PENDAHULUAN
1
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.9 Apa saja komplikasi yang ditimbulkan Fraktur clavicula dan Fraktur
Scapula?
1.2.10 Bagaimana prognosis klien yang menderita Fraktur clavicula dan
Fraktur Scapula?
1.2.11 Bagaimana Web of Caution Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.12 Bagaimana pencegahan pada Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.13 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami konsep pembuatan
asuhan keperawatan klien dengan kasus Fraktur Clavicula secara
komprehensif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem
muskuloskeletal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Fraktur clavicula dan
Fraktur Scapula
3. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula
4. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan factor risiko
Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis klien dengan
Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
6. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada
Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksaan pada klien
dengan Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
2
9. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi pada Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
10. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis pada Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
11. Mahasiswa mampu menjelaskan Web of Caution Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
12. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan pada Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
13. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien
dengan Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis serta rekan perawat
yang lain dalam praktik memberikan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
1.4.2 Dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan
kepada masyarakat dengan tujuan untuk menangani Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang
Tulang dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein yang
diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Terdapat 206
tulang di tubuh diklasifikasikan menurut panjang, pendek, datar dan tidak
beraturan, sesuai dengan bentuknya. Permukaan tulang bagian luar yang keras
disebut periostenum, terbentuk dari jaringan pengikat fibrosa. Periistenum
mengandung pembuluh darah yang memberikan suplai oksigen dan nutrisi ke
sel tulang. Rongga tulang bagian dalam diisi dengan sumsum kuning dan
sumsum merah. Sumsum tulang merah adalah tempat hematopolesis yang
memproduksi sel darah putih dan merah (RBCs;WBCs) serta platelet.
Stuktur tulang terdiri dari tulang rangka appendikular dan aksial. Tulang
rangka aksial dibentuk oleh tempurung kepala, tulang belakang, tulang rusuk,
dan sternum. Proses pemindahan beban dari struktur aksial ke kaki-kai
(limbs) yang kurang ikatan dan kaki-kaki mereka itu sendiri
menyempurnakan tulang rangka appendikular. Tulang klavikula terletak
4
persis di bawah kulit dan mudah diraba sepanjang strukturnya. Dari ujung
sternum, tulang mula-mula melengkung ke depan, kemudian ke belakang. Ia
mempertahankan posisi scapula dan bila tulang ini patah, bahu jatuh ke depan
dan kebawah. Klavikula merupakan satu-satunya tulang yang
menghubungkan tulang-tulang ekstremitas atas dengan rangka aksila karena
scapula tidak berartikulasi dengan iga maupun kolumna vertebralis. Klavikula
tidak ditemukan pada rangka kebanyakan hewan berkaki empat, karena
klavikula hanya diperlukan untuk memfiksasi scapula bila ekstremitas
digerakkan keluar menjauhi batang badan.
Rangka apendikular terdiri dari girdle untuk pectoral (bahu) girdle pelvis,
dan tulang lengan serta tungkai. Setiap girdle pectoral memiliki dua tulang
klavikula dan scapula yang berfungsi untuk melekatkan tulang lengan ke
rangka aksial.
5
Scapula adalah tulang pipih berbentuk segitiga yang membentuk
sebagian gelang bahu. Tulang ini mempunyai dua permukaan yaitu
anterior dan posterior, dan tiga patas yang meliputi superior, lateral
dan medial. Permukaan anteriornya agak konkaf dan terletak pada
dinding toraks posterior. Permukaan posterior dibagi menjadi dua
daerah oleh spina scapulae, rigi tulang, yang teraba melalui kulit,
berjalan melintasi lebar scapula berujung di sebelah lateral sebagai
acromnion, bagian tulang yang terletak tepat di atas sendi bahu.
Acromnion berartikulasi dengan ujung lateral clavicula.
Processus coracoideus yang berujung kecil dan tajam mengarah ke
depan dari batas atas scapula, menonjol tepat di bawah clavicula.
Cavitas glenoidale, pada ujung atas batas luar scapula berartikulasi
dengan caput humeri membentuk sendi bahu.
Scapula dihubungkan dengan kepala, badan dan lengan oleh
sejumlah otot. Gerakan sendi bahu meluncur melalui permukaan
posterior dinding dada.
6
a. Dua pertiga bagian medial dari tulang klavikula berbentuk
konveks, atau melengkung ke depan.
(Sloane, 2004)
7
Gambar 2: tulang klavikula
Tulang ini mudah patah akibat benturan pada bahu, karena ia tertekan
antara sternum dan titik benturan. Sebenarnya tulang ini lebih baik patah. Bila
tidak, akan terjadi cedera pada leher. Dileher terdapat banyak struktur penting
atau pada sendi bahu (Watson Roger, 2002)
Terdapat dua tipe jaringan tulang yang terdapat dalam konstruksi tulang
rangka yaitu diaphysis dan epiphysis. Saat pertumbuhan tulang tercapai,
diaphysis atau batang tulang panjang yang padat dan keras akan bergabung
dengan epiphysis yaitu ujung tulang yang mirip spon (Reeves 2001).
Ada 4 jenis tulang, yaitu tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan
tulang yang tidak beraturan (Ester 2008) :
1. Tulang panjang
2. Tulang pendek
3. Tulang pipih
8
periosteum yang dilewati oleh dia kelompok pembuluh darah menembus
tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan tulang spongiosa.
2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
9
Struktur tulang aksesori
Struktur tulang aksesori menempel satu sama lainnya pada tempat yang
disebut dengan sendi atau artikulasi.
1. Fibrosa
Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya,
sutura pada tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan fibula bagian
distal.
2. Kartilago
10
a. Sinkondrosis, yaitu sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi
oleh tulang rawan hialin. Contohnya, sendi-sendi kostokondral.
3. Sendi sinovial
Sendi tubuh yang dapat digerakkan, serta memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi sinovial ini
memiliki struktur anatomi, yaitu:
Otot
Otot skelet adalah otot lurik karena mereka terbentuk dari serabut-serabut
yang terdiri dari beberapa myofibril yang tertutup dalam jaringan retikulum
endoplasmik. Serabut-serabut otot dibungkus dalam kelompok-kelompok
kemudian kelompok tersebut bersama-sama membentuk otot. Setiap otot
dilapisi oleh lapisan jaringan pengikat yang diberi nama fascia.
Tendon adalah ujung fascia yang memanjang membentuk ekor yang ulet dan
tendon ini menempelkan otot-otot pada tulang. Otot skelet biasanya
menghubungkan dua tulang dan melalui paling tidak satu sendi.
11
Otot memiliki sifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini berpasangan
namun memiliki aksi yang berlawanan. Ketika satu otot berkontaksi
(penggerak yang utama) maka yang lain akan mengendor (antagonis).
Sedangkan kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang
asli dari serabut-serabut.
1. Ekstabilitas
2. Kontrakbilitas
3. Ekstrabilitas
4. Elastisitas
2.2 Definisi
12
musculoskeletal, seperti fraktur dan cedera jaringan lunak. Ketika terjadi
fraktur, diperlukan perbaikan yang luar biasa untuk regenerasi tulang kembali
ke keadaan semula. Pada saat terjadi fraktur tulang, kekuatan fisik yang
menyebabkan fraktur tersebut juga menimbulkan kerusakan pada jaringan /
struktur di sekitarnya. Fraktur dapat dijelaskan berdasarkan posisi anatomis
dan susunan fragmen.(Chang, John & Dough 2010).
13
Fraktur scapula dapat terjadi pada badan, leher, prosesus akromion dan
prosesus korakoid. Terjadi akibat trauma langsung dengan gejala nyeri serta
pembengkakan pada daerah yang terkena trauma.
2.3 Klasifikasi
Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3
kelompok
1.Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula(insidensi
kejadian 75-80%).
a. Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
b. Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%) Terbagi
menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni (yakni
conoid dan trapezoid).
a.Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
14
Gambar 3 : Klasifikasi Fraktur Clavicula (Zuckerman 2011)
15
2.4 Etiologi
Fraktur clavicula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga
tengah atau proksimal clavikula (Putra 2013). Pada daerah tengah tulang
clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament seperti pada
daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian tengah juga
merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini
yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur
dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.
1. Trauma langsung
2. Dislokasi bahu dapat menyebabkan glenoid fracture
3. Otot atau ligamen dapat menyebabkan fraktur avulsion
16
4. Cedera tidak langsung terjadi melalui aksial loading pada lengan
terentang
Penyebab fraktur scapula menurut Stover (2012), yaitu:
a. Trauma atau benturan
Adanya 2 trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:
1) Benturan langsung (karena adanya suatu benda yang terjatuh ).
2) Benturan tidak langsung (benda metal).
b. Tekanan atau stress yang terus menerus dan berlangsung lama
Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu yang lama akan
mengakibatkan fraktur yang kebanyakan terjadi pada tulang tibia, fibula
atau mentatarsal pada olahragawan, militer maupun penari.
Contoh :
Seorang militer yang berlatih dengan menghentakkan kakinya secara rutin
dan terus-menerus.
c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang
Kelemahan tulang yang abnormal karena proses patologis seperti tumor
maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur
yang pada orang normal belum dapat menimbulkan fraktur.
2.5 Patofisiologi
17
paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang tersebut
(Helmi). Otot yang sering terlibat adalah otot deltoid, trapezius,
subclavius,sternocleidomastoid dan pectoralis mayor. Fraktur klavikula
paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi atau
penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan
tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh,
keeelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor (Pusponegoro
2012).
Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali
dikarenakantulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawak kulit
(subcutaneus) dan tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang teletak
dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang
klavikula terjadi akibat dari tekanan yang kuat atau hantaman yang akan keras
ke bahu. Energy tinggi maupun pukulan langsung pada tulang akan
menyebabkan fraktur.
Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligamentseperti pada daerah distal dan proksimal klavikula.
Klavikula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian
lateral dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini
paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal
Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus akan
menarik fragmen medial keatas sedangkan beban lengannya akan menarik
fragmen lateral ke bawah. Jikafraktur terdapat pada ligament korako-
klavikula maka ujung medial klavikula sedikit bergeser karena ditahan
ligament ini.Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka
ujungluar mungkin tampak bergeser kearah belakang dan atas, sehingga
membentuk benjolan dibawah kulit (Pusponegoro, 2013)
Setelah terjadi fraktur klavikula , periosteum dan pembuluh darah serta
saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang
rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
18
terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi
plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
Tulang bergenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah
dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang – tulang
baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel.
Pada stadium poliferasi sel menjadi fibrokartilago. Sel yang mengalami
poliferasi terus masuk kedalam lapisan yang lebih dalam dan bergenerasi
sehingga terjadi osteogenesis. Sel-sel yangberkembang memiliki potensi yang
kardiogenik (Henderson,2002).
2.5.2 Patofisiologi Fraktur Scapula
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar oleh karena perlukaan di kulit (Smelter dan Bare,2002). Trauma pada
tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan,
fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur
tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament
dan pembuluh darah (Smeltzer dan Bare, 2001).
Tulang scapula terletak di sebelah posterior tulang kostal yang berbentuk
pipih seperti segitiga dan merupakan tempat melekatnya otot yang berfungsi
untuk menggerakkan lengan atas dan lengan bawah. Kondisi anatomis ini
memberikan dampak terjadinya fraktur tertutup lebih sering dibandingkan
dengan terjadinya fraktur terbuka pada tulang scapula. Bahkan menurut
Gibson (2002) fraktur scapula tidak lazim karena terlindungi oleh otot, dan
terletak mendatar pada dinding dada.
Cedera pada tubuh atau pada tulang skapula merupakan akibat dari
pukulan langsung dengan kekuatan yang signifikan, seperti dari kecelakaan
kendaraan bermotor atau jatuh. Fraktur scapula ini juga dapat terjadi karena
osteoporosis sehingga kekuatan tulang dapat menurun.
Fraktur scapula paling sering disebabkan oleh pukulan langsung posterior.
Merupakan akibat dari jatuh dengan tangan keluar dan diregangkan atau jatuh
19
pada aspek lateral bahu. Kondisi tersebut mungkin juga dapat mengakibatkan
patah glenoid atau leher. Sedangkan jatuh yang terjadi di ujung bahu
mungkin akan menyebabkan patah akromion atau coracoid dan sering
dikaitkan dengan cedera pada sendi acromioclavicular. Kecelakaan kendaraan
bermotor dan jatuh adalah penyebab paling umum dari fraktur scapula
(Gustilo, 1993).
Badan scapula mengalami fraktur akibat dari daya penghancur yang
biasanya juga mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan dapat
mengakibatkan dislokasi pada sendi sternoclavikularis. Leher scapula dapat
mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu. Prosesus korakoideus
dapat mengalami fraktur pada dasarnya atau mengalami avulse pada
ujungnya. Fraktur pada acromion adalah akibat kekuatan langsung. Fraktur
pada pinggir glenoid dapat terjadi bersama dislokasi bahu.
1. Nyeri
2. pembengkakkan
20
Gambar 5: Deformitas dan Jejas pada fraktur clavicula (Wiss 2013)
Manifestasi yang terjadi pada fraktur scapula sebagai berikut (Gustilo 1993) :
1. Nyeri
3. pembengkakkan
21
Gambar 6 : CT Scan Scapula (Wiss 2013)
2. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma.
3. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung dan
Mengetahui tempat dan type fraktur. Biasanya diambil sebelum dan
sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara
periodic.
22
2.8 Penatalaksanaan
1. Imobilisasi
23
Menunjukkan penggunaan handuk gulung untuk mengelevasi
lengan, yang mempertahankan abduksi bahu dan mencapai elevasi
tinggi pada tangan. Pasien harus duduk menghadap sisi tempat tidur
yang tepat, dengan lengan atas disangga secara horizontal. Tiang infus
dimodifikasi untuk menahan handuk, sebuah bantal di letakkan di
bawah lengan atas sebagai alas tambahan untuk mengurangi tekanan
pada saraf ulnar di siku
2) Mitela Lebar
Mitela ini digunakan untuk menyangga lengan yang cidera dengan
mendistribusikan berat secara merata leher dan bahu. Lengan yang
cedera diletakkan melintang di dada, diletakkan di atas mitela, dengan
siku difleksikan 90o. Lalu mitela tersebut dilipat di atas legan dan diikat
dengan simpul persegi. Simpul ini gunanya untuk menahan beban,
pada sisi leher yang sama dengan lengan yang cedera. Hal iniuntuk
mencegah penekanan pada spina. Ujung siku lalu dilipat dan ditahan
dengan peniti.
Tangan harus disangga dengan mitela untuk mencegah edema, hal
tersebut uga mengurangi risiko tekanandan gesekan pada pergelangan
tangan. Saat pemasangan, pasien harus berdiri bila memungkinkan dan
menopang tangan yang cedera.
24
Gambar 9:. Mitela lebar (Lucas, 2011 dalam buku Keperawatan
Ortopedik dan Trauma)
3) Mitela Tinggi
Digunakan untuk mengurangi edema pasca bedah atau pasca
cedera. Saat pemasangan, pasien harus berdiri dengan jari lengan yang
cedera menyentuh bahu lengan yang lain. Mitela diposisikan seperti
pada pemasangan mitela lebar namun posisi sedikit tinggi diatas lengan.
Lalu mitela dilipat di bawah lengan, lalu ke arah atas di bawah lengan
untuk membungkusnya, selanjutnya ikat ke belakang bahu pasien
dengan simpul persegi, dan sudut pada siku dilipat ke dalam dan
ditahan dengan peniti.
25
A B
Gambar 11 :Collar dan cuff. (A) Berfungsi seperti mitela konvensional.
5) Baji Abduksi
Alat ini tepat bagi pasien yang memerluka imobilisasi pada
ekstremitas atas untuk jangka waktu yang lama, misalnya setelah
perbaikan manset rotator. (Lucas, 2011 dalam buku Keperawatan
Ortopedik dan Trauma)
2. Reduksi
26
Gambar 12 : Reduksi Internal (Zuckerman 2011)
3. Nyeri
27
intravena) Peripheral nerve blocks juga menjadi pilihan baik
dilakukan tunggal maupun kombinasi dengan analgesik intravena.
Yang umumnya digunakan adalah femoral nerve block .
b. paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk
mengurangi pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang
meningkatkan jangkauan gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit
berkurang. Hal ini membantu untuk membawa kembali kekuatan dan
kekuatan bahu dan lengan.
c. Untuk mengurangi nyeri tersebut, juga dapat dilakukan imobilisasi,
(tidak menggerakkan daerah fraktur). Teknik imobilisasi dapat
dilakukan dengan pembidaian atau gips. Bidai dan gips tidak dapat
pempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu
diperlukan teknik seperti pemasangan traksi kontinu, fiksasi eksteral,
atau fiksasi internal
4. ROM
28
Bahu Sendi Fleksi : Angkat lengan 180 Korakobrakialis,
bola dari posisi samping ke 45-60 bisep brakii,
lesung atas kepala dengan arah deltoid,
ke depan pektoralis mayor
Dorsi latisimus,
teres mayor,
Ekstensi : Kembalikan 180 trisep brakii
lengan ke posisi Dorsi latisimus,
disamping tubuh teres mayor,
deltoid
Hiperekstensi : Gerakkan 45-60 Deltoid,
lengan ke belakang tubuh, supraspinatus
pertahankan siku lurus
Abduksi : Naikkan
lengan ke arah samping 180
ke atas kepala dengan Pektoralis mayor
telapak tangan menjauhi
kepala
Aduksi : Rendahkan Pektoralis
lengan ke samping dan 320 mayor, Dorsi
melewati tubuh sejauh latisimus, teres
mungkin mayor,
Rotasi internal : Dengan subskapularis
siku difleksikan, rotasikan 90
bahu dengan
menggerakan lengan Infraspinatus,
hingga ibu jari bergerak teres
menghadap ke depan dan Infraspinatus,
belakang. teres mayor,
Rotasi eksternal : Dengan deltoid
siku difleksikan, gerakan 90
lengan hingga ibu jari Deltoid,
29
bergerak ke atas dan ke korakobrakialis,
samping kepala dorsal latisimus,
brakoradioali
Sirkumduksi : Gerakan
lengan dalam satu 360
lingkaran penuh
(Sirkumduksi adalah
kombinasi dari semua
pergerakan sendi ball-
and-socket)
Gambar 13 : Latihan ROM untuk pasien dengan fraktur scapula dan klavikula.
(Carpenito 2009).
30
Pada fraktur displaced lebih berat, yang melibatkan permukaan artikular,
diperlukan reduksi terbuka dan fiksasi internal.
5. Setelah dilakukan penanganan lanjutan, klien dengan fraktur scapula
disarankan pergi ke dokter untuk memeriksa kemajuan penyembuhannya
dan menentukan adanya komplikasi atau tidak.
6. Modifikasi spika bahu (gips Clavikula) atau balutan berbentuk angka
delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini,
menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila
dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai
untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri
aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur
1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat
ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3
distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi
pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi
interna. (gayle 2001)
31
selama 3 bulan. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal
2 kali sehari setelah pasca nyeri akut lewat untuk pasien yang sadar.
32
rotasikan bahu dengan Infraspinatus,
menggerakan lengan teres
hingga ibu jari bergerak Infraspinatus,
menghadap ke depan dan teres mayor,
belakang. deltoid
Rotasi eksternal : Dengan 90
siku difleksikan, gerakan Deltoid,
lengan hingga ibu jari korakobrakialis,
bergerak ke atas dan ke dorsal latisimus,
samping kepala brakoradioali
Gambar 14 : Latihan ROM untuk pasien dengan fraktur scapula dan klavikula.
(Carpenito 2009).
Komplikasi akut :
1. Cedera pembuluh darah
2. Pneumouthorax
3. Haemothorax
Komplikasi lambat :
33
1. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam
waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
34
jangkauan gerak bahu. Prognosis Patah tulang akan sembuh dengan baik
jika dilakukan tindakan operative.
2.11 WOC
(Terlampir)
2.12 Pencegahan
35
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri dan gangguan dalam mengangkat bahu ke atas,
keluar, dan kebelakang toraks (rotasi). Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang nyeri yang dialami pasien, perawat harus menggunakan
metode PQRS.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya patologis tulang, kelainan
tulang, infeksi tulang.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan jatuh dari tempat tidur atau trauma
lain. Terjadi pembengkakan pada daerah yang terjadi beberapa hari setelah
trauma.
Misalnya pada fraktur clavicula:
Klien sedang naik tangga, kemudian kaki klien tergelincir karena lantai
tangga licin mengakibatkan klien jatuh ke sebelah kiri dengan posisi bahu di
bawah. Benturan lantai secara langsung pada sisi bahu kiri, tangan klien
dalam keadaan outstretched dan klien mengatakan bahwa dirinya jatuh pada
36
posisi miring. Klien masih tersadar dan mencoba bangun sendiri namun
merasakan nyeri pada bahu kiri ketika bahu digerakkan ke atas dan ke
belakang. Kemudian selang 1 jam dari kejadian oleh suaminya langsung
dibawa ke UGD RS Husada Utama.
c. Psikososialspiritual
Pengkajian mengenai mekanisme koping yang digunakan klien diperlukan
untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun
masyarakat. Kaji apakah ada dampak yang timbul pada klien, seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmamupuan melakukan
aktivitas normal, dan gangguan citra diri. Kaji apakah klien yang menjalani
riwayat rawat inap akan berdampak pada status ekonomi klien karena
perawatan dan pengobatan memerlukan biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan, dan perawatan. Hal ini dapat menganggu keuangan keluarga
37
sehingga memengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
Perawat juga memasukkan pengkajian fungsi neurologis mengenai dampak
gangguan neurologis terhadap gaya hidup.
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
a. Pemeriksaan saraf cranial:
1) Saraf I. biasanya tidak ada kelainan pada klien fraktur klavikula dan tidak
ada kelainan dan fungsi penciuman.
2) Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam kondisi
normal.
3) Saraf III, IV, VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata
dan pupil isokor
4) Saraf V. umumnya, klien fraktur klavikula tidak mengalami paralisis pada
otot wajah. Selain itu, refleks kornea tidak ada kelainan.
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajh simetris.
6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada defesiasi pada satu sisi dan tidak ada
vasikulasi. Indra pengecapan normal.
b. Pemeriksaan refleks. Biasanya tidak didapatkan refleks-refleks patologis.
c. Pemeriksaan sensorik. Biasanya fungsi sensorik tidak ada kelainan.
38
d. B4 (Bladder)
Kaji keadaan urin yang meliputi warna, jumlah dan karakterikstik urin
termasuk berat jenis urin. Biasanya klien fraktur klavikula tidak mengalami
kelainan pada system ini.
e. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi dan bising usus normal.bila tidak disertai nyeri hebat,
mual dan muntah. Pada defekasi tidak ada kelainan.
f. B6 (Bone)
Look : Pada fase awal cidera klien terlihat menggendong lengan pada dada
untuk mencegah gerakan. Suatu benjolan besar atau deformitas pada
bahu depan terlihat dibawah kulit dan kadang-kadang fragmen yang
tajam mengancam kulit.
Feel : Didapatkan adanya nyeri tekan pada bahu depan.
Move:Ketidakmampuan mengantar bahu ke atas, keluar, dan kebelakang
toraks. (Zairin 2012).
Pemeriksaan diagnostik
Berdasarkan pemeriksaan radiologi, klavikula bagian tengah merupakan
daerah yang paling sering mengalami fraktur greenstick atau fraktur total.
Mungkin juga terjadi fraktur pada bagian medial klavikula, yaitu pada daerah
epifisis.
Tujuan penanganannya adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya
dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi.
1) Pemesangan strap kalvikula yang tersedia dipasaran dapat digunakan
untuk mereduksi fraktur, meraik bahu kebelakang, dan mempertahankan
posisi. Bila menggunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan
yang memadai utuk mencegah cedera kompresi pada pleksus brakialis dan
arteri aksilaris. Perdarahan darah dan fungsi saraf kedua lengan harus
dipantau.
39
2) Tindakan medis pada fraktur sepertiga distal dan terputusnya ligament
korakoklavikularis yang menyebabkan pergeseran ditangani dengan
reduksi terbuka dan fiksasi interna agar penyembuhan tulang lebih baik.
3) Penyuluhan klien dan pertimbangan perawatan di rumah. Klien diingatkan
untuk tidak menaikan lengan lebih tinggi dari bahu sampai ujung patahan
tulang.
Intervensi Rasional
MANDIRI
40
melaporkan nyeri biasanya di atas
tingkat cedera.
41
waktu tidur, belakang tubuh klien meningkatkan kenyamanan
dipasang bantal kecil
Intervensi Rasional
MANDIRI
42
klien mampu secara utuh 3. Membantu klien untuk melatih
untuk melakukan self-care. kemampuan dalam pemenuhan
ADL klien.
4. Ajarkan keluarga atau klien
untuk mendorong 4. Keluarga dapat membantu
kemandirian klien, tapi beri memenuhi kebutuhan ADL
bantuan ketika klien tidak klien. Dan mengajarkan klien
mampu melakukannya. melakukan pemenuhan ADL
secara mandiri.
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal 1. Reaksi verbal atau nonverbal
ansietas. Damping klien. Lakukan dapat menunjukkan masa agitasi,
tindakan bila klien menunjukkan marah dan gelisah.
perilaku merusak
43
sama dan mungkin
memperlambat penyembuhan.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entre luka operasi
Tujuan Perawatan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
a. Suhu dalam rentang normal (36,5 – 37,5) oC
b. Sel darah putih dalam rentan normal
c. Pasien tetap terbebas dari infeksi
Intervensi Rasional
1. Meminimalkan risiko infeksi 1. Sarung tangan dapat melindungi
pasien dengan: tangan pada pada saat memegang
a. Mencuci tangan sebelum dan luka yang dibalut atau
setelah memberikan perawatan. melakukan berbagai tindakan.
b. Menggunakan sarung tangan
untuk mempertahankan asepsis
pada saat memberikan
perawatan langsung.
44
kekurangan vitamin dan asam
amino yang berat. Semua
kerusakan sumsum tulang dapat
menekan pembentukan sel darah
putih.
3.1.5 Evaluasi
1. Nyeri dapat terkontrol
2. Aktivitas meningkat
45
3. Ansietas dapat berkurang
4. Tidak terjadi infeksi pada daerah perlukaan
Ny. F 28 tahun dibawa ke ruang UGD RS Husada Utama dengan nyeri pada bahu
kiri setelah jatuh dari tangga dengan posisi bahu kiri di bawah dan menopang
tubuh . Keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, TTV dalam rentang
normal RR : 20 kali per menit, Nadi 80 kali per menit, suhu : 36,5 0C, TD : 110/70
mmHg, serta saturasi oksigen 97%. Hasil pemeriksaan diagnostik, Ny. F
mngalami fraktur klavikula kiri, hasil foto polos normal, ligament retak sebagian,
sendi akromioklavikular teraba lunak dan terdapat abrasi 2 cm pada kalvikula
kiri . Saat diauskultasi secara bilateral paru-paru klien tidak ditemukan wheezing
maupun crackles. Secara garis besar hasil pemeriksaan fisik klien dalam rentang
normal.
1. Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas Klien
Nama : Ny. F
Usia : 28 tahun
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : Dosen
Agama : Islam
46
2. Keluhan utama
Klien mengeluhkan nyeri pada bahu sebelah kiri dan tidak mampu
beraktivitas secara maksimal.
3. Riwayat penyakit
B. Pemeriksaan Fisik
4. Status kesehatan
5. B1 (breathing)
47
Tidak ditemukan masalah.
6. B2 (blood)
7. B3 (brain)
48
3. Pemeriksaan refleks.
Tidak didapatkan refleks-refleks patologis.
4. Pemeriksaan sensorik
Tidak ada kelainan fungsi sensorik.
8. B4 (blader)
9. B5 (bowel)
10. B6 (bone)
49
agent (facture melaporkan nyeri berkurang komprehensif
left clavicule) atau hilang. meliputi lokasi,
karakteristik,
Kriteria Hasil: onset, frekuensi,
1. Nyeri terkontrol kualitas, intensitas
yang dilihat dari atau beratnya
indikator: nyeri dan faktor
1) Klien presipitasi
menuliskan 2. Observasi
gejala nyeri ekspresi klien
berkurang (skala secara non verbal
1-5) agar mengetahui
2) Klien dapat tingkat nyeri
menjelaskan 3. Kolaborasi
faktor penyebab pemberian
nyeri analgesic sesuai
3) Klien dapat saran dokter dan
mengetahui monitor respon
intervensi yang klien
dilakukan untuk 4. Kaji pengetahuan
mengurangi dan perasaan
nyeri (farmaka klien mengenai
dan non nyerinya
farmaka) 5. Kaji dampak
4) Klien nyeri terhadap
melaporkan kualitas hidup
perubahan gejala klien (ADL)
nyeri yang 6. Ajak klien untuk
terkontrol pada mengkaji faktor
tim medis yang dapat
5) Klien memperburuk
mengetehui nyeri
50
onset nyeri 7. Kontrol faktor
2. Level nyeri lingkungan yang
1) Laporan nyeri dapat
2) Durasi nyeri mempengaruhi
3) Ekspresi wajah ketidaknyamanan
klien klien
4) Tidak terjadi 8. Ajarkan teknik
diaphoresis non-farmakologi
3. TTV dalam batas (relaksasi, terapi
normal (TD: 120/0 music, distraksi,
mmHg, terapi aktifitas,
P:16-20x/menit) masase)
ANALGESIC
ADMINISTRATION
1. Menentukan
pilihan analgesic
yang akan
diberikan ke klien
(narkotik, non
narkotik, atau
NSAID) berdasar
jenis dan tingkat
nyeri
51
pergerakkan dan klien dengan
perpindahan. pakaian yang
3. Mempertahankan bersifat tidak
mobilitas optimal yang membatasi
dapat di toleransi, (longgar)
dengan karakteristik: 3. Ajarkan dan
a. 0 = mandiri penuh dorong klien
b. 1 = memerlukan melakukan
alat bantu aktivitas ROM
c. 2 = memerlukan aktif dan pasif
bantuan dari orang secara teratur
lain untuk bantuan, sesuai jadwal
pengawasan, dan yang
pengajaran. direncanakan
d. 3 = membutuhkan 4. Kolaborasi
bantuan dari orang dengan ahli terapi
lain dan alat bantu. fisik dalam
e. 4 = merencanakan
ketergantungan; dan mengemban
tidak berpartisipasi program aktivitas
dalam aktivitas. klien
52
2. Perawatan diri- kemampuan
Mandi/Higiene: fungsional klien
klien mampu untuk saat mandi.
membersihkan
badannya secara
mandiri dan
mempertahankan
kebersihannya
secara mandiri
4. Dressing Self Tujuan : Setelah dilakukan DRESSING
Care Deficit tindakan keperawatan 1. Identifikasi area
related to defisit perawatan diri: yang klien
musculoskeleta berpakaian teratasi membutuhkan
l impairment Kriteria Hasil: bantuan dalam
1. Perawatan Diri- berpakaian
ADL : klien mampu 2. Monitor
untuk melakukan kemampuan klien
aktivitas perawatan untuk berpakaian
diri secara mandiri sendiri
2. Perawatan Diri- 3. Bantu klien
Berpakaian: klien memilih pakaian
mampu berpakaian yang bersifat
secara mandiri tidak membatasi
(longgar)
4. Berikan bantuan
hingga klien
sepenuhnya
mampu untuk
berpakaian sendiri
53
Kasus semu Fraktur
Tn. W (30 tahun) datang ke RSUD Malang dengan keluhan nyeri pada area
punggung kanan dan mengalami pembengkakan. Dari anamnesa Tn, W
mengatakan bahwa tiga hari yang lalu mengalami kecelakaan jatuh dari motor dan
punggugnya yang jatuh terlebih dahulu sehingga menumpu badannya. Setelah
dilakukan pemeriksaan Tn. W didiagnosa fraktur scapula.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Pasien
Alamat : Malang
Usia : 30 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
b. Keluhan utama
54
mengatakan tiga hari yang lalu mengalami kecelakaan motor dan
punggungnya jatuh terlebih dahulu sehingga menjadi penumpu badan.
Selama dirumah punggung Tn. W hanya di olesi tumbukan beras sama
kencur.
e. Pengkajian Psikospiritual
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
B. Analisa Data
55
Do: pasien tampak Cedera jaringan lunak
meringis kesakitan,
Proses inflamasi
terdapat pembengkakan
pada punggung sebelah Nyeri
kiri
P: fraktur scapula
S: klien mengatakan
nyerinya skala 8
Resiko infeksi
C. Diagnosa Keperawatan
56
1. Nyeri b.d diskontinuitas jaringan
D. Intervensi Keperawatan
57
dan non terhadap kualitas
farmaka) hidup klien (ADL)
5) Klien 6. Ajak klien untuk
melaporkan mengkaji faktor
nyeri yang yang dapat
terkontrol memperburuk nyeri
7. Kontrol faktor
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
ketidaknyamanan
klien
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
(relaksasi, terapi
musik, distraksi,
terapi aktifitas,
masase)
2. Resiko infeksi b.d Tujuan: Perlindungan Infeksi
Proses Inflamasi
Setelah dilakukan 1. Monitor adanya
tindakan keperawatan tanda dan gejala
selama 2x24 jam tidak infeksi sistemik
terdeteksi adanya atau local.
tanda-tanda infeksi.
2. Monitor
Kriteria Hasil: kerentanan terhadap
infeksi
1) Klien mengetahui
tanda-tanda infeksi 3. Monitor jumlah
granulocyte, WBC
2) klien mengetahui
dan hasil diferensial
mengenai risiko
infeksi 4. Batasi jumlah
58
3) klien mampu pengunjung
mengidentifikasi
5. Memilih semua
strategi untuk
pengunjung
melindungi diri
terhadap penyakit
dari infeksi
menular
4) Klien mengetahui
6. Pertahankan teknik
perilaku pemicu
aseptic pada klien
infeksi
yang beresiko
5) Klien mampu
7. Inpeksi kulit dan
mengendalikan
membrane mukosa
resiko infeksi
terhadap
kemerahan, suhu
panas, atau adanya
drainase
8. Berikan intake
nutrisi yang adekuat
11. Kolaboraasi
pemberian
antibiotic
59
kapan harus
melaporkan ke
pelayanan
kesehatan.
BAB IV
60
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
61
Koval, Kenneth J. & Zuckerman, Joseph D. 2006. Handbook of Fractures Third
Edition. Philadelphia: Lippinccot Williams & Wilkiins
Price S.A. and Wilson L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
ProsesPenyakit (Edisi 6) Buku II.Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat R. & Jong W.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.Jakarta: EGC
Gibson, John.2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
62
Gustilo RB. Fracture dislocation of the hip In: Fractures and Dislocations.
Philadelphia: Mosby
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik
Klinis Edisi 9.Jakarta : EGC
Suratun, 2008. Klien Gangguan sistem Muskuloskeletal:Seri Asuhan
Keperawatan .Jakarta: EGC.
Mangku G, Senapathi T.G.A, et al. 2010.Penatalaksanaan Nyeri. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta Barat : Indeks
63