaturnya pada

mesin dialisis. Pengaturan Qb 200 ml/menit akan memperoleh bersihan


ureum 150 ml/menit, dan peningkatan Qb sampai 400ml/menit

akan meningkatkan bersihan ureum 200 ml/menit.

d. Quick of dialysate (dialysate flow)

Adalah besarnya aliran dialisat yang menuju dan keluar dari dialiser

yang dapat mempengaruhi tingkat bersihan yang dicapai, sehingga

perlu di atur sebesar 400 – 800 ml/menit dan biasanya sudah

disesuaikan dengan jenis atau merk mesin. Daugirdas (2010)

menyebutkan bahwa pencapaian bersihan ureum yang optimal dapat

dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah (Qb), kecepatan aliran dialisat

(Qd), dan koefisien luas permukaan dialiser.

e. Clearance of dialyzer

Klirens menggambarkan kemampuan dialiser untuk membersihkan

darah dari cairan dan zat terlarut, dan besarnya klirens dipengaruhi oleh

bahan, tebal, dan luasnya membran. Luas membran berkisar antara 0,8-

2,2 m². KoA merupakan koefisien luas permukaan transfer yang

menunjukkan kemampuan untuk penjernihan ureum. Untuk mencapai

adekuasi diperlukan KoA yang tinggi yang diimbangi dengan Qb yang

tinggi pula antara 300-400ml/menit.

f. Tipe akses vascular

Akses vaskular cimino (Arterio Venousa Shunt) merupakan akses yag

paling direkomendasikan bagi pasien hemodialisis. Akses vaskular

cimino yang berfungsi dengan baik akan berpengaruh pada adekuasi

dialisis. Ada hubungan antara akses vaskular dengan adekuasi


hemodialisis dan berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien

hemodialisis.

g. Trans membrane pressure

Adalah besarnya perbedaan tekanan hidrostatik antara kompartemen

dialisis (Pd) dan kompartemen darah (Pb) yang diperlukan agar terjadi

proses ultrafiltrasi. Nilainya tidak boleh < kurang dari -50 dan Pb harus

lebih besar daripada Pd serta dapat dihitung secara manual dengan

rumus: TMP = (Pb – Pd) mmHg.

C. Kualitas Hidup

1. Pengertian

Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi mereka dalam

kehidupan dalam konteks budaya dan nilai sistem di mana mereka tinggal

dan dalam kaitannya dengan tujuan mereka, harapan, standar dan

kekhawatiran (Nurchayati, 2011).

Kualitas hidup menurut World Health Organozation Quality of Life

(WHOQOL) Group dalam (Rapley, 2003) didefinisikan sebagai persepsi

individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam konteks budaya dan

sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan,

harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang (Nimas, 2012).


2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Gagal

Ginjal Kronis

Menurut Nurchayati (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik, yaitu :

a. Umur

Pada umumnya kualitas hidup menurun dengan meningkatnya

umur. Penderita GGK usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang

lebih baik oleh karena biasanya kondisi fisiknya yang lebih baik

dibanding yang berusia tua. Penderita yang dalam usia produktif merasa

terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan

hidup yang tinggi, sementara yang sudah berusia tua lebih menyerahkan

keputusan pada keluarga atau anak-anaknya. Tidak sedikit dari mereka

merasa sudah tua, capek hanya menunggu waktu, akibatnya mereka

kurang motivasi dalam menjalani terapi haemodialisis.

b. Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih jelek dibanding

perempuan dan semakin lama menjalani hemodialisa akan semakin

rendah kualitas hidup penderita.

c. Status Nutrisi

Penderita gagal ginjal terminal yang dilakukan hemodialisa kronis

sering mengalami protein kalori malnutrisi. Malnutrisi akan

menyebabkan defisiensi respon imun, sehingga penderita mudah

mengalami infeksi dan septikemia. Ternyata semakin jelek status nutrisi

semakin jelek kualitas hidup penderita gagal ginjal terminal. Malnutrisi


pada gagal ginjal terminal disebabkan oleh toksin uremi dan oleh

prosedur hemodialisa.

d. Pendidikan

Pada penderita yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas juga memungkinkan pasien itu

dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapi,

mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan

mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian serta

mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan,

akan dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu

tersebut dalam membuat keputusan. Perilaku yang didasari pengetahuan

akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan.

e. Pekerjaan

Pekerjaan adalah merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas

seseorang yang bekerja pada orang lain atau instasi, kantor, perusahaan

untuk memperoleh penghasilan yaitu upah atau gaji baik berupa uang

maupun barang demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karna tidak

mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau membayar

tranportasi.

f. Lama menjalani Hemodialisa


Pada awal menjalani hemodialisa respon pasien seolah-olah tidak

menerima atas kehilangan fungsi ginjalnya, marah dengan kejadian

yang ada dan merasa sedih dengan kejadian yang dialami sehingga

memerlukan penyesuaian diri yang lama terhadap lingkungan yang baru

dan harus menjalani hemodialisa dua kali seminggu. Waktu yang

diperlukan untuk beradaptasi masing-masing pasien berbeda lamanya,

semakin lama pasien menjalani hemodialisa adaptasi pasien semakin

baik karena pasien telah mendapat pendidikan kesehatan atau informasi

yang diperlukan semakin banyak dari petugas kesehatan.

g. Anemia

Anemia adalah kondisi klinis yang dihasilkan akibat insufisiensi

suplai darah merah yang sehat, volume sel darah merah, dan atau

jumlah hemoglobin (Hb) dengan hasil pemeriksaan laboratorium kadar

Hb<11 gr/dl. Nilai Hb yang direkomendasikan pada pasien gagal ginjal

kronik berdasarkan National Kidney Foundation’s Kidney Disease

Quality Initiative (NKF-K/DOQI) adalah pada level 11-12 gr/dl.

h. Hipertensi

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah

terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah

dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan

peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya,

penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah.

3. Aspek – Aspek Kualitas Hidup


Menurut (WHO, 2010) terdapat empat aspek mengenai kualitas

hidup, diantaranya sebagai berikut:

a. Kesehatan fisik, diantaranya Aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada

zat obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit

dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.

b. Kesejahteraan psikologi, diantaranya image tubuh dan penampilan,

perasaan negative, perasaan positif, harga diri,

spiritualitas/agama/keyakinan pribadi, berpikir , belajar , memori dan

konsentrasi.

c. Hubungan sosial, diantaranya hubungan pribadi, dukungan sosial,

aktivitas seksual.

d. Hubungan dengan lingkungan, diantaranya sumber keuangan,

kebebasan, keamanan fisik dan keamanan Kesehatan dan perawatan

sosial : aksesibilitas dan kualitas, lingkungan rumah, Peluang untuk

memperoleh informasi dan keterampilan baru, partisipasi dalam dan

peluang untuk kegiatan rekreasi / olahraga, lingkungan fisik ( polusi/

suara / lalu lintas / iklim ), mengangkut.

Menurut WHOQOL-BREF dalam (Nimas, 2012) terdapat empat

aspek mengenai kualitas hidup, diantaranya sebagai berikut:

a. Kesehatan fisik, mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada

obat-obatan, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan

ketidaknyamanan, tidur/istirahat, kapasitas kerja


b. Kesejahteraan psikologis, mencakup bodily image appearance, perasaan

negative, perasaan positif, self-esteem, spiritual/agama/keyakinan

pribadi, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi.

c. Hubungan sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial, aktivitas

seksual

d. Hubungan dengan lingkungan mencakup ssumber finansial, kebebasan,

keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan sosial

termasuk aksesbilitas dan kualitas, lingkungan rumah, kesempatan

untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan,

partisispasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan

kegiatan yang menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik

termasuk polusi/kebisingan/lalu lintas/iklim serta transportasi

4. Instrumen Penilaian Kualitas Hidup

Terdapat beberapa instrumen untuk menganalisis kualitas hidup

yang meliputi persepsi fisik, psikologi dan hubungan sosial pasien antara

lain Karnofsky Scales, Kidney Disease Quality of Life (KDQL) kuesioner,

WHOQoL-BREF, dan Medical outcomes study 36-Item Short-Form Healt

Survey (SF-36) yang telah banyak digunakan dalam mengevaluasi kualitas

hidup pasien penderita penyakit- penyakit kronik.12 WHOQoL-BREF yang

berisi 26 buah pertanyaan, terdiri dari 5 skala poin. Pada setiap pertanyaan

dijawaban terendah 1 yang berarti tidak memuaskan, sampai dengan 5 yang

berarti sangat memuaskan, kecuali untuk pertanyaan nomer 3,4, dan 26

karena pertanyaan bersifat negatif maka memilih jawaban mulai skor 5 yang
berarti sangat sangat memuaskan, sampai dengan 1 yang berarti sangat tidak

memuaskan.

D. Kerangka Teori

Peritonial Pasien gagal Transpantasi


Dialisis ginjal kronik Ginjal

Stressor psikologis
Stressor Fisik a. Pembatasan cairan
a. Hipotensi Hemodialisa b. Pembatasan
b. Kram Otot Jangka Panjang konsumsi makanan
c. Gatal c. Gangguan tidur
d. Anemia d. Pembatasan waktu
dan tempat bekerja
Faktor Yang e. Lamanya
Komplikasi
Mempengaruhi hemodialisis
Kualitas Hidup : f. Faktor ekonomi
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Status Nutrisi Kualitas Hidup Aspek - Aspek
d. Pendidikan Kualitas Hidup :
Pasien Gagal Ginjal
e. Pekerjaan a. Kesehatan Fisik
Kronik
f. Lama menjalani b. Kesejahteraan
Hemodialisa Psikologi
g. Anemia c. Hubungan Sosial
h. Hipertensi d. Hubungan dengan
Lingkungan

(Nimas, 2012; Nurcahyati, 2011; WHO, 2010)

Gambar 1 Kerangka Teori Hubungan Lama Menjalani Hemodialisa dengan


Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap lainnya dari masalah yang akan diteliti sesuai dengan tujuan

dan pemikiran peneliti yaitu mendapatkan gambaran tentang hubungan lama

menjalani hemodialisa dengan kualitias hidup pasien gagal ginjal kronik (Setiadi,

2013).

Kerangka konsep dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Lama Menjalani Kualitias Hidup Pasien


Hemodialisa Gagal Ginjal Kronik

Keterangan:

Komponen penelitian

Variabel yang tidak diteliti

Alur berpikir

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Lama Menjalani Hemodialisa


dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan Hipotesis dalam penelitian keperawatan terdiri atas hipotesis nol

(H0 atau tidak terdapat pengaruh) dan hipotesis alternatif (Ha atau ada hubungan)

(Setiadi, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha). Ada

hubungan lama menjalani hemodialisa dengan kualitias hidup pasien gagal ginjal

kronik.

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah komponen atau faktor yang berkaitan satu sama

lain dan telah diinventarisasi lebih dulu dalam variabel penelitian.

a. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang nilainya

mempengaruhi variabel lain (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel independen adalah lama menjalani hemodialisa.

b. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang nilainya

dipengaruhi oleh veriabel yang lain (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel dependen adalah kualitias hidup pasien gagal ginjal

kronik.
2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operational Hubungan Lama Menjalani Hemodialisa


dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik

No Variabel Definisi Cara dan Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Pengumpulan Ukur
Data
1 Independen: Lama pasien sudah Kuesioner 1. ≤ 1 tahun Ordinal
lama menjalani terapi 2. >1 tahun
menjalani hemodialisa dimulai
hemodialisa saat HD pertama
dilakukan

2 Dependen: Persepsi pasien gagal Kuesioner Rerata skor pada Rasio


kualitias ginjal kronik WHOQoL-BREF masing – masing
hidup pasien mengenai posisi domain dengan skala
gagal ginjal dalam hidup dalam 0-100
kronik konteks budaya dan
sistem nilai dimana
pasien hidup dan
hubungannya dengan
tujuan, harapan,
standar yang
ditetapkan dan
perhatian seseorang
meliputi :
1. Domain Fisik
2. Domain Psikologi
3. Domain Sosial
4. Domain
Lingkungan
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional dimana peneliti hanya sekali melakukan pengukuran

terhadap subyek penelitian. Penelitian ini mencari hubungan lama menjalani

hemodialisa dengan kualitias hidup pasien gagal ginjal kronik dengan

pengambilan data hanya sekali dalam satu waktu tertentu hingga jumlah sampel

terpenuhi (Setiadi, 2013).

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakterisktik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Setiadi, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Bali

Mandara dalam 3 bulan terakhir (Januari, Februari dan Maret) sebanyak 121

orang.

2. Teknik Sampling dan Besaran Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling dengan purposive sampling, yaitu teknik penetapan


sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti (Setiadi, 2013).

Rumusnya adalah sebagai berikut :

= N

1+ N(d)2

= 121
1+121(0.05)2

= 121
1 + 0,3025

= 93 responden

Penelitian ini akan menggunakan sample sebanyak 92 pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Bali Mandara yang

sesuai dengan kriteria inklusi.

3. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sejumlah

dari karateristik yang dimiliki populasi (Setiadi, 2013). Sampel dalam

penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

di RSUD Bali Mandara yang sesuai dengan kriteria inklusi.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Setiadi, 2013).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pasien pasien gagal ginjal kronik yang bersedia menjadi responden


2) Pasien pasien gagal ginjal kronik yang rutin menjalani hemodialisa 2

kali dalam seminggu selama 3 bulan terakhir. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek

yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab (Setiadi,

2013). Adalah karakter sampel yang tidak dapat dimasukkan atau tidak

layak diteliti yaitu:

1) Pasien pasien gagal ginjal kronik yang baru menajalani hemodialisa

<1 bulan

2) Pasien pasien gagal ginjal kronik yang baru menajalani hemodialisa

yang mengalami stress atau cemas

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di ruang Hemodialisa RSUD Bali

Mandara

2. Waktu Penelitian

Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data penelitian ini dilakukan pada

bulan Juni-Juli 2020.

D. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian dalam keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia oleh sebab itu, etika penelitian harus
diperhatikan. Sebelum melaksanakan penelitian dilalukan uji etik di Stikes

Bina Usada Bali.

Menurut Nursalam (2016) etika penelitian yang harus diperhatikan

dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Merupakan etika penelitian yang mengatur mengenai perlindungan

terhadap partisipan dan pertanggungjawaban peneliti terhadap subjek

penelitian. yaitu sebelum penelitian, peneliti memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden kepada responden. Jika bersedia

responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan atau informed

consent dan jika responden tidak bersedia maka peneliti menghormati hak

responden tersebut.

2. Anonimity

Merupakan etika penelitian dimana subjek penelitian mau diteliti,

peneliti menjanjikan bahwa identitas subjek penelitian akan dirahasiakan.

Peneliti tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan nama inisial pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiallity

Peneliti menjaga kerahasiaan tentang jawaban yang telah diisi oleh

responden pada lembar observasi dan peneliti menyimpan jawaban

responden/file dilokasi yang aman dan membuang data-data tentang

responden yang tidak diperlukan untuk penelitian.


E. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner terdiri dari

dua bagian. Bagian pertama berisi kode responden, jenis kelamin, umur,

pendidikan, pekerjaan, lama menjalani hemodialisa. Sedangkan bagian kedua

berisi kuesioner WHOQOL-BREF (World Health Organization Quality Of

Life-BREF). Instrumen kualitas hidup WHOQOL-BREF (World Health

Organization Quality Of Life-BREF) merupakan penggembangan dari

instrumen WHOQOL-100. Kedua instrumen ini dibuat oleh tim dari World

Health Organization (WHO). Menurut Sekarwiri (2008) instrumen WHOQOL-

BREF adalah alat ukur yang valid (r= 0.89-0.95) dan reliable (R= 0.660.87).

Instrumen WHOQOL-BREF ini merupakan rangkuman dari World

Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) –100 yang terdiri dari 26

pertanyaan. WHOQOL– BREF terdiri dari dua bagian yang berasal dari

kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum, dan satu bagian

yang terdiri dari 24 pertanyaan yang berasal dari WHOQOL – 100

(Koesmanto, 2013). Menurut Raudhah (2012) dalam (Koesmanto, 2013) untuk

menilai WHOQOL– BREF, maka ada empat domain yang digabungkan yaitu

domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Semua pertanyaan

berdasarkan pada skala Likert lima poin (1-5) yang fokus pada intensitas,

kapasitas, frekuensi dan evaluasi. Skala respon intensitas mengacu kepada

tingkatan dimana status atau situasi yang dialami individu. Skala respon

kapasitas mengacu pada kapasitas perasaan, situasi atau tingkah laku. Skala

respon frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari situasi

atau tingkah laku. Skala evaluasi mengacu pada taksiran situasi dari situasi,
kapasitas atau tingkah laku (Koesmanto, 2013). Pertanyaan nomor 1 dan 2

pada kuesioner mengkaji tentang kualitas hidup secara menyeluruh dan

kesehatan secara umum. Domain 1 – Fisik terdapat pada pertanyaan nomor 3,

4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Domain 2 - Psikologis ada pada pertanyaan nomor 5,

6, 7, 11, 19, dan 26. Domain 3 - Hubungan sosial ada pada pertanyaan nomor

20, 21, dan 22. Domain 4 - Lingkungan ada pada pertanyaan nomor 8, 9, 12,

13, 14, 23, 24, dan 25. Instrumen ini juga terdiri atas pertanyaan positif, kecuali

pada tiga pertanyaan yaitu nomor 3,4, dan 26 yang bernilai negatif. Pada

penelitian ini skor tiap domain (raw score) ditransformasikan dalam skala 0-

100 (Koesmanto, 2013).

Tabel 2 Kisi - Kisi Kuesioner


WHOQOL-BREF Pertanyaan Nomor Jumlah Butir
Dimensi Fisik 3,4, 10, 15, 16, 17, 18 7
Dimensi 5, 6, 7, 11, 19, 26 6
Kesejahteraan
psikologis
Dimensi Sosial 20, 21, 22 3
Dimensi Lingkungan 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, 25 8

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Cara Administratif

Pengumpulan data dimulai dari penetapan pasien yang menjadi

responden dalam penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi. Responden

diberikan penjelasan tentang penelitian setelah mengerti, respoden diberikan

sebuah informed consent yang sebagai tanda persetujuan menjadi

responden.

2. Cara Teknis
Pasien yang datang ke ruang Hemodialisa RSUD Bali Mandara akan

dilakukan pemilahan sesuai krtieria inklusi dan eksklusi penelitian. Setelah

itu responden diberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Setelah pasien setuju kemudian dibantu dalam pengisian kuesioner. Setelah

data terkumpul kemudian dianalisa untuk mencari pengaruh dengan

menggunakan bantuan program SPSS 19.0 For Windows.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data

ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan

rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi,

2013). Adapun tahap – tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Editing

Sebelum data diolah lebih lanjut, sangat perlu dilakukan

pemeriksaan (editing) data untuk menghindari kekeliruan atau kesalahan

data. Data yang telah diperoleh dicocokkan kembali dengan hasil

pengukuran kadar gula darah sehingga tidak akan menimbulkan data yang

salah saat mengolah data.

2. Coding

Coding merupakan proses mengklasifikasi atau mengelompokkan

data sesuai dengan klasifikasinya dengan cara memberikan kode tertentu.

Coding pada jenis kelamin 1 (laki-laki) dan 2 (perempuan). Coding pada

Pendidikan 1 (Tidak sekolah), 2 (SD), 3 (SMP), 4 (SMA) dan 5 (Perguruan

Tinggi) dst.
3. Entry

Memasukkan data sesuai dengan hasil penelitian yang didapat pada

lemar observasi dan kuesioner.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangan penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

mengungkap fenomena (Nursalam, 2016). Ada dua Analisa yang akan

dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memberikan gambaran dan

penjelasan tentang karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dengan

menghitung mean, median, mode dan standar deviasi (SD) (Setiadi, 2013).

Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

karakteristik responden, lama menjalani hemodialisa dan kualitas hidup

pasien gagal ginjal kronik.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua

variabel. Pada tahap ini diteliti hubungan antara dua variabel yang meliputi

variabel bebas dan terikat. Untuk membuktikan adanya hubungan antara

lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal

kronik digunakan uji korelasi Rank Spearman, Dimana jika :

1. P-value ≤0,05 H0 ditolak : terdapat hubungan yang signifikan antara lama

menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik


2. P-value <0,05 H0 diterima : tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik
DAFTAR PUSTAKA

Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018). Gambaran Klinis Penderita Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 7(1), 42–50.
https://doi.org/10.25077/jka.v7i1.778

Haryono, R. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan.


Yogyakarta: Rapha Publising.

Husnal, H., & Maulina, N. (2015). Hubungan Antara Lamanya Hemodialisis


Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di Rumah Sakit
Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015.

Indonesian Renal Registry. (2015). 5th Report of Indonesian Renal Registry.

Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish.

Kurniawati, A., & Asikin, A. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan Penyakit


Ginjal Dan Terapi Diet Ginjal Dan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Di
Rumkital Dr . Ramelan Surabaya Description in the Level of Knowledge
Regarding Kidney Disease and Renal Diet Therapy and Quality of Life
among He. Research Study, 125–135.
https://doi.org/10.20473/amnt.v2.i2.2018.125-135

Mayuda, A., Chasani, S., & Saktini, F. (2017). Hubungan Antara Lama
Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik (Studi
Di RSUP Dr.Kariadi Semarang).

Nimas, A. F. (2012). Kualitas Hidup Pada Penderita Kanker Serviks yang


Menjalani Pengobatan Radioterapi. Universitas Airlangga Surabaya.

Nurcahyati, S. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup


Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap dan Rumah
Sakit Umum Daerah Banyumas.

Nurchayati, S. (2011). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas


hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah
Sakit Islam Fatmawati Cilacap dan Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
Universitas Indonesia.

Nursalam. (2016). Metodologi Ilmu Keperawatan, edisi 4. Jakarta: Salemba


Medika.

Pernefri. (2013). Konsensus Dialisis PERNEFRI.

Rahma, M. T. S. A., Kaunan, T. M. D., & Elim, C. (2016). Hubungan antara


lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien yang menjalani
hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Rapley, M. (2003). Quality of Life Research: a critical introduction. London.

Septiwi, C. (2013). Pengaruh Breathing Excercise Terhadap Level Fatigue Pasien


Hemodialisis di RASP Gatot Subroto. Jurnal Keperawatan, 8(1).

Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2).


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Smeltzer, S. C. O., & Bare, B. G. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.

Suhardjono. (2014). Hemodialisis : Prinsip Dasar Dan Pemakaian Kliniknya.


Jakarta: Interna Publishing.

Utami, O. C. U., Zulfachmi, & Anggraheny, H. D. (2014). Hubungan Antara


Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik di RSUD Tugurejo Semarang.

Wahyuni, P., Miro, S., & Kurniawan, E. (2018). Hubungan Lama Menjalani
Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan
Diabetes Melitus di RSUP Dr. M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
7(4), 480. https://doi.org/10.25077/jka.v7i4.905

WHO. (2010). WHO Quality of Life-BREF (WHOQOLBREF). Retrieved from


http://www.who.int/ substance_abuse/research_tools/ whoqolbref/en/.

Widyastuti, R., Butar-butar, W., & Bebasari, E. (2014). Korelasi Lama Menjalani
Hemodialisis Dengan Indeks Masa Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronik DI
RSUD Arifin Achamad Povinsi Riau pada Bulan Mei Tahun 2014. Jom FK,
1(2), 1–12.

Anda mungkin juga menyukai